Tumgik
inggita · 7 years
Video
youtube
Yuri & Gi - Angin dan Laut (Musikalisasi Puisi)
3 notes · View notes
inggita · 7 years
Video
Jerat Nadir (Musikalisasi Puisi with Negeri Puisi)
1 note · View note
inggita · 7 years
Photo
Tumblr media
#quotes #quotesoftheday #writing #illustration
0 notes
inggita · 7 years
Photo
Tumblr media
#quotes #quotesoftheday #writing #illustration
0 notes
inggita · 7 years
Photo
Tumblr media
#quotes #quotesoftheday #writing #illustration #coffee
0 notes
inggita · 7 years
Photo
Tumblr media
I'm waiting for you, not for you to throw me, and then rolled me with the waves. I'm waiting for you, for our meeting, as the ocean kissing the shore.
0 notes
inggita · 7 years
Photo
Tumblr media
Peace for the world Peace for a while Peace from The Skies #peace
0 notes
inggita · 7 years
Photo
Tumblr media
Normal Dusk. Without noisy voices. With the wind gentle breeze.
0 notes
inggita · 7 years
Photo
Tumblr media
Ufuk tiada berlinang kelabu. Meronakan sekuas jingga yang menggerakkan rentangku 'tuk menggapai asa. Asa membumbung dengan kepakkan sayap. Dan jemariku adalah pembidik hingga senja merunduk.
0 notes
inggita · 7 years
Photo
Tumblr media
Lady Frangipani (for Disda). Pen on paper A5.
0 notes
inggita · 7 years
Link
"Sweet and Low"
Darlingside
Nothing tastes like sugar
it's all sweet and low
Nothing drinks like lemonade,
nothing skips like stone
Nothing runs like water
when your one true love is gone
And every day that comes along
has a silver medal on
Nothing soars like falcons
it's all paper planes
Nothing stings like thistles
and nothing floods like rain
Nothing roars like fire
when you're standing on your own
No shelter from the coming storm
will ever feel like home
Nothing's cut like diamond
it's all shades of coal
Nothing breaks like tidal waves,
nothing mends like bone
Nothing tastes like sugar
when your love can never return
How to feel with half your heart
is the toughest thing to learn
Dan saya mencoba mengartikan lagu Sweet and Low dari Darlingside tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Beginilah hasilnya (Semoga tidak keliru):
Manis dan Buruk
Tiada yang terasa seperti gula
semua itu manis dan kurang baik
Tiada minuman seperti limun,
tiada yang terlompati seperti batu
Tiada yang mengalir seperti air
ketika cinta sejatimu pergi
Dan setiap hari yang datang
bermedali perak
Tiada yang membumbung seperti para elang,
mereka adalah pesawat kertas
Tiada yang menyengat seperti widuri,
dan tiada yang membajiri seperti hujan
Tiada yang bergemuruh seperti api
saat kau tengah berdiri sendiri
Tiada naungan dari badai yang datang
Akankah terasa layaknya rumah
Tiada yang dipotong layaknya berlian,
itu semua bernuansa batubara
Tiada yang pecah seperti gelombang pasang,
tiada yang membaik seperti tulang
Tiada yang terasa bak gula
saat cintamu tak pernah dapat kembali
Bagaimana merasakan dengan setengah hatimu
adalah hal terberat untuk dipelajari
2 notes · View notes
inggita · 7 years
Photo
Tumblr media
Mau Apa di Hari Bumi?
Hari bumi memang sudah lewat. 22 April yang lalu. Tapi, sudahkah anda renungkan makna bumi bagi anda?
Manusia sudah sepantasnya memberikan apresiasi pada kebaikan bumi. Faktanya hingga kini memang hanya bumi lah satu-satunya wadah yang mampu menghidupi miliaran jiwa manusia, lengkap bersama tumbuhan dan hewan. Lantas apa sumbangsih yang sudah anda berikan selain mengeruk sumber daya yang ia tawarkan?
Ah, tak usah muluk-muluk dulu  melakukan reboisasi atau menjadi relawan di cagar alam. Lakukan gerakan kecil dari diri anda sendiri. Misalnya perihal sampah. Sudahkah anda rutin dan disiplin membuang sampah pada tempatnya? Atau mungkin mengumpulkan sampah plastik untuk disetorkan lalu didaur ulang? Jika belum, mari lakukan. Mulai dari diri anda sendiri lalu tularkan kebiasaan itu pada orang-orang di sekeliling anda. Jika pemilahan sampah belum tergalakan di lingkungan tempat anda tinggal, coba usulkan ke bapak RT yang bersangkutan.
Ada cara lain yang bisa anda lakukan setiap hari untuk membantu menjaga keberlangsungan kekayaan bumi. Matikan kran air jika sudah tidak digunakan atau bak air sudah penuh. Lakukan di mana saja anda berada, bahkan ketika anda masuk ke dalam toilet sebuah kantor atau masjid. Gunakan air secukupnya.
Dan satu lagi, sudahkah anda menamam tanaman di lingkungan rumah anda? Tahukah anda bahwa menanam tanaman mampu meminimalisir udara panas, debu, polusi, bahkan suara bising yang mampu mengganggu kenyamanan anda? Pergilah ke toko bibit tanaman hias terdekat. Banyak varian tanaman indor maupun outdor yang bisa anda gunakan untuk melakukan penghijauan skala kecil di rumah anda. Bahkan memberi sentuhan tanaman hias untuk dekorasi dalam ruangan mampu meredakan kepenatan anda.
Lakukan langkah kecil tersebut. Dan tularkan kepada orang-orang di sekitar anda. Bukan tidak mungkin, langkah kecil berarti anda akan semakin banyak ditiru oleh banyak orang. Bumi pun semakin tersenyum lebar.
0 notes
inggita · 7 years
Photo
Tumblr media
Kunanti jejak kita tercetak di sini
0 notes
inggita · 7 years
Photo
Tumblr media
Morning is blessing Like rice for eating Water for drinking and oxygen for breathing We are searching We are consuming while The Skies are watching #happyearthday
0 notes
inggita · 7 years
Photo
Tumblr media
Kuhalau belati ini, kawan Di atas serpihan beling menghujam Karna jeritmu yang lantang Membelah terkaman petang
0 notes
inggita · 7 years
Photo
Tumblr media
Tulis Saja!
Gembira? Menulislah Gundah? Menulislah Menangis? Menulislah Merajuk? Menulislah Marah? Menulislah Tertawa? Tulislah Tersenyum? Tulislah Bingung? Tulislah Skeptis? Tulislah Tercerahkan? Tulislah Tulis saja segala alasan itu. Mengapa yang bermusabab dari apa, siapa, kapan, dan di mana. Bagaimana pengejawantahan detail skenario hidupmu kau pahatkan meski hanya pada secarik kertas. Simpanlah. Kelak ketika kau buka bagian itu kembali, mungkin kau tak habis pikir bagaimana itu bisa terjadi. Bagaimana kau bisa menuliskan hal yang mampu membelalakkan matamu. Itulah daya sebuah momen. Yang bisa jadi tak kan bisa kau dapatkan persis untuk kedua kalinya. Maka beruntunglah orang yang mau menulis. Karena ia telah mencatat sejarahnya sendiri. Manifestasi tahapan hidupnya. Yang berguna jika ia mau merenungkan. Seperti kata Seno Gumilar Ajidarma, bahwa belajar menulis ialah belajar menangkap momen kehidupan melalui penghayatan paling total yang paling mungkin dilakukan oleh manusia. Setinggi apapun kedudukan manusia, setinggi apapun jenjang pendidikan, bukan mainnya isi buku yang ia lahap, atau seberapa jauh ia melakukan perjalanan. Rasanya akan sia-sia belaka jika tak sedikit pun ia torehkan kisah untuk dibaca ulang. Bukan berarti membuka ruang lama adalah hal keramat yang tak boleh diusik. Namun, manusia belajar dari sejarah. Dan sejarah termaktub dalam media beraksara. Pramoedya Ananta Toer pun mengatakan bahwa orang boleh pandai setinggi langit, namun selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Maka, selama jemari masih sanggup menggenggam pena, jangan sia-siakan kesempatan untuk menuliskan banyak hal. Terlebih perihal yang berguna. Menulislah, sebelum kau dituliskan oleh orang lain. Sebab pula beliau berkata, "Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari." Menulislah agar kau masih meninggalkan sisa keindahanmu, meski tulang belulangmu telah menjadi abu.
1 note · View note
inggita · 7 years
Photo
Tumblr media
Cengkerama Kayu (2)
Oleh: Gi
Ikan layang itu sudah hampir coklat di bakar di atas perapian kecil. Damar yang menyajikan semuanya kali ini. Hanya kali ini, demi kisah kenangan masa kecil Meranti di Tanah Seribu. Tak apa. Sesekali tak apa, pikirnya. Toh perempuan yang masih menikmati riak ombak itu biasa menyajikan beribu cita rasa lezat untuk jam makannya. Damar meletakkan ikan bakar itu di piring beling. Menambahkan nasi lalu memanggil Meranti. "Ran... sudah jadi!" Meranti berlari kecil girang. Senyumnya bak bocah-bocah riang di tepian karang. Semakin manis tatkala bertemu dengan sepiring makanan nikmat di tangan Damar. Tanpa pikir panjang Damar mencuil ikan itu lalu menyuapkan ke mulut Meranti. Perempuan itu menerima dengan tersipu malu. Namun, tetap saja ia lanjut mengunyah. Matanya terpejam sejenak. Lalu berbinar. "Enak sekali, Damar!" serunya. "Benar katamu. Sangat gurih!" Damar terkekeh. "Aku tidak berbohong kan! Nah, selepas makan tepati janjimu." Meranti mengangguk. *** "Dulu aku punya beberapa boneka. Ibu dan bibiku yang memberikan. Bukan sembarangan! Belinya saja di Mall. Meskipun boneka-boneka hewan itu tak sebagus milik teman-temanku. Mereka punya lebih. Lebih banyak dan lebih bagus. Tak masalah. Aku tak pernah ambil pusing. Ada yang lebih kusukai dari pada itu." Damar menyampirkan scarf Meranti di pundak. Angin bertambah kencang. Sementara perempuan di sampingnya itu tak ingin kembali ke rumah. Ia tak mau Meranti masuk angin atau flu. "Terima kasih," Meranti menatapnya tersanjung. Damar tersenyum. "Apa yang lebih kau sukai dari mereka?" Bibir Meranti kembali merekah. "Malam hari saat bapak mengajakku bermain catur." Alis Damar terangkat. Ia terperangah. "Bapak? Mengajakmu main catur?" Ia geleng-geleng kepala. "Apa ada yang salah dengan itu?" "Bukan salah, Ran. Tidak biasa!" Meranti mengangguk. "Justru karena tidak biasa itu, sangat berkesan untukku." Ia tertawa kecil mengenang saat-saat bersama bapaknya. 
"Rumahku dulu di sebuah perumahan. Letaknya di pinggir sawah. Tiap malam seperti kampung. Bedanya hanya punya blok dan tertata rapi. Tiap malam terdengar bunyi jangkrik. Kunang-kunang masih terbang di sepanjang garis pematang pinggir dekat jalan. Lawa bermain-main di atas kami. Konfigurasinya acak. Tapi sungguh menyebalkan. Seenaknya sendiri menjatuhkan ampas buah hasil buruannya. Rumahku begitu rindang. Ada pohon sono, pohon keres, tiga pohon jambu biji dengan warna buah yang berbeda-beda. Kalau angin malam berhembus lebih kencang, ranting-ranting berderak. Dedaunan bergesekan seperti irama alat musik rancak. Di bawah naungan pohon sono dan jambu biji berwarna merah itulah teras rumahku ada. Tempat aku dan bapak duduk menikmati suasana malam sembari bermain catur. Bapak terkadang menjahiliku. Ia juga berkisah banyak hal. Ia mengenalkanku pada pion-pion yang pada waktu itu menurutku bentuknya aneh. Bapak sering mengalah. Ia bermain tanpa ratu dan satu kuda. Meski begitu sulit untukku menang. Pasti! Aku hanya bocah ingusan. Tapi, semakin hari strategi di otakku semakin bisa diajak bermain. Semakin terasah. Hingga puncaknya aku mendapatkan kemenangan. Itu pun karena bapak juga setengah mengalah." Damar terkesima mendengar kisah kecil Meranti. Perempuan yang kini bersandar di bahunya itu tetaplah gadis kecil si bapak. Bagi Meranti bapaklah lelaki nomor satu di hidupnya. Meskipun ada lelaki yang meminangnya. bersambung...
1 note · View note