Tumgik
crmnusg · 3 years
Text
ENAM JAM SEBELUM TARAWEH PERTAMA
Jejak yang kubuat sendiri
kususuri lagi untuk ditutupi
pendosa paling nikmat tawanya
malu pada setan-setan terikat.
Kini dunia semakin menjadi milikku
dosa yang kemarin siang kutanam
justru menjadi berkat paling teduh
dari semua pahala sedekah yang begitu murah.
Aku dan Tuhanku sama-sama tahu
bahwa tidak ada yang luput
dari syair hasut maha hanyut.
Kepada-Mu aku takjub,
nanti malam mandi junub.
— Purwakarta, A.
10 notes · View notes
crmnusg · 3 years
Text
MEMANG APA SALAHNYA BERCUMBU?
Kosong dan tajam tatapku
pada ketiadaan yang pekat.
Dan lembab basah di bibir
yang bukan kubasahi sendiri
mengering dan retak.
Biar kukatakan kalau aku mau
kau di sini,
tapi yang dipaksa selalu tak berasa.
— Purwakarta, A.
9 notes · View notes
crmnusg · 3 years
Text
“Semua orang memiliki potensi melukai. Ketika tidak orang lain, justru diri sendiri yang melakukannya.”
— cerminusang
7 notes · View notes
crmnusg · 3 years
Text
SEPATU
Sama yang tak bersama,
menjadi sepasang memang
kadang tak selamanya.
Yang sebelah kusam,
sebelahnya lagi tak perlu ikut temaram.
Tak seirama juga indah
dan untuk pulang, kita perlu bergantian melangkah.
Sekali aku yang duluan,
sekali kau yang belakangan.
Sekali aku yang bertahan,
sekali kau yang lepaskan.
— Purwakarta, A.
16 notes · View notes
crmnusg · 4 years
Text
HANIF
Teman adalah nasihat-nasihat baik untuk menemani perjalanan. Wajar bila manusia kadang sebal akan itu, karena yang baik belum tentu pas. Aku pernah begitu padamu, kau juga sebaliknya, harus.
Kita tak utuh. Semakin tua, semakin jauh. Tapi biarlah begitu, biarkan kita mengerti pada kemungkinan-kemungkinan yang kita terbangkan dengan harapan. Bahwasanya sejauh apapun ingatan pergi, teman yang berharga pasti akan kembali.
Ah, aku adalah pemalas ulung yang belum jelas apa-apanya. Jadi jangan harapkan puisi yang harus kau baca sampai dua hari.
Tumblr media
Ini adalah tentangmu yang lebih dulu maju;
“Menikahlah dengan sungguh.”
Jangan sebal aku bilang begitu. Tentu kau yakin akan segala keputusan. Ini hanya pesan dari seorang teman.
Yang kuatlah bersedih kelak, yang ramahlah juga saat sedang berbahagia. Jadilah ada untuk kecintaanmu yang sungguh menaruh doa. Jadilah teman yang memberi dengan cukup, selebihnya simpan untuk keluargamu agar kokoh. Bekerjalah sebagai lelaki kuat, seperti kau yang biasanya. Cemaslah pada setiap kesulitan, agar siap kau pada laut yang maha menelan kehidupan.
Juga terima kasih yang tak sempat kuucapkan, untuk segala perihal yang ikut kau persoalkan.
Dan maaf, untuk bantuan dariku tak pernah datang untukmu sampai titik ini.
Selamat menikah,
bertualanglah.
— Bandung, A.
1 note · View note
crmnusg · 4 years
Text
“Yang disyukuri dari lahirnya puisi-puisi pedih adalah tidak terlupanya bahagia.”
— cerminusang
5 notes · View notes
crmnusg · 4 years
Text
“Gendut itu kebaikan-kebaikan yang belum dimuntahkan. Jadi jangan dihina.”
— cerminusang
12 notes · View notes
crmnusg · 4 years
Text
ZARAPAH
Hidup itu menggelitik.
Percayalah, aku juga kalut akan masa depan. Pendidikan, karir, cinta, dan apapun yang mungkin lupa tertulis.
Aku tak mengabaikan pendidikanku. Kini sudah di ujung. Lebih baik mati tertusuk ujungnya daripada harus jatuh lagi ke dasar. Aku kalut. Juga tentang masa depan yang sengaja mundur untuk hampiri aku yang masih berkutat dengan pendidikan. “Mau jadi apa kau?” katanya. Banyak kolom tergambar oleh imaji setelah pertanyaan itu, tapi kosong semua. Jelasnya, aku banyak inginnya, namun tak ada isinya. Dua perkara itu cukup untuk membuatku tertegun di depan cermin yang pantulannya juga ikut melamun. Tapi aku selalu percaya pada satu kenaifan yang kubuat sendiri,
“Hari ini kelak akan kutertawakan dan tidak ada apa-apanya dibanding yang menunggu di depan”
Biar kusimpan mumet pendidikan dan karir dalam kepalaku juga beberapa temanku yang terlibat. Sekarang bukan tentang itu.
Membicarakan perihal cinta bagi sederet orang cukup menggelikan, iya juga bagiku, tapi biar aku coba. Mencintai itu lebih sulit dari membenci. Jadi maaf kalau aku merasa cukup bangga dengan ini. Aku tidak menyalahkan kalian yang malu. Kita mungkin berbeda pandang tapi aku tetap mencintai kalian, dengan hangat, selalu.
Tumblr media
Belum berani menyebut bahwa “aku mencintaimu”. Cinta jatuh tidak secepat itu padaku yang sudah lama menjadi bayangan. Aku adalah kehinaan yang membenci dirinya sendiri.
Tapi ****, kau tolong aku. Di saat semua orang rasanya benar-benar menghilang (padahal aku sendiri yang membuat pikiran itu. Intinya mereka sebetulnya ada), kau masih memberi sedikit ruang untukku berani meratap walau kita sama-sama baru. Apa kata yang tepat, kastanya berada di atas suka dan di bawah cinta/sayang? Ini menggelikan, maaf. Aku begitu sekarang ini.
Kita masih singkat tapi sudah banyak bicara tentang berat. Baru beberapa jam kita bercakap, tak sempat bergurau seperti aku yang selalu, kita sudah bicarakan tentang kesalahan dan berubah. Itu aneh, ‘kan? Tidak, ya?
Adalah tentang aku ungkapkan betapa nestapanya aku di balik bahagia yang semu. Kau bilang paling tidak toleran akan itu. Sehari kau pergi, sehari esok kau kembali.
Lalu **** berkata,
“Memang kamu sudah tahu aku di masa lalu? Dengan segenap kesalahan-kesalahanku? Dosa yang mungkin kau tak ingin ampuni pernah kulalui? Kau sudah tahu itu?”
Ah, tahu pun aku tak peduli. Jika bagimu kesalahanmu salah, maka berubah.
“Iya, kau pun ya”
Tidak ada manusia yang terlahir jahat. Kita hanya salah mengolah perihal tentang-tentang yang terjadi selama berapa tahun hidup. Penarikan kesimpulan sementara bisa dilakukan dengan memungut kembali kenang-kenang. Setidaknya aku percaya itu.
Aku takkan bercerita panjang tentangmu, ****. Maaf bila kau benci kata “terima kasih” yang sebaliknya justru kupuja. Biar kuurai;
Terima kasih telah berpikir bahwa setiap orang pasti bisa berubah. Itu sederhana tapi banyak yang lupa, bahkan aku,
Terima kasih telah menyelamatkan budak terbelenggu kasih sayang yang salah. Kau sadari atau tidak, biarkan aku tak peduli,
Terima kasih telah membiarkan aku memaksa balas kebaikanmu dengan hal yang sebetulnya tak butuh hadirku sama sekali,
Terima kasih atas cerita tentangmu yang tak perlu susah payah kucari dari orang lain. “Kalau ingin tanya tentangku, tanya langsung saja. Aku akan menjawab,” katanya. Kau lebih profesional dari narasumber skripsiku,
Dan terima kasih atas ‘lakukan sebisamu’ itu.
Lima. Terlalu banyak, kah, bagimu? Biar sebal tak apa, jangan larang aku untuk melakukan hal sulit.
Tenang, ****. Aku tahu di akhir nanti kita belum tentu bersama. Atas nama kalimat yang tepat berada di bawah judul, aku selalu percaya bahwa kemungkinan selalu bisa disemogakan.
Ini bukan tentang aku yang merasa percaya diri akan mendapatkanmu. Tapi tentang sepintas cahaya yang masih belum mau redup bahkan pada malam yang pekat dan legam.
Terima kasih nomor lima itu kujawab sederhana, “baiklah”. Memang ada kata yang lebih tepat dari itu?
— Purwakarta, A.
5 notes · View notes
crmnusg · 4 years
Text
EGOSENTRISME
Tidak apa bila tangis begitu keras, karena langit takkan pernah mengalah akan deras. Juga enggan peduli pada puisi yang ia sendiri tak mampu mengerti.
/
Bukankah langit adalah sesuatu yang paling egois? bersama awan, pura-pura menjadi paling murung untuk kaumku meratap, sedang ia begitu bahagia akan kepedihan yang setema sore itu.
/
Tapi aku bisa sembunyi darinya, setidaknya sampai malam. Saat langit buta, namun tak tuli pun bisu. Jadi jangan berteriak dan mengemis.
/
Aku akan melupakan hujan. Apapun itu. Aku harus melupakan hujan. Karena lelahku sendiri juga egois, memangku erat dan menggugat; kau milikku, dalam tempo waktu yang selamanya!
— Purwakarta, A.
5 notes · View notes
crmnusg · 4 years
Text
MENJAMU
Biar kutuntun kau
yang baru datang
dari peraduan
dengan jejamuan meriah
yang congkak dan
lawak.
Tak perlulah tata krama
jadilah babi di meja makanku
yang marah dan bergairah
aku senang kau begitu.
Usahlah malu,
karena sehabisnya
biar kulampiaskan semua
nafsuku akan masa lalu.
— Purwakarta, A.
2 notes · View notes
crmnusg · 4 years
Text
PAGI
Biar kupilah, embun mana
yang mau kuhapus pagi ini
dengan segenap jeritan semalam
yang linu telinga dibuatnya.
Jangan abaikan aku yang susah,
sebab saat aku berdiri tegak
aku butuh punggungmu
untuk berjalan.
— Bandung, A.
4 notes · View notes
crmnusg · 4 years
Text
TAHAYUL
Di telaga arwah, seraya berdoa
insan-insan yang tertinggal,
“kembalilah kasih, tolong”.
Lembut kepak sayapnya,
hangat hembus nafasnya,
menerka yang meminta
meraba wajah yang melayang.
Kita tak mungkin bersama
baik di dunia maupun di alam fana.
Sudah seka air matamu dulu.
Semakin kau menangis,
semakin ku meringis.
— Purwakarta, A.
5 notes · View notes
crmnusg · 4 years
Text
LIHAT
Bahkan yang terkubur paling dalam
jarinya bisa kembali ke permukaan.
Sedang apa aku yang bertabur benih ini?
— Bandung, A.
5 notes · View notes
crmnusg · 4 years
Text
KASIH
Di hari penuh kasih ini (katanya),
ada tanya hantui yang ragu dan heran;
kenapa muram dan suramnya masih ada?
— Bandung, A.
1 note · View note
crmnusg · 4 years
Text
KANAN DAN KIRI
Melumut dan melumat
semua ada dimana-mana
yang terikat makin erat
yang pekat menuju tak terlihat.
Dan jauh
di dalam paling yang begitu palung
insan itu meraba permukaan
berusaha tuk pulang.
Dimana ada yang menangis,
selalu ada saja yang bersikap manis
mencoba buat tenang
surutkan air mata yang menggenang.
Bila hidup melulu soal suka dan duka,
lalu untuk apa aku yang mencari
makna dalam neraka?
— Bandung, A.
3 notes · View notes
crmnusg · 4 years
Text
*intermezzo*
sedikit aja.
seneng aja ketika karya saya bisa pas dengan suasana hati seseorang. itu berarti, setidaknya, masih ada yang mengakui apa yang saya buat. karena sebetulnya gakada orang yang gak bisa berkarya. emang tipis perbedaan antara gak bisa dan gak mau. mungkin beberapa orang hanya tidak bisa memilih kata yang tepat, pun sekedar malu untuk sampaikan isi hati. jadi ketika dia liat karya orang lain yang pas banget sama dia, dia seneng aja gitu.
tapi yang perlu digaris bawahi adalah, jangan mencuri karya orang. karena mikir itu butuh effort. hargainlah tipis-tipis. dijadiin inspirasi ya oke, gak dijiplak semua dan bawahnya diganti jadi bukan nama penulis aslinya.
saya bukan penulis yang sehebat itu. gak ngerti teknik dan peretelan-peretelan lainnya. karna apa yang saya tulis cuma berdasarkan apa yang dirasa dan apa yang diliat. kadang pura-pura menjadi orang lain untuk bisa dapet inspirasi.
resiko juga sih sebetulnya. unek-unek aja.
makasih sudah suka karya saya, dan selamat mencoba berkarya.
salam hangat, cerminusang.
7 notes · View notes
crmnusg · 4 years
Text
MENUA
Derita pohon tua yang mempertahankan
satu helai daun terakhirnya —Aku.
Angin menerjangku yang rapuh
belum mau kujatuh,
semut-semut kecil menggigit marah
belum mau kupasrah.
Akar masih menjalar
ke penjuru dunia
mencari setetes harap
untuk semakin kuat barang sehari saja.
Dan tinggal kelingkingku
yang menggantung
lemah dan lelah.
Semenjana mencoba tuk ganti
posisi renjana
tapi batang merinding
ranting gugur gantikan aku
dan tanah yang juga tua
masih tersenyum melihatku merana.
Biarlah kumati, mengering dan menggumam
bila kutumbuh lagi, akan kugenggam
lebih kuat lagi.
— Bandung, A.
14 notes · View notes