Tumgik
bajaklautairtawar · 1 year
Text
‘Kampil’: Jejak Bangsa Iranun di Lingga
Menelusuri benda bersejarah di Daik Lingga, tak akan pernah ada habisnya. Beragam jenis peninggalan tersimpan, seperti senjata yang menjadi salah satu alat pertahanan diri bangsa melayu, saat kesultanan Lingga. Salah satu tempat yang menjadi rujukan, terdapat di Museum Linggam Cahaya yang digagas pemerintah setempat sejak beberapa tahun silam. Terletak di komplek Istana Damnah, Daik Lingga berbagai jenis senjata sepeti Kampil, atau disebut juga Kampilan yang berarti kelewang, pedang (lihat KBBI). Senjata Kampil ini, diyakini bukan asli berasal dari bangsa melayu kepulauan Riau yang lazim seperti keris. Namun, Kampil dipercaya adalah salah satu senjata milik bangsa Iranun. Sebuah bangsa dari Mindanau wilayah Filipina Selatan  mencakup Tempasuk sebelah Sabah Borneo (Kalimantan Timur). Hubungan sejarah yang belum terbuka jelas hingga kini, menjadi pertanyaan bagaimana bisa senjata Kampil tersebut sampai ke Lingga. Senjata Kampil adalah senjata perang Iranun. Ciri-ciri kamil agak ringan dengan panjang berukuran 1 hingga 1,5 meter. Sisi tajam pada bilah dan bentuknya semakin melebar pada bagian ujung pedang. Mirip seperti Mandaw orang Dayak. Dibagian depat terdapat motif. Sedangkan pada gagang pedang, berbentuk seperti kepala buaya. Sementara besi pedang dari Kampil yang terus menua kini hanya menjadi koleksi yang tersimpan rapi. Sayangnya, senjata utama bagi bangsa Iranun ini yang digunakan dalam pelayaran ke Nusantara abad ke 17 hingga 18 ini sebagai bukti dari perlawanan kolonialisme belum banyak diketahui kalangan luas. Ada peran besar bangsa Iranun, dalam sejarah kerajaan Melayu disemenanjung. Berhasil mengusir Belanda keluar dari Riau atas permintaan Raja Bongsu dan Sultan Mahmud. Namun pengaruh besar Belanda saat era kolonial membuat bangsa Iranun tergeser. Kata Iranun kemudian bergeser pula  menjadi 'Lanun' atau Bajak Laut yang konotasinya menjadi lebih buruk dalam sejarah hingga kini. Dalam Thfat Al-Nafis, Sejarah Riau-Lingga dan daerah taklukannya 1699-1864, karya Raja Ali Haji, "Maka dijalankannyalah pekerjaannya yaitu menyuruhlah ia satu utusan ke Tempasuk adalah yang pergi itu namanya Encik Talib serta beberapa orang lagi sertanya membawa surat kepada Raja Tempasuk minta pertolongan kepada Raja Tempasuk itu pada mengamuk Holanda di Riau. Dan pada satu kaul memang keturunan daripada raja Johor di dalam Tempasuk itu bernama Raja Ismail. Maka tatkala tibalah Encik Talib itu dimaklumkannya seperti maksud Raja Indra Bongsu itu kepada Raja Tempasuk. Maka diterimalah oleh Raja Tempasuk kehendak Raja Bongsu seta Baginda Sultan Mahmud itu. Maka lalulah ia menyuruh anak-anaknya tiga orang, dan empat dengan Raja Ismail itu, dan adalah Raja Ismail itu menjadi panglima besarnya. Adalah nama yang disuruhnya itu pertama Raja Tebuk namanya, kedua Raja Alam namanya..." (Thufat Al- Nafiz, 203). Belanda-pun dapan diusir keluar dari Riau atas bantuan bangsa Iranun yang tangguh. Setelah selesai melawan Belanda di Riau, raja Lanun tersebut balik ke Tempasuk, namun Raja Muda Umak tetap tinggal di dalam negri Riau. Kemudian datang pula Tok Lukus dan Tok Akus memperhambakan dirinya untuk bersumpah setia kepada Sultan Mahmud. Karena melihat Riau yang pasti mendapat serangan balik dari Belanda, Sultan Mahmud pun memindahkan pusat ibukota berpindah ke Lingga bersama pengikutnya termasuk orang Iranun dengan 200 buah perahu. Menurut salah seorang pemerhati sejarah bangsa Iranun, Abdul Naddin dari Sabah mengatakan, Raja Muda Umak, Tok Lukas dan Tok Akus yang ikut bersama Sultan Mahmud ke Lingga diikuti pula oleh 900 pasukan Iranun dengan penjajab (red kapal). Kemudian, mereka menikah dengan penduduk Lingga hingga keturunannya lebih dikenal dengan sebutan Melayu Timur. Menurut hemat Naddin, dari sinilah mula banyaknya bangsa Iranun tersebar di Lingga hingga berketurunan. Adanya temuan Kampil di Lingga, menurut Naddin, kuat dugaan senjata utama bangsa tersebut yang dibawa dan diwariskan secara turun temurun di Lingga. "Kami yakin, kampil pasti ada hubungannya dengan bangsa Iranun. Kami sudah lama menjejaki bangsa Iranun. Pernah tahun 2010 kami singgah ke Tanjungpinang dan Pekanbaru. Sempat juga diinterview oleh wartawan Batam Pos, mencari jejak Iranun," kata Naddin yang dihubingi via Whatsapp beberapa waktu lalu. Menurut Naddin, bangsa Iranun adalah bangsa melayu yang setiakawan. Ikatan persawdaraannlah yang membawa orang-orang Iranun ikut dalam membantu Sultan Mahmud III mengusir Belanda di Riau. "Ikatan persaudaraan antara orang melayu dulu kuat. Mereka tidak tega melihat saudara mereka disakiti atau diserang. Mereka pasti datang menolong," sambung Naddin. Penjejakan orang Iranun, kata Naddin terus diupayakan untuk menemukan jejak sejarah dan keturunan. Kabar gembira adanya Kampil di Daik Lingga, juga membuat ia akan datang. Baru-baru ini kata Naddin, bersama rekannya keturunan bangsa Iranun, telah membuat sebuah forum dan pertemuan di Bangka Belitung. Merajut lagi tali persaudaraan yang terkucar kacir sejak Belanda mengecap orang Iranun atau Lananun adalah penjajah. Diakuinya, sejak cap negatif tersebut, banyak bangsa atau orang Iranun menghilang. (mhb)
9 notes · View notes
bajaklautairtawar · 3 years
Photo
Tumblr media
ISTIMEWA Pulau Lingga memang istimewa. Kaya dengan berjuta pesona, tersimpan rapi dirimbun hijau punggung Gigi Naga. Harta karun kehidupan. Ratusan tahun lalu negeri kecil ini bergelar "Darullbirri Waddarusallam," artinya "Negeri Tersembunyi Penuh Keselamatan." Mungkin karena itu pula banyak yang tidak tahu letak Pulau Lingga. Atau memang, sengaja disembunyikan Haqq_nya. Sampai Kita benar-benar sadar, untuk dan bagaimana memperlakukan tangan dan nafsu diri manusia. ——— SURGA TERSEMBUNYI, AIR TERJUN CERUK LANSI DESA MENTUDA LINGGA, KEPULAUAN RIAU, INDONESIA 📷 by: @wakecoo #indonesia #kepri #lingga #linggakepulauanriau #airterjun #goexplorekepri #discoverykepri #guide #localguides #travel #nature #waterfall #tropical #rainforest #hutanhujan #pulaulinggadotcom #linggatourism #HPILingga #HPItuanrumah https://www.instagram.com/p/CPXUgA6M7x4/?utm_medium=tumblr
7 notes · View notes
bajaklautairtawar · 3 years
Photo
Tumblr media
May 2021 Lunar Eclipse #lunar #eclipse #may2021 #gerhana #gerhanabulantotal #pulaulingga #linggatourism #linggakhatulistiwa #daik #gerhanabulan https://www.instagram.com/p/CPWKPPGMYNW/?utm_medium=tumblr
2 notes · View notes
bajaklautairtawar · 3 years
Photo
Tumblr media
26 May 2021 Lunar Eclipse #eclipse #lunar #gerhanabulan #pulaulinggadotcom #pulaulingga #moon https://www.instagram.com/p/CPV_jbBMfEU/?utm_medium=tumblr
0 notes
bajaklautairtawar · 3 years
Video
youtube
Musik Zapin yang berkembang di alam melayu berasal dari arab. Mengacu pada kata Zafran. Ia menjadi salah satu cara dalam penyebaran agama islam di semenanjung melayu. Bait-bait lagunya berisi pesan dan nasehat juga pedoman hidup. Dikenalkan dalam kelompok pengajian. 
Alunan musik gambus dan marwas mengiringi tarian zapin yang banyak memainkan gerakan kaki. Jauh sebelum zapin dibawa ke panggung pertunjukan Ia nya hanya di tarikan oleh laki-laki. Pemain gambus dalam seni Zapin di umpamakan sebagai imam. 
 MESJID MEKAH 
 Mesjidlah mekah (2x) menara tujuh (2x) Tempat terahim lailahaillallah, allahhu robbi, tempat terahim sembahyang subuh (2x) Imam berempat (2x) bersungguh sungguh (2x) Hentikan tegah, laillahaillah allahhu robbi, hentikan tegah kerjakan suruh (2x) Mesjidlah mekah (2x) di lengkung gunung (2x) Samalah tengah, lailahaillah, allahu robbi, samalah tengah ka’ba tullah (2x) Nabinya allah (2x) duduk termenung (2x) Cinta berakhir lailahhaillallah, allahu robbi, cinta berakhir kepada allah (2x)LEBIH SEDIKIT
gambus; @bahAREIEF 
darbuka: @hasbibrech
0 notes
bajaklautairtawar · 3 years
Video
"Pulau Lingga tempat kediaman orang-orang Melayu Asli, terletak digaris Khatulistiwa, di antara Pulau Sumatera dan Kalimantan, berbatasan dengan Selat Melaka di sebelah Barat Lautnya, serta Pulau Bangka di sebelah Tenggara," tulis Christiaan Van Anglebeek, penulis berkebangsaan Belanda ketika berkunjung ke Lingga Tahun 1819. Artikel ini dimuat dalam sebuah artikel berbahasa Belanda "Korte Schets van Het Eiland Lingga en Deszelf Bewoners." #lingga #anglebeek #pulaulingga (at Lingga, Riau, Indonesia) https://www.instagram.com/p/CMPAO9jnY2q/?igshid=1dd3j9acgpyox
0 notes
bajaklautairtawar · 3 years
Video
. . . 🕷️ 🕸️ 🌕 Laba-laba Bulan https://www.instagram.com/p/CILn66ZhQ4Q/?igshid=2fbtvs5go8rj
0 notes
bajaklautairtawar · 3 years
Photo
Tumblr media
Bercakap-cakap di Gedung Harta Karun Kesultanan Lingga Daik, Pusat Ibukota Kesultanan Melayu yang begitu gemilangan di masa lalu itu diera Kemerdekan hanya menjadi sebuah Kelurahan, wilayah Kecamatan Lingga. Eknonomi cukup terpuruk, barang-barang peninggalan Istana dan barang berharga banyak dijual, dibawa ke luar. Sebagian besar menjadi buruan para kolektor. Kekhawatiran orang-orang tua terbukti. Hal ini membuat orang-orang di Daik mulai bergerak. Kepedulian dan kesadaran akan sejarah akan benda cagar budaya semakin bulat. Penyelamatan harus segera dilakukan. Museum boleh jadi salah satu mimpi besar orang-orang kampong Daik waktu itu. Mimpi yang juga selalu muncul dalam tidur dan jaga Pak Long, Sulaiman Atan, Orang Daik. Orang Baik yang rela menghibahkan tanah seluas 2.6 ha tanah miliknya untuk dibangun Museum Mini yang kelak dibangun lebih besar dan bernama Linggam Cahaya. Linggam Cahaya sendiri, yang menurut sumber dari bahasa Sangsekerta tentang penyebutan Pulau Lingga. Linggam itu artinya batu/tanah merah. Dulu, menurut cerita Pulau Lingga ini masih berupa lautan, dan daratannya hanya puncak Gunung yang bercabang tiga. Batu merah/tanah merah tersebut merupakan tekstur bebatuan yang ada di puncak Gunung Daik. Orang Suku Laut, orang asli Kepulauan ini dulu menjadikan daratan sana sebagai tempat berkarang dan berteduh. Sedangkan kata Cahaya bermakna gemilang atau bersinar. Jadi jika digabung maknanya menjadi Batu Merah yang bersinar. repost @verdianivanka (at Bunda Tanah Melayu) https://www.instagram.com/p/CIKjvxJhCLC/?igshid=ioqmo63nd9t2
0 notes
bajaklautairtawar · 3 years
Photo
Tumblr media
TAMBAT POMPONG Tanjung Buton, Mepar, Lingga #lingga #linggatourism #gunungDaik #tanjungbuton #nature #BundaTanahMelayu #giginaga #perahu #landscape #oursea #ocean #mountain #dragon #pompong #pesisir #bahari #mepar (at Bunda Tanah Melayu) https://www.instagram.com/p/CG-H9oahti5/?igshid=i058vl8tn7nz
0 notes
bajaklautairtawar · 4 years
Photo
Tumblr media
Merawat Literasi Melayu Belakangan pelajaran Muatan Lokal, membaca dan menuilis Arab Melayu menghilang dari bangku-bangku sekolah. Khazanah ilmu pengetahuan orang Melayu, tergerus zaman. Dulu, Sekolah Arab menjadi pelopor pendidikan. Sekolah pertamapun dibangun tahun 1875. Orang Melayu tak boleh kalah. Beberapa tahun kemudian Sekolah Arab berubah menjadi Sekolah Rakyat (SR), kemudian menjadi Sekolah Negeri 01 Lingga. Sampai sekarang bangunannya masih kokoh. Masih digunakan sebagai tempat menuntut ilmu. Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah, Sultan Lingga-Riau sebagai penggagasnya. Tapi hari ini, aksara Melayu itu perlahan memudar. Untung saja, kesadaran itu muncul dari Museum Linggam Cahaya, Dinas Kebudayaan yang tak ingin generasinya lupa akan sejarah. Manuskrip dan Naskah Kuno masih menumpuk. Ratusan naskah diselamatkan secara fisik. Tapi isi naskah belum semuanya termanfaatkan guna Ilmu Pengetahuan. Semoga saja kegiatan seperti ini, "Alih Aksara" membangunkan kembali generasi muda Melayu untuk menggoreskan lagi tinta perlawanan bangsa yang memang tersohor dalam dunia tulis dan bahasanya. #aksara #naskahkuno #daik #museum #linggamCahaya #Kebudayaan #budayaSaya #arabmelayu #indonesia #melayu #sekolaharab #sultanSulaiman #LinggaRiau #literasi #bahasa (at Lingga, Riau, Indonesia) https://www.instagram.com/p/CGg3oeDh6hj/?igshid=oub4j2ivxf5s
0 notes
bajaklautairtawar · 4 years
Photo
Tumblr media
BEKARANG Sunset Pulau Koka, Batu Belubang, Lingga #sunsetphotography #petang #pesisir #pantai #linggatourism (at Lingga, Riau, Indonesia) https://www.instagram.com/p/CGXAW7XBwkd/?igshid=1khpwylf5agjf
0 notes
bajaklautairtawar · 4 years
Photo
Tumblr media
بسمالله الرحمن الرحيم 🌅🚣🐟🐠🦐🦞🦀🦑🐙👨‍👩‍👧‍👦 Jaring Nelayan di Laut Tuhan #nelayan #nelayanindonesia #orangpulau #rakyatlautLingga #sunrise #sampan #jongkong (at Bunda Tanah Melayu) https://www.instagram.com/p/CGTi7ACBnEn/?igshid=1giec3qor1wwk
0 notes
bajaklautairtawar · 4 years
Photo
Tumblr media
Alhamdulillah #sunrise #tanjungbuton #pelabuhan #pulaulingga # (at Pelabuhan Tanjung Buton) https://www.instagram.com/p/CGRDAS1hUbm/?igshid=13i2wp575ctst
0 notes
bajaklautairtawar · 4 years
Photo
Tumblr media
Selasa, 22 September 2020 nanti akan terjadi fenomena Ekuinoks. Sebuah peristiwa saat Matahari tepat melewati garis ekuator Bumi. Setiap tahun, Ekuinoks terjadi dua kali yakni pada tanggal 20 Maret dan 22 September. Ada juga yang menyebutnya fenomena ini dengan istilah hari tanpa bayangan. Tepatnya peristiwa ini cuma terjadi pada tempat yang dilewati garis khayal khatulistiwa. Di Indonesia, ada 8 provinsi yang dilewati garis khatulistiwa, salah satunya di sini. Pulau Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Persisnya titik tersebut telah ditandai dengan Tugu yang terletak di Tanjung Teludas, Desa Mentuda, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. #ekuinoks #khatulistiwa #equator #pulaulingga #pulaulinggadotcom #kepulauanRiau #tugukhatulistiwa #indonesia #pesisir (at Lingga, Riau, Indonesia) https://www.instagram.com/p/CFQzHeMBXdF/?igshid=wnqoazmct4kx
0 notes
bajaklautairtawar · 4 years
Photo
Tumblr media
Jalani saja. Apapun yang ada di depan, anggap saja kejutan. Bukan soal lebih atau kurang, tapi soal berserah dan syukur. Selamt Pagi. Selamat Rabu. 🏝️ Sunrise @ Benan Island, Lingga, Kelupauan Riau #morning #syukurselalu #sunrise #benanIsland #linggakepri #linggatourism @tuan.umah #sealovers #budakpulau #nelayanindonesia #kelapa (at Riau Islands) https://www.instagram.com/p/CEVXV7lhR1G/?igshid=1wrnzlac3c04n
0 notes
bajaklautairtawar · 4 years
Text
LOST KINGDOM EXPEDITIONS to LINGGA
Tumblr media Tumblr media
Tahun 1990 awal, seorang bule asal Jerman (Michalle) kalau tidak salah berkunjung ke Pulau Lingga. Ia cukup lama bekerja di Singapore dan senang petualangan. Waktu itu, kapal laut ke Lingga masih kapal kayu. Butuh waktu sekitar 12 jam berlayar untuk sampai ke Daik Lingga
Di Daik, ia bertemu dengan Paklong Leman dan Alm Said Alel. Mereka menjadi guidenya selama di Daik. Si Bule jatuh cinta dengan Lingga, ia mengajak kedua orang guide lokal ini bersama satu lagi teman bule lainnya yang ia temui di Dabo menjadi mitra. Mereka menjual sebuah paket Travel ke Lingga.
Pasarnya wisatawan Singapore. Banyak bule yang bekerja di sana. Lukisan di belakang ini menjadi booklet, hasil lukisan yang Ia buat ketika di Daik Lingga dengan latar puing tangga di Istana Damnah dan duduk seekor monyet seperti menyuap makanan ke mulutnya. Di belakang, gagah berdiri Gunung Daik yang bercabang tiga. Beberapa ekor Keluang (Kalong red) tampak terbang, menuju rimba di kaki gunung, berburu buah segar dan putik bunga.
Petualangannya ia beri nama, "Lost Kingdom Ekspedition to Lingga." Dari goresan tinta yang ia buat, seolah batu pahatan dengan alfabet terukir di dinding Gunung Daik telah ada sejak lama. Sebuah kerajaan yang hilang. Kerajaan yang menjadi pusat Kesultanan Melayu terakhir Johor-Pahang-Riau-Lingga, emperium Kesultanan Melayu turunan dari Malaka.
Sebuah visual yang begitu menarik. Dari Paklong, aku izin scane dan menggunakannya. Jelas saja menarik, lukisan luar biasa dan pasti membuat tertantang petualang lainnya. Si Bule Jerman, sekembali dari Daik ke Singapore bertugas menjaja paket. Hampir setiap bulan, Ia beri kabar melalui telkomunikasi sejenis HT dengan pemacar yang satu-satunya ada di Daik milik Kantor Camat Lingga untuk mempersiapkan segala macam hal karena tamu sudah ada. Dari sana, ia datang bersama para tamu ke Lingga.
Sejak itu, puluhan wisatawan dewasa maupun anak-anak ramai ke Daik. Jejak sejarah, wisata alam seperti pendakian Gunung, air terjun, sungai, pantai menjadi sajiannya. Biar ada gambaran dan coba membayangkan kondisi waktu itu, akses jalan dan transportasi Daik bukan seperti sekarang. Angkutan umum hanya ada becak. Kadang para Wisman juga ikut menumpang lori dari Resun. Pelabuhannya ada di Pancur, satu lagi di Tanjung Buton. Tapi hampir setiap bulannya, selalu saja ada yang datang meskipun medan dan tantangannya luar biasa.
Kebetulan, Paklong yang menjadi Guide adalah tetanggaku. Tamu-tamu bulenya, sering diajak singgah. Sebelum ikut menjadi guide, Paklong bekerja sebagai Tukang Becak dan menjahir sepatu di Pasar Kampung Cina. Kisah 'semokel' orang-orang di Pulau, membuat Ia sempat berurusan dengan imigrasi di Singapore ketika muda. Disana jugalah Ia dapat belajar Bahasa Inggris. Selalu ada hikmah dibalik petaka. Siapa sangka, Kebolehannya itu kelak membuat ia dapat melayani tamu dari berbagai macam bangsa.
Paket travel yang mereka buat bertahan cukup lama. Lebih kurang 6 tahun. Sampai akhir tahun 1996, beberapa tahun sebelum kisrus revolusi di Indonesia. Hal lain, juga kalau tidak salah orang tua si Bule sakit dan meminta ia pulang. Sejak saat itu, travel mereka stop. Namun, kunjungan secara mandiri terus berlangsung ke Lingga.
Cerita ini benar dan langsung dari sumbernya, Paklong Leman. Aku memang senang mendengar cerita. Sisi lainnya, Paklong adalah Pegiat seni budaya dan pariwisata menjadi minatnya sejak muda di Lingga. Diusianya yang hampir 70 tahun, ia masih mengabdikan dirinya membantu Museum, menjadi juru bersih.
Kata dia, "Sekarang sudah banyak lupa. Jadi biar yang muda-muda saja di dalam Museum. Paklong bersih-bersih saja di tanah," tutur kakek 10 cucu ini yang selalu bisa berteman dengan siapa saja, tak pandang usia. Respect.
Paklong bukan seorang yang kaya dengan harta benda. Tapi jiwanya. Karena peduli dan ingin menyelamatkan sejarah budaya, tanah miliknya, ia hibahkan untuk dibangun Museum. Diberi nama Museum Linggam Cahaya pada 2002.
"Tok awak (Ismail Ahmad red) datang pagi-pagi ke rumah. Kata dia, Man. Nampaknye, sebentar lagi jadi kita punya museum. Pemerintah nak bangun. Cuma, tanahnya belum ada. Paklong langsung saja cakap. Tanah Man ada Bang, pakai saja lah untuk Museum," kata Paklong tanpa ragu. Dalam hatinya, kalau museum dibangun bukti-bukti sejarah dapat diselamatkan. Museum kelak akan menjadi penunjang pariwisata.
Sekarang, bangunan Museum baru sudah permanen. Bukan lagi yang semua, berbahan kayu bentuk ciri khas rumah melayu. Kini jadi salah satu kantor dinas pemerintah yang mengurus museum dan sejarah.
Pengalaman Paklong bersama rekan-rekannya membuat travel ini benar-benar jadi semangat untuk lebih giat mengenalkan Lingga. Memajukan pariwisatanya. Dengan begitu, orang akan mengenal Lingga, alamnya pun dapat terjaga. Semakin banyak orang datang, semakin banyak pula orang-orang lokal yang terlibat dan tentu dapat membuat berbagai macam usaha pariwisata.
Hari ini, kami anak-anak muda bergabung dalam sebuah wadah Himpunan Peramuwisata Indonesia (HPI) Lingga dan menjadi guide lokal bersertifikat dengan segala kemudahan akses, informasi dan media publikasi. Malu rasanya kami, kalau tidak bisa lebih baik dan ikut berbuat dari para orang tua kami untuk memajukan kampung halaman. Paling tidak dengan cara kami.
Bagiku, Lingga bukan sekedar tanah kelahiran. Lingga itu, surga kecil digaris Khatulistiwa. Cahaya matahari bersinar sempurna sepanjang tahun. Hutan rimbanya menghijau. Airnya mengalir bersih. Udara yang segar. Pantai putih dan laut membiru jernih.
0 notes
bajaklautairtawar · 4 years
Photo
Tumblr media
Tahun 1990 awal, seorang bule asal Jerman (Michalle) kalau tidak salah berkunjung ke Pulau Lingga. Ia cukup lama bekerja di Singapore dan senang petualangan. Waktu itu, kapal laut ke Lingga masih kapal kayu. Butuh waktu sekitar 12 jam berlayar untuk sampai ke Daik Lingga Di Daik, ia bertemu dengan Paklong Leman dan Alm Said Alel. Mereka menjadi guidenya selama di Daik. Si Bule jatuh cinta dengan Lingga, ia mengajak kedua orang guide lokal ini bersama satu lagi teman bule lainnya yang ia temui di Dabo menjadi mitra. Mereka menjual sebuah paket Travel ke Lingga. Pasarnya wisatawan Singapore. Banyak bule yang bekerja di sana. Lukisan di belakang ini menjadi booklet, hasil lukisan yang Ia buat ketika di Daik Lingga dengan latar puing tangga di Istana Damnah dan duduk seekor monyet seperti menyuap makanan ke mulutnya. Di belakang, gagah berdiri Gunung Daik yang bercabang tiga. Beberapa ekor Keluang (Kalong red) tampak terbang, menuju rimba di kaki gunung, berburu buah segar dan putik bunga. Petualangannya ia beri nama, "Lost Kingdom Exspedition to Lingga." Dari goresan tinta yang ia buat, seolah batu pahatan dengan alfabet terukir di dinding Gunung Daik telah ada sejak lama. Sebuah kerajaan yang hilang. Kerajaan yang menjadi pusat Kesultanan Melayu terakhir Johor-Pahang-Riau-Lingga, emperium Kesultanan Melayu turunan dari Malaka. Sebuah visual yang begitu menarik. Dari Paklong, aku izin scane dan menggunakannya. Jelas saja menarik, lukisan luar biasa dan pasti membuat tertantang petualang lainnya. Si Bule Jerman, sekembali dari Daik ke Singapore bertugas menjaja paket. Hampir setiap bulan, Ia beri kabar melalui telkomunikasi sejenis HT dengan pemacar yang satu-satunya ada di Daik milik Kantor Camat Lingga untuk mempersiapkan segala macam hal karena tamu sudah ada. Dari sana, ia datang bersama para tamu ke Lingga. #travel #lostkingdom #lostkingdomexpedition #travel #adventure #nature #pulaulinggadotcom #pulaulingga #linggakepulauanriau #linggakepri #nature #pariwisata #travelagent #adventure #wildlife #guide #tourist (at Lingga, Riau, Indonesia) https://www.instagram.com/p/CD9H12QBcmA/?igshid=3s73i0n06z91
0 notes