Tumgik
gazeny · 1 day
Text
Percakapan Dua Ibu
Ibuku dan seorang Ibu lainnya tak sengaja bertemu di mobil travel menuju Bandung hari ini.
Ibuku berkenalan dan mengobrol dengan ibu tersebut,
"Habis darimana bu?"
"Dari nengokin anak sama cucu ini."
"Oh sama saya juga, abis dari rumah anak sama cucu."
Ternyata ibuku dan ibu tersebut punya kesamaan, akhirnya mereka pun lanjut mengobrol sampai ditahap mereka membicarakan soal anaknya.
"Anak sama mantu saya keduanya lulusan ITB, keduanya kerja. Suaminya dosen dan sedang S3, anak saya kerja sambil mau lanjut S2. Bla bla bla.." ((terlihat haru dan bangga dengan pencapaian anak + menantunya))
"Oh kalau anaknya berarti sama siapa bu?"
"Sama pembantu (nanny) di rumah."
Ibu tsb bercerita kepada ibuku, sekaligus bertanya apa pekerjaan anak ibuku; yakni aku. Sebelumnya ibuku bercerita bahwa aku juga berkuliah di ITB begitu pula suamiku.
"Anak saya di rumah aja ngurus anak sama suami."
"Oh kenapa ngga berkarir (aka kerja di luar rumah)? Sayang lho."
Hal mengejutkan terjadi di sini. Ibuku menjawab,
"Engga, anak saya mah saya sekolahin tinggi-tinggi biar bisa ngajar & ngasuh anak-anaknya. Biar jadi madrasatul ula di rumah. Gapapa saya mah anak ngga berkarir di luar rumah, yang penting bisa kepegang anaknya.
Anak saya ngga mau dan kurang percaya kalau anak diasuh orang lain, kan beda ya kalau anak diasuh orang tuanya sendiri sama yang diasuh orang lain. Kalau lagi ada kerjaan/pesenan buat freelance ya dikerjain aja dari rumah."
Ibu tsb diam, dan mengangguk memahami.
Saat ibuku ceritakan hal ini, dalam hati "waduh mamaa berani juga wkwk, untung no hurt feeling ya lawan bicaranya (semoga)."
Karena bagaimana pun pertanyaan & jawaban di atas itu agak sensitif untuk sebagian orang. Ibuku tidak berniat yang gimana², hanya menjawab sekenanya.
Kalau aku coba telisik, karena dalam jawaban ibuku—yang mengandung prinsip pengasuhan keluargaku, itu terdapat personal truth yang dalam kasus ini hanya diyakini olehku, keluargaku dan suamiku.
Aku dan suami memang punya pendapat yang sama dengan ibuku. Aku sekolah hingga bangku kuliah, sejak awal memang tidak punya niatan untuk bekerja di luar rumah. Entah gimana kok bisa Ayu remaja berpikir hanya ingin jadi ibu rumah tangga saja. Dan terwujudlah belasan tahun setelahnya.
Kami berpikir bahwa, kami mendapat kemudahanan dari Allah untuk sekolah tinggi; maka anak kami lebih berhak dididik oleh kami.
Agak kurang masuk akal buat kami kalau kami sekolah tinggi, tapi yang merasakan hasilnya malah pihak lain. Sementara anak diasuh/dididik oleh (maaf) orang lain yang semisal lulusan SD, SMP atau SMA saja—dalam hal ini tidak lebih baik dari orang tuanya. Jadi sayang banget~
Nilai dan keyakinan keluargaku memang tidak untuk semua orang, mungkin ada yang bertolak belakang atau punya opini lain, silakan saja kok gapapa.. tapi mungkin juga sih ada keluarga yang punya pemikiran yang sama dengan kami. Siapa tau? :')
Kami sadar tiap keluarga punya value yang unik, kondisi yang berbeda² dan prioritas yang berbeda juga. Mari saling hargai dan pahami.
Aku disini menuliskan cerita ini sebetulnya lebih ke terharu karena diam² ternyata ibuku jauh memahamiku dari yang kutahu. Ibuku mendukungku walau dari jauh. Ibuku tetap menerima dan "membanggakanku" yang hanya di rumah ini.
Yang sebagian orang mencibir orang sepertiku itu; tidak berdaya, tidak berpenghasilan, ketergantungan sama suami, tidak mandiri.
Jahat sih kalau ada mulut yang bicara begitu kepada ibu-ibu lain secara terang-terangan.
Memanglah dunia ibu-ibu ini rentan dengan komparasi hidup dan nasib. Apapun bisa jadi bahan omongan. Sedikit pergerakan bisa jadi celotehan.
Kuat-kuat saja ya. Selama apa yang kita yakini benar, sesuai sama apa yang Allah (akan) suka, dan yang kita lakukan & perjuangkan dalam hidup itu bisa dipertanggungjawabkan, maka lanjutkan saja! Jangan takut.
Hidup ini medan juang kok. Namun tiap orang (dan tiap keluarga) tentu punya track/jalur yang berbeda. Privilese tiap orang pun belum tentu sama. Jadi, semangat ya!
Tangerang, 21 April 2024 | 22.24 WIB
16 notes · View notes
gazeny · 3 days
Text
Mau potong rambut sajaaa
0 notes
gazeny · 18 days
Text
Semalem aku mimpi liat Adi umroh, atau haji?
Adi berfoto di depan Ka'bah dengan baju ihram
0 notes
gazeny · 20 days
Text
Apakah orang itu benar-benar butuh ditolong?
Apakah jika tidak ada kita dia masih bisa melakukannya?
0 notes
gazeny · 22 days
Text
Aku ingin hidup dengan penuh kejujuran
0 notes
gazeny · 25 days
Text
15 Ramadhan
Patah Hati
Kalian mungkin udah pernah ngalamin patah hati dan move on dari relation terhadap lawan jenis, tapi pernahkah familiar dengan patah hati dalam pertemanan?.Aku baru menyadari setelah semakin dewasa ternyata kita mengalami juga perpisahan dengan teman.
Aku kira cuma kejadian ya paling pisah karena dia pada nikah, kerjaan jauh atau sekolah lagi gitu, gegara kendala jarak aja gitu.
Ternyata eh ternyata ngalamin juga karena ya emang ada masalah atau udah ga sejalan lagi.
Kenapa aku ngerasa ga bakalan kejadian di aku?karena aku pikir orang berkawan ya kawan aja terus gitu, palingan kendala karena komunikasi aja.
Tapi ya gitu ternyata ngalamin juga kaya patah hati sama lawan jenis. Rasanya gimana?ya nyesss ada sedihnya, ada kagetnya,,ada rindunya,ada keselnya. Bisa kembali sapa2an tapi belum tentu sama kaya dulu.
Mungkin move onnya, harus pelan pelan fokus sama diri sendiri dan banyak banyak doain aja mereka dalam kebaikan.
Bukan putus silaturahimnya, hanya saja memang salah satu jalan supaya tidak saling terluka adalah dengan memberi jarak satu sama lain.
Mungkin fase kehidupan dewasa babaknya suka ada aja emang, kadang ya babak belur juga menghadapinya.
#faseduniadewasa
31 notes · View notes
gazeny · 26 days
Text
Hari ini mencoba menjahit baju manual, ternyata seruuu
Melatih konsentrasi banget
0 notes
gazeny · 29 days
Text
Hua de javu
Dirumah sakit nungguin orang sakit
0 notes
gazeny · 1 month
Text
Setiap pulang ke Jogja, kita akan menghabiskan waktu untuk ngopi di kedai kesayangan kita di daerah Jogja Utara, "Pitutur". Menikmati dirty latte dan rolled cake, berbincang dengan Mas Ponco yang masih mengingat wajahku dan mungkin kamu.
Jika belum puas kita lanjutkan esok harinya ke "Tadasih", menyesap Mekarwangi yang segar di pagi hari dilengkapi sepotong apem hangat dan espresso butter brioche toast yang kita makan sepiring berdua setelah jalan pagi di Alkid. Pulangnya kita membungkus beberapa beans untuk kita nikmati di perantauan.
Bahagianya kita banget kan itu, kemana aja yang penting boncengan berdua wkwk*ngayal dulu
Tumblr media
Saya sebenarnya tidak ingin besar kepala.
Tapi, pernahkah kamu memikirkan saya di saat kamu telah hidup bersama satu atap dengannya?
Kamu jangan salah, saya selalu berdoa semoga kamu ditemukan oleh orang yang bisa mencintai kamu lebih besar dari saya. Saya juga tidak pernah berharap kelak kita akan bersama lagi entah dengan cara yang bagaimana.
Saya hanya penasaran saja.
Sebab, saya terkadang masih memikirkan kamu di sela-sela hidup saya. Saya bukan tidak bisa melangkah. Bukan juga saya ingin kita bisa kembali bersama. Saya hanya kadang mengingat bahwa dulu kita pernah begitu bahagia.
Bahagia yang sayangnya tidak lagi bisa saya temukan di siapa-siapa.
Ngomong-ngomong, kamu tau kan kalau saya ini tipe manusia yang sangat realistis kalau menyoal tentang hidup? Toh dulu kamu bahkan sering kesal karena keras kepala dan logika saya yang kadang-kadang tak bisa kamu terima.
Tapi apakah kamu tau? Belakangan ini saya sering membayangkan tentang sebuah pertanyaan aneh:
"Apakah ada semesta lain di mana hubungan kita kemarin bisa baik-baik saja dan sekarang kita masih bisa bersama?"
Entah kenapa. Mungkin saya hanya penasaran saja.
Penasaran tentang sebuah kemungkinan yang apabila dulu kita tidak jadi berpisah dan tetap bersama, maka sedang sebahagia apa kita sekarang, ya?
243 notes · View notes
gazeny · 1 month
Text
Tumblr media
0 notes
gazeny · 2 months
Text
"Kamu, jangan berkecil hati ya"
Kenapa ketika kita mengucapkan ikut senang atas pencapaian seseorang kadang dipandang bahwa kita itu itu iri dan tidak mampu? 
Padahal aku yakin banyak dari kita sebenarnya sangat bahagia juga atas pencapaian dan kabar baik dari seseorang. 
Aku selalu senang ketika mendapatkan kabar baik dari orang lain dan ucapan yang kugunakan bukan "selamat atas....." tapi "aku ikut senang ya atas.....". Dimana aku memiliki intensi untuk menyampaikan ke yang bersangkutan bahwa aku bisa merasakan kesenangan atas yang dia alami juga. 
Tapi sayangnya tak setiap niat baik kita diketahui orang. Aku mengalami ini beberapa waktu lalu. Saat seorang temanku mengabarkan keberhasilannya dalam mencapai sesuatu dalam pekerjaan, aku mengirimkan ucapan dan doa. Aku membalasnya dengan dilengkapi berbagai emoticon ceria dan imut untuk menandakan kebahagiaan yang juga aku rasakan. Sayangnya yang bersangkutan membalas pesanku dengan "kamu jangan berkecil hati ya..." 
Like, hmmm. Aku sungguh tidak berkecil hati, karena ya aku tau kondisinya berbeda dan aku dengan sadar memahami itu. Secara tidak langsung dia bilang kayak gitu jadi bikin seolah aku ini berkecil hati, atau dia sendiri yang merasa aku ini ga mampu mewujudkan hal yang sama.
Dari kejadian ini aku jadi belajar untuk tidak menaruh ekspektasi dan meyakinkan diri untuk terus meluruskan intensi yang kita miliki agar ketika dihadapkan pada suatu kondisi yang tidak familiar kita dapat tetap waras
Yogyakarta, 4 April 2023
0 notes
gazeny · 2 months
Text
Resolusi Ramadhan 2024
tidak ikut buka bersama
Demi menghindari mudhorot yang lebih banyak. Ghibah, sombong, iri, dengki, dan segala keburukan lain. Walau aku juga meyakini buka bersama ini bisa jadi ajang untuk kembali menjalin hubungan baik, tapi bagiku tetap akan lebih banyak hal tidak baiknya bagiku.
Hehee mungkin lebih tepatnya adalah aku tidak siap melihat dan mendengar berbagai komentar orang tentang hidupku. Huhhh, baru membayangkannya saja aku sudah lelah
0 notes
gazeny · 2 months
Text
Pada akhirnya semua hanya sementara
1 note · View note
gazeny · 2 months
Text
Rasanya gatau harus gimana
0 notes
gazeny · 2 months
Text
Perasaan apa ini
0 notes
gazeny · 2 months
Text
Apa yang kamu harapkan dari manusia?
1 note · View note
gazeny · 2 months
Text
Padahal mah si Ibu udah effort ngehubungi lewat email, sms, dan telpon pakai pulsa ke nomorku yang cuma bisa dihubungi lewat WA. Ya Allah, rasanya ada bersalah-bersalahnya padahal itu penempatan di lokasi impian. Semoga suatu saat Engkau perkenankan aku untuk berkunjung ke sana.
Tumblr media
Menolak tawaran kerja ke 4 atau 5 (?) Wkwkwkk, apa sih yang kamu cari Miffffggfggfff
1 note · View note