Tumgik
hasnajamilah · 3 days
Text
Tentang Mencintai dan Dicintai
Rasanya kalau buka sosmed dikit-dikit kepengen; ada yang upload jalan-jalan ke Luar Negeri bareng pasangan ada yang dikasih buket bunga isi uang dari pasangan ada yang uda bisa beli rumah ama pasangan.
Semuanya, bikin kita lupa apa yang membuat kita bahagia dan cukup hari ini. Apa salah ngerasa gitu? GA, tapi salah kalau akhirnya bikin kita mengubah standar bahagia kita jadi gitu. Yang berakhir membuat hal-hal baik yang sudah pasangan kita berikan jadi tiada artinya hingga lupa perasaan bahagia yang pernah kita dapatkan.
Menurutku dikotomi dicintai secara ugal-ugalan berakhir memaksa, karena kita pun bisa mencintai secara ugal-ugalan. Tak hanya perempuan yang butuh dicintai, tapi juga lelaki.
Jadi terkadang, seberapun hubungan kita teruslah belajar untuk mencintai dan merasa dicintai terus menerus. Karena apa yang kita lihat sering merenggut apa yang sebenarnya sudah cukup untuk kita.
4 notes · View notes
hasnajamilah · 6 months
Text
Focus on Progress
Kamu Gabakal Ada di Tangga Ke-10 Kalau Ga Lewat Tangga 1 atau 2 Kalau naik tangga, kita pasti ngeliat ke tangga diatas kita, bukan di ujung biar ga jatuh.
Tapi kenapa kalau ama goals, kita terlalu sering fokus ama hasil dan ngelupain kalau ada progress yang harus dilewatin. Aku sih terutama, terus lupa menikmati suka duka di prosesnya.
Ga salah sih, hanya saja melewati proses secara sadar membuat kita - tidak buru-buru menagih hasil, karena tahu hasilnya mungkin baru bisa dilihat beberapa tahun lagi - tidak mempermasalahkan hal yang belum terjadi buat kita, entah karena meliht pencapaiaan orang lain ataupun ekspektasi kita - tahu bahwa perjalanan yang kita lakukan itu bukan membawa kita kemana, tapi membawa kita secara sadar mengambil segala langkahnya - saat kita berproses kita bisa belajar menjadi mediocre sehingga selalu fokus memberikan yang terbaik di setiap langkahnya
🧑🏻‍✈️Aku teringat pesan dari seorang mentor “Tuhan itu tak akan menuntut hasil, tpai proses. Jika suatu saat kmu meninggal saat masih berproses aja udah diitung pahala hasil”
Seperti menggunakan metode gap analysis, kita tahu angka 10 yang mau kita tuju itu apa, tapi saat kita tak menentukan jalan 1 ataupun 2 dan tak berusaha bisa ke angka 3 terlrbih dahulu pasti angka 10 ga akan sampai.
Belajar berproses, bukan belajar memiliki hasil mungkin akan merubah sudut pandang kita tentang kehidupan☺️
Mari berproses bersama, kalau kamu sedang mau berproses dalam hal apa nih?
4 notes · View notes
hasnajamilah · 7 months
Text
Backlog dalam Berkomitmen
Ada saat aku memiliki keinginan untuk berkomitmen menulis dalam 30hari. Namun pada hari ke-6 aku kembali bertanya mana komitmen yang sempat ku gaungkan mau ku lakukan sebelumnya?
Ternyata membangun komitmen tidaklah semudah itu, ya. Hingga akhirnya mundur lagi tenggat akhir 30HBC-ku karena ini baru #30hbc2306
Tapi baiklah, aku mengakui beberapa alasan yang ku jadikan pembenaran dan mungkin bisa kalian pelajari untuk hindari dalam membangun komitmen.
⭐️Too perfectionist, dari awal ikut challenge ini aku punya goals untuk membuat feed postinganku menjadi “kuning”. Tapi itu ternyata malah menjadi boomerang balik yang seringkali menjadi alasan buat menunda karena belum mengedit foto dengan unsur kuning, ataupun tak menemukan foto dengan unsur kuning. Key point: kadang kita harus perhatiin hal ini needed ga buat kita pertahanin
📄Who said idea and plan is everything? No, i got 10days list of ideas and plan to things i want to write. Tapi ternyata banyak hal yang bisa menjadi alasan untuk tidak melakukan. Entah karena oh likenya dikit, atau karena lagi sakit ntar aja, atau ya sesimple gaada waktu. But in the end, excuse will always works. So, key pointnya: eksekusi is the key, bukan ide dan plan. Just find a simple-fast-you can do-now for the execution and voila i post it now haha
🪝Commitment take two tango Wheter in my situation the two tango is between me and my so sok-busy schedule on my commitment to write. Commitment is about one and others things, besides two peoples. Key point: sebelum berkomitmen, bersiaplah ama tantangan yang bakal kalian hadapi juga. Entah tanggung jawab tambahan, jika ada kekeliruan dll.
🤸🏻‍♀️It’s about creating system. Entah system yg bikin biar kita semangat nyeleseiinya, atau biar bikin kita ngerasa bersalah ga ngelakuinnya, ataupun sekedar buat tracking. Key poin: find your way to make your own system. Don’t forget to be kind to tourself everyone🥰🥰🥰
So, ada yang lagi belajar bangun komitmen juga?
4 notes · View notes
hasnajamilah · 7 months
Text
Tumblr media
Am I too old to start over? 🤔
Last night, I had a conversation with a friend I hadn't seen in a while. She mentioned how she resonated with the content I used to create back in early 2023, focusing on finding inner peace and reconnecting with ourselves. I realized that I had put my content creation on hold for some time.
I've been contemplating a lot, questioning if I should start creating content again. I've been inactive on Instagram and inconsistent in sharing my thoughts despite everything that's happened this year. I've asked myself, 'Should I write again? Is it too late to start over after being inactive for so long?'
But then it hit me. Starting over, again and again, is not a crime that lands you in jail! It's your mind that becomes the prison when you blame your self-worth for not starting sooner. It's the self-doubt about what others might think of you starting later in the game or the self-criticism for not having it all figured out.
You see, it's your overthinking that holds you back from starting over.
Whether you're embarking on a new career path, picking up a hobby, changing your daily routine, exploring romance, or chasing your dreams, remember to honor yourself for being brave enough to start over. 🥂
Confidence in starting over comes from within, and you're more than capable of it.
If you're ready to embrace new beginnings and break free from self-doubt, join me on my Instagram channel #BeraniCoba (Dare to Try).
Let's support each other on this journey of rediscovery and growth. 🚀✨
2 notes · View notes
hasnajamilah · 7 months
Text
Tumblr media
🕰️ Don't Let the Internet Rush You 🚀
Have you ever scrolled through your feed and felt like you're falling behind? I've been there too. Friends getting married, building homes, going abroad, and succeeding in their ventures. It can feel overwhelming, right?
But here's the truth: Comparing your journey to others' won't get you anywhere. Instead, let's use their achievements as motivation. We should view the internet as a source of inspiration, not competition. Respect your own timeline, and remember:
1️⃣ Everyone's Clock Is Different ⏰: Life unfolds at its own pace. What matters is progress, not the speed.
2️⃣ Embrace Your Unique Path 🌟: Your journey is unlike anyone else's. Celebrate your victories, big and small.
3️⃣ Focus on What Truly Matters 🎯: Define your goals and pursue them passionately. Success is a personal journey.
Ready to embark on your unique journey? Join my instagram channel for exclusive opportunities and insights to help you create your path http://instagram.com/hssnaaj
1 note · View note
hasnajamilah · 1 year
Quote
Sudah tidak mau berusaha mengartikan arti rasa ini, tapi berusaha merasakan dan menerima rasanya saja
hasna jamilah
7 notes · View notes
hasnajamilah · 2 years
Text
2. How would you describe yourself?
Kamu bukanlah apa yang kamu capai atau kenakan, kamu adalah apa yang ada di dalam dirimu dan kamu rasakan. Karena apa salahnya menjadi biasa-biasa saja?
Tumblr media
Banyak yang terjadi dalam hidup kita, membentuk siapa diri kita saat ini. Secara sadar ataupun tidak, semuanya berpengaruh pada kepribadian, pola pikir hingga cara kita menjalani kehidupan. Kalau saja kita sadar, tak ada yang salah dan yang benar kecuali yang ada tuntunan agama dalam menjalani kehidupan.
Kalau sebelumnya di pertanyaan “who are you”, aku bercerita tentang diriku, yang pernah merasa “menjadi manusia seutuhnya” hanya karena memiliki jabatan yang membaut diri merasa berdaya. Iya, rasanya bangga dan juga senang saat bisa menjawab “saya Hasna, dengan jabatan di perusahaan A”--- ah tapi tak ada salahnya juga kok merasa bangga akan pencapaiaan kita pribadi!
Miskonsepsi definisi dan konsep diri.
Kita pasti tak lagi asing dengan beragam teori dan tes kepribadian; DISC, MBTI, Enneagram, Gallup Strength hingga Proto-psikologis. Yang sebenarnya mampu membantu kita mengenali diri kita lebih lanjut, tapi tak bisa menjadi acuan pasti tentang arti diri kita “sebenarnya”.
Lagi-lagi tes kepribadian mungkin memang dilakukan secara ilmiah sehingga didapatkan beberapa bentuk kepribadian dengan ‘kecenderungan’ masing-masing. Tapi bukan berarti itu yang mendefinisikan diri kita. Lucunya, tes kepribadian malah sering kita jadikan pembenaran “yaa wajar aku kan tipe ENFP yang sukanya challenge aja” dan malah membatasi diri kita dari sesuatu yang harusnya bisa kita lalui.
Tes kepribadian lagi-lagi hanya membantumu mengenali kecenderungan dari kebiasaan-kebiasaanmu yang bisa berubah seiring waktu kamu bertumbuh, bukan patokan saklek yang mendefinisikan dirimu.
Lalu bagaimana cara mendefinisikan diri?
Kita bukanlah saat kita memiliki sebuah jabatan
Kita bukanlah apa hasil tes kepribadian yang kamu dapatkan
Kita bukanlah sekedar harapan-harapan yang disemogakan
Aku pernah berlari hingga terseok mengejar sebuah “pencapaiaan”, namun saat ku raih apa yang ku inginkan aku merasa hampa. Ambisi membawaku melebur dalam diri yang kemudian bertanya “lalu apa?”. Aku merasa cukup dan lalu tak tahu lagi harus kemana.
Aku pernah berlomba dengan kawan yang memiliki deretan penghargaan, merasa berharga karena apa yang ku peroleh dapat ku banggakan. Namun mengapa hanya lelah yang kemudian aku rasakan?
Semua informasi berlalu lalang tentang orang-orang terdekat, teman seumur, ataupun orang yang tak ku kenal yang bercerita tentang prestasi mereka di sosial media. Tak munafik, kadang aku merasa insecure iri hati dan merasa diri tak berharga lagi. Hingga akhirnya lupa arah akan mana yang menjadi tujuan.
Ya, aku menulis segala hal yang ku inginkan dalam hidup. Tanpa memilah dan memilih mana yang mau ku jadikan rangkaian cerita perjalanan seorang Hasna. Mengapa ingin terus berlomba, menjadi lebih keren dan memiliki segudang hal untuk diceritakan?
Siapa aku sebenarnya?
Ternyata itu semua bukan aku
Kita adalah serangkaian proses yang kita coba jalankan.
Sebuah realita tiba-tiba menamparku, yang membuatku tersadar bahwa apa yang aku dapat dan banggakan selama ini akan dengan mudah hilang bahkan minus saat Tuhan berkehendak. Ya, semudah itu hingga menyesal pun hanya menghabiskan energi.
Realita yang membuatku tak kuasa lagi berlari dan mulai refleksi diri, karena sebuah pertanyaan “Apa sih definisi seorang Hasna? Apakah pencapaiaannya? Apakah jabatannya? Apakah karena pujian yang disanding padanya? Atau apa karena yang dimilikinya?”
Saat kondisi 0, yang bisa ku lakukan ternyata hanya menangis, semua pencapaiaan tak lagi terasa berharga dan semua pujian tak lagi menjadi penyemangat. Perasaan tak berdaya hingga beragam pertanyaan ke diri sendiri malah menambah beban perasaan.
Ya, kondisi yang akhirnya membuatku lelah sendiri dan tersadar “ternyata selama ini aku hanya berlari untuk sampai ke tujuan, lupa menikmati proses, lupa memahami bahwa diri kita yang sebenarnya adalah tentang kita yang mau berjuang”
Itulah seni menjadi orang yang biasa-biasa saja.
Ya, aku sadar bahwa aku memang tak sepintar teman-teman yang diterima di perusahaan multinasional. Aku pun tak secerdik teman-teman pebisnis yang sudah untuk ratusan juta. Aku bukan orang yang memiliki talenta untuk bisa menjadi ahlinya sekali. 
Yang dulu aku menilai, aku harus menjadi “seseorang” agar bisa menjadi hidup secara utuh. Tapi ternyata, itu semua hanyalah sebuah bias manusia yang tak jarang membuat kita lupa bahwa “sekedar hidup, juga membuat kita menjadi manusia”.
Analogi simpelnya adalah lihat kakek nenek kita yang sudah berusia diatas 70 tahun, bagaimana mereka bisa menikmati hidup? cukup dengan bernapas dan bersyukur melihat anak cucunya. Tak harus menjadi kaya ataupun memiliki segudang prestasi.
Pencapaiaan bukanlah hal biasa yang harus kamu kejar selalu. Tetapi memahami dan menerima diri kita sebagai orang yang “biasa-biasa saja” membuat kita dapat melihat bahwa hidup karena hal-hal sederhana itu “cukup”.
Menjadi biasa-biasa saja membaut kita sadar, bahwa masih banyak hal dalam hidup kita yang harus ditingkatkan tapi bukan untuk kita kejar. Menjadi biasa-biasa saja membuat kita paham; bahwa kita hanyalah satu dari ribuan manusia yang memiliki keunikannya dan cukup menjadi diri kita sendiri saja.
Menjadi biasa-biasa saja membuat kita sadar, bahwa proses adalah apa yang membentuk diri kita.
Sadari, kita berharga karena kita menghargai diri kita. Tak masalah memiliki keinginan ataupun mencari pencapaiaan, tapi yang lebih terpenting adalah memahami bahwa kamu menikmati setiap proses yang kamu lalui.
-------------
Dalam rangka kembali mengenali diri sendiri, aku mencoba menchallenge diri untuk menyediakan waktu 15 menit per hari menulis dengan menjawab 101 question yo ask yourself in life.
Tulisan ini berkolaborasi dengan ilustrasi dari @byakilaa
105 notes · View notes
hasnajamilah · 2 years
Text
Hadir untuk direlakan
Iya, bahkan sejak pertama kali kita dipertemukan aku menduga bahwa kita akan saling merelakan. Tapi kenapa aku masih memilih untuk bertahan? Terkait harapan-harapan yang dipertahankan ternyata, memang sebaik-baiknya tempat berharap hanya pada-Nya
3 notes · View notes
hasnajamilah · 2 years
Text
1. Who are you?
Tumblr media
Pertanyaan yang sering ditemukan setiap kali bertemu orang baru. Jawabannya seringkali spontan dan klise atau bahkan template yang selalu berulang; menjawab dengan nama, tempat tinggal, asal daerah ataupun kesibukan saat ini entah di pendidikan atau pekerjaan. Sebuah pertanyaan yang kadang kala membuat kita bingung dan cenderung tak menghargai diri kita; kok aku begini doang ya ternyata...
Lalu, bagaimana cara mendefinisikan diri kita sendiri?
Kamu bukanlah apa jabatanmu
Aku pernah, ada di posisi  sedang memiliki sebuah jabatan atuapun bergaining position yang akhirnya membuat rasa kepercayaan diriku tinggi. Bangga dan dengan lantang menjawab “Saya Hasna” diikuti dengan penjelasan jabatan pada saat itu. Rasanya seperti I am on top of the world.
Tapi rasa sombong akan sesuatu yang fana itu ternyata membuat diri ini tertampar dan tersadarkan, ternyata lagi-lagi jabatan hanyalah sekedar jabatan, tak mendefinisikan siapa diri kita yang sebenarnya.
Ya, jabatan itu yang dulu ku elu-elukan. Menjadi sumber rasa berdayaku ternyata bukanlah milikku, tetapi milik perusahaan tempat aku bekerja yang dapat sewaktu-waktu digantikan oleh siapa saja. Aku diminta untuk menyelesaikan jabatanku dengan berbagai alasan yang tak ku mengerti dan hanya ada pilihan “baiklah, aku yang akan meminta selesai”. Seketika pun aku merasa hilang dan hampa, Siapa aku?
Mencoba bertanya ke diri sendiri
Hilang, galau, gundah hingga perasaan apakah aku tak seberharga itu mencabik-cabik pikiran dan perasaan. Penyesalan, kemarahan dan kekecewaan menjadi emosi yang menghampiri datang dan pergi. Tak jarang kutemui diriku menangis sesenggukan seorang diri tiba-tiba.
Sebenarnya, ada apa yang salah denganku? begitu tanyaku.
Ternyata aku tak sepenuhnya paham siapa diriku. Tak benar-benar tahu apa yang berhak mendefinisikan diriku. dan tak sadar bahwa aku bukanlah apa yang datang menghampiriku.
Kita bukanlah kekaguman orang lain terhadap kita
Kita bukanlah apa yang melekat di tubuh kita
Kita bukanlah jabatan yang saat ini ada
Kita bukanlah semua yang ada di sekeliling kita
Dan bukankah Kita adalah sebuah proses mengenali diri terus menerus sepanjang hidup?
Bersiap bukan berambisi
Ya, mungkin yang harus kita sadari bahwa hidup adalah sebuah proses terus menerus. Di setiap proses mungkin kita memiliki tujuan, tapi tujuan bukanlah yang mendefinisikan kita. Proseslah yang membentuk dan dapat membantu kita mengetahui diri kita sepenuhnya. Proseslah yang membuat kita untuk bersiap menjadi diri yang penuh harap.
Ibaratnya kita memiliki keinginan menjadi seorang CEO, itu mungkin hanyalah ambisi tentang sebuah tujuan. Kita tak pernah benar-benar paham apakah itu yang kita mau? apa yang harus dilalui untuk ke tahap itu? Apa saja yang diperlukan untuk menjadi CEO? Apakah akan selesai dengan menjadi seorang CEO? Lantas mengejar jabatan itu apakah akan membuat kita puas? Entahlah...
Yang mungkin bisa kita sadari, kalau hanya sekedar menjadi CEO ya sudah buat saja sebuah startup dan labeli diri kita menjadi CEO, seperti banyaknya fenomena anak muda sekarang. Tapi, kalau seperti itu lantas dimana kapabilitas kita? apakah menjadi CEO cukup? apakah kita bisa membawa pertumbuhan yang baik ke startup kita?
Bahkan Steve Jobs, pernah dikeluarkan dari perusahaan yang dibangunnya sendiri. Jabatan bukanlah akhir, menjadi CEO bisa jadi hanya ambisi yang terlahir. Tapi proses kita membentuk diri agar layak menjadi apa yang kita inginkan adalah sebuah proses yang tak boleh kita hindari.
Ya, bersiaplah dengan meningkatkan kapabilitas dan kualitas diri setiap hari.
Mungkin kamu bisa mencoba metode gap analysis yang dapat membantumu bersiap dalam menjadi versi terbaik dari dirimu. Agar kamu bisa mencoba belajar untuk mengenali dan mendefinisikan diri sendiri.
-------------
Dalam rangka kembali mengenali diri sendiri, aku mencoba menchallenge diri untuk menyediakan waktu 15 menit per hari menulis dengan menjawab 101 question yo ask yourself in life.
Tulisan ini berkolaborasi dengan ilustrasi dari @byakilaa 
26 notes · View notes
hasnajamilah · 2 years
Text
Menggantungkan Harapan
Dedaunan jatuh, bukan karena sang ranting tak mau lagi menopangnya, tapi pasti alasan besar daun kembali berguguran.. Seperti memasuki musim gugur misalnya?
Ya, sayang, hidup akan selalu terkesan tak ramah begitu kita lupa kepada siapa harusnya kita bersandar bukan?
Semua harapan itu bukannya harusnya bertumpu pada Sang Ilahi saja?
3 notes · View notes
hasnajamilah · 3 years
Text
Langit sudah gelap, begitu ku dapati sebuah pesan di emailku yang menyatakan aku belum berkesempatan lolos di sebuah program yang aku harapkan. Di antara banyaknya pujian ataupun nilai baik yang aku dapatkan, ternyata penolakan kembali membuatku ciut dan kembali mendeskreditkan diri.
Kenapa lagi-lagi aku belum berhasil? entah karena usahaku yang belum maksimal atau karena doaku yang tak sekencang kandidat lain, entahlah.
Tapi yang aku tahu pasti, kekecewaan ini harus aku selesaikan. Bukankah bukti kecewa terbaik adalah dengan berusaha lebih untuk bisa memaksimalkan diri dalam berkarya? Hingga akhirnya kesempatan itulah yang datang :)
2 notes · View notes
hasnajamilah · 3 years
Text
kenapa sih manusia itu sulit sekali bersyukur? 
selalu berharap lebih pada hal yang tak dimililki.
Apakah materi selalu dijadikan tolak ukur?
padahal, yang namanya hidup akan selalu dipenuhi teka-teki.
1 note · View note
hasnajamilah · 3 years
Text
yang sering kita lupakan
tidak terasa, 8 hari sudah memasuki Ramadhan...
Ingat tidak janjinya setahun yang lalu? katamu akan lebih memaksimalkan ramadhan di tahun depan, dan pasti akan lebih baik... Tapi, sampai sekarang pun, ramadhan tahun ini belum siap kau sambut dengan sebaik-baiknya...
kita, terlampau sering berharap pada esok hari dan lupa mempersiapkannya dari hari ini.
masih bisa, masih ada 8 hari menuju ramadhan.. yuk belajar membersihkan hati, memperbaiki niat yang mulai melenceng, berusaha mengatur waktu dan habits baik hingga selalu bersyukur akan segala ketetapannya..
6 notes · View notes
hasnajamilah · 3 years
Text
Kali terakhir
Tiga kali, yang ketiga akan menjadi yang terakhir kalinya aku berusaha memperjuangkan sesuatu yang selalu ku semogakan sebelumnya. Itu, janjiku pada diriku sendiri.
Sekarang waktunya belajar mengikhlaskan sesuatu yang tidak bisa diperjuangkan, bukan? Berjuang hingga akhir memang perlu, tetapi tetap realistis akan sesuatu bukankah tetap penting? Semangat selalu buat para pejuang, dimanapun kalian berada :)
2 notes · View notes
hasnajamilah · 4 years
Text
Akan ada saatnya kamu bertanya dan mencari jawabannya, namun sejauh apapun dicari ternyata jawabannya ada di dalam dirimu sendiri.
Ya, tentang apapun itu percayalah bahwa kitalah yang selalu tahu tentang apa yang kita inginkan bukan?
7 notes · View notes
hasnajamilah · 4 years
Text
Dalam beberapa hal, semakin tidak tahu akan semakin tenang hidupmu.
Taufik Aulia
2K notes · View notes
hasnajamilah · 4 years
Text
Tumblr media
Kemarilah, duduk di sampingku kita istirahat sejenak. Aku tahu kamu sudah sejauh ini berjalan, tak usah terlalu memaksa dirimu seperti cara bermain anak-anak.
Tak usah semuanya menjadi sempurna, cukup kamu memberikan usaha yang terbaik versimu saja.
Ambillah jeda, pertanyakan lagi apa tujuanmu sejauh ini sudah sesuai dan sudah sejalan?
Ambillah jeda sejenak, untuk belajar kembali hal-hal yang sudha banyak berubah.
Ambillah jeda, untuk melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda.
Ambillah jeda, agar kamu tahu kita semua manusia yang tak sempurna
3 notes · View notes