Tumgik
karalana · 3 years
Text
“Hal terberat bagi hati itu saat ia dipaksa untuk berpura-pura tersenyum bahagia, namun dikesendirian ia menangis perih. Tersebab apa yang dilakukan tidak pernah mendapat restu dari hati, raga dan hatinya saling berbenturan, menunggu siapa yang akan terlebih dulu mati. Raga atau hati.”
Pastikan jalan dan langkah yang kamu ambil saat ini telah selaras dengan apa yang hati butuhkan, jika tidak maka sebaiknya kamu berhenti sejenak dan menimbang ulang, sebab tidak mudah jika kamu harus selalu mendamaikan hati dan raga yang seringnya tidak sejalan. Seberani kamu mengambil keputusan, maka beranikan pula untuk menyelesaikan dengan sebaik-baik cara dan hasil.
Sekuat apapun hatimu menahan dan membohongi langkah kaki, tetap saja akan ada air mata yang harus kamu bayar yang jatuh tanpa kamu minta, entah dalam keramaian atau saat sendiri yang berteman sepi. Tidak mengapa, bukankah tumpahnya air mata itu akan menenangkan gemuruh hati dan raga yang sedang sakit? 
Aku pernah diposisimu, mendamaikan 2 arah yang selalu berseberangan soal keputusan dan tujuan. Percayalah bahwa itu akan semakin mendewasakanmu, lebih cepat dari yang kamu duga. 
Semangat, jangan berhenti dan meninggalkan apa yang seharusnya kamu selesaikan, ya :’)
@jndmmsyhd  
500 notes · View notes
karalana · 3 years
Text
The moment that I start loving myself as much as I had loved you... Is the day the sky will shatter, covering the world in it's stars.
I will become a version of myself I've never met, and when I finally do..
I will love her like you could not.
S.a
61 notes · View notes
karalana · 3 years
Text
“Kamu adalah semogaku paling panjang, tapi aku adalah harapanmu paling rumpang.”
— Sastrasa
98 notes · View notes
karalana · 3 years
Text
“Bohong kalau aku bilang tidak peduli skripsi. Nyatanya, topik itu masih jadi topik yang bikin kepala pusing sampai ke sisi-sisi. Seluruh diksi yang kuhapal sejak kecil mendadak memuai, menyisakan aku yang lupa untuk segera memulai. Semoga segera selesai, skripsi.”
— Sastrasa
67 notes · View notes
karalana · 3 years
Text
Seribu Gudang Sabar Milik Ibu
Ibu seringkali bilang “Rasanya baru kemarin bunda denger anak anak nangis pertama kali, sekarang udah besar aja” juga soal, “Kok kayaknya bunda kemaren baru liat kalian tumbuh gigi, lah sekarang udah gede”, atau berkata lain seperti, “Rasanya baru kemaren ngajarin kalian jalan sambil pegangan tembok, loh sekarang udah tumbuh cepat sekali” sambil senyum menahan haru. Banyak hal membahagiakan dari pertumbuhan kami yang membuat ibu bahagia. Ibu selalu bilang, kehadiran kami adalah anugerah, padahal kami anak-anaknya tak pernah absen membuat ibu riwuh karena selalu bertingkah.
Ibu selalu punya banyak hal seru untuk dilakukan agar jenuh tak mengambil alih dunia kami, seperti membersihkan botol kaca bekas selai lalu mengubahnya menjadi vas bunga mawar. Atau membuat kami sibuk mengiris timun sesuai bentuk yang kami mau hingga menjadi stoples penuh acar segar. Meski masih belepotan, karena adik selalu ingin timunnya berbentuk bintang dan mengharuskan aku membantunya menggunakan cetakan cookies bintang. Ibu tak pernah urung mengundang kami ikut campur dalam kegiatannya. Kegiatan sederhana ternyata begitu bermakna saat dilakukan bersama. Ibu tak pernah kehabisan cara untuk membuat anak-anaknya bahagia.
Senyum-senyum kami yang mengembang saat tahu dapur ibu mengepul, aroma kayu manis dari cookies ibu, aroma gurih dari sup kacang merah khas buatan ibu yang menguar, aroma bolu pisang coklat ibu, juga kudapan-kudapan lain yang lahir dari tangan terampil ibu bisa jadi salah satu memori manis untuk kami mengenangnya.
Kami tahu, ibu menyimpan jutaan lelah yang direlakan untuk ditukar dengan tawa kami. Kami juga tahu, ada banyak luka yang ibu simpan demi hidup kami tetap riang. Kami tahu, satu-satunya orang yang punya kasih tak terhingga dan sayang tak terbatas ya cuma ibu orangnya. Yang kami tidak tahu adalah, kapan gudang sabar milik ibu habis. Sepertinya, ibu punya ribuan stok sabar, atau jutaan, atau bahkan tak terhitung. Dimanapun dan kapanpun, sosok ibu selalu bisa membuatku terkagum-kagum. Seperti dianugerahkan dari langit ibu punya kacamata bening, juga hati yang lembut, tapi selalu kuat menghadapi rintangan. Ibu selalu bisa membuka cakrawala besar untukku yang awalnya melihat sesuatu hanya dari satu sisi.
Ibu bilang, menjadi dewasa bukan berarti menjadi orang lain, tapi tentang menjadi diri sendiri yang lebih lapang. Ibu juga bilang, menjadi dewasa bukan tentang melupakan sifat kanak-kanak, tapi tetap menjaganya ada dan bahagia karenanya. Ah, ibu selalu punya jutaan kosa kata indah untuk menasehati tanpa menggurui.
Oh iya, satu lagi. Kalau ada predikat penghargaan pemeran terbaik dalam keluarga, sepertinya penghargaan itu akan jatuh pada ibu. Bagaimana tidak? Ibu selalu bisa berubah peran, menyesuaikan keadaan. Ibu bisa menjadi sosok istri yang baik, anggun dan elegan saat dibutuhkan. Ibu bisa menjadi sahabat, teman curhat meski terpaut usia jauh dengan anak-anaknya. Ibu juga bisa jadi penghibur dan penggugah tawa saat sedih melanda kami, singkatnya mungkin ibu juga berbakat sebagai komedian. Ibu juga bisa jadi siapapun yang kami inginkan. Tapi pertanyaannya adalah, apa aku sudah bisa menjadi sosok yang ibu mau?
Aku tahu ibu punya banyak ingin meski masih jadi angan. Aku juga tahu ibu lelah tapi tetap tak menyerah. Aku tahu, ibu jenuh tapi tak pernah mengeluh. Aku juga tahu, kalau ibu seringkali menyembunyikan tangis dan menumpahkannya di sepertiga malam. Kami juga tahu, ibu selalu memohon agar kehidupan tak terlalu sulit untuk kami lalui. Kami tahu ada mimpi dan harap milik kami yang tergapai sebab doa ibu yang sungguh sungguh. Sungguh aku tahu, kami tahu bu.
Cinta yang amat, hidup yang hangat, persaudaraan yang erat, hal-hal sederhana yang kami syukuri menjadi alasan untuk aku tidak bertingkah ‘nyeleneh’ atau ‘aneh-aneh’. Cukup jadi baik menurut definisi ibu, setidaknya baru itu yang aku bisa lakukan untuk membalas hal-hal baik yang kudapat. Ibu, tolong doakan semoga aku juga punya kasih dan sayang sepanjang masa, meski harus melawan pepatah legendaris, “Kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah”.
Kami sayang ibu.
99 notes · View notes
karalana · 3 years
Text
Tanpa pengharapan apapun kedepannya
Tanpa menyalahkan kebelakang.
Sejatinya hari ini adalah jawaban dari segala kegaduhan.
Sebaik-baiknya pilihan tanpa banyak melerai prahara
Berjalanlah terus meskipun tak tau ujung jalan
Melegakan setidaknya mulai banyak penerimaan yang datang, tak seluruh waktuku habiskan untuk menyalahkan, mensyukuri pun menjadi titik jawaban.
-N-
1 note · View note
karalana · 3 years
Text
Seketika beberapa ketangguhan yang sudah ku buat, menjadi berantakan. 
Beberapa pemakluman memang sudah di datangkan
Bagaimana jika tidak? 
Bagaimana aku harus lebih memahami lagi? 
Manusia yang datang dengan begitu sempurna, dengan penuh pengharapan tiba-tiba lenyap begitu saja? 
Aku yang tidak siap akan kehilangan atau kita diam-diam saling menguatkan? 
Itu tidak mungkin.
Dalam senyap malam kau hadir menjelma manusia seperti yang ku temukan
Kembali menyakinkan
kembali meminta maaf
Kembali dengan tatapan dan senyuman yang sama
Ternyata delusi mimpi baru saja menyerang pertahanan ku. 
Aku kembali melanjutkan perjalanan hari dengan kepahitan-kepahitan yang semestinya lagi. 
-N-
1 note · View note