Tumgik
bahauddinilr · 3 years
Text
"Sabar dan sholatmu adalah penolong, dzikir dan sedekahmu adalah penguatnya."
~ Bahauddin Ilham ~
2 notes · View notes
bahauddinilr · 3 years
Text
Parenting : Dibalik Menunda Marah
Jadi, ceritanya sore tadi Shabira sedang menuang air dari botol besar ke dua gelas yang lebih kecil. Tapi nggak berhenti sampai situ, dia nuang lagi airnya ke meja. Tumpah-tumpah sampai lantai. Semua basah.
"Itu pelnya diambil kak. Asal nanti bertanggungjawab, Mama nggak papa."
Shabira makin asyik menuang air. Wow.
Aku, yang emosinya sedang stabil meski Jogja lagi panas-panasnya, diam mengamati. Aku nunggu, kira-kira apa yang ada di pikiran Shabira saat ini. Karena dari tadi dia emang kaya lagi nguji kesabaran. Jadi aku putuskan untuk menang dari ujian ini😂
"Kak, kenapa dituang?" Tanyaku. Akhirnya bertanya haha.
"Dek Gam menuang kopi hingga membasahi meja..." Jawab Shabira.
Dek Gam itu nama salah satu tokoh di buku yang suka dia baca. Di buku itu memang diceritakan kalau Dek Gam nggak sengaja menumpahkan kopi yang dibikinkan ibunya. Kopinya membanjiri meja.
"Oh gitu..." dalam hati aku langsung bersyukur nggak kelepasan marah duluan. Meski sepele menurut kita sebagai orang dewasa, tapi ini capaian yang lumayan besar buat anak-anak.
Kenapa?
Pertama, Shabira berhasil mengingat jalan cerita. Kedua, dia sedang berlatih bermain peran (jadi Dek Gam)! Ketiga, dia sedang berusaha merangkai potongan cerita lewat adegan yang sedang dia perankan. Keempat, dia berusaha menceritakan kembali buku yang dia baca. Wow! Hal-hal tersebut bagiku penting karena itu artinya anak sedang berusaha memahami bacaan. Nggak cuma sekedar baca, tapi memaknai. Satu level di atas baca.
Selain itu, Shabira merasa dihargai, didengarkan, dan dipahami.
Dia lagi belajar. Aku nggak mau menghentikan stimulusnya dan kesempatan emas ini.
Lalu ayah datang,
"Kakak, kok tuang-tuang air? Bahaya! Nggak kaya gitu, ah." Kata Ayah agak gusar.
"Itu Yah, Kakak lagi jadi Dek Gam yang nuang kopi..." Jawabku buru-buru. Aku takut Ayah kelepasan kesal padahal aku sedang membiarkan Shabira menikmati kegiatannya.
Untung Ayah lekas mengerti--atau pasrah saja sama kode dari tatapanku yang artinya, nggak papa, biarin aja, masih bisa aku handle--, atau mungkin malah keduanya. Hahaha
Ayah membiarkan kami, beliau masih berdiri di tempatnya sambil memegang gelas. Seperti menunggu kira-kira mauku dan Shabira apa.
"Habis numpahin air terus Mak gimana kak reaksinya ke Dek Gam?" Kataku sambil berkacak pinggang.
"Mak marah."
"Ayo dibereskan! Kata Mak marah." Aku berpura-pura jadi Mak.
"Terus sama Dek Gam dipel lantainya." Sambung Shabira.
"Setelah itu Mak memandikan Dek Gam supaya nggak lengket, ya?"
"Iya supaya bersih..." kata Shabira.
Kesempatan! Sekalian bikin dia mau mandi tanpa drama hahaha.
Akhirnya aku menggiring Shabira mandi seperti Mak yang mandikan Dek Gam. Bedanya ini Shabira mandi sendiri wkwkwk.
Apa jadinya kalau aku nggak mendengar dia dulu? Apa jadinya kalau aku malah marah-marah? Ternyata seringkali kita perlu melihat dari sudut pandang anak sebelum benar-benar melepaskan emosi 'marah' itu...
Dibalik tingkah ajaibnya, anak selalu punya alasan.
Apa jadinya kalau Ayah nggak percaya sama aku, sama kami? Apa jadinya kalau ayah ketinggalan jauuuh sekali pemahamannya terkait menghadapi anak usia dini?
Ayah dan Ibu, suami dan istri. Satu tim. Komunikasi dan berbagi peran itu membawa banyaaaak sekali dampak positif di keluarga. Ayah posisinya emang nggak bisa sesering ibu ada di samping anak, menghargai Ibu yang menerapkan SOP dan aturan khusus dalam berbagai aspek parenting rasanya melegakan. Beberapa kali dapat curhatan juga, yang malah sering menjadikan anak bingung karena ortu tidak konsisten adalah ayah yang tiba-tiba 'ngacau' kesepakatan yang udah mati-matian dibuat ibu selama di rumah hahahaha.
Lucu ya parenting itu. Naluri, pengetahuan, insting, perasaan, dan logika...beda kasus beda takaran. Sebagai orangtua dari hari ke hari belajar untuk lebih peka meramu, mana yang harus dipakai, berapa takarannya, berapa dosisnya, mana yang lebih penting, dan semuanya harus diputuskan dengan cepat. Wkwkwkwkk.
Aku bersyukur tadi nggak marah. Aku bisa belajar banyak hal. Terima kasih sabar, kamu memang selalu menang dan membawa maslahat.
972 notes · View notes
bahauddinilr · 3 years
Text
"Doa cara terbaik untuk menyayangi seseorang"
~ Bahauddin Ilham ~
1 note · View note
bahauddinilr · 3 years
Text
"Dari sebuah keadaan membuat kita menjadi lebih dewasa."
~ Bahauddin Ilham ~
1 note · View note
bahauddinilr · 3 years
Text
"Ibadah yang sunnah itu harus dipaksa biar jadi terbiasa dan kebiasaan, kalau gak pernah dicoba dipaksa sampai kapanpun gak akan pernah dilakuin."
~ Bahauddin Ilham ~
0 notes
bahauddinilr · 4 years
Text
Sekecil apapun usaha seseorang, entah apapun itu tetap apresiasilah agar kamu bisa menghargai, menjaga, dan membuat perasaannya tersenyum bahagia.
Bukankah membuat oranglain tersenyum dan bahagia pahala bukan? :)
“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu“.
(HR. At-Tirmidzi)
“Janganlah sekali-kali engkau menganggap remeh suatu perbuatan baik, meskipun (perbuatan baik itu) dengan engkau menjumpai saudaramu (sesama muslim) dengan wajah yang ceria“
(HR. Muslim)
3 notes · View notes
bahauddinilr · 4 years
Text
[ Ada Apa Dengan Orangtua Dulu ]
Orangtua dulu, ketika ada anak gadis atau anak perempuannya dilamar atau diajak menikah oleh seorang laki-laki yang belum mapan atau bahkan untuk pekerjaan belum pasti.
Mereka bisa yakin dan percaya kepada seorang anak laki-laki tersebut bahwa anak perempuannya bisa dijaga dan dibahagiakan olehnya.
Bahkan tak jarang kita mungkin pernah mendengar dari kalimat-kalimat orangtua zaman dahulu seperti, "Udah nak gak apa nikah dahulu, nanti insya Allah, yakin setelah menikah Allah ngasih kamu pekerjaan yang enak, dan rezekimu lancar. Kamu dekat saja sama Allah biar nanti Allah yang mengatur buat kesuksesanmu."
Selang beberapa lama setelah pernikahan berlangsung, ucapan dari orangtua zaman dahulu atau orangtua tersebut diijabah atau dikabulkan oleh Yang Maha Kaya, Allah azza wa jalla.
Berbeda dengan orangtua zaman sekarang, ketika ada anak gadisnya dilamar atau ingin dinikahi seorang laki-laki yang mungkin kerjanya belum enak, tidak meyakinkan karena pekerjaannya, dan mungkin bahkan kerjanya belum pasti.
Orangtua zaman sekarang tak jarang menolak lamaran atau menolak ajakan pernikahan dari seorang laki-laki tersebut.
Bahkan diantaranya ada yang berbicara kepada anak gadis perempuannya atau ke anak laki-laki tersebut seperti ini, "Kamu kerja belum pasti, kerjamu belum mapan, kamu mau ngasih makan apa ke anak perempuanku? (ucap orangtua kepada anak laki-laki tersebut), atau kamu mau makan apa menikah sama dia (ucap orangtua kepada anak perempuannya)?".
Kesimpulan yang bisa kita petik hikmahnya adalah,
1. Ucapan atau perkataan merupakan sebuah doa. Entah ketika kita mengucapkan bercanda, serius atau tidak serius, semua akan dan bisa menjadi dikabulkan atau diijabah Allah azza wa jalla. Maka, berbicaralah atau berucaplah kalimat-kalimat atau perkataan yang baik, apapun itu.
2. Keyakinan, optimisme, dan kepercayaan kepada Allah azza wa jalla.
3. Memberikan semangat dan mengajarkan anak laki-laki tersebut tentang dunia bukan segalanya melainkan kedekatanmu kepada Rabb-Mu adalah kunci utama kesuksesanmu.
4. Memberikan arti bahwa dunia ini milik-Nya. Kamu rayu Rabb-Mu agar dunia ini mendekatimu, bukan kamu yang mendekati dunia-Nya.
2 notes · View notes
bahauddinilr · 4 years
Text
[ Jatuh Hatilah Dengan Tepat ]
Jangan jatuh hati padaku, tapi jatuh hatilah kepada Rabbku, Allah azza wa jalla.
Jatuh hatilah pada-Nya, karena hidupku atas ridho dan rahmat-Nya.
Hidupku tidak terlepas dari ketentuan dan keputusan-Nya.
Jatuh hatilah pada-Nya, sebagaimana engkau hidup untuk terakhir kali.
Jatuh hatilah juga pada kekasih-Nya, Rasulullah.
Yang mencintaimu tak lekang oleh waktu-Nya.
Yang memikirkanmu lebih dari kekasihmu.
Jatuh cintalah pada ucapan-Nya, melalui Quran dan as sunnah.
Jagalah hati dan cinta-Nya melalui Ibadahmu kepada Rabb-Mu.
3 notes · View notes
bahauddinilr · 4 years
Text
[ Bahagiakan Kamu ]
Bahagiakan hidupmu agar hidupmu berwarna penuh keceriaan.
Bahagiakan harimu dengan rasa syukur pada-Nya agar bertambah nikmat pemberian-Nya.
Bahagiakan keluargamu selagi kamu mampu dan ada kesempatan, yang mereka inginkan hanya kehadiranmu didalamnya.
Bahagiakan orang-orang disekitarmu dengan caramu walau orang lain akan menilai berbeda tetapi setidaknya kamu berusaha untuk menjadi orang yang baik.
Bahagialah dengan cara yang sederhana dengan mendekati pencipta-Mu disepertiga malam-Nya dalam sujud panjangmu menemui-Nya diatas sajadah.
0 notes
bahauddinilr · 4 years
Text
[ Pasangan Baik ]
Mintalah pasangan yang detail sesuai keinginanmu, tapi kalau kamu minta yang sempurna, semua manusia mempunyai tiap kekurangan masing-masing.
“Orang yang dikehendaki oleh Allah untuk mendapat kebaikan akan dipahamkan terhadap ilmu agama.” (HR. Bukhari-Muslim)
“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. Tirmidzi)
Kalau kamu minta yang sempurna?
Seharusnya pertanyaan ini kamu sampaikan di diri sendiri, "Apakah kamu sudah pantas mendapatkannya? "
Cari yang seiman, mau memperbaiki diri setiap harinya, pasangan yang bisa mengajak kebaikkan untukmu, membawa manfaat, membawa keberkahan dan dapat mengajakmu menjadi lebih baik setiap waktunya.
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertaqwa.” (QS. Al Hujurat: 13)
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kalian. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya.” (QS. An Nur: 32)
1 note · View note
bahauddinilr · 4 years
Text
[ Perenungan Diri ]
Pernah gak diri ini menyadari bahwa sesungguhnya Allah memberikan banyak kado atau hadiah yang tidak kita sangka?
Yang kalau secara logika manusia, tidak akan sampai fikiran kita ke sana.
Mulai kado yang bersifat kita meminta tetapi baru dipenuhi dilain waktu, disaat kita udah gak meminta?
Mulai kado yang secara tiba-tiba tidak kita minta tetapi hadirnya saat kita butuhkan?
Mulai kado yang tiba-tiba hadir dari orang-orang disekeliling kita.
Sudahkah kita mensyukuri nikmat pemberian-Nya tsb?
0 notes
bahauddinilr · 4 years
Text
[ Merenungkan Pertanggungjawabanmu ]
Seberapa sering kamu membaca dan mengamalkan kitab-Nya?
Sudah seberapa banyakkah bekal buat kematianmu?
Sebanyak apakah amalmu kepada-Nya sampai kamu berani gak shalat diawal waktu?
Dan berani gak berjamaah dirumah-Nya?
Jangan hanya soal pasangan dan dunia yang kamu fikirin serta kamu persiapkan.
Coba difikirin bekalmu akhirat apakah udah cukup?
Seberapa besar dengan kesalahan dan dosamu pada-Nya?
Seberapa besar dengan sikapmu yang masih suka menunda panggilan-Nya?
Apakah pernah diri ini berfikiran dan merenungkan bagaimana kalau kematian yang menjemput kita dahulu?
“Apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya”.
(QS. An-Nahl : 61)
Disaat kita memikirkan, terlalu asik dan sedang mempersiapkan terdetail urusan dunia sedangkan urusan bekal di alam kubur aja belum dipersiapkan?
Yang terkesan kamu kesampingkan.
Bagaimana urusan akhirat?
Pernahkah kita berfikiran dan merenungkan pertanggungjawaban kita kepada-Nya?
Atas sikap dan sifat kita?
Atas barang yang kita miliki?
Keterangan:
Tulisan ini diperuntukkan sebagai pengingat untuk diriku bukan buatmu.
4 notes · View notes
bahauddinilr · 4 years
Text
[ Allah Sayang Kamu ]
Ketika Allah memberi sebuah permasalahan ke tiap-tiap hamba-Nya, bisa jadi itu sebuah ujian-Nya tetapi bisa juga itu teguran dari-Nya atas kelalaian sikap kita yang suka menunda panggilan-Nya.
.
Semua balik lagi ke diri kita masing-masing menanggapinya bagaimana, ketika Dia memberi permasalahan kepada diri kita ini.
.
Coba direnungkan apakah selama ini hubungan vertikal kita kepada Allah (habluminallah) ada yang salah?
Atau bahkan ada yang kurang?
Atau bahkan kita suka menunda panggilan-Nya?
Atau melupakan panggilan-Nya?
Atau kita terlalu asik dengan maksiat?
Nauzubillah min dzalik.
.
Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
.
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَفَّى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
.
“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR. Tirmidzi no. 2396, hasan shahih kata Syaikh Al Albani).
.
Jika dirasa hubungan vertikal kita kepada Allah baik-baik saja dan semakin baik setiap harinya, mungkin ini ujian-Nya agar meningkat kadar keimananmu pada-Nya.
Dan membuatmu semakin dekat kepada-Nya.
.
“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata Syaikh Al Albani).
.
Ujian tiap hamba-Nya berbeda-beda dan ada porsi serta kapasitasnya, Allah gak memberikan ujian kepada hamba yang Dia sayangi secara asal-asalan. Semua sudah ada takarannya.
.
Kata Lukman -seorang sholih- pada anaknya,
.
يا بني الذهب والفضة يختبران بالنار والمؤمن يختبر بالبلاء
.
“Wahai anakku, ketahuilah bahwa emas dan perak diuji keampuhannya dengan api sedangkan seorang mukmin diuji dengan ditimpakan musibah.”
.
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?"
(QS. Al-Ankaboot : 2)
• 2017
2 notes · View notes
bahauddinilr · 4 years
Quote
Diberi nikmat Islam, bersyukurlah. Diberi nikmat Ihsan, bersyukurlah. Diberi nikmat Iman, bersyukurlah. Diberi nikmat Sehat, ucapkan Alhamdulillah. Diberi kemudahan, ucapkan Alhamdulillah. Diberi keluarga lengkap, bersyukurlah. Diberi nikmat Sakit, bersyukurlah ucapkan Alhamdulillah. Bisa jadi itu teguran-Nya agar kita senantiasa menjaga tubuh pemberian-Nya
Bahauddin
0 notes
bahauddinilr · 4 years
Quote
Allah datangkan sesuatu, pasti ada kebaikan untuk dirimu kalau kamu mau berfikir positif dan berbaik sangka ke Allah azza wa jalla
Bahauddin
1 note · View note
bahauddinilr · 4 years
Text
Ketenangan Hati
Selepas punya anak kedua, suami meminta saya untuk lebih fokus kepada anak-anak. Saya diminta berhenti berjualan online. Saya sih denial, ngakunya ikhlas dan baik-baik saja. Padahal mah takut juga nggak punya pegangan di tengah bulan kalau mau beli sesuatu yang peruntukannya untuk saya sendiri--yang biasanya saya beli pakai uang hasil jualan. Haha. Ngakunya enteng-enteng aja ngelepas, padahal saya berusaha cari 'income' lain selain jualan.
Sampai kemarin saya ditegur sama Allah sewaktu datang ke sebuah kajian. Kehilangan harta adalah sesuatu yang paling ringan ujiannya, ada yang lebih berat dari itu yaitu kehilangan ketenangan hati.
"Ketenangan hati itu datangnya dari Allah, mintanya ke Allah. Bukan minta pada materi. Apakah setelah punya banyak uang menjamin ketenangan hati? Kalian pikir orang kaya banyak uangnya pasti bahagia? Kalau kita sandarkan kebahagiaan itu pada harta, hati-hati syirik."
Jleb. Jleb buat saya yang kelimpungan ini.
Mintanya ke Allah. Saya masih takut sama nggak punya uang. Padahal segala sesuatu sudah dijamin sama Allah. Saya masih takut aja...takut banyak hal, ternyata Allah sedang mencabut nikmat ketenangan hati itu dari saya.
Sedih sih. Menerima kenyataan bahwa diri ini sungguh sudah salah meletakkan persepsi akan lebih tenang dan enak hidup ini kalau ada 'uangnya'. Siapa yang menjamin?
Haha terngiang kata-kata ayahku kalau saya lagi suka ndableg : "kaya ndak punya Tuhan aja kamu itu!"
Hehe. Hehehehehehhee.
Dear aku, sadarlah :))))
492 notes · View notes
bahauddinilr · 4 years
Quote
Nikmat dari doa ketika air mata menetes memohon ke Rabb-Mu
Bahauddin
0 notes