Tumgik
tinakartina · 10 months
Text
Belakangan berusaha menjadi orang yang lebih menerima.
Menurunkan standar biar tidak stress.
Menyikapi hal dalam diri untuk diubah jadi lebih baik.
~K~
4 notes · View notes
tinakartina · 1 year
Text
Tumblr media
Menjalani satu fase yang menyenangkan, menantang dan menguras banyak energi setelah sekian lama di rumah. Sebulan atau dua bulan lagi akan ada hasilnya. Yuk bisa yuk.
Semoga kali ini kamu menemukan arah yang kamu cari selama ini 🌸
Makassar, 8 Mei 2023
5 notes · View notes
tinakartina · 3 years
Text
Mencoba menemukan diri yang terlewat
Nyatanya tidak seperti itu
Justru yang ada masa lalu masih mengelilingiku
5 notes · View notes
tinakartina · 4 years
Text
Menangis tidak akan menyelesaikan masalah
Namun emosi yang dipendam akan menjadi masalah baru
Nangis ajalah 🤧
2 notes · View notes
tinakartina · 4 years
Text
Ingin berlari membentur tembok
Lalu hilang ke negeri yang lain
0 notes
tinakartina · 4 years
Text
Sini aku peluk, menangis ngga apa-apa selama kamu bisa balik lagi jadi kuat
Kamu kuat kok, harus kuat. Meski tak ada yang menjadi suportermu, kamu bisa jadi suporter buat dirimu sendiri
Sayang sama diri sendiri ya. Setelah nangis, kamu harus kuat lagi. Minta tolong sama Allah, ngga akan kecewa
#untukaku
1 note · View note
tinakartina · 4 years
Photo
Pengen banget jalan-jalan dikelilingi bunga kayak gini 😁
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
2020-05-31
Canon EOS R + EF50mm f1.8 STM
https://www.instagram.com/hwantastic79vivid/
8K notes · View notes
tinakartina · 4 years
Text
Melangkah ke tempat baru , di sisi yang belum pernah teraba. Semoga dimudahkan Allah. Sempat berpikir utk menyerah tapi perjuangan ini masih dini untuk dihentikan
0 notes
tinakartina · 4 years
Text
Menjadi langkah yang tertinggal mungkin akan terlihat menyedihkan. Tetapi, ternyata itu satu cara untuk membuat jeda, dan pada akhirnya akan menjadi lompatan jauh
#rekepadacatatannya
0 notes
tinakartina · 4 years
Text
Merasa letih dengan keadaan. Namun, tak ada jalan pulang. Merasa letih dengan keberadaan namun nyatanya tak ada seorang pun yang mencari. Aku hanyalah memori yang terhapus dari ingatan masa lalu.
#rakepadacatatannya
0 notes
tinakartina · 4 years
Text
Jika ditanya, apakah kecewa?
Iya, itu benar adanya. Di duniaku sekarang aku seperti berjuang sendirian. Bahkan diusia sekarang aku tidak menemukan teman yang bisa diajak berbagi. Apa mungkin karena aku yg menganggap hubungan pertemanan itu semu, atau aku yang terbatas dan tak begitu berarti bagi siapapun.
#rakepadacatatannya
0 notes
tinakartina · 4 years
Text
Kini aku tahu bagaimana aku di matamu, atau di hatimu
Tak lagi seperti dulu. Seakan semua memudar seiring waktu
Maafkan aku.
Aku kira keberadaanku akan membantu meringankan bebanmu
Namun, akhir-akhir ini, aku menyadari, aku salah
2 notes · View notes
tinakartina · 4 years
Text
So true.
Sampai berumah tangga kini pun , mama selalu jadi pemberi saran terbaik. Waktu lahiran, beliau juga menemani, meski saat itu ada amanah lain yang menunggu. Kami memang sering silang pendapat. Tapi, seperti itu cara aku tahu mana yang beliau suka dan tidak. Sehari, kadang aku merasa kesal jika tak sejalan dengan mama, tapi belum lagi esok hari. Aku mengalah dan kembali lagi menemuinya.
“I love my mom no matter what goes through, no matter how much we argue, because I know, at the end, she’ll always gonna be there.”
178 notes · View notes
tinakartina · 4 years
Text
Mengenal diri dan mempercayainya bukanlah hal mudah untukku. Dan itu masih berlanjut hingga kini
“As soon as you trust yourself, you will know how to live.” - Johann Wolfgang von Goethe
309 notes · View notes
tinakartina · 4 years
Text
Membangun ketangguhan keluarga dari rumah
Berbicara tentang keluarga adalah berbicara tentang segala hal “yang pertama”. Tempat pertama untuk bertumbuh. Tempat pertama untuk belajar bagi setiap individu. Keluarga merupakan rumah yang memberikan tidak hanya dukungan fisik namun juga emosional. Keberfungsian sebuah keluarga tidak hanya akan berdampak pada seorang individu, namun juga berdampak pada kehidupan masyarakat secara umum. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga disebut-sebut sebagai institusi yang paling tangguh (Defrain & Asay, 2007). Lalu, di tengah kehidupan modern yang sangat dinamis sekarang ini, seperti apa sesungguhnya keluarga yang kuat itu?
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh John Defrain pada banyak keluarga di berbagai negara,
terdapat empat karakteristik yang menunjukkan karakteristik keluarga yang kuat. Keempat hal tersebut yaitu:
Adanya apresiasi dan afeksi yang ditunjukkan dengan adanya kepedulian serta penghargaan di antara anggota keluarga, rasa persahabatan, juga memiliki selera humor dalam kesehariannya
Komitmen untuk saling percaya, saling bergantung, mengutamakan kejujuran, kesetiaan, dan kemauan untuk saling berbagi.
Mengembangkan komunikasi yang positif dengan cara saling memberikan compliment, berbagi perasaan, menghindari sikap saling menyalahkan, mampu untuk berkompromi, dan bersikap asertif.
Menikmati waktu bersama dengan pertemuan yang berkualitas dan dalam waktu yang cukup.
Memiliki kesejahteraan spiritual dengan mengembangkan nilai-nilai hidup bersama.
Memiliki kemampuan untuk mengelola stres dan krisis secara efektif. Keluarga yang kuat mampu melihat krisis sebagai tantangan dan kesempatan untuk berkembang bersama.
Keluarga yang kuat merupakan rumah yang baik bagi anak-anak untuk tumbuh dengan baik. Namun demikian, keluarga yang kuat tidak berarti keluarga yang sempurna. Keluarga yang kuat adalah keluarga yang memilih untuk menghadapi setiap kesulitan sehingga bisa terus berproses untuk berkembang. Keluarga yang kuat fokus untuk memastikan setiap fungsi yang ada dalam keluarga bisa berjalan dengan baik. Hal ini berarti keluarga yang kuat tidak selalu yang memiliki struktur yang lengkap. Sebagai contoh, keluarga dengan orang tua tunggal tetap bisa menjadi keluarga ketika setiap anggota keluarga menjalankan fungsinya dengan baik (Defrain & Asay, 2007).
Keberfungsian setiap anggota keluarga salah satunya ditentukan oleh kondisi kesehatan mental setiap anggota keluarga. Hal ini dikarenakan adanya keterikatan antar setiap anggota keluarga. Misalnya jika salah satu anggota keluarga hanya fokus pada permasalahan keluarga, maka yang lain pun hanya akan fokus pada masalah. Namun jika bisa melihat pada potensi kekuatan yang dimiliki keluarga, maka yang lain pun demikian (Defrain & Asay, 2007).
Berikut ini merupakan cara untuk memperkuat dan menjaga kesehatan mental keluarga (Iqbal, M, 2018):
Memperkuat keimanan dan ketakwaan, serta menjalankan syariat agama. Agama merupakan panduan dalam hidup. Dengan pemahaman agama yang baik, kita punya landasan yang kuat dalam menjalani hidup dan tidak semata berorientasi pada dunia tetapi juga akhirat.
Menjalankan pola hidup yang sehat dan seimbang. Fisik dan psikis tidak dapat dipisahkan. Makanan yang sehat, olahraga yang teratur, hingga berlibur dapat memperkuat kesehatan mental.
Menjalin hubungan sosial dengan masyarakat. Dengan bergaul dengan masyarakat, setiap anggota keluarga dapat belajar dinamika dalam kehidupan. Hidup pun akan lebih bermakna dengan mengikuti berbagai kegiatan sosial.
Senantiasa terus belajar. Dengan banyak menuntut ilmu -membaca buku, menghadiri majelis ilmu- kapasitas seseorang dalam menghadapi persoalan hidup akan semakin baik. (ay)
Sumber: DeFrain, John & Asay, Sylvia. 2007. Strong families around the world: An introduction to the family strengths perspective. Marriage & Family Review. Vo. 41, no.½, pp. 1-10
Iqbal, M. 2018. Psikologi Pernikahan. Jakarta: Gema Insani
SUPERMOM’s NOTE Edisi #psycorner 2 Desember 2019
Fanpage FB : https://web.facebook.com/supermomwannabefanpage/
Twitter : https://twitter.com/supermom_w
Instagram : https://www.instagram.com/supermom_w/
Tumblr : http://supermomwannabee.tumblr.com/
WhatsApp: +6281904714215
168 notes · View notes
tinakartina · 4 years
Text
Empat tahun bukanlah waktu yang singkat. Meskipun terasa cepat berlalu. Kita masih saling memperbaiki diri, komunikasi, dan hal lainnya yang masih belum sejalan.
Aku juga terus menghapus keraguan tentang setia yang katanya belakangan makin sulit didapatkan.
Terima kasih untuk tetap bersama dan mau saling memahami. Semoga selalu menjadi lebih baik diri kita
2 Desember 2019
0 notes
tinakartina · 4 years
Text
Cerpen : Bising
Sebenarnya, hidupku berjalan sebagaimana mestinya. Tidak ada rezeki yang hilang, hidup dalam kecukupan materi tanpa aku harus mengaisnya di jalan. Punya rumah untuk berteduh, meski itu rumah orang tua bukan milikku sendiri, Punya kendaraan untuk bepergian. Semuanya terasa baik-baik saja, sebenarnya.
Tapi, bagaimana jadinya bila hidupku yang sudah cukup ini dianggap kurang oleh orang-orang yang seharusnya menjadi orang pertama yang mendukungku secara moril? Keluarga.
Tahun ini usiaku menginjak 30 tahun, belum menikah, masih bekerja sebagai pekerja honorer di kantor pemerintahan setempat. Rasanya, semua yang aku jalani saat ini adalah jalan yang salah bagi mereka. Padahal, sejak dulu. Jauh sebelum jalan ini sudah terlampau jauh, aku selalu bertanya bagaimana pendapat mereka. Apa pandangan mereka. Juga mengutarakan pilihan-pilihanku yang lain.
Tak satupun mimpi-mimpi yang kuceritakan itu bersambut baik. Mereka hanya ingin aku tak bekerja jauh. Kembali ke kampung halaman, tempat dimana mereka berada. Sebuah pilihan yang sebenarnya tidak ada dalam rencanaku. 
Tapi, entah bagaimana bisa aku mengambil pilihan itu. Mungkin, karena sejak kecil dulu aku juga tak pernah membuat keputusan. Sekolahku, pilihan bajuku, sepatuku, bahkan waktu mau beli handphone pun semuanya diputuskan oleh mereka. Aku tak pernah membuat keputusan besar.
Hari ini, tatapan mata mereka terasa bising sekali bagiku. Melihatku seolah tak memiliki harapan dan nilai yang lebih. Aku ingin sekali lepas dari semua ini, tapi perjalanan ini sudah terlampau jauh. Usiaku sebentar lagi tiga puluh, sudah lebih dari 7 tahun sejak aku lulus sarjana. Dan menyadari bahwa aku tak punya keahlian apapun yang menonjol. Bahkan aku takut untuk melamar kerja di tempat lain, takut ditolak.
Aku melihat cermin yang tergantung di kamar mandi. Kunyalakan shower, air mulai membahasi rambutku. Aku menangis, di kamar mandi rumah. Biasanya aku menangis di toilet kantor. Menangis karena lelah menjalani keadaan yang sama setiap hari, lingkungan yang tak sehat, dan kejenuhan yang membunuh mimpiku.
Aku kemudian berharap ada seseorang yang menikah denganku dan membuatku bisa pergi dari rumah ini. Harapan yang justru membuatku jatuh semakin dalam. Karena sampai usiaku beranjak kepala tiga, seseorang itu tak pernah terlihat batang hidungnya. Sementara teman-teman sepermainanku tak lagi ada di kota kecil ini. Sementara di lingkunan kantorku, tak ada satupun yang menarik perhatianku. 
Hidup ini terasa kosong. Entah dengan cara apa lagi aku bisa mengisinya. Mengisinya dengan energi yang begitu melimpah ruah seperti saat aku kuliah dulu, bertemu dengan teman-teman sepermainku di tanah rantau.
Rumah, sesuatu yang seharusnya menjadi tempat pulang. Justru menjadi sesuatu yang membuatku ingin sekali segera pergi.
©kurniawangunadi | 21 November 2019
455 notes · View notes