Tumgik
kaktus-tajam · 3 hours
Text
Halo diriku di 10 tahun yang akan datang.
Hai, semoga selalu dalam upaya meluruskan niat ya. Semoga selalu ingat agar cita besar ini dirawat. Mimpi melihat kebangkitan umat, menghantarkan generasi terbaik yang bermanfaat. Dari awal kita tau, bahwa jalan ke depan akan berat. Dari awal kita pun tau, bahwa jalan mimpi kadang terasa sepi.
Maka masihkah berjuang di jalan ini? Jalan ilmu, jalan dakwah dengan ilmu, jalan yang ditapaki Rasulullah dan para pengikutnya yang istiqamah. Jalan terbaik, dengan orang-orang terbaik, yang terpilih selalu dalam petunjuk terbaik.
Ingatlah bahwa mudah sekali bagi Allah untuk mengganti dirimu, karena senantiasa kamulah yang membutuhkan. Kamu yang butuh atas kesempatan beramal shalih. Atas ladang amal shalih berkhidmat tersebut.
Maka untuk diriku di masa depan, rawatlah niatmu, teguhkan langkahmu, jadilah solusi dari masalah, dan jangan ragu dalam kesepian jalan ini.
Dari awal memang kita tau,
Jangan merasa kesepian berada di atas jalan kebenaran hanya karena sedikitnya orang yang berada di sana. – Ali bin Abi Thalib
Dari awal pun kita yakin,
Mati karena mengejar cita-cita adalah permulaan nilai hidup. – Buya Hamka
-h.a.
Hari ini akhirnya kembali ke rumah, masih dalam euforia persiapan keberangkatan calon penerima beasiswa LPDP. Memang PK LPDP selama 5 hari ini menguras baterai sosialku setahun haha. Karena dalam 5 hari 4 malam ini kami diinkubasi dalam satu tempat, bersama 300 calon penerima beasiswa dari seluruh Indonesia, dengan jadwal materi yang amat padat. Tidur 4 jam per malam, namun tetap harus prima karena bertugas pula jadi tim medis. Duduk berjam-jam. (Tapi rasanya tidak ada apa-apanya dibanding para pengurus angkatan yang luar biasa dedikasinya). Setiap hari berkenalan dengan orang baru, menjalin koneksi, membuat persahabatan, menemukan nasihat dalam obrolan. Senang dan terinspirasi dengan kesamaan frekuensi: mengabdi, melayani. Terima kasih teman-temanku di PK-228!
4 notes · View notes
kaktus-tajam · 16 days
Text
Kelak pemilik akun ini akan tiada
Dan dia akan diingat karena hal berbeda
Bahkan sebagian melupakannya
Dan yang tersisa hanya nama
Kelak pemilik akun ini akan tiada
Dan angannya hanya sebatas cita-cita saja
Kecuali mimpi-mimpi yang diwariskannya
Yang hidup pada besarnya jiwa-jiwa
Kelak pemilik akun ini akan tiada
Entah itu esok, tahun depan, ataupun kapan saja
-h.a.
27 notes · View notes
kaktus-tajam · 24 days
Text
The lessons extend beyond the classroom.
Sometimes, they emerge from a non-stop Javanese-speaking grandma, a grimace of a cancer-stricken woman, or the confession of a domestic abuse victim of 13 years.
At other times, they manifest in the contagious laughter of children (whose feet dangle without shoes.. followed by cries from a nail puncture wound).
The lessons are found within the sincerity of "ibu kader”, the genuine smile of school teachers, and the dedication of health workers with their souls.
The more I think of it, the more i see the meanings Allah taught me through these small moments and these people.
05.12.23
-h.a.
7 notes · View notes
kaktus-tajam · 25 days
Text
I wrote this in July 2023. When a friend of mine said: daftar LPDP nggak, Hab?
Istikharah: A Facility from Allah
I had set an alarm for myself to start planning ahead on the life after internship upon entering stase puskesmas.
But I had been slacking off and making my chronic disease as my excuse. So alhamdulillah Allah guided me to start the self-rediscovery journey.
I am not as intelligent nor do I have all the privileges, but I know my identity as a Muslim is my biggest Why.
This one month of caveman period was full of discussions, readings, writings. But it was also full of tears.
It was full of questions and prayers to Allah swt. Uncertainty can be scary, right?
Uncertainty can be unimaginably dark. It eats you up eventually, if you have no Guidance.
I have so many aspirations and ambitions. But I asked Allah, with all the potentials He has given me, the knowledge He bestowed upon me, the people He surrounded me with and the life story He had decreed:
To what specific purpose I shall contribute?
We are fortunate as muslims to have the end goal: His acceptance, and mercy, to be able to finally see Him in His paradise.
So I asked and asked. The beauty of Islam, is how comprehensive this deen is. You see, there is even a specific prayer to ask for guidance in making choices!
To be protected from making “false” choices:
Choices that are khaiir leads to preservation of eeman, of deen, of family, of the good in this world and the hereafter.
“Wrong” choices, on the other hand, leads to turmoil.
I asked myself as simple as, what if I were to be involved in a research unknowingly utilized for the corruption of people, of environment and of this deen. How shall I ever repent?
Hence duaa of istikharah in this world full of hidden agendas, is a gift from Allah. A facility that Allah prepared for His servants to return in times of doubts and anxiety.
O Allah. How I longed for our meeting. I have sinned endless times to which You decreed a repentance that follows. How grateful am I to be your servant.
O Allah.. in this period of waiting that is full of uncertainty please grant upon me the tranquility of heart, the strength to practice husnudzan billah, to continuously have faith in your Plans. Guide me. Don’t let me be astray.
68 notes · View notes
kaktus-tajam · 1 month
Text
What does it mean to have a diagnosis?
A patient told me it is the same whether she knows or does not know her diagnosis. A mother said she’d rather not know the verdict of her condition.
But I will never forget the brightened up faces of parents after the genetic test results of their son came out positive for a rare kidney disease: an answer, alas!
And I will never forget the profuse thanks from a patient, after we told her she is not making her symptoms up.
So.. I felt my hands trembled. I waited in anxiety. Behind those doors. After tons of appointments, seeking to know the answer. Is it too much to ask?
Oh I wish it was that simple. But Allah wants me to learn patience. Allah wants me to endure.
So what does it mean to have a diagnosis?
I think: it is a chance to learn about prognosis, a cautious warning on life style and contraindications, and most importantly a certainty on what to write on papers.
Tumblr media
Oh I wish there were answers. Simple and direct answers.
But Allah has put me in this position with a reason: a strong why to fight for my patients in finding their answers. Because being left in the unknown is a lonely and scary space. Indeed. Misunderstood and painful. Indeed.
So for you, what does it mean to have a diagnosis?
-h.a.
14 notes · View notes
kaktus-tajam · 1 month
Text
Tentang Perpustakaan
Ketika aku studi di Cina aku kaget karena perpustakaan harus tutup di malam hari
Loh kenapa?
Karena kalau buka 24 jam, dijamin orang-orang tidur semua di perpus untuk belajar
Ujar temanku yang kuliah kedokteran di Cina.
Ia melanjutkan,
Bahkan di akhir pekan, antrian masuk ke perpustakaan itu sampai ke jalanan
Aku kagum akan budaya semangat belajarnya. Dulu ketika aku di bangku SD (yang menggunakan kurikulum Singapur) pun demikian, perpustakaan harus ditutup di jam istirahat makan siang. Kenapa?
Bukan karena petugasnya istirahat, tapi.. agar murid-muridnya bersosialisasi di kantin dan main di playground!
Sebelumnya ketika perpustakaan tetap buka, ternyata banyak murid yang “ansos” karena memilih membaca di perpustakaan. Hal itu mengkhawatirkan para guru, akhirnya ditutuplah library sepetak kami itu.. saat jam recess dan lunch.
Perpustakaan kami pun membuat peraturan hanya boleh meminjam 1 buku dalam 1 kali kesempatan, karena jika tidak dibatasi semua murid berebut meminjam 3-4 buku.
SD kami juga punya library week (pekan perpustakaan) dimana para murid bertukar buku, sekolah mengadakan pameran buku-buku impor, menyelenggarakan lomba-lomba literasi, bahkan memberikan awards untuk mereka yang mengisi reading log terbanyak.
Oh ya, tiap term sekolah kami juga diwajibkan membaca dan mengulas satu buku yang sama untuk satu kelas. Lalu biasanya diadakan project terkait buku tersebut entah itu poster, drama, karya tulis. Aku ingat sekali, pertama kali pindah ke SD tersebut di kelas 4, buku pertama yang ditugaskan adalah James and The Giant Peach - Roald Dahl.
Tugas itu membuat aku menangis. Haha, iya karena itu kali pertama harus membaca buku bahasa Inggris di rumah, sendiri. Menangis karena tidak paham isi bukunya! Maklum, dipindahkan dari SD negeri (tanpa modal bahasa Inggris) ke SD swasta itu.
Di term-term berikutnya kami membaca ragam buku: Freckle Juice, A Wrinkle in Time, Narnia, dan lain-lain.
Mengingat masa-masa tersebut selalu membawa kenangan hangat dan penuh syukur karena ditakdirkan guru-guru yang ikhlas dan percaya: Dipercaya (dengan kemampuan alakadarku saat itu) untuk masuk ke kelas EL1 dan bukan ESL, diberikan cap “impressive” di esai pertamaku hingga akhirnya bisa memberikan speech kelulusan SD juga dalam bahasa Inggris.
Dari wasilah perpustakaan kami yang berkarpet biru itu, Allah mengantarkan kami berkeling dunia dalam imajinasi, membuka cakrawala ke pemikiran-pemikiran besar. Allah juga titipkan kecintaan membaca dan kecintaan pada buku.
Walau masih jauuuuh dari obsesi membaca para ulama, yang tidak pernah kenyang menelaah kitab…Tapi semoga Allah hadirkan hikmah dari taman-taman baca, perpustakaan, dan ruang buku itu. Semoga kelak dapat menghadirkan ruang literasi, mewariskan semangat berilmu, dan meneladankan adab terbaik pada buku.
Saat membahas tentang membaca buku, di dalam Shaid Al-Khâti, Ibnul Jauzi berkata menceritakan dirinya,
“Aku tidak pernah kenyang membaca buku. Jika menemukan buku yang belum pernah akulihat, maka seolah-olah aku mendapatkan harta karun.
Aku pernah melihat katalog buku-buku wakaf di madrasah An-Nidhamiyyah yang terdiri dari 6.000 jilid buku. Aku juga melihat katalog buku Abu Hanifah, Al-Humaidi, Abdul Wahhab bin Nashir dan yang terakhir Abu Muhammad bin Khasysyab. Aku pernah membaca semua buku tersebut serta buku lainnya.
Aku pernah membaca 200.000 jilid buku lebih. Sampai sekarang aku masih terus mencari ilmu."
Atau sebagaimana bapak bangsa kita, Buya Hamka dengan kebiasaannya membaca.
Sejak kecil, Hamka sudah keranjingan membaca. Ketika Hamka kecil tahu bahwa gurunya Zaenuddin Labay El Yunusy membuka Bibliotek, yaitu tempat penyewaan buku, maka Hamka selalu menyewanya setiap hari. Setelah membaca Hamka selalu menyalinnya kembali dengan tulisan sendiri. Ketika uangnya habis, Hamka selalu membantu pekerjaan di percetakan, dan imbalan yang dipintanya yaitu diperbolehkan membaca buku.
Termasuk ketika Hamka naik haji dan menetap di Makkah, untuk menyambung hidupnya karena perbekalan sangat terbatas, Hamka bekerja di percetakan kitab. Disana pula Hamka tenggelam dalam lautan ilmu. Ratusan kitab dibacanya. Di tempat itu Hamka antara bekerja dan menuntut ilmu.
Rabbi zidnii ‘ilman..
-h.a.
Ditulis karena baru saja hari ini mengunjungi perpustakaan (lagi) hehe senang alhamdulillah
42 notes · View notes
kaktus-tajam · 1 month
Text
Traffic Talks
Ketika pindah kembali ke Jakarta setelah merantau 7 tahun di Jogja, aku merasa Jakarta terlalu macet dan sumpek. Menyetir dalam kemacetan yang tidak masuk akal itu… membuat fisik dan mental lelah haha. Tapi aku jadi ingat, kemacetan itu bersama ibu.
Saat dulu di bangku SD sampai SMA, perjalanan dari rumah ke sekolah ditempuh dalam tempo 1-2 jam (1 juz lebih ya?) atau setara dengan banyak episode-episode “podcast” dengan ibu. Ibu selalu membuat perjalanan di mobil menjadi singkat dengan dialog-dialognya. Kadang bicara tentang fenomena alam, sejarah, ayat Quran, teman ibu, keluarga jauh, dan lain-lain. Ditanya apapun, sepertinya ibu selalu punya jawaban. Jika tidak tahu pun, ibu selalu semangat belajar lagi.
Saat dalam perantauan, hal itulah yang ternyata kurindukan. Jakarta dengan kemacetannya, yang membuat kesempatan bercerita dengan ibu.. yang membasuh kering dan gersangnya hati dengan nasihat-nasihat yang terkandung dalam lisannya.
Saat telah menjadi dokter lalu turun ke masyarakat, membaca berita dan bergidik dengan fenomena akhir zaman, atau melihat kerusakan ummat.. aku langsung banyak bersyukur Allah karuniakan madrasah ibu. *Apalagi dulu tidak sekolah di sekolah islam, apalagi nyantri. Alhamdulillah ala kulli haal Allah jaga dengan wasilah ayah ibu.
Ya Allaah, semoga kami pun diberi kekuatan menghantar generasi berikutnya menjadi generasi yang menjadi angin sejuk dari musim semi peradaban islam.
Ada 6 materi pokok sebagai bekal orang tua menjadi guru keluarga:
1. Islamic worldview
2. Pendidikan anak (ilmu dan adab)
3. Fiqhud Dakwah
4. Fiqih keluarga
5. Tantangan pemikiran kontemporer
6. Sejarah peradaban islam
Dr. Adian Husaini dalam bukunya Kiat Menjadi Guru Keluarga, dan dalam ceramah beliau.
Selamat terus belajar dan memantaskan diri, semoga Allah pilih kita menjadi bagian dari kebangkitan ummat, melahirkan penerus dalam dakwah risalah Rasulullah saw, menapaki jalan perjuangan tersebut.
Salam tadzim untuk orang tua hebat kalian.
Jadi macet-macetan gapapa ya, Hab? Haha.
-h.a.
33 notes · View notes
kaktus-tajam · 1 month
Text
Berguru
Pernah gak kalian mendengar suatu nasihat, yang sebenarnya sudah pernah didengar, tapi tetap menohok seakan baru pertama kali mendengar nasihat tersebut?
Haha iya itu aku, dalam percakapanku hari ini dengan seorang kakak pembimbingku di SPI:
“Kak, aku mau berangkat S2 ke Amerika, nanti minta rekomendasi buku-buku untuk dibaca ya.”
“Wah jangan baca buku saja, gak semua bisa dipahami lewat buku. Dan lagipula yang utama kan bukan itu.”
“Oh iya ya kak..”
“Iya yang utama tetap berguru.”
Nasihat Kak Rani membuatku merenung. Dulu sekali guru kami Ustadz Akmal Sjafril, pernah menulis di akunnya @malakmalakmal:
"Ilmu semestinya didatangi, bukan 'disuruh datang'. Tanpa bermaksud menafikan pola pendidikan di sekolah, namun sangatlah pantas kiranya jika kita menghidupkan kembali tradisi keilmuan Islam yang begitu mulia.
Kita bisa mendapatkan ilmu dari tulisan-tulisan seorang ulama tentang pentingnya shalat, misalnya. Tulisan tersebut bisa saja berhasil memaparkan sekian banyak dalil tentang pentingnya shalat dan cara pelaksanaannya.
Akan tetapi, jika Anda ingin melihat bagaimana seorang 'alim menangis dalam shalat, tentu Anda harus hadir dan melihatnya sendiri, berbaris dalam shaf bersamanya. Anda bisa saja melihat rekamannya di video, namun kesannya akan berbeda, sebab yang menonton video tidak turut merasakan apa yang dirasakan oleh yang sedang shalat.
Jika Anda di barisan yang sama, merasakan bagaimana ayat-ayat Al-Qur'an berbicara dan membongkar kegelisahan dalam jiwa, maka mungkin Anda akan turut menangis. Jika Anda berkesempatan untuk ngobrol berdua dengan sang ahli shalat, maka mungkin Anda akan tahu mengapa ia menangis."
Kata ibu:
Iya dulu ibu halaqah di rumah ustadzah. Idealnya seperti itu. Karena ibu bisa saja dapat materi tentang menjadi ibu yang baik atau materi bagaimana taat dengan suami atau materi adab yang lain.. Tapi tentu materi itu akan jauh lebih dahsyat ketika ibu menyaksikan sendiri bagaimana ustadzah menyambut anak-anaknya ketika pulang sekolah, bagaimana beliau menjawab panggilan abi-nya dengan lembut kemudian pamit sejenak dan masuk ke dalam menutup tirai lalu berbincang pelan dan santun.
MasyaAllah. Kita bukanlah murid dari buku, tapi murid dari guru. Betapa pentingnya memiliki guru, karena membaca buku saja tanpa guru maka pemahaman kita (aku, yang masih bodoh ini) dapat keliru. Karena membaca buku saja, tanpa guru maka pemahaman kita akan terkotakkan. Juga tidak dapat bertanya. Juga mudah menyimpulkan seenaknya.
Semoga Allah mampukan. Semoga Allah ridhai perjalanan rihlah ilmiah. Semoga Allah pertemukan dengan guru, para ulama yang menjadi wasilah ilmu dan petunjuk itu.
Selamat berjuang memperbaiki adab.
-h.a.
Semoga Allah jaga guru-guru kami.
64 notes · View notes
kaktus-tajam · 1 month
Text
Yuk bisa Hab sehat
Semoga dimampukan memeluk sehat dan sakit dengan pelukan yang sama hangatnya, tersebab keduanya sama-sama kendaraan untuk dekat dengan Allah
-Ustadzah Tika Faiza
323 notes · View notes
kaktus-tajam · 1 month
Text
Menulis dan Mensitasi Karya Sendiri
Pagi tadi aku mengikuti kuliah intensif Islamic Worldview Dr. Adian Husaini di At Taqwa College Depok. Satu hal yang membuatku terkesima adalah betapa beliau sangat produktif melahirkan artikel, tulisan, dan buku. Tidak sekali dua kali, ketua Dewan Dakwah Islamiyah ini mereferensikan jamaah untuk membaca karyanya untuk pembahasan lebih lanjut.
“Saya sudah tulis di novel Kemi. Nanti baca dialognya di sana.”
“Lengkapnya nanti baca di buku saya 10 Kuliah Agama Islam.”
“Ketika Denny JA menulis buku bermuatan pluralisme, saya buat saja karya bantahannya.”
dan seterusnya.
Peneliti INSISTS ini di usia 58 tahun telah menulis sekitar 1800 artikel di websitenya, puluhan buku, dan karya tulis yang tak terhitung sitasinya. Menariknya, sebagai sarjana kedokteran hewan beliau pernah menekuni profesi jurnalis. Dan Allah memang memberikan beliau kemampuan dan taufiq untuk berdakwah lewat karya-karyanya.
“Lihatlah para pendiri bangsa ini, tokoh-tokoh ini luar biasa! Bahkan dari sebelum kemerdekaan itu Allah takdirkan.. Mereka sudah beradu gagasan-gagasan, dan ini dapat kita lihat di media massa pada saat itu yang memuat buah pikir tokoh nasional. Saling membantah, tapi ketika berjumpa sangat akrab dan hangat.”
Ujar beliau menceritakan tradisi keilmuan ulama, tokoh Indonesia mulai dari Soekarno, Hatta, Moh. Yamin, Natsir, dan seterusnya.. yang nampaknya tradisi intelektual ini beliau teladani betul.
Singkat cerita di akhir kelas, aku menghadap meminta nasihat beliau terkait menuntut ilmu di Barat. Beliau menyimak dan berpesan:
“Terus belajar.. dan biasakan untuk tuangkan lewat tulisan, ya.. Mana kamu sudah mulai menulis belum?”
MasyaAllah. Tertohok rasanya. Dari segi kualitas saja jauh, masa kuantitas juga jauh, Hab.
Semoga Allah jadikan kita wasilah dalam menyebarkan keindahan Diinul Islam, lewat lisan, tulisan, dan pancaran akhlaq kita. Semoga Allah pinjam diri kita untuk kebaikan dan kebermanfaatan ummat lewat pos masing-maaing. Semoga Allah tidak membiarkan kita wafat dengan tidak meninggalkan karya bermanfaat untuk ummat. Selamat menulis. Selamat berkarya.
-h.a.
Ditulis sebagai semangat untuk diri sendiri agar mulai menulis lagi, di hari di mana aku bersyukur seorang @fayzakamalia dilahirkan. Kata Dr. Adian, “wah iya kita butuh ahli di bidang psikologi, masih sedikit sekali (penjaga pos ummat di sana).” Semoga Allah kuatkan, barakallahu fii umriiki.
Tumblr media Tumblr media
27 notes · View notes
kaktus-tajam · 1 month
Text
Tumblr media
Surat yang ini, bikin banyak berpikir. MasyaAllah. Semoga Allah meridhai. Akan sangat senang jika ada dalam doa kalian!
Tumblr media Tumblr media
On Acceptance
semoga berkenan mendoakan perjalanan ke depan
-h.a.
55 notes · View notes
kaktus-tajam · 1 month
Text
“Kamu ini, kaya lampu merah rusak aja. Cuma merah dan ijo yang nyala, ga tentu pula. Awalnya aman-aman aja, tapi awas nanti jadi penyebab kecelakaan.”
bentuk permintaan maaf
9 notes · View notes
kaktus-tajam · 2 months
Text
Kenapa Khawatir, kan Allah yang Menjaga?
Saat hari ini jaga di klinik, ada satu pasien yang datang dengan nyeri telinga. Setelah diperiksa, alhamdulillah bukan infeksi, melainkan impaksi serumen. Saat ekstraksi, aku teringat kejadian suatu malam jaga di IGD, ketika ada pasien menjerit-jerit karena seekor serangga masuk ke dalam telinganya, dan masih hidup dan bergerak!
Dengan segala upaya akhirnya kumbang kecil itu berhasil kami evakuasi dari telinga pasien (dalam keadaan hewan mini itu meronta-ronta).
Ya Allah, hari itu aku merasa dapat pelajaran penting tentang: penjagaan Allah. Sungguh tak terbayang jika saat tidur tidak ada malaikat khusus yang Allah tugaskan menjaga kita dari marabahaya.
Ternyata peristiwa hari ini membuat aku refleksi diri, bahwa akhir-akhir ini sepertinya sedang diuji dengan rasa khawatir dan takut. Banyak kekhawatiran tentang diriku yang mudah naik turun imannya. Banyak ketakutan akan hidayah yang bisa dengan mudah tercerabut. Naudzubillahimindzaalik.
Etiologinya? Ya, (akan) kuliah di negara liberal + sekular, lingkungan heterogen, jauh dari keluarga, sendiri pula. Namun, guru kami berpesan:
أَسْتَوْدِعُكُمُ اللَّهَ الَّذِيْ لاَ تَضِيْعُ وَدَائِعُهُ
Doa riwayat imam Baihaqi ini, sangat indah dan mewakili segenap hati.
“Aku menitipkan kamu kepada Allah yang tidak akan hilang titipan-Nya..”
Ya Allah, menangis aku dibuatnya, haha.
Sebagaimana,
Allah menjaga Rasulullah saw, dengan menjamin pertumbuhannya di masa eksklusifnya diasuh oleh orang-orang dengan nama terbaik. Aminah, Ummu Aiman (Barakah), Tsuwaibah, Halimah, dan Syaima.
Allah menjaga kekasih-Nya, dengan mentakdirkan masa kecilnya di lingkungan yang steril dari bahasa asing, yang murni bahasa Arabnya, yang keindahan bahasanya menjadi salah satu dari tujuh bahasa kabilah Arab yang paling fasih (Hawazin).
Allah menjaga kekasih-Nya, dengan menyiapkan gembala domba menjadi kurikulum pematangan Rasulullah dalam mengemban risalah kenabian. Lalu menghadiahkan nabi-Nya dengan standar rasa kebahagiaan yang sederhana, sebagaimana orang-orang baadiyah (perkampungan) itu sederhana. Cukup dengan pakan ternak dan hasil tercukupi.
(Catatan Madrasah Sirah Nabawiyah)
Maka mari mengupayakan satu hal ya, Hab: احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ
Semoga kamu pun, dalam penjagaan Allah selalu, ya. Selamat menjaga. Semoga Allah menjaga kita dari hal “remeh temeh” seperti serangga masuk ke dalam telinga, sampai hal luar biasa seperti masuknya virus kesesatan ke dalam pikiran.
-h.a.
67 notes · View notes
kaktus-tajam · 2 months
Note
Kak, kalau boleh tahu gimana akhirnya sampai pada keputusan untuk studi di luar negeri? Sejujurnya diri ini juga ingin sekali, tapi sering teringat salah seorang teman yg mengubur mimpi ngejar studi di luar negeri karena katanya "jauh, belum ada mahram yg bisa nemenin".
Mengikhtiarkan (terkait studi maupun pasangan), lalu menyerahkan hasilnya ke Allah, sambil terus meminta ridha (dari ayah — karena belum menikah) dan sambil berupaya meluruskan niat, dan meminta banyak nasihat dari guru.
Siapa sangka dimudahkan jalan dan prosesnya oleh Allah? Semoga jadi pertanda baik.
Mohon doa, agar niat kita bersih dari ambisi duniawi, dan yang diupayakan mendatangkan ridha Allah.
…terus mengikhtiarkan dan melangitkan doa ya
6 notes · View notes
kaktus-tajam · 2 months
Text
Menampar diri dari catatan sendiri
64:14-15 (Apakah kita Ujian?)
Still circulating with family topic. Terutama hari ini yang tertampar-tampar. Yang diingatkan lewat satu film berjudul Keluarga Cemara. Garapan layar kaca ini seakan menghidupkan sekelumit kisah SMP/SMA-ku dengan orang tua. Bahkan mungkin, aku lebih rebel dari tokoh. Menerawang ke ayat-ayat Allah…
Ada satu ayat menarik tentang ini di juz 28, tepatnya di surat At Taghabun.
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.
Sewaktu menghafal ayat ini, aku terdiam sejenak. Kata yang dipilih adalah kata fitnah, yang kemudian diterjemahkan menjadi cobaan (ujian).
Bahkan, di ayat sebelumnya berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِن تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Lagi-lagi ayat ini membuatku berpikir. Apa sih yang dimaksud menjadi musuh?
Jujur, awalnya aku tak mengindahkan ayat ini karena merasa, ‘Hmm, aku kan belum punya anak.’
Tapi, awal ayat ini dimulai dengan panggilan sayang Allah: Hai orang-orang mukmin!
Then it hits me: Aku, walaupun belum berstatus sebagai ibu, tapi memiliki status sebagai seorang anak.. Kita terbiasa melihatnya dari point of view sebagai orang tua, namun kita lupa untuk melihat diri kita sendiri.
Aku pun sedih, selama ini apakah aku anak yang terkategorikan sebagai fitnah bagi orang tua ku?
Untuk menjabarkan fitnah itu sendiri.. Indahnya, surat ini dimulai dengan bagaimana Allah berdialog dengan kita lewat ayat-ayat yang mengingatkan untuk hanya bersandar pada-Nya. Lalu pada segmen tengah ini, Allah membuka mata kita: sadarlah bahwa istri, harta, anak itu adalah ujian. Inilah yang terjadi apabila sandaran kita salah. 
Trials Out of your spouses, out of your children, some are considered trials. Trials because they call you to disobey. Trials because of they create problems that eventually leads to you, losing faith in Allah.
(Nouman Ali Khan)
Jika memaknai fitnah sebagai ujian, maka.. ingat dan sadarlah hingga lulus ujian. Inget untuk apa? Itu tadi, agar selalu memurnikan, mengikhlaskan dan mensucikan diri untuk Allah semata-mata. Ibarat pandai emas yang menempa emasnya hingga bersih dari kotoran atau campuran lain.
Apabila merefleksikan ke diri sendiri, aku malu. Betapa banyak rengekanku ke orang tuaku: minta dibelikan ini-lah, minta makan itu-lah, minta jalan-jalan ke sana sini, minta diizinin pergi ke sana sini.. Padahal salah satu makna fitnah lain yaitu ketika harta benda dan anak-anak menjadi fitnah godaan yang dapat menjerumuskan sang orang tua pada penyimpangan dan maksiat. 
Sederhananya, anak jadi sumber orang tua menjauh dari Allah. Misal anak merengek, jadi menunda shalat. Misal anak minta sesuatu mainan, gak tega gak beliin walau bisa saja uangnya disedekahkan. (Ngaca, Hab)
Dalam tingkat lain, betapa banyak cerita pejabat korupsi yang etiologinya ternyata didesak istri, ingin puaskan permintaan anak. Kalau di film tadi jadi ingat adegan abah, melakukan A-Z, membiarkan peluh bercucuran dan kaki terkorbankan demi anak dan istrinya. (Masih terngiang dialog ke anak gadisnya: kamu kan yang minta ke Jakarta!). Hmm, di sini sih konteksnya pekerjaan yang halal. Tapi bagaimana dengan kasus yang menunjukkan ayah-ayah yang ‘terpaksa’ mengerjakan suatu pekerjaan haram.. bahasanya: menghalalkan segala cara.
Maka, jika biasanya aku membaca ayat ini mengambil posisi sebagai orang tua: hari ini aku mencoba melihat diriku sendiri dengan status sebagai anak dari orang tuaku. Anak seperti apakah aku selama ini?
Semoga, Allah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang melindungi kita dan jadikan pada hati kita keinginan hanya untuk mencapai pahala yang besar di sisi Allah. Allah jadikan kita anak-anak yang menjadi penyejuk pandangan orang tua kita. Aamiin..
Wallahu’alam bis shawab,
Habibah
#SafarMa'alQuran
#Qur'anicInstituteofBaitulHikmah
17 notes · View notes
kaktus-tajam · 2 months
Text
Definisi gelar al-amin itu bukan hanya jujur. Namun jujur DAN amanah.
Amanah berarti menunjukkan kemampuan, kecakapan Rasulullah saw. dalam eksekusi. Karena dalam makna amanah ada sesuatu yang dititipkan.
- Ustadz Asep Sobari
36 notes · View notes
kaktus-tajam · 2 months
Note
Permisi dok mau tanya kenapa ya skala rasa sakit tiap orang bisa beda-beda, dan apakah ada cara untuk meningkatkan skala rasa sakit biar bisa lebih tahan sakit😅🙏🏻 -dari aku yg low pain tolerance wqwq, trims dok
Spektrum Nyeri
Wah berasa ujian. Harus buka lecture saat blok Saraf nih haha, ada satu bab khusus tentang fisiologi nyeri.
Ada banyak cara manajemen nyeri sebenarnya, farmakologis maupun non-farmakologis. Tapi sebelumnya… bedakan dulu apakah nyeri ini bersifat akut atau kronis. Karena nanti penatalaksanaannya bisa berbeda.
Ada banyaak jurnal dan artikel tentang pain treshold ini seperti olahraga, relaksasi, pengalihan pikiran, akupuntur, dll… namun sebagai dokter dan pasien yang juga memiliki nyeri kronis, mungkin aku sedikit berbagi insights lain saja yaa:
1. Nyeri adalah makhluq Allah. Tidak mungkin Allah menciptakan rasa sakit itu tanpa hikmah. Unik ya, ada yang ambang nyerinya rendah, tinggi, bahkan ada yang diuji dengan tidak dapat merasakan nyeri!
Teringat pasien diabetes kami, yang ulkus di kakinya sedemikian parah, berlubang dan bernanah (bahkan kadang berbelatung)… ternyata diakibatkan kehilangan rasa nyeri! Allah uji dengan dicabutnya rasa nyeri itu.. sehingga ketika beberapa bulan sebelumnya telapaknya terluka, ia tidak menyadarinya. Akibatnya, terlambat diobati dan ditangani dengan tepat.
Di sisi lain..
Dulu saat di Masjid Nabawi, diperjumpakan seorang wanita Mesir yang diberikan Allah ujian penyakit rheumatoid arthritis, ketika sistem imun tubuhnya menyerang sendi-sendi. Nyeri sekali, shalat pun ia tidak bisa berdiri.
Dari dialog Arab/English/Google Translate kami, ada satu hal yang ia sampaikan: Dengan sakitnya itu, ia benar-benar mensyukuri seluruh persendiannya. Di saat teman serombongannya berjalan-jalan ke mall dan stay di hotel. Wanita ini memilih berdiam di masjid saja, karena “hadiah” rasa sakit yang Allah berikan itu. MasyaAllah.
Teringat juga seorang ustadzah yang ditakdirkan lahir dengan kelainan kolagen yang membuat tubuhnya jauh lebih lentur dibanding populasi normal. Sehingga hari-harinya akrab sekali dengan rasa nyeri pada seluruh tubuhnya. Kata seorang murid beliau, suatu hari: alhamdulillah jadi mesin penggugur dosa seumur hidup… Beliau bilang bahwa sakit dan sehat, sama-sama kendaraan untuk mendekat kepada Allah.
2. Pertolongan Allah
Berita para ibu Palestina yang dari rahimnya melahirkan para pejuang syuhada, namun dioperasi Caesar tanpa anestesi bagiku di luar nalar.
Berita para pejuang yang diamputasi tanpa anestesi bagiku melebihi bukti dari jurnal manapun. Dari lisan mereka hanya ayat suci Al-Qur’an yang tidak berhenti menderes. Sebagaimana seorang Sahabat yang minta diamputasi saat khusyuknya dalam shalat.
Hari ini kita ditampakkan..
Tentang kun fayakun, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, termasuk memutus jaras rasa nyeri itu sebagaimana Allah dinginkan api yang membakar Nabi Ibrahim as.
Jadi buat siapapun (termasuk meningatkan diri sendiri) yang diuji dengan nyeri, semoga Allah takdirkan penghapusan dosa bersamanya. Semoga Allah jadikan sakitnya itu penghantar menuju kedekatan bersama Allah. Semoga Allah angkat rasa nyerinya.. aamiin aamiin!!
-h.a.
14 notes · View notes