Tumgik
#perjuangan
syuraik · 6 months
Text
“Kenapa Baba bisa sabar banget?” tanyaku suatu malam selepas kami berkonflik.
“Padahal Bubu nyebelin kan?” sambungku lagi.
Seperti biasa, lelaki itu tersenyum sambil menunggu momen untuk memberi respon.
“Qowwam, Bu,” timpalnya pendek.
“Maksudnya?”
“Baba yakin, setiap suami itu Allah kasih fitrah al-qowwam yang paling cocok untuk mimpin istrinya. Jadi ya.. memang cuma Baba yang bisa menghadapi istri kayak Bubu.” 😁
***
Seyakin kita pada pemahaman bahwa setiap orangtua telah Allah instalkan kemampuan mendidik dan mengasuh yang kadarnya paling pas juga paling sesuai untuk anak-anaknya,
maka mestinya seyakin itu pula kita pada penjelasan bahwa: setiap orang yang sudah menikah..
Allah telah instalkan kemampuan untuk memahami, menyelami, membersamai, termasuk bersyukur dan bersabar atas pasangannya.
Sehingga, bagaimanapun ruang kurangnya.. kita dapat tetap tegak di atas keyakinan: suamiku adalah suami terbaik untukku, dan aku adalah istri terbaik untuk suamiku.
— Febrianti Almeera
Sepercik nasihat bagi mereka yang sudah mengarungi bahtera. Semoga senantiasa bersabar juga bersyukur atas setiap hal yang ditemui dari pasangan hidup. Tak terlepas juga untuk senantiasa belajar dan berdoa agar Allah bimbing, Allah berikan sakinah dalam pernikahan.
126 notes · View notes
irawanyusuf · 11 months
Text
Tumblr media
Terbentur, terbentur, terbentur, dan terbentuk. Tumbuh dewasa dari keluarga dan lingkungan yang biasa-biasa saja (tidak memiliki privilege) itu tidak pernah mudah. Tiap hari berkutat pada pilihan harus merelakan mimpi atau mengejarnya. Waktu sebagian besar dihabiskan untuk berjuang agar diri tidak menyerah.
Dalam proses menggapai kehidupan yang lebih baik di masa depan, orang tersebut belajar terbiasa untuk tidak dipertimbangkan oleh orang lain, diabakan, ditinggalkan, dan dilupakan. Di saat orang lain memiliki privilege berupa resources dan waktu untuk bisa menyenangkan diri melalui beragam cara, orang tersebut masih berusaha untuk mendapatkan resouces itu. Berjuang nyatanya adalah perjalanan yang teramat sunyi.
Malam tidak selamanya malam, dan siang tidak selamanya siang. Bagi kamu yang lahir untuk hidup dan membantu menghidupi keluarga, sudah berjuang sampai hari ini adalah pencapaian yang hebat.
Jakarta yang menunggu hujan. 2 Juni 2023.
149 notes · View notes
maitsafatharani · 8 months
Text
Embracing My Self
Kalau mendengar kata 'perjuangan', rasanya perjuangan terbesarku adalah perjuangan berdamai dengan diriku sendiri.
Dulu, aku pernah menjadi seseorang yang sangat sedih bila melakukan kesalahan. Rasanya malu sekali, dan berujung pasrah bila akhirnya aku disalah-salahkan. Kalau saat ini, kita mengenalnya dengan istilah inferior. Aku sering merasa rendah diri.
Padahal, aku bukannya tanpa prestasi. Sepanjang TK hingga SMA, beberapa penghargaan atas prestasi akademik bisa kuraih. Tapi, hal-hal itu tidak menghilangkan kerendah dirianku. Terlebih jika ada kesalahan atas kecerobohan yang kuperbuat. Sekejap, rasa percaya diriku akan merosot, kebaikan-kebaikan yang kupunya terlupakan sama sekali. Dan aku akan bermuram durja karenanya.
Mentalitas inferior ini cukup berpengaruh di kehidupan sosialku. Sewaktu SD, saat bermain dengan teman-teman, aku sering dijadikan 'anak bawang'. Karena dianggap selalu 'kalahan'. Akhirnya teman-teman 'berbaik hati' mengajakku bermain, tapi tidak dilibatkan dengan sebenar-benarnya dalam permainan.
Mungkin ada yang bingung dengan istilah anak bawang?
Misal, main petak umpet nih. Sebetulnya persembunyianku sudah ketahuan. Harusnya jika ketahuan, kan, aku otomatis kalah. Tapi karena aku 'anak bawang', aku akan dianggap tidak ketahuan. Agak menyebalkan, bukan? Rasanya powerless.
Berbeda untuk urusan akademik. Seusai pelajaran selesai, teman-teman yang belum paham dengan materi seringkali menghampiri mejaku untuk minta dijelaskan kembali.
Tapi, kelebihan akademikku tidak pernah bisa menghapuskan kabut hitam inferioritas yang menggelayut di benakku. Aku masih merasa gagal, dan bukan siapa-siapa.
Bersyukur, semakin bertambah usia, rasa inferioritasku mulai berkurang perlahan. Aku semakin berani show up dan berargumentasi. Tapi tentu saja tidak se-powerful itu. Aku masih selalu sedih jika melakukan kesalahan. Apalagi kesalahan yang berulang.
Qadarullah, di bangku kuliah aku menemukan lingkungan yang amat suportif. Rasa inferioritas mulai tertepis jauh. Kalau pun berbuat salah, aku lebih legowo untuk meminta maaf dan mau belajar. Aku lebih percaya, diriku mampu di lingkungan sosialku.
Sampai suatu ketika, aku pernah mengikuti sebuah peer group untuk belajar bersama meningkatkan speaking. Temanku yang menjadi mentorku memberikan apresiasi padaku di sesi one on one. Lalu bertanya.
"Yang aku lihat, kamu begitu tenang saat belajar. Kamu juga berani untuk berbicara saat grup mulai terasa hening dan awkward. Kamu bisa memicu yang lain untuk berani speak up juga. Darimana kepercayaan dirimu itu kamu dapat?"
Ditanya demikian, aku jadi berpikir. Butuh waktu untukku menjawab.
"Sepertinya.. karena aku tahu kalau aku tidak sempurna."
"Kenapa begitu?"
"Karena aku tidak sempurna, aku tahu aku selalu bisa melakukan kesalahan. Maka jalan saja dulu, nanti aku akan tahu letak kesalahanku dimana, dan membenahinya. Practice makes perfect."
Namun, ada kalanya kondisi tertentu membuat penyakit lamaku hadir. Saat aku hendak menikah, rasa inferiorku kembali mencuat. Aku sering mempertanyakan kenapa ada seseorang yang mau memilihku. Aku merasa tidak punya kelebihan yang bisa diandalkan. Aku merasa seringkali berbuat ceroboh. Dan seterusnya.
Beruntung, saat aku mencurahkan kegundahanku pada seorang kakak, beliau menghiburku dengan sebuah kalimat yang membesarkan hati.
"Atas kekurangan pasanganmu, bersyukurlah. Atas kelebihannya, bersabarlah."
Kalimat itu, masih tertanam kuat padaku hingga sekarang. Benar, apa salahnya jika pasanganku lebih baik dalam banyak hal dibanding aku? Aku cukup perlu banyak bersabar untuk belajar mengimbanginya. Dan jika pasanganku melakukan kesalahan, bukankah itu baik untukku, karena ada alasan bagiku untuk membantunya?
"Jangan terlalu dini merasa bersalah. Nanti kalau sudah jadi istri dan ibu, rasa bersalah akan muncul semakin banyak." Canda kakakku itu. Benar juga, aku harus menata emosiku sebaik mungkin.
Dan lagipula, apa salahnya berbuat salah? Bukankah, manusia adalah tempatnya salah dan lupa?
Akhir-akhir ini aku menonton sebuah youtube dari dr. Aisah Dahlan. Beliau tengah memberikan webinar tentang watak. Disitu ada sebuah kalimat beliau yang mengena buatku. Kalimatnya tidak persis, tapi kira-kira seperti ini yang kutangkap.
"Ketika melakukan sesuatu yang salah, cukup ketahui bahwa itu perbuatan yang salah. Tapi jangan pernah merasa bersalah." Ungkap beliau. "Ketika kita sadar kita salah, kita akan maju untuk berbenah. Namun perasaan bersalah hanya akan menahan kita tetap di tempat dan efeknya kita akan sulit untuk berubah."
Rasa-rasanya perkataan beliau menjadi sesuatu yang mencerahkan perjalanan hidupku sejak lampau hingga kini.
Dulu, perasaan bersalah yang membuatku merasa frustasi, dan cenderung sukar untuk berbenah. Justru, kesadaran bahwa diri ini bisa salah, dengan diimbangi kemauan untuk berubah akan membawa dampak yang lebih baik. Baik secara dzahir maupun batin.
Apalagi, posisiku saat ini sebagai seorang istri dan ibu. Semoga Allah bantu untuk melalui segalanya dengan hati yang tenang. Karena, bukankah sakinah di rumah itu bergantung pada ketenangan setiap anggotanya? :)
111 notes · View notes
duniapetualangkata · 3 months
Text
Jika tidak ada yang mendengarkan dirimu atau perasaanmu. Menulislah
Jika kau telah patah berkali kali dan sesak di dada menjadi jadi. Menulislah
Jika lelah dan perjuangan mu tidak ada yang menghargainya. Menulislah
Menulis adalah jawaban dari orang orang yang tidak menghargai semua pengorbanan dirimu.
32 notes · View notes
diahuha · 2 days
Text
Tumblr media
Dapet postingan ini di salah satu ig,#tipsrelationship, aku yakin temen2 yang temenan sama aku di tumblr beberapa sedang fase pencarian pasangan hidup.
Salah satu yang hal harus dihadapi ketika di fase penjajakan/ pdkt adalah ujung kejelasan.
Entah akhirnya harus bersama atau enggak,,kalian harus punya closure yang jelas, jangan sampe ngambang yaak,, ga enak loh kalo tanpa ada kejelasan, aku tau beberapa orang emang ga terbiasa untuk mengatakan kalimat pahit atau kurang menyenangkan, tapi lebih baik sampaikan supaya jalan kalian masing masing terbuka daripada menghalangi jodoh masing masing.
Sampaikan walau pahit pada fase ini perlu ges.
Semoga yang di fase mencari ini bisa menemukan yang dicari yaakk.
Good luck and enjoy the processs.
10 notes · View notes
arno-vindra · 1 month
Text
Pernah kah terbesit di benak kalian?
Pernah kah terbesit di benak kalian?
bahwa hidup terlalu lama(Panjang Umur) itu terlalu melelahkan. In Another Mean.
I mean.. bukan yang apa seperti yang ada di pikiran kalian. Saya tidak pernah mengajarkan putus asa.
Tapi berpikir ke after life. Memang jika hidup panjang umur di barengin dengan kegiatan positif dan mendatangkan amal baik itu bukan nya bagus tidak? tapi jika hidup anda penuh masalah, maksudku.
Anda terlalu tamak di dunia ini, tidak pernah mengajarkan kebaikan, tidak pernah mengejar kebaikan bahkan mengarah ke hal negatif. tentu saja ada masalah mengikuti anda di balik semua konsekuensi yang anda pernah lakukan itu. amal buruk tentu saja anda peroleh setelah mati. in another mean. kita lebih baik mengerti diri sendiri. sebaiknya diri kita dibawa kemana selama kita hidup. ke arah negatif atau ke arah positif. Choose Wisely. Sebelum umur anda tutup buku. Tuhan tahu apa yang selama ini kita lakukan di dunia. Disini point nya adalah, hidup terlalu lama itu seperti orang tidak bisa tidur selamanya. pahamkan maksudnya?
Tumblr media
7 notes · View notes
aufhanaja · 6 months
Text
Cerita
"Berjuanglah, apalagi!" Katanya sambil menatap langit langit kamar.
Betapa hatinya begitu berteriak dengan kenyataan yang harus ia lewati, berada di tempat yang belum dijadikannya nyaman meski sudah dua bulan ia ada didalamnya.
Rasanya mungkin lelah batinnya, menahan rasa "jauh" dari rumah tempat ternyamannya.
Bukan, bukan jauh letak teritorial, namun jauh dalam artian yang lebih dalam maknanya.
Tapi kewarasan segera menyadarkannya; Tak harus nyaman untuk berjuang, jika nyaman yang dirasanya maka tak akan ada pengorbanan di dalamnya.
Teruntuk mimpi mimpi yang masih menggatung di langit langit kamar, di tinta tinta dalam lembaran, di doa doa yang kadang masih menggema dalam telungkup.
Berjuang fa, meski tertatih tatih, berjuang fa juga dalam harap harap. Agar ada nikmat yang engkau rasakan kelak setelah lelah kaki yang berlari, setelah peluh yang hampa dengan peluk.
Suatu saat nanti, semoga Allah mewujudkan mimpimu tanpa ada takut lagi dalam benakmu.
Gntn. 31 okt 2023
14 notes · View notes
alfisyahrin · 1 month
Text
Pemateri Parenting, said:
Menikah memang ibadah, tapi terlalu terburu-buru juga salah. Niat baik memang harus disegerakan, tetapi harus teliti dan penuh hati-hati. Jangan menurunkan standar hanya karena dikejar waktu.
Karena menikah itu bukan hanya soal keinginan, tapi juga soal kesiapan. Siap secara ilmu, finansial, mental yang kuat, pola pikir yang positif, sikap kedewasaan, dan yang terpenting iman & taqwa.
Bukan pula tentang siapa yang paling cepat, melainkan dengan siapa orang yang TEPAT. sebab orang yang tepat, dia akan memuliakanmu dengan adab dan akhlaq nya, yang akan menafkahimu dengan tanggung jawabnya, dan ia akan membimbingmu menuju surga dengan keimanan nya.
15 notes · View notes
ceritapermata · 9 months
Text
Untuk siapapun yang sedang berjuang.
Aku tau, perjuangan itu berat, perjuangan itu tidak mudah. Entah berapa banyak darah yang tumpah, derai air mata, dan keringat yang mengucur. Entah seberapa berlikunya jalan perjuangan, atau seberapa tajamnya tanjakan. Tetaplah percaya pada hatimu, percaya pada gurat takdir. Bahwa setiap perjuangan pasti ada hasilnya, yang walaupun entah kapan.
Duhai diri, bersabarlah. Manisnya perjuangan nanti akan kamu rasakan. Sekarang bagian pahitnya dulu, ya. Aku tau kamu pejuang tangguh, yang tidak akan goyah dihempas badai.
Diriku sayang, kalau lelah istirahatlah sejenak. Kalau sesak beri jeda. Namun, berjanjilah untuk tidak keluar dari medan perang sebelum waktunya.
Sabar, Ikhlas, dan Ridha. Yakinlah akan ada masanya perjuanganmu usai. Akan ada masanya kamu memenangkan perjuangan. Tetap pada jalur yang sesungguhnya ya.
Menjelang tengah malam, 18 Juli 2023. 22:24 -Malam tahun baru Muharram-
18 notes · View notes
segudangpikiran · 1 year
Text
Bangkit dan Berjuang
Oleh @segudangpikiran
Terlambat sudah kau hadir di pertemuan
Hanya disambut oleh mayat di tengah jalan
Seperti bunga-bunga yang gugur di taman
Hanya bisa disapu oleh hembusan angin
Terlambat sudah kau hadir di pertempuran
Hanya derana memandang tentara berguguran
Janganlah terus berlarut dalam kesedihan
Mari berjuang bersama membasmi pemberontakan
19 notes · View notes
ftn-luna · 1 month
Text
Tumblr media
4 notes · View notes
farisha07 · 4 months
Text
Refleksi Tahun 2023: Kehilangan dan Palestina
Tahun ini adalah tahun yang sungguh luar biasa. Rasanya nano-nano. Semua hal yang telah terjadi benar-benar campur aduk jadi satu.
Memiliki kehilangan. Merasa hilang, adalah salah satu bentuk emosi. Emosi adalah salah satu kepemilikan, kepemilikan itu bisa datang dan bisa pergi. Kehilangan, sejatinya adalah perginya segala sesuatu yang kita miliki. Sejatinya juga, hal yang kita miliki sifatnya sementara. Termasuk orang-orang yang dikasihi, suatu saat Allah akan mengambilnya. Ketika itu terjadi, sudah seharusnya hati dan raga kita siap menerima dan melepasnya. Namun, karena kita hanyalah manusia biasa, sudah tentu kita akan menangis sejadi-jadinya, menyesali apa yang belum kita lakukan bersama orang itu, bahkan terkadang kita akan menyalahi diri sendiri. Pada saat itu, emosi susah dikontrol, kecuali dengan akal dan hati kita sendiri. Saya yakin, tiap orang punya caranya tersendiri untuk keluar dari kondisi ini.
Mengganti rasa kehilangan itu dengan syukur dan sabar. Jujur, pada awalnya sangat berat untuk melakukan hal ini. Bayangkan, kepergian orang yang kita cintai secara tiba-tiba, orang yang menjadi panutan seumur hidup kita, adalah tamparan keras bagi kita yang mengalaminya. Setelah itu, keadaan sangat bisa berubah 180 derajat. Bisa jadi, kita jadi orang yang betul-betul sendiri, walau kita sedang di tengah-tengah keramaian. Kita bisa jadi orang yang berbeda dari sebelumnya, misalnya dulu kita adalah orang yang semangat dan optimis, semenjak kehilangan kita bisa jadi orang yang gampang menyerah, pendiam, tidak mau melakukan aktivitas apapun. Seketika itu, kita harus bisa mengontrol diri agar tidak sedih berlarut-larut, lalu mulai menata hidup kembali, mendobrak ketakutan dan kebimbangan, dan melangkah lagi.
Dalam proses menjalani ini, lelah itu pasti ada. Tiba-tiba bisa marah sendiri, kesal sendiri, cemas sendiri, dan itu semua mungkin kita lakukan sendirian tanpa-Nya. Ada nasehat uni guru, bahwa “Kamu boleh kehilangan apapun, tapi kalau kamu kehilangan Alloh, gak bermanfaat apapun yang kamu punya. Izinkan dirimu untuk mengalami yang dialami. Sabar, jalani, hadapi, syukuri”. Kehilangan, sampai kapanpun akan terus terasa. Menerima, merasakan, melepaskan, mendoakan, dan bertawakal, adalah cara untuk perlahan mengganti kesedihan, kehampaan itu. Ketika rasa sedih dan hilang itu datang lagi, menangislah, keluarkan semuanya, lalu lakukan hal ini lagi – menerima, merasakan, dst. Menangis bukan berarti kita lemah. Bagi sebagian orang, menangis adalah cara agar tetap bisa waras atau tidak stres. Jika kita perlu melakukannya agar dada tak terasa sesak, maka lakukan saja, jangan ditahan.
Menghargai setiap hal yang diberi, setiap momen yang dilalui. Kehilangan, perlahan membuat kita paham bahwa kita perlu punya sikap menghargai. Belajar menghargai makna hidup itu sendiri. Menghargai nafas yang Allah anugerahkan ke kita. Menghargai izinnya Allah untuk kita hidup di dunia ini. Mengambil hikmah dari semua hal yang terjadi, dan menjadikannya pelajaran. Belajar untuk tidak mudah menghukumi, belajar untuk tidak mudah lengah. Menyimpan segala kenangan dalam memori, mematrinya di hati dalam-dalam. “Jangan pernah menyesali satu hari pun dalam hidupmu: hari baik memberi kebahagiaan, hari buruk memberi pengalaman, hari terburuk memberi pelajaran, dan hari terbaik memberi kenangan”. Sebab waktu tak akan pernah kembali lagi, maka kita akan menggunakan waktu sebaik mungkin, berupaya untuk melakukan hal baik, membahagiakan orang-orang yang kita cintai, membersamai orang-orang yang ada bersama kita, mensyukuri apa-apa yang Allah kasih kepada kita, dan menyabari ujian yang hadir dalam hidup kita.
Hari demi hari dilalui, dengan kondisi yang telah berbeda, naik turun seperti roller coaster. Memang luka itu belum pulih seutuhnya, namun in sha Allah pelan-pelan sudah mulai bisa menerima dan melepaskan dengan sepenuh hati. Tanpa bimbingan-Nya, tak terbayang bagaimanakah diri ini sekarang. Semoga tak pernah putus asa dari rahmat-Nya, semoga dimampukan selalu untuk memikul beban di pundak ini, berdiri tegak di atas kaki sendiri. Kadang, masih ada rasa iri terhadap mereka yang masih punya keluarga utuh, masih bisa bercengkerama, saling mengisi, menguatkan, berdiri berdampingan. Tetapi, ingatlah wahai diri, tetap harus bersyukur. Setiap orang sudah ada garis takdir-Nya sendiri. Mereka yang telah pergi, mereka hanya berpindah alam, pergi sementara, masuk ke dimensi berbeda. Sejatinya, mereka tetap hidup dalam memori kita, dalam kenangan kita. Dengan kenangan itulah, jadi kekuatan tersendiri untuk terus hidup.
Mengambil hikmah dari kisah Palestina. Tiga bulan menjelang akhir tahun, di”bangunkan dari tidur panjang”, atas segala peristiwa yang terjadi pada saudara-saudara kita di Palestina. Hampir 76 tahun rakyat Palestina harus hidup di bawah pendudukan Zionis. Ketabahan dan kekuatan mereka menghadapi serangan bertubi-tubi dari penjajah, berhasil membuka mata dan batin seluruh orang di dunia ini, untuk membela kebenaran dan memerangi kebathilan. Satu persatu kebohongan demi kebohongan kaum penjajah terus terungkap. Bagaimanapun penjajah itu ingin menguasai, tak pernah bisa mengalahkan ketegaran warga Gaza, Tepi Barat, Palestina. Sedikitpun mereka tak mau beranjak dari negeri mereka. Tak pernah luput lisan mereka dari kalimat tauhid, di tengah porak porandanya kondisi mereka. Apa yang sedang dialami oleh kita saat ini, mungkin tak lebih berat dari perjuangan dan pengorbanan mereka. Allah sudah titipkan Palestina, menjadi negeri pilihan-Nya, negeri yang diberkahi. Belajar dari Gaza, belajar dari Palestina. Saatnya kembali ke sejarah, menyuarakan keberpihakan kita kepadanya, terus lakukan hal yang bisa kita lakukan (doa, boikot, donasi, dan sebagainya). Sudah sepatutnya kita terus mendukung Palestina, stop genosida, penjajah harus angkat kaki dari bumi Palestina. In sha Allah, janji Allah itu pasti. Palestina akan merdeka seutuhnya. Niatkan, Al Aqsha akan bebas, sebentar lagi kita akan shalat di dalamnya. Aamiin..
-----------
Hai 2023, terima kasih. Terima kasih untuk Allah atas kasih sayang-Nya. Terima kasih untuk Rasulullah atas suri tauladannya. Terima kasih untuk segala hal yang sudah hadir. Terima kasih untuk semua yang masih menyapa, menguatkan, mengingatkan. Maafkan atas ketidaksempurnaan diri ini, juga tulisan ini.
Tak kalah hebat dari ini semua adalah terima kasih Gaza, terima kasih Palestina. Darimu kami belajar arti hidup sesungguhnya, bagaimana kebebasan untuk hidup itu harus diperjuangkan sampai titik darah penghabisan, sampai pada garis finish, yaitu kemerdekaan yang sejati.
Hai 2023, selamat tinggal. Hai 2024, terima kasih sudah menyambut. Semoga 2024 dalam keadaan yang lebih baik lagi. Semoga berlimpah ruah keberkahan, sehat, bahagia. Kemarin, kini, dan nanti.
3 notes · View notes
satulangkahkita · 2 months
Text
2/2
tidak mudah memang mengendalikan perasaan yang sudah terlanjur dalam. terlebih ada cerita lama yang belum usai.
Halalkan atau Tinggalkan Sebab Tuhanmu Tak Mengizinkan
mungkin ini terdengar pahit dan tidak sedikit yang tak terima lalu memilih beralih. namun, saling mengingatkan meski pahit lebih baik dibanding manis namun menjerumuskan.
Memilih meninggalkan, caraku men-sugesti diri, kalaulah dia yang terbaik. maka akan kujemput dengan ketaatan dan penuh pinta kepada Yang Maha Menentukan agar Ia sendiri yang menggerakkan hatinya untuk menghalalkan.
Namun, jangan lupakan untuk menyisakan sedikit ruang agar ketika ekspektasi digerakkan untuk menghalalkan tidak sesuai harapan. masih ada ruang untuk kita belajar merelakan.
inilah jawaban atas pertanyaan yang seringkali datang. memilih menjauh,agar hati ini tak salah jatuh. kau dengan mimpi dan duniamu. dan begitupun aku dengan duniaku dan mimpi mimpiku. inilah caraku menjemputmu dengan ketaatan dan lirih pinta kepada Dia Yang Maha Menentukan. pun jika akhirnya tak kunjung dihalalkan, aku yakin bahwa itulah yang terbaik yang ia berikan.
2 notes · View notes
arnamee · 2 years
Text
Hidup adalah tentang perjuangan. Ada orang berjuang untuk mendapatkan. Ada orang berjuang untuk melupakan. Ada orang berjuang ke arah kebaikan. Ada orang yang sedang berjuang untuk memulakan.
Untuk apa pun, semoga dipermudahkan.
33 notes · View notes
duniapetualangkata · 14 days
Text
Dengan mengikhlaskan, bukan hanya beban ragamu yang tenang tapi juga hatimu karena tidak semua hal pantas kau jadikan bebanmu.
22 notes · View notes
andromedanisa · 2 years
Text
Menerima Kepayahan.
Dalam hidup jika ada banyak hal yang tidak kamu ketahui, tak mengapa. Kamu tidak harus selalu tahu banyak hal di dunia ini. Akan ada beberapa hal yang tetap menjadi rahasia dan sampai habisnya umurpun kamu mungkin tetap tidak mengetahui jua.
Dalam hidup jika ada banyak hal yang tidak bisa kau jangkau, juga tak mengapa. Kamu tidak harus selalu bisa menjangkau banyak hal sekalipun kamu ingin, sekalipun itu sangat dekat denganmu. Beberapa hal di dunia ini tetap pada tempatnya dan memiliki jarak yang tidak bisa dijangkau sekalipun sangat ingin.
Sebab diri kita hanyalah milik Allaah, dan sampai kapanpun akan selalu memiliki keterbatasan yang setiap orang memiliki ranah yang berbeda-beda. Jadi, kala dirimu sudah berupaya dengan baik, sudah memaksimalkan doa sekalipun. Namun tetap jua tidak kau ketahui, tidak bisa kau jangkau, tak apa. Sungguh tak mengapa. Sebab segala sesuatunya memiliki keterbatasan, sebab segala sesuatunya memiliki jarak yang tidak bisa dilewati agar tetap pada tempatnya.
Maka mencukupkan diri untuk tetap merasa tenang dan baik-baik saja dengan melarikan diri kepadaNya. Menyerahkan segala sesuatunya kepada Allaah saja. Agar kita memahami, perihal manisnya rasa menyerah menjadi seorang hamba. Agar kita memahami kita tak memiliki kuasa apapun sekalipun itu kepada diri kita sendiri.
Jika pada akhirnya diri kita memahami hakikat pasrah dan ketetapanNya. Maka semoga Allaah karuniakan ketetapan dan kelapangan hati. Sebab rasa penyerahan diri yang utuh kepadaNya.
Dalam hidup jika ada banyak hal yang membuatmu merasa kesal, tak mengapa. Cukup nikmati saja. Cukup didoakan saja. Agar kembali tenang, agar tak ada gusar. Mari melepaskan beberapa hal dalam hidup ini ya. Agar perasaanmu bisa lebih tenang dalam menjalani serangkaian hidup ini. Agar tidak ada lagi kekhawatiran perihal esok yang tidak tahu seperti apa. Sebab Allaah telah mencukupkan semuanya, sebab Allaah telah menjamin seluruhnya.
Segala puji bagi Allaah yang telah menyempurnakan kebaikan-kebaikan menjadi sempurna. Terimakasih Allaah atas seluruh perasaan ini || 05.33
106 notes · View notes