Tumgik
#Ceritaku
careerclass · 5 months
Text
Anak Kedua
Mungkin menjadi harapan, mungkin juga tidak diharapkan. Menjadi yang tidak terlalu dinanti seperti yang pertama. "Sebelumnya emang susah, tapi yang kedua pasti mudah." Bukan menjadi cucu yang diberi warisan atau bukan menjadi anak kesayangan. Menjadi yang kadang lupa dijemput, menjadi yang kurang diprioritaskan. Sampai lahir lagi anak ketiga, keempat. Anak kedua merawat, bermain, dan menjaga.
Jika ada anak pertama yang sangat dinanti, atau anak ketiga yang sangat dimanja, anak kedua menjadi yang terlupa. Sehingga ia menjadi anak yang hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri. Menangis sendiri, terluka dan mengobati dirinya sendiri. Merayakan ultang tahun di tempat rantau sendiri. Menahan keinginan diri, mendapat yang sudah usang dari kakaknya, dan memberi yang dimiliki untuk adiknya.
Pada akhirnya anak kedua hanya berharap, hadirnya dinanti dan dirindu. Pada akhirnya anak kedua hanya berharap, untuk sesekali dipeluk. Pada akhirnya anak kedua hanya berharap, mendapat kasih, mendapat perhatian. Pada akhirnya anak kedua hanya berharap, mendapat yang kakak atau adiknya dapatkan.
Kepadamu anak kedua,
Jika semuanya terlalu berat sekarang, semoga kamu bisa menyandarkan pundakmu sejenak. Memaafkan dan mengikhlaskan. Jika semuanya terlalu berat sekarang, yakinlah bahwa Pelaut ulung tidak lahir dari laut yang tenang. Bersabarlah, Anak Kedua.
17 Nov 23
77 notes · View notes
iniakunisna · 1 month
Text
Orang lain bilang, peran kita kecil
atau mungkin kita sendiri yg bilang begitu(?)
Tapi, Mesranya
Tuhan menjadikan kita bintang utamanya
11 notes · View notes
neechanbe · 3 months
Text
Sakit yang ku simpan sendiri
Jujur akhir-akhir ini capek sama diri sendiri. Dibilang introvert juga bisa dibilang Extrovert juga bisa.
Aku bingung dengan orang-orang yang dengan berani pengatakan penolakan secara tidak halus atau bahkan dengan cara membentak kepada orang lain yang meminta bantuan atau mungkin ajakan tanpa memikirkan perasaannya.
Dan aku sering diposisi yang ditolak, di bentak dan sebagainya. Padahal untuk menyampaikan opiniku saja aku harus berpikir berkali-kali agar tidak menyakiti mereka, mengumpulkan energi untuk melakukannya. Tapi dengan entengnya mereka jika tidak mau atau menolak selalu saja dengan cara yang meyakitkan. Padahal ketika mereka terkena musibah atau masalah, pasti mereka minta bantuanku. Dan selalu ku bantu.
Aku tidak meminta atau mengharapkan timbal balik. setidaknya aku hanya ingin diperlakukan dengan baik saja, dihargai. tidak apa jika kalian terkadang tidak setuju denganku, tapi bisakah kalian menolak dengan baik?.
Terkadang jika terlalu capek, rasa ingin jahatku muncul, rasanya ingin tidak membantu mereka ketika mereka merengek datang padaku, menyebut namaku. Tapi ketika mereka datang meminta bantuan, sulit sekali untuk diri ini menolaknya. Aku harus bagaimana?
Sampai aku pernah di titik di mana aku benci dengan orang yang menyebut namaku, memanggil namaku lalu mereka berjalan mendekatiku dan berakhir aku di jadikan sampah untuk masalah-masalah mereka. Benci jika namaku terucap.
entah bagaimana lagi tapi aku ingin sekali bebas dari itu semua. Ingin memiliki teman yang bisa aku ajak berbagi, yang bisa menghargaiku, walau itu hanya teman virtual.
Capek dengan diri ini yang selalu seperti ini, mencoba untuk berubah tapi aku berusaha sendiri, tidak ada yang menyemangati, menasehati atau apapun. Hanya dengan menulis seperti inilah aku bisa mengungkapkan isi perasaanku.
Iya hanya Tuhan dan catatan kecil ini tempatku bercerita. Walau aku tahu di catatan kecil ini juga mungkin tidak ada yang membaca. Tapi setidaknya keluhanku bisa sedikit berkurang.
Dan lagi-lagi jika bertemu mereka atau orang-orang sekitar, ketika meminjam telinga mereka, mereka bilang lukaku tak seberapa.
maka dari itulah aku memilih untuk tidak meminjam telinga lagi. Tuhan rasanya ingin menjerit dan menangis sejadi-jadinya. Tapi diriku selalu berusaha ceria, selalu tersenyum di depan mereka. Aku takut ketika tangisku pecah dan diketahui oleh mereka. Hanya cukup denganmu Ya Allah.
Akan ku tahan rasa sakit ini sendiri walau sakitnya sampai menebus ulu hati bahkan sampai menusuk daun telinga dan kerongkongan. Jika kesabaranku ini nanti membuahkan hasil, Ya Allah bolehkah aku meminta hasil, seseorang yang bisa mengerti aku dan juga mengabulkan apa yang sebelumnya belum pernah aku dapat?, satu saja tidak apa. Satu pun sudah cukup jika dia benar-benar mengerti dan bisa menghargai ku .
Terima kasih Tuhan atas semua kekuatan-MU.
4 notes · View notes
hasnajamilah · 2 years
Text
2. How would you describe yourself?
Kamu bukanlah apa yang kamu capai atau kenakan, kamu adalah apa yang ada di dalam dirimu dan kamu rasakan. Karena apa salahnya menjadi biasa-biasa saja?
Tumblr media
Banyak yang terjadi dalam hidup kita, membentuk siapa diri kita saat ini. Secara sadar ataupun tidak, semuanya berpengaruh pada kepribadian, pola pikir hingga cara kita menjalani kehidupan. Kalau saja kita sadar, tak ada yang salah dan yang benar kecuali yang ada tuntunan agama dalam menjalani kehidupan.
Kalau sebelumnya di pertanyaan “who are you”, aku bercerita tentang diriku, yang pernah merasa “menjadi manusia seutuhnya” hanya karena memiliki jabatan yang membaut diri merasa berdaya. Iya, rasanya bangga dan juga senang saat bisa menjawab “saya Hasna, dengan jabatan di perusahaan A”--- ah tapi tak ada salahnya juga kok merasa bangga akan pencapaiaan kita pribadi!
Miskonsepsi definisi dan konsep diri.
Kita pasti tak lagi asing dengan beragam teori dan tes kepribadian; DISC, MBTI, Enneagram, Gallup Strength hingga Proto-psikologis. Yang sebenarnya mampu membantu kita mengenali diri kita lebih lanjut, tapi tak bisa menjadi acuan pasti tentang arti diri kita “sebenarnya”.
Lagi-lagi tes kepribadian mungkin memang dilakukan secara ilmiah sehingga didapatkan beberapa bentuk kepribadian dengan ‘kecenderungan’ masing-masing. Tapi bukan berarti itu yang mendefinisikan diri kita. Lucunya, tes kepribadian malah sering kita jadikan pembenaran “yaa wajar aku kan tipe ENFP yang sukanya challenge aja” dan malah membatasi diri kita dari sesuatu yang harusnya bisa kita lalui.
Tes kepribadian lagi-lagi hanya membantumu mengenali kecenderungan dari kebiasaan-kebiasaanmu yang bisa berubah seiring waktu kamu bertumbuh, bukan patokan saklek yang mendefinisikan dirimu.
Lalu bagaimana cara mendefinisikan diri?
Kita bukanlah saat kita memiliki sebuah jabatan
Kita bukanlah apa hasil tes kepribadian yang kamu dapatkan
Kita bukanlah sekedar harapan-harapan yang disemogakan
Aku pernah berlari hingga terseok mengejar sebuah “pencapaiaan”, namun saat ku raih apa yang ku inginkan aku merasa hampa. Ambisi membawaku melebur dalam diri yang kemudian bertanya “lalu apa?”. Aku merasa cukup dan lalu tak tahu lagi harus kemana.
Aku pernah berlomba dengan kawan yang memiliki deretan penghargaan, merasa berharga karena apa yang ku peroleh dapat ku banggakan. Namun mengapa hanya lelah yang kemudian aku rasakan?
Semua informasi berlalu lalang tentang orang-orang terdekat, teman seumur, ataupun orang yang tak ku kenal yang bercerita tentang prestasi mereka di sosial media. Tak munafik, kadang aku merasa insecure iri hati dan merasa diri tak berharga lagi. Hingga akhirnya lupa arah akan mana yang menjadi tujuan.
Ya, aku menulis segala hal yang ku inginkan dalam hidup. Tanpa memilah dan memilih mana yang mau ku jadikan rangkaian cerita perjalanan seorang Hasna. Mengapa ingin terus berlomba, menjadi lebih keren dan memiliki segudang hal untuk diceritakan?
Siapa aku sebenarnya?
Ternyata itu semua bukan aku
Kita adalah serangkaian proses yang kita coba jalankan.
Sebuah realita tiba-tiba menamparku, yang membuatku tersadar bahwa apa yang aku dapat dan banggakan selama ini akan dengan mudah hilang bahkan minus saat Tuhan berkehendak. Ya, semudah itu hingga menyesal pun hanya menghabiskan energi.
Realita yang membuatku tak kuasa lagi berlari dan mulai refleksi diri, karena sebuah pertanyaan “Apa sih definisi seorang Hasna? Apakah pencapaiaannya? Apakah jabatannya? Apakah karena pujian yang disanding padanya? Atau apa karena yang dimilikinya?”
Saat kondisi 0, yang bisa ku lakukan ternyata hanya menangis, semua pencapaiaan tak lagi terasa berharga dan semua pujian tak lagi menjadi penyemangat. Perasaan tak berdaya hingga beragam pertanyaan ke diri sendiri malah menambah beban perasaan.
Ya, kondisi yang akhirnya membuatku lelah sendiri dan tersadar “ternyata selama ini aku hanya berlari untuk sampai ke tujuan, lupa menikmati proses, lupa memahami bahwa diri kita yang sebenarnya adalah tentang kita yang mau berjuang”
Itulah seni menjadi orang yang biasa-biasa saja.
Ya, aku sadar bahwa aku memang tak sepintar teman-teman yang diterima di perusahaan multinasional. Aku pun tak secerdik teman-teman pebisnis yang sudah untuk ratusan juta. Aku bukan orang yang memiliki talenta untuk bisa menjadi ahlinya sekali. 
Yang dulu aku menilai, aku harus menjadi “seseorang” agar bisa menjadi hidup secara utuh. Tapi ternyata, itu semua hanyalah sebuah bias manusia yang tak jarang membuat kita lupa bahwa “sekedar hidup, juga membuat kita menjadi manusia”.
Analogi simpelnya adalah lihat kakek nenek kita yang sudah berusia diatas 70 tahun, bagaimana mereka bisa menikmati hidup? cukup dengan bernapas dan bersyukur melihat anak cucunya. Tak harus menjadi kaya ataupun memiliki segudang prestasi.
Pencapaiaan bukanlah hal biasa yang harus kamu kejar selalu. Tetapi memahami dan menerima diri kita sebagai orang yang “biasa-biasa saja” membuat kita dapat melihat bahwa hidup karena hal-hal sederhana itu “cukup”.
Menjadi biasa-biasa saja membaut kita sadar, bahwa masih banyak hal dalam hidup kita yang harus ditingkatkan tapi bukan untuk kita kejar. Menjadi biasa-biasa saja membuat kita paham; bahwa kita hanyalah satu dari ribuan manusia yang memiliki keunikannya dan cukup menjadi diri kita sendiri saja.
Menjadi biasa-biasa saja membuat kita sadar, bahwa proses adalah apa yang membentuk diri kita.
Sadari, kita berharga karena kita menghargai diri kita. Tak masalah memiliki keinginan ataupun mencari pencapaiaan, tapi yang lebih terpenting adalah memahami bahwa kamu menikmati setiap proses yang kamu lalui.
-------------
Dalam rangka kembali mengenali diri sendiri, aku mencoba menchallenge diri untuk menyediakan waktu 15 menit per hari menulis dengan menjawab 101 question yo ask yourself in life.
Tulisan ini berkolaborasi dengan ilustrasi dari @byakilaa
105 notes · View notes
taapita · 1 year
Text
Cerita Skripsi
Bagian 1
Ingin kuceritakan tentang tahun keempat di perkuliahan. Ya, tepatnya saat semester 7 dan 8. Masa itu adalah masa yang krusial bagi mahasiswa.Saat masuk semester 7, aku mulai memasuki lahan praktik klinik. Di samping itu, aku juga dihadapkan dengan skripsi.Membagi waktu antara praktik klinik dan skripsi cukup sulit bagiku. Hingga pernah 1 bulan berhenti dari skripsi untuk fokus pada praktik klinik.Praktik klinik yang kulalui sekitar 1 bulan, membuatku semakin sadar bahwa kemampuanku sungguh masih jauh dan perlu belajar banyak lagi. Banyak pengalaman yang kudapat, menjadikanku belajar untuk siap menghadapi situasi apapun itu. 
Usai praktik klinik, awal Desember aku mulai melanjutkan skripsiku. Namun, tak mudah bagku untuk fokus karena aku tinggal di satu kontrakan bersama mahasiswa lain yang karakternya tentu berbeda denganku. Hingga aku menemukan suatu ide, yaitu pindah ke ruang depan yang jarang digunakan orang-orang untuk menjadi tempat belajar dan fokusku. 
Aku kerjakan skripsiku dengan sekuat dan semampuku, terkadang hingga larut malam. Tapi tak mengapa, untuk suatu cita-cita akan kuperjuangkan.
Singkatnya, aku bisa seminar proposal bulan Januari 2023. Melewati dari targetku, tapi tak mengapa.Bila kuingat sebelum seminar itu berlangsung, rasa berkecamuk dalam diriku. Khawatir, gelisah, dan grogi terasa di setiap waktu. Usahaku untuk menghilangkan rasa-rasa itu, aku menelepon kedua orang tuaku, kakakku, bapak & ibu kos serta teman-teman terdekat untuk meminta maaf dan restunya. Alhamdulillah, menjadikanku cukup tenang.
Jum’at, 20 Januari 2023 aku melaksanakan seminar proposal, teman kuliahku datang ke kosku untuk menemaniku sehingga aku cukup tenang dan tak grogi.Dua jam berlangsung, selesai sudah seminar. Bersyukur tak terkira, sudah seminar proposal dimana itu aku menganggap bahwa sudah setengah perjalanan kulalui. Semoga kedepan lancar dan dapat menyelesaikan tepat waktu, aamiin.
8 notes · View notes
fibyginan · 1 year
Text
Capeek bgt yaa hidup..
Bener" gak ngerti sama skenario Allah tuh maunya aku gimana sih.. kalo emang gak layak di cintai, gak layak bahagia di dunia kenapa gak di ambil aja nyawaku, kenapa di biarin hidup menderita terus-terusan..
Orang mau bilang aku gmn" jg aku udh gak peduli intinya mah udh capek bgt sama yang namanya hidup, pnya bapak bajingan, setiap kali deket sama cowok pun kalo gak penasaran doang yaa sama aja kek bapaku bajingan..
10 notes · View notes
fatmalita · 1 year
Text
Kebiasaan Membaca
Tahun 2022 kebiasaan membacaku turun dari tahun sebelumnya. Aku hanya bisa membaca buku dalam hitungan jari tangan saja. Setelah direnungkan kembali, ternyata kondisi mental dan psikologis mempengaruhi kebiasaan membacaku. Tahun lalu aku hanya banyak membeli buku sebagai dalih healing saat kondisi sedang tidak baik-baik saja. Ada yang hanya dibuka segelnya saja dan lebih banyak yang tidak, apalagi untuk dibaca. Alhasil, buku-buku tersebut hanya menumpuk rapi di rak buku.
Tahun 2023 ini, aku membuat komitmen untuk memulai kembali kebiasaan membacaku. Buku-buku yang sudah kubeli tahun lalu, akan kuusahakan untuk dibaca terlebih dahulu sebelum membeli buku dengan judul baru. Pelan tapi pasti, di minggu pertama bulan Januari 2023 ini, aku sudah membaca 3 judul buku. Ada yang melanjutkan bacaan tahun lalu dan ada yang memang baru dibaca di tahun ini dan berhasil kuselesaikan. Rasanya begitu menyenangkan!
Aku juga sudah menemukan taktik supaya kegiatan membacaku bisa berjalan konsisten, juga urutan buku dan topik apa yang akan aku baca lebih dulu. Tidak ada kata terlambat dalam mempelajari sesuatu yang baru. Menemukan kembali gairah dalam kebiasaan membaca membuat diriku lebih positif. Jadi, semangat dan selamat membaca!
10 notes · View notes
mampirminum · 10 months
Text
Malam 27 Juni
Tumblr media
Seharian, aku tak bisa bekerja dengan baik. Di hari ulang tahunmu 27 Juni ini, aku masih memproyeksikan sebuah hubungan yang akrab, dengan percakapan yang hangat.
Tapi, kemudian, kutahu, berangsur-angsur, waktu membuatnya aus. Tidak ada kata, ucapan, meme, video Reels IG lagi yang kudapat darimu.
Tak ada surat cinta (online) yang bisa dibaca lagi.
Sebenarnya, aku ingin memberimu postcard. Dengan ada gambar karikatur kita. Namun, aku mengurungkan niatku yang terkesan norak itu. Ada keraguan dan ketakutanTogamas. Aku tak ingin melihatmu menangis lagi ketika bertemu denganku.
Aku masih ingat, ketika kau berusaha tak meneteskan air matamu tepat di hadapanku. Saat itu kita berdua ada di sebuah kafe yang kita pilih secara acak. Di kafe yang sepi dan terkesan tak terawat dengan baik.
Kau menawariku makan bakmi kuah di sana. Enak. Di penghujung hari itu, di kafe belakang Togamas, kita sepakat untuk berpisah. Atas kesalahanku.
Yang jelas, aku pulang dengan menangis. Menyesali apa yang telah kuperbuat. Sepanjang jalan Gejayan - Magelang - Bantul aku berteriak 'arrgghhh' kenapa ini bisa terjadi?
"It was dark and stormy night."
Malam terasa gelap dengan mendung menggantung di atas kepala kita.
Kemudian, kita hampir bertemu di FFD. Dalam keadaan pusing, minum obat penenang, aku ke sana. Aku melihatmu dari bangku belakang. Dan itu menjadi terakhir kalinya. Aku tak pernah melihatmu lagi, baik secara nyata maupun layar kaca.
Jelas aku merindukanmu. Aku masih mengingat tanggal lahirmu, ketoprak Jakarta makanan paling kau nikmati, Elephant Kind yang kau dengarkan, hingga secuil apa yang terjadi dalam masa kanak-kanakmu. Jika bisa melipat waktu, aku akan tetap ingin tahu tentang dirimu.
Selamat ulang tahun, Safira. Atau Jennifer, nama yang kau beri ke barista di kafe manapun. Panjang umur dan bahagia di tumpukan hari-hari penuh gairah.
NB: Jika kau membaca surat online ini, artinya kau harus traktir aku minum teh hangat tanpa gula. Gak mau tau!
4 notes · View notes
justalittlenote · 1 year
Text
Satu Tempat Tujuan
Berulang kali, ya terus berulang-ulang rasa sakit itu menggertak jiwa dan raga dan tanpa ragu semakin menghujam diri. Siksa diri menggelapkan semua hati. Mengaburkan mata dengan air yang tak berhenti. Gumaman bibir yang terisak-isakpun membunuh diri sendiri.
Lelah yang menghujat diri untuk mencoba terus bertahan pada satu payung yang telah lusuh dan berlubang, sehingga rintikan-rintikan hujan dan petirpun menyambar tiada henti. Detak jantung berdebar seakan mengejar maut, dan tubuh yang semakin melemah tak berdaya tapi tetap mencoba berjalan hingga tak tahu arah untuk kemana.
Satu tujuan, hanya butuh satu tempat tujuan untuk diri ini bersandar dan berteduh. Hanya satu tempat itu yang diinginkan diri yang lelah ini. Tempat dimana tanpa ada rasa sakit maupun menyakiti diri lain. Tempat dimana hanya ada diri ini untuk menjadi tenang & tersenyum tanpa paksaan. Tempat dimana hanya untuk diri ini merasakan tulusnya cinta dan kasih sayang, bukan tempat yang penuh dengan kedustaan.
Tuhan, akankah diri ini menemukan tempat itu di dunia ini suatu saat nanti?
-RW-
3 notes · View notes
nyctophilesposts · 1 year
Text
"Aku suka malam, tapi tidak dengan gelap. Aku gak suka siang, tapi senang dengan terang. Siang terlalu bising, sedangkan malam jauh lebih menenangkan."
Sepetak kamar kecil. 11 maret 2023
2 notes · View notes
soehanggono · 1 year
Text
Judul: "Kisah Saksi Bisu"
Ada satu rumah tua di tepi jalan yang jarang dilewati oleh orang. Rumah itu selalu terlihat kosong dan berdebu. Namun, tidak semua orang tahu bahwa ada seorang pria tua yang tinggal di dalamnya. Pria itu sebenarnya adalah seorang saksi bisu dari sebuah kasus pembunuhan yang terjadi puluhan tahun yang lalu. Setiap hari, pria tua itu duduk di teras rumahnya sambil memandangi jalan yang sepi di…
View On WordPress
6 notes · View notes
careerclass · 4 months
Text
Be Brave; Take Risks. Experience is priceless🍀
Kala itu aku masih berselimut dan bersembunyi di balik trauma
Aku yakin benar bahwa aku sudah siap lepas landas
Namun kenyataannya, aku berlarian kesana kemari mencari makna
Bahkan terburu-buru agar tidak terlihat begitu cemas
Berulang kali merapal mantra ketenangan
Diam menghilang ternyata bukan jawaban
Aku harus terus bergerak meski perlahan
Sebab dunia terus berputar walau aku merasa kesepian
Menjadi dewasa ternyata bukan hal mudah. Bahkan belajar menjadi lebih sabar dan ikhlas belum cukup. Dari beragam kejadian yang kita pernah lalui, ternyata yang paling sulit adalah menafsirkan maksud Tuhan. Sehingga memang keputusan dan pilihan yang ada, bisa jadi merupakan yang terbaik pada saat itu.
Tidak ada pilihan yang buruk, karena semua pilihan itu baik. Kapasitas dan kemampuan kita masih berbatas. Yang tentu saja menjadi kewajiban masing-masing dari kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Jika terlalu fokus pada impian yang belum terwujud, kita sering kali lupa untuk mensyukuri hal-hal yang sudah ada dalam hidup kita saat ini. Namun ketika kita menyederhanakan aspek dalam hidup, beban terasa lebih ringan dan bahkan menghargai momen dan pencapaian kecil yang juga berharga.
Dalam menjalani kehidupan, terkadang semua terasa menakutkan. Bukan berarti tidak mungkin dicapai. Hanya saja kita perlu menikmati dan juga sambil terus belajar.
Selamat bertumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik lagi buat kita semua🌱
Balikpapan, 15 Desember 2023
40 notes · View notes
iniakunisna · 2 months
Text
Ya Allah maafkan hambamu yang satu ini, yang sangat cerewet dan banyak mau tapi kurang berdoa dan bersyukur atas pemberian-Mu yg entah tak terkira jumlahnya. Sayangilah, ampunilah dan berilah rahmat bagi hambamu yg banyak komentar dan ga inget dosanya bejibun ini ya Allah. Aamiin
-Doaku dikala waras dan sadar diri, apa doa-mu saat otak sedang random, tak karuan
25:02:24
7 notes · View notes
rochimaridha · 1 year
Text
"Menjadi dewasa juga berarti menyadari bahwa tidak selalu melepaskan adalah hal yang menyedihkan, karna apapun dalam hidup ini, kita harus melepaskan yang lama agar memberi ruang yang baru untuk datang. Hanya karna kita tidak mengetahui masa depan, bukan berarti masa depan lebih buruk dari masa lalu bukan?"
"Karna akhir adalah awal yang baru."
23.03, 4.1.23
6 notes · View notes
hasnajamilah · 2 years
Text
1. Who are you?
Tumblr media
Pertanyaan yang sering ditemukan setiap kali bertemu orang baru. Jawabannya seringkali spontan dan klise atau bahkan template yang selalu berulang; menjawab dengan nama, tempat tinggal, asal daerah ataupun kesibukan saat ini entah di pendidikan atau pekerjaan. Sebuah pertanyaan yang kadang kala membuat kita bingung dan cenderung tak menghargai diri kita; kok aku begini doang ya ternyata...
Lalu, bagaimana cara mendefinisikan diri kita sendiri?
Kamu bukanlah apa jabatanmu
Aku pernah, ada di posisi  sedang memiliki sebuah jabatan atuapun bergaining position yang akhirnya membuat rasa kepercayaan diriku tinggi. Bangga dan dengan lantang menjawab “Saya Hasna” diikuti dengan penjelasan jabatan pada saat itu. Rasanya seperti I am on top of the world.
Tapi rasa sombong akan sesuatu yang fana itu ternyata membuat diri ini tertampar dan tersadarkan, ternyata lagi-lagi jabatan hanyalah sekedar jabatan, tak mendefinisikan siapa diri kita yang sebenarnya.
Ya, jabatan itu yang dulu ku elu-elukan. Menjadi sumber rasa berdayaku ternyata bukanlah milikku, tetapi milik perusahaan tempat aku bekerja yang dapat sewaktu-waktu digantikan oleh siapa saja. Aku diminta untuk menyelesaikan jabatanku dengan berbagai alasan yang tak ku mengerti dan hanya ada pilihan “baiklah, aku yang akan meminta selesai”. Seketika pun aku merasa hilang dan hampa, Siapa aku?
Mencoba bertanya ke diri sendiri
Hilang, galau, gundah hingga perasaan apakah aku tak seberharga itu mencabik-cabik pikiran dan perasaan. Penyesalan, kemarahan dan kekecewaan menjadi emosi yang menghampiri datang dan pergi. Tak jarang kutemui diriku menangis sesenggukan seorang diri tiba-tiba.
Sebenarnya, ada apa yang salah denganku? begitu tanyaku.
Ternyata aku tak sepenuhnya paham siapa diriku. Tak benar-benar tahu apa yang berhak mendefinisikan diriku. dan tak sadar bahwa aku bukanlah apa yang datang menghampiriku.
Kita bukanlah kekaguman orang lain terhadap kita
Kita bukanlah apa yang melekat di tubuh kita
Kita bukanlah jabatan yang saat ini ada
Kita bukanlah semua yang ada di sekeliling kita
Dan bukankah Kita adalah sebuah proses mengenali diri terus menerus sepanjang hidup?
Bersiap bukan berambisi
Ya, mungkin yang harus kita sadari bahwa hidup adalah sebuah proses terus menerus. Di setiap proses mungkin kita memiliki tujuan, tapi tujuan bukanlah yang mendefinisikan kita. Proseslah yang membentuk dan dapat membantu kita mengetahui diri kita sepenuhnya. Proseslah yang membuat kita untuk bersiap menjadi diri yang penuh harap.
Ibaratnya kita memiliki keinginan menjadi seorang CEO, itu mungkin hanyalah ambisi tentang sebuah tujuan. Kita tak pernah benar-benar paham apakah itu yang kita mau? apa yang harus dilalui untuk ke tahap itu? Apa saja yang diperlukan untuk menjadi CEO? Apakah akan selesai dengan menjadi seorang CEO? Lantas mengejar jabatan itu apakah akan membuat kita puas? Entahlah...
Yang mungkin bisa kita sadari, kalau hanya sekedar menjadi CEO ya sudah buat saja sebuah startup dan labeli diri kita menjadi CEO, seperti banyaknya fenomena anak muda sekarang. Tapi, kalau seperti itu lantas dimana kapabilitas kita? apakah menjadi CEO cukup? apakah kita bisa membawa pertumbuhan yang baik ke startup kita?
Bahkan Steve Jobs, pernah dikeluarkan dari perusahaan yang dibangunnya sendiri. Jabatan bukanlah akhir, menjadi CEO bisa jadi hanya ambisi yang terlahir. Tapi proses kita membentuk diri agar layak menjadi apa yang kita inginkan adalah sebuah proses yang tak boleh kita hindari.
Ya, bersiaplah dengan meningkatkan kapabilitas dan kualitas diri setiap hari.
Mungkin kamu bisa mencoba metode gap analysis yang dapat membantumu bersiap dalam menjadi versi terbaik dari dirimu. Agar kamu bisa mencoba belajar untuk mengenali dan mendefinisikan diri sendiri.
-------------
Dalam rangka kembali mengenali diri sendiri, aku mencoba menchallenge diri untuk menyediakan waktu 15 menit per hari menulis dengan menjawab 101 question yo ask yourself in life.
Tulisan ini berkolaborasi dengan ilustrasi dari @byakilaa 
26 notes · View notes
pandatakbertuan · 2 years
Text
Pernahkah kamu begitu mencintai dirimu sendiri? [Part 3]
Kuliat baju-baju lainnya dan berharap menemui yang sejenis. Tapi, justru kemeja biru itu menarik perhatianku. Dengan aksen kerah bulat yang sedang trend akhir-akhir ini, bentuknya sendiri seperti kemeja biasanya dengan warna full biru muda. Kulihat harganya dan ternyata tidak semahal itu. Oke, aku putuskan membelinya. Kumasukkan baju itu kedalam jok motorku. Sebelum kubayarkan parkirku, aku bertanya arah tujuanku selanjutnya kepada bapak tukang parkir. Ia menjawab seolah tempat itu begitu dekat dan mudah dicapai. Tanpa basa-basi tanpa memakai pemandu maps, kutancapkan gas motorku begitu saja. Alhasil, aku kehilangan arah. Ditambah lagi dengan jalan ‘one way’ yang ada dimana-mana.
Terpakailah earphone di telingaku. Kakak pemandu maps akhirnya mengantarkanku ke tujuan kedua. Waktu menunjukkan pukul 12.00 saat itu, perutku mulai keroncongan karena tadi pagi hanya kuganjal dengan susu rasa pisang. Kuberjalan ditengah banyak orang di foodcourt mall lantai teratas. Kanan, Kiri, kulihat setiap foodcourt yang ada. Pilihanku jatuh ke tempat steak yang ternyata dikerumuni banyak antrian. Setelah beberapa menit, giliranku tiba juga. Kupesan double mix steak, isinya terdiri dari chicken dan tenderloin steak. Sayangnya butuh waktu cukup lama untuk mendapatkannya, kata si pelayan.
Ku berjalan-jalan mengitari lantai foodcourt untuk menemukan bangku yang kosong. Kutemukan satu meja dengan satu bangku. Well, sepertinya memang disediakan untuk orang yang sendirian hahaha. Aku suka duduk dengan menghadap orang-orang yang lalu lalang. Entah kenapa, aku merasa lebih aman.
Karena menunggu sangat menyebalkan, aku berdiri dan mencari cemilan kesukaanku. Itu adalah Pentol, sejenis baso tanpa kuah dan disiram bumbu pedas nan enak. Setelah beberapa suap pentol masuk ke mulutku, datanglah steak yang kutunggu-tunggu itu. Finally bisa makan juga :)
4 notes · View notes