Tumgik
shellymushollia · 3 years
Text
Please check it yaa..
Thank you 💞
3 notes · View notes
shellymushollia · 4 years
Text
Tumblr media Tumblr media
Online Sharing Session #2
By CHIAST Project
*[FREE]*
Masa Pandemi COVID-19 sudah menemani kebhidupan kita semua di 7 bulan terakhir ini. Menjaga kesehatan mental sendiri saja terkadang terseok-terseok. Bagaimana dengan kondisi mental orang tua atau caregiver yang juga mendampingi ABK? Tentunya membutuhkan dukungan dan usaha lebih agar tetap sehat secara mental ya!
Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Mental Dunia 2020, Child Enthusiast Project mempersembahkan Online Sharing Session #2 dengan topik : _Seni Merawat Kesehatan Mental sebagai Orang Tua Anak Berkebutuhan Khusus di Masa Pandemi COVID-19._
Pada kesempatan kali ini, kita akan berdiskusi dengan *Ibu Dr. Sri Susanti Tjahja Dini, M.Pd* yang merupakan Founder Sekolah Baruku beserta putranya, *Taqiyuddin Umar* yang merupakan seorang siswa tuna rungu kelas 9 di SMP-IT Insan Permata Malang. Kita akan berdiskusi bagaimana sih menjaga kesehatan mental dari sudut pandang orang tua maupun caregiver ABK dan bagaimana ABK menghadapi pandemi ini.
*Kapan tuh pelaksanaannya?*
📅 Sabtu, 24 Oktober 2020
🕰️ 15.30 WIB
🖥️ Google Meet (link akan dibagikan saat hari H)
Mari ikuti Online Sharing Session #2 CHIAST Project melalui link pendaftaran
bit.ly/daftaross2chiast atau bisa klik link di bio kami ya!
Informasi lebih lanjut
wa.me/6285640391470
_____________________
Child Enthusiast Project
_Media edukasi, sharing, dan diskusi tentang anak, terkhusus anak berkebutuhan khusus._
Yuukk.. follow ig @chiastproject
#ABK
#AnakBerkebutuhanKhusus
#SpecialNeedChildren
#chiastproject
2 notes · View notes
shellymushollia · 4 years
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
47 notes · View notes
shellymushollia · 4 years
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
177 notes · View notes
shellymushollia · 4 years
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
25 notes · View notes
shellymushollia · 4 years
Text
Dear all mothers,
Parenting is full of surprises
Parenting is not about running your plans
Children have their own personal timeline
Children have their own ways of doing things
Embrace the unexpected surprises on your days
Realize that we never have control on any outcomes
When we feel that our child is not according to our expectations,
When we feel that our child is not following our ambitions,
Please.. always remember this,
"Is it about my child or about me?"
Have fun adapting and adjusting to your child's surprises
Have fun understanding your child's needs
Have fun in the connection between you and your child
Enjoy the process! :)
with love,
shelly
5 notes · View notes
shellymushollia · 4 years
Text
Dear all mothers,
Let's love ourselves and take care of ourselves.
Children are watching us so closely, subconsciously observing, watching and mimicking our every move. How we treat ourselves, talk about ourselves, love ourselves and care of ourselves.
When we feel low we vibrate at a low frequency and our children are very susceptible to our energy. When we vibrate high, we are content and optimistic.
Self care is anything that raises our vibrations. This can be as simple as having a cry, breathing in for 4, holding for 7, and breathing out for 8.
Begin to become aware of what raises our vibrations and what lowers it. Then we become clear about what self care really means which ultimately is self love- the thing we want our children to have huge amounts of.
with love,
shelly
18 notes · View notes
shellymushollia · 4 years
Text
Dear all mothers,
Children will see the way you look at yourself. They’ll hear what you say to others and to yourself. They’ll learn about the world from the way you interact with the world.
It's okay, no parents are perfect.
Let's befriend with the mess.
Forgive for failure.
Accept flaws.
Embrace imperfection.
We always learn during our lives.
Your child needs to know that they’re not a failure when they fail. And it starts with you.
with love,
shelly
9 notes · View notes
shellymushollia · 4 years
Text
Dear all mothers,
Love yourself like your child loves you
Forgive yourself like your child forgives you.
And they will grow up to love themselves without condition too.
with love,
shelly
22 notes · View notes
shellymushollia · 4 years
Text
Dear all mothers,
One of the most beautiful things a mother can do for her family is to love herself deeply, compassionately and unconditionally. Not when she is better at anything, but right now, as she is, as you are.
with love,
Shelly
158 notes · View notes
shellymushollia · 4 years
Text
Reminder diri sendiri lagi dari tulisan lama, bismillah!
Parenting#10 : Tips Mendidik Anak Sukses, Berawal dari Bangun Pagi
1. Perbaikan kualitas generasi selayaknya dimulai dgn kebiasaan bangun di pagi hari. Sebab, generasi unggul bermula dari pagi yang berkualitas.
2. Kebiasaan bangun pagi hendaklah dimulai dari usia dini. Peran Ayah amat dinanti. Ayah yang peduli tak abai dalam urusan bangun pagi buah hati.
3. Jika anak terbiasa bangun siang. Maka keberkahan hidup melayang. Aktivitas ruhani menjadi jarang. Perilaku menjadi uring-uringan.
4. Mulailah dengan malam yang berkualitas. Anak tidak terjaga di ambang batas. Harus buat peraturan tegas. Kapan terjaga dan kapan pulas.
5. Setelah Isya jangan ada aktivitas fisik berlebihan. Upayakan aktivitas yang menenangkan. Membaca atau bercerita yang berkesan.
6. Biasakan berbagi perasaan. Mulai dengan cerita aktivitas harian. Evaluasi jika ada yang tidak berkenan. Sekaligus sarana pengajaran.
7. Buat kesepakatan bangun jam berapa. Lantas, anak mau dibangunkan bagaimana. Jadikan ini sebagai modal membangunkan di pagi harinya.
8. Tutuplah aktivitas malam dengan mendengarkan tilawah. Agar anak tidur membawa kalimat Allah Pemberi Rahmah. Dan terekam dalam memorinya.
9. Pagi pun datang. Jalankan kesepakatan yg dibuat sebelum tidur menjelang. Bangunkan anak penuh kasih sayang. Bangunkan dengan cara yang ia sepakati.
10. Jika anak menolak tuk beranjak, ingatkan akan kesepakatan semalam. Anak siap terima konsekuensi tanpa diancam. Batasi kesenangannya yang berlebihan.
11. Bangunkan anak dengan kalimat Illahi. Agar paginya diberkahi. Jika perlu adzan di telinga kanan dan kiri. Bisikan dengan lembut tembus ke hati.
12. Jika ia segera bangun, jangan lupa apresiasi. Hadiahi dengan doa dan kecupan di pipi. Tak lupa bertanya tentang mimpi. Anak butuh waktu transisi.
13. Jika anak telah terjaga, siapkan aktivitas olah jiwa dan raga. Agar fisik anak bergerak tak kembali ke kasur yg menggoda. Semoga jadi pola kesehariannya.
14. Jalankan pola ini minimal 2 pekan. Agar lama-lama jadi kebiasaan. Insyaa Allah anak bangun pagi dengan kesadaran. Sebab tubuhnya telah menyesuaikan.
15. Jika ayah tak sempat membangunkan, karena harus segera ke kantor kejar setoran, mintalah ibu berganti peran. Agar anak tak merasa diabaikan.
16. Jangan sampai anak tumbuh remaja, punya kebiasaan yang tidak mulia. Bangun pagi selalu tertunda. Sholat shubuh di waktu dhuha. Banyak melamun tak ada guna.
17. Jika terlanjur anak bangun kesiangan. Buatlah rencana bersama pasangan. Konsisten dan tidak saling menyalahkan. Fokus kepada upaya perbaikan.
18. Sebelum terlambat, segera bertindak cepat. Agar masa depan anak selamat. Fokuslah kepada perbaikan pola tidur yang sehat.
19. Jika anak terbiasa bangun pagi sedari dini, itu ciri anak berprestasi. Tak mudah dipengaruhi berbagai pergaulan yang tidak islami.
20. Jadi, tunggu apalagi. Jangan hanya bisa marah dan berteriak. Segera bertindak untuk buah hati. Fokuslah kepada bangun pagi.
Selamat beraksi.
Sumber : Parenting Care
29 Desember 2017 | ©shellymushollia
755 notes · View notes
shellymushollia · 4 years
Text
Tumblr media
Kesiapan Anak Masuk Sekolah Dasar
Teman seusia anakku sudah masuk sekolah. Anakku sudah siap belum ya? Sebentar lagi anakku masuk sekolah. Aku harus memilih sekolah A atau B? Hal apa saja yang bisa aku berikan untuk persiapan anakku masuk sekolah?
Dan mungkin masih banyak lagi pertanyaan yang muncul di benak Ayah, bunda, serta teman-teman yang berkecimpung di dunia pendidikan dan perkembangan anak mengenai hal ini. Karena tentunya sebagai orang tua, kita ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak bukan?
Oleh karena itu, yuk ikut kulwap perdana dari CHIAST Project dengan tema "Kesiapan Anak Masuk SD" bersama Nisrina Putri, S.Psi, pada :
🗓️ Minggu, 9 Februari 2020
🕒 16.00- 18.00 WIB
📲 Grup WA
FREE!
Langsung aja daftar ke :
Isti - 085640391470
Sampai jumpa di kulwap nanti yaaa! 😊
1 note · View note
shellymushollia · 4 years
Text
"You can choose to not believe the truth, but that doesn't make it less true."
11 notes · View notes
shellymushollia · 4 years
Text
Teman Hidup
Dulu kalau ditanya, "Kenapa nikah?", jawabanku sangat serius dan filosofis, bak caleg lagi kampanye. Sekarang, kalo ditanya, jawabanku lebih simpel: karena aku butuh teman hidup. Ya, sesederhana itu. Tapi, penjelasan di belakangnya rumit juga sih.
Nikah itu fitrah. Deep down, kita takut hidup sendiri. Kita butuh teman. Persis kayak lagu Vina Panduwinata, "Seindahnya dunia fana, dan sedamainya surga. Tetap bagai neraka tanpamu." Yg mengingatkanku pada kisah Nabi Adam as. Sudah enak tinggal di surga, tapi tetap saja terasa kurang kalau ngga ada teman utk menikmatinya. Sehingga diciptakanlah teman sejiwa bernama Hawa.
Nikah sering diromantisasi sebagai peristiwa yg menyatukan dua insan dalam kebahagiaan. Dramatis sekali. Di sisi lain, nikah juga sering digambarkan sebagai peristiwa peradaban. Sesuatu yg bisa menciptakan perubahan. Serius sekali. Aku mengambil jalan tengahnya saja. Dalam pernikahan, ada pemenuhan kebutuhan dasar manusia untuk memiliki teman, ada pula petualangan untuk mencari kehidupan yang bermakna.
Nikah itu, sama seperti pilihan hidup lainnya. Sesuatu yang melahirkan konsekuensi berupa tanggung jawab nan besar. Tapi, nikah juga ngga melulu berisi hal-hal berat seperti debat capres. Ada visi misi, program kerja, dkk.
Mungkin perlu lebih luwes saja sih. Adakalanya kita perlu memandang keluarga sbg "perusahaan" dan pasangan sbg "partner bisnis", harus ada target, program, evaluasi, dst.
Tapi, adakalanya kita juga perlu beristirahat sejenak dari misi-misi "peradaban" yg seringkali bikin kita ngga nyante. Ibarat lagi jalan, kita pengen cepet-cepet nyampe tujuan. Anak diburu-buru supaya bisa ini-itu (misal: hafal Qur'an, bisa baca tulis hitung, dsb). Suami/istri terlalu sibuk di luar rumah demi misi peradaban (bahwa dia harus bermanfaat bagi banyak orang). Tapi lupa untuk menikmati prosesnya yang berjalan manusiawi: anak bisa malas, istri bisa jenuh, suami butuh disentuh, dsb. Lupa memperhatikan sisi-sisi humanis.
Dalam pernikahan, aku belajar untuk punya tujuan dan impian besar, tapi tetap kalem dan enjoy di perjalanannya. Karena kebahagiaan itu seringkali adanya ya di proses itu. Toh pada hakikatnya, tujuan menikah tetap saja untuk "litaskunu ilaiha", agar kita merasa tenteram. Kalau serba cepat-cepat, terlalu strict pada target/tujuan besar, sehingga tidak menyisakan ruang untuk kita menikmati proses humanisnya, jangan-jangan kita lagi di akademi militer? Hehe.
874 notes · View notes
shellymushollia · 4 years
Text
Keluarga Ideal di Mata Allah SWT : (3) Menjadi Tauladan bagi Anak & Keluarga
Kisah berikutnya yang juga tidak pernah lepas dari keluarga Nabi Ibrahim AS adalah kisah tentang disyariatkannya ibadah qurban bagi umat muslim. Kerinduan akan kedua orang yang Nabi Ibrahim cintai, Hajar dan Ismail, begitu besar. Saat tiba masanya, Nabi Ibrahim pun berkunjung menemui mereka. Namun, ujian kerinduan masih belum selesai. Saat Nabi Ibrahim telah bersama anaknya, ia bermimpi bahwa dirinya menyembelih putranya, yaitu Ismail AS. Setelah ia bangun dari tidurnya, Ibrahim pun tahu bahwa mimpi tersebut adalah perintah Allah SWT, maka Nabi Ibrahim mendatangi anaknya dan berkata,
“Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ismail menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaaffaat: 102)
Nabi Ibrahim membawa Ismail ke Mina, lalu ia meletakkan kain di atas wajah Ismail agar ia tidak melihat wajah anaknya yang dapat membuatnya terharu, sedangkan Nabi Ismail telah siap menerima keputusan Allah SWT. Ketika Nabi Ibrahim telah membaringkan anaknya di atas pelipisnya dan keduanya telah menampakkan rasa pasrahnya kepada Allah, maka Ibrahim mendengar seruan Allah SW.
“Wahai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” (QS. Ash Shaafffat: 104-106)
Setelah itu, Nabi Ibrahim melihat malaikat Jibril dengan membawa kambing yang besar. Maka Nabi Ibrahim mengambilnya dan menyembelihnya sebagai ganti dari Ismail.
Apa hIkmah dari kisah tersebut?
Setiap kita yang mengatakan dirinya Islam dan beriman, pasti diuji akan oleh Allah SWT. Dan untuk mendapatkan cinta Allah SWT layaknya Nabi Ibrahim AS adalah kita yang mampu mengosongkan hatinya hanya untuk Allah SWT, tidak untuk harta, belahan jiwa, apalagi dunia yang bersifat fana.
Akan tetapi tentu kita tidak tidak akan diuji layaknya ujian Nabi Ibrahim atau Nabi Ismail, karena ujian seorang hamba disesuaikan dengan keimanan dan disesuaikan dengan kadar kemampuan.
Kisah ini juga menunjukkan bahwa dalam beriman kita sangat membutuhkan kesabaran. Sabar dalam melaksanakan perintah Allah, sabar untuk meninggalkan larangan-larangan Allah, sabar untuk menghadapi berbagai macam ujian kehidupan. Tanpa kesabaran, kita akan terseret di dalam jurang kenistaan. Tanpa kesabaran, kita akan mudah untuk mengikuti perintah syaitan.Tanpa kesabaran kita tidak akan bisa beriman kepada Allah SWT.
Dari kisah inilah hikmah atas, seorang anak pasti akan mencontoh keimanan dan akhlak dari kedua orangtuanya. Perangai Nabi Ismail tentu tidak lepas dari peran pendidikan dari Nabi Ibrahim AS dan Ibunda Hajar dalam bertauhid dan bertaqwa kepada Allah SWT, dan tentunya atas ijin Allah SWT melalui doa-doa yang dipanjatkan kedua orangtuanya.
Semoga Allah SWT memberikan kita kemudahan dalam mencapai sebuah keluarga terbaik di mata Allah SWT dengan menjalankan peran terbaik sebagai Ayah, Ibu, atau anak di jalan ketaaatan dan ketaqwaan kepada Nya. Sebab, tonggak kemajuan peradaban muslim dapat kita raih melalui himpunan dari keluarga kecil yang beradab di atas pondasi ketaqwaan. Aamiin...
©shellymushollia
14 notes · View notes
shellymushollia · 4 years
Text
Keluarga Ideal di Mata Allah SWT : (2) Mendidik Pasangan dengan Taqwa dan Sabar
Kisah air zamzam merupakan kisah yang tak akan pernah lepas dari kedua orang nan mulia, Ibunda Hajar dan Ismail AS. Pernikahan Nabi Ibrahim AS dengan Sarah yang hingga kala itu belum dikaruniai keturunan, membawa langkah beliau untuk kemudian menikah dengan seorang wanita bernama Hajar. Bukan hal yang mudah bagi Nabi Ibrahim untuk melakukan hal tersebut kepada Sarah, istri tercintanya, maupun kepada Hajar. Berbagai lika-liku kehidupan rumah tangga harus dijalani ketiganya.
Hingga atas izin Allah SWT, pernikahan Nabi Ibrahim dengan Hajar dikaruniai seorang putra, buah cinta yang selama ini Nabi Ibrahim nanti-nantikan kehadirannya. Akan tetapi sekali lagi Allah SWT menguji hamba terkasih-Nya, untuk meninggalkan Hajar dan Ismail di tempat yang jauh, tak berpenghuni, bahkan tidak terdapat tanam-tanaman di sekelilingnya. Ketiganya hanya saling terdiam, layaknya puasa bicara selama dalam perjalanan, hingga akhirnya Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail di tempat yang nantinya akan dibangun Baitullah, dengan berbekal geriba berisi kurma dan air secukupnya.
Lantas, Nabi Ibrahim membalikkan punggungnya untuk meninggalkan tempat tersebut. Hajar pun mengikuti Nabi Ibrahim dan berkata,
Hajar : Wahai Ibrahim! Kemana engkau hendak pergi meninggalkan kami di lembah yang tak berpenghuni dan tak ada apapun di sini?
Hajar menanyakan hal tersebut berulang kali, namun Nabi Ibrahim tidak juga menolehnya. Akhirnya Hajar bertanya,
Hajar : Apakah Allah yang memerintahkan hal ini kepadamu?
Ibrahim : Benar.
Hajar : Kalau begitu, Allâh tidak akan menyia-nyiakan kami.
Kemudian Hajar kembali ke tempat semula (masyaa Allah)
“Ya Rabb kami! sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, wahai Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (Ibrahim: 37)
Sekantung kurma dan segeriba air pemberian Ibrahim telah habis. Kembali ia dalam terik matahari dan hempasan pasir gurun. Ketika Ismail meronta, perjuangannya benar-benar harus dimulai. Ia harus menemukan air, atau bertemu seseorang yang dapat dimintainya pertolongan. Wanita itu naik ke bukit Safa dan menyapu pandang. Tak seorangpun tampak di seluruh penjuru, dan tak ada air setitikpun. Kembali ia turun, bersegera menuju bukit Marwa, namun hasilnya sama. Begitulah, ia terus berlari, berkali-kali hingga Allah memancarkan air zam-zam yang melimpah lewat hentakan kaki mungil Ismail AS.
Kisah tersebut memberikan hikmah betapa pentingnya peran ketaatan seorang suami kepada Allah sehingga mampu mendidik isterinya untuk menjalankan ketaatan pula di jalan Allah SWT. Begitupun sebaliknya, seorang isteri yang telah mendidik dirinya dalam ketaatan kepada Allah, juga sangat dibutuhkan untuk mendukung suaminya dalam memperjuangkan kebaikan dan agama Allah SWT.
Kematangan Hajar dalam memposisikan putranya sebagai amanah dari Allah SWT, menjadikannya sosok wanita yang sulit dibayangkan. Seorang ibu yang harus mengandung, mendidik, merawat Ismail, terlebih dengan perjuangannya di tanah tandus kota Makkah berdua bersama. Posisi wanita yang selalu mengedepankan perasaan diatas jernihnya pemikiran, secara lumrah akan membawa manusia biasa pada penolakan perintah tersebut. Namun dia adalah Hajar, wanita yang sedari  muda telah diterpa berbagai ujian. Ibadah sa’i yang hingga saat ini di syariatkan bermula darinya.
Menjadi Hajar adalah menjadi pendidik utama, pendorong keluarganya, menjadi madrasah terbaik bagi putra-putrinya. Sebab dibalik kesabaran Ismail dan keberanian Ibrahim dalam melaksanakan titah Allah, terdapat sosok Hajar yang begitu tabah dan mendukung langkah-langkah ibadah para nabi mulia.
©shellymushollia
12 notes · View notes
shellymushollia · 4 years
Text
Keluarga Ideal di Mata Allah SWT : (1) Mendidik Diri dengan Tauhid
Nabi Ibrahim AS termasuk seorang yang hanif (lurus) keimanannya sedari beliau kecil. Atas bimbingan dan hidayah dari-Nya, Nabi Ibrahim senantiasa berusaha mengenal Allah SWT untuk mentauhidkan Rabbul ‘Alamin.
“Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar, "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.” Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami) di langit dan di bumi, dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) berkata, "Inilah Tuhanku.” Tetapi tatkala bintang itu lenyap, dia berkata, "Saya tidak suka kepada yang lenyap.” Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit, dia berkata, "Inilah Tuhanku.” Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata, "Sesungguhnnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat." Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata, "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar." Maka tat­kala matahari itu telah terbenam, dia berkata, "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (Al-An’am : 74-79)
Hikmah dari kisah yang pertama ini adalah, bahwa sesungguhnya semua manusia memiliki fitrah mengenal penciptanya sedari ia dilahirkan. Hanya saja apakah kita mau berusaha untuk mengejar hidayah Nya ataukah hendak membantah tentang Allah SWT, padahal sesungguhnya Allah SWT telah memberi petunjuk kepada kita.
Sebagai seorang muslim yang sudah dewasa, sudah sepantasnya kita mendidik diri kita sendiri menuju pribadi seorang muslim yang kaffah. Memang bukan hal yang mudah untuk beristiqamah, terlebih sifat manusiawi kita dengan keimanan yang sering kali naik turun. Namun ingatlah sebuah nasehat dari seorang ulama,
“Jika kau berada di jalan Allah berlarilah kencang, jika sulit maka tetaplah berlari meski hanya lari-lari kecil, bila engkau lelah berjalanlah. Apabila semua itu tak mampu kau lakukan tetaplah maju meski harus merangkak dan jangan pernah sekalipun berbalik arah.”
Bahkan Allah SWT sendiri sudah berjanji,
Rasulullah SAW bersabda: Allah SWT berfirman, “Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, Aku bersamanya bila dia ingat Aku. Jika dia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Jika dia menyebut Nama-Ku dalam suatu perkumpulan, Aku menyebutkan dalam perkumpulan yang lebih baik dari mereka. Bila dia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika dia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika dia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR Bukhari Muslim)
©shellymushollia
19 notes · View notes