Tumgik
malamkontemplasi · 1 month
Text
Habis baca quote:
"Kalau udah muak sama dunia, ya persiapin lebih cepat bekalnya biar cepat juga pulangnya Bukan cuman mengeluh ajah tapi nggak ngelakuin apa-apa."
194 notes · View notes
malamkontemplasi · 1 month
Text
Ramadan #9
"Kesungguhanmu untuk mengejar apa yang sudah dijamin untukmu dan kelalaianmu melaksanakan apa yang dituntut darimu adalah bukti dari rabunnya mata batinmu."
Al Hikam - Ibn Athaillah
Merenung. Lantas memikirkan, kenapa sesungguh-sungguh itu pada hal-hal yang jelas-jelas telah dijamin sama Allah. Bahkan, muncul kekhawatiran atas apa-apa yang telah jelas-jelas dijamin sama Allah. Muncul perasaan ragu dan tidak percaya, padahal itu sudah dijamin sama Allah.
188 notes · View notes
malamkontemplasi · 5 months
Text
Karakter yang (Kadang) Nyusahin
@miakamiya
Belakangan ini kepikiran, kenapa ya kok makin lama rasa capek dan migrain gw semakin menjadi-jadi kalo kelamaan berada di kerumunan atau ngobrol sama orang?
Apa karena bidang kerjaan gw yang secara enggak langsung dituntut ketemu dan kenalan dengan banyak orang, jadi kudu bersikap mudah dan banyak bicara dengan durasi lama yang bikin gw jadi semaput kehabisan energi? Atau karena rasa jenuh dan muak berkepanjangan bekerja di tempat yang sama jadi sumber penyebabnya?
Habis,,, makan sudah, tidur sudah, tapi energi gw enggak penuh-penuh juga. Paling menjengkelkan adalah otak dan ekspresi gw yang susah diajak kerja sama.
Ketika dengerin pembicara ngomong atau ketika ditugaskan pergi business trip yang kudu sekelompok sama orang baru, otak gw susah banget diajak responsifnya. Kayak burn out dan dia mogok mikir.
Kirain gara-gara ketemu orang baru doang reaksi otak dan badan gw kayak begitu. Tapi dengerin curhat atau berinteraksi lama dengan orang yang sudah gw kenal, respons otak gw juga sama.
Karena badan capek dan migrain, gw jadi bad mood, cemas, enggak rileks, semakin enggak ada kata-kata yang keluar dan itu tergambar dengan jelas di muka gw.
Kayaknya waktu sekolah enggak pernah seekstrem ini deh. Capek banget. Pengin tidur yang lama aja rasanya.
Lombok, 13/11/2023
0 notes
malamkontemplasi · 1 year
Text
Kerja Profesional Menurut Gw
Bekerja semampu kita itu penting. Walau nggak ada yang melihat atau memperhatikan pekerjaan yang kita lakukan.
Kenapa bekerja semampu kita? Karena adakalanya semangat dan motivasi kerja kita lagi tinggi dan adakalanya turun, jadi jangan memaksakan diri. Bagi gw, mengakui batas kemampuan dan mau mengakui kondisi vulnerability kita itu sesuatu hal yang berani.
Kita punya tujuan menunaikan amanah dari tanggung jawab yang diberikan. Atas dasar itu, kita berharap semoga gaji yang diperoleh menjadi berkah buat dimakan keluarga kita.
28/02/2023
8 notes · View notes
malamkontemplasi · 2 years
Text
Moksa
@miakamiya
Rapalan doa bersama aroma ratus lamat-lamat ia dengar di suatu gua. Kadang terdengar seperti elegi, tidak jarang seperti kidung penuh luka.
Seorang pria berbaju putih duduk bersila di tengah dalamnya gua. Wajahnya putih bersih. Digenggamannya berputar tasbih berwarna cokelat tua.
Apa yang kutatap kali ini persis seperti dalam mimpiku. Kuucap salam dan ia menjawab salamku sembari membuka mata.
Saat aku akan membuka mulut kembali, ia terlebih dahulu berkata, "Duduklah di sampingku, jika itu yang kaucari." Suara rapalan doa lamat-lamat terdengar jadi dua.
4/2022
2 notes · View notes
malamkontemplasi · 2 years
Text
Rumah Tak Berkunci
@miakamiya
Tumblr media
Aku terjaga tepat pukul 2 dini hari. Bukan karena mimpi seram atau bertemu idola, namun mimpi absurd yang menjawab keresahanku selama beberapa tahun belakangan. Seperti alam bawah sadarku yang ingin memberitahu bahwa setiap keresahan, kecemasan, ketakutan yang kualami, diri sendiri jugalah yang tahu penyembuhannya.
Mimpi itu masih teringat jelas hingga saat ini. Aku duduk di kursi penumpang pada kendaraan roda dua yang mengantarkanku ke sebuah rumah, menyusuri deretan pohon-pohon besar dan kokoh. 
Ketika sampai di halaman rumah asing itu, sang pengemudi berkata, “Rumah itu tidak ada kuncinya.” Ia lalu sengaja menabrakkan kendaraannya ke pagar besi yang juga tidak memiliki kunci. Bunyi berdentang barusan dipakai olehnya sebagai “ketukan” agar si empunya rumah keluar.
Seorang wanita berkerudung keluar rumah. Wajahnya bersih dan teduh, senyumnya berwibawa, lalu ia berjalan menghampiriku dan bertanya dengan suaranya yang tak kalah berkarisma.
“Apa yang kaucari di sini?” Sebuah pertanyaan ganjil dan lekas kujawab tak kalah ganjil. “Aku mencari ketenangan,” kataku.
Aku tidak percaya dengan jawabanku sendiri. Namun, tatapanku begitu pasrah dan payah.
Itulah jawaban paling jujur yang pernah kusampaikan dalam hidupku. Wanita paruh baya itu tersenyum. Wajahnya memiliki karisma yang sama dengan guru mengajiku saat belajar di surau dulu.
“Apa yang membuatmu tidak tenang?”
Pertanyaannya membuatku kembali mengingat semua peristiwa yang pernah kualami. Cemas, takut, kecewa, pahit, kosong, hingga mati rasa.
Seakan tahu apa yang kupikirkan, ia kembali bertanya, “Apa kauyakin apa yang kaucari ada di sini?” Aku menatap matanya dalam.
 22/9/2021
1 note · View note
malamkontemplasi · 2 years
Text
One Sided
@miakamiya
My eyes that following you like a shadow and slowly knows you better day by day. I became an expert observer of your life. Knowing your good and bad side, your angry face, your sad face, and of course your happy face too.
I'm always standing behind you like a fool because I hope that someday or even once, you'll turn around and see me. Even thought it just a glance, at least, you know that I'm exist.
But, your back that against me while you are smiling happily to the girl In front of you. Makes me realize that I'm just a loser even before the match started.
3/3/2022
1 note · View note
malamkontemplasi · 2 years
Text
Playlist Lagu untuk Para Introver di Pagi Hari
Para introver biasanya kurang begitu suka bersosialisasi dan bertemu banyak orang. Mereka butuh banyak energi untuk melakukan dua kegiatan tersebut.
Jika kamu introver yang punya kerjaan harus ketemu banyak orang, artikel ini tepat untuk kamu baca. Ada beberapa playlist lagu yang bisa kamu dengerin untuk bangun mood dan memupuk energi banyak-banyak selama perjalanan menuju kantor.
1. Mardial, Moneva - U-Turn
2. Marshmello, Bastille - Happier
3. Andy Grammer - Don't Give Up On Me
4. Twin Forks - Cross My Mind
5. Sam Bruno - Search Party
6. Sia - Unstoppable
7. Rachel Platten - Stand By You
8. Sara Bareilles - Brave
9. Clean Bandit, Jess Glynne - Rather Be
10. Troye Sivan - Youth
Yak itu dia, beberapa rekomendasi lagu untukmu para introver di luar sana. Moga bisa menambah energi dan mood kamu, untuk bertahan seharian selama bersosialiasi di tengah masyarakat. Kasih tau juga dong playlist kamu sebelum aktivitas apa aja, komen ya 😁
1 note · View note
malamkontemplasi · 2 years
Text
Nasi Uduk Buatan Mak
Tumblr media
@miakamiya 
Mirah menatap sepiring nasi uduk sisa dagangan Mak pagi itu. Meski hanya menjual nasi uduk saja, setiap pagi nasi uduk Mak memiliki rasa berbeda. Entah orek tempe yang agak keras, bawang goreng layu, atau bihun yang kaku. Ya, bihun yang sudah dimasak itu kembali agak kaku dan menempel karena terlalu lama mendiami wadah rantang yang terpapar panas matahari di atas meja dagangan.
Mak, seperti biasa, mondar-mandir antara dapur dan meja dagangan. Mulutnya sibuk mengoceh sejak awal selepas Mirah menyendok nasi uduk dari termos nasi.
“Duit dari mana? Ini Mak susah-susah dagang buat kamu sekolah supaya kamu lekas kerja, Mir.”
“Opo kamu ora kasian liat Mak capek kerja sampe kamu lulus?”
“Bukannya bantuin Mak kerja, kamu malah bilang mau kuliah. Koyok Mak mu ini wong sugih wae.”
Mata Mirah pedih, kupingnya panas mendengar perkataan Mak. Meski begitu, Mirah bergeming. Mulutnya sibuk mengunyah, sementara matanya menatap kosong sarapannya itu. Nasi uduk pagi buatan Mak selalu terasa hambar akibat ucapan Mak yang itu-itu melulu.
Kenapa musti Mirah yang mengalah, Mak? Apa Mirah tak berhak berusaha dapat yang Mirah mau? Cita-cita bak barang mewah bagi keluarga ini. Anak-anak dilahirkan seperti hanya sebuah alat untuk menambah kantong pemasukan mereka. Apa aku dilahirkan hanya untuk itu? Aku tahu aku dilahirkan dari keluarga tak punya, tapi wajibkah aku mengikuti seluruh ucapan mereka? Mereka mengatur hidupku menjadi apa yang mereka dikte.
Mereka menyalahkan takdir miskin yang mereka alami sebab aku dan adik-adikku lahir. Pemasukan mereka harus dibagi untuk kelima anak-anaknya. Kenapa mereka tidak berusaha mengubah nasib mereka sendiri, sebelum menyuruh orang lain untuk mengubah nasib mereka? Sehingga ketika kami lahir, kami berada di keluarga yang cukup dan pernyataanku, “Mak, Mirah mau kuliah,” tidak menjadi cerita panjang saat sarapan pagiku.
Mak, seandainya Mirah benar angkat kaki, apakah Tuhan langsung melabeliku “anak durhaka”? apakah Tuhan tidak suka dengan hambanya yang ingin sekolah lagi? Apakah Tuhan tak senang melihat hambanya pintar? Apakah Tuhan tak ingin melihat hambanya berusaha mengubah takdirnya?
“Kapan Mak nimang cucu? Bagi Mak sekolah sampai SMA sudah cukup yang penting bisa itung-itungan toh, moco karo nulis. Kalo kamu kuliah kapan Mak istirahatnya, emang kowe ra kasian?”
“Ra usahlah sekolah tinggi-tinggi nanti kamu bakalan kayak Mak, di rumah, di dapur, urus keluarga juga.”
“kalau masih mau lanjut Mak nggak bisa kasih uang buat adek-adekmu sekolah, kamu mau mereka lulusan SD? Dibodoh-bodohi orang nanti, hah?”
“Mak dulu kawin sama Bapakmu umur 17, nggak punya biaya juga buat sekolah, Mak kerja seusia kamu.”
“Nanti apa kata orang, Mak punya perawan tua, kelamaan sekolah, nanti laki-laki di sini nggak mau nikah sama kamu. Kamu mau Mak diomongin sama tetangga, gitu?”
Entah mengapa, setiap kata-kata yang Mak keluarkan, ia menangkap rasa takut dari Mak. Seperti tersirat jika Mirah kuliah ia nantinya akan punya uang dan bekerja di Jakarta setelah lulus. Ia akan meninggalkan Mak dan tak akan kembali ke rumah. Cuma kata-kata yang menakut-nakuti saja yang Mak keluarkan dan hendak meragukan keinginanku—yang kata Mak hal itu merupakan keegoisanku. Mirah tersenyum getir di sela-sela mengunyah nasi dan orek tempe dalam mulutnya.
Mirah melahap nasi terakhir dan kerupuk sebagai penutup. Ia membawa piring kotor ke dapur, lalu mencucinya. Selepas meletakkan piring dan sendok, Mirah berbalik ke arah Mak yang memunggunginya.
“Mak, Mirah dapat beasiswa kuliah di Jakarta.”
28/8/2020
6 notes · View notes
malamkontemplasi · 3 years
Text
Bermimpi Malam
Tumblr media
@miakamiya
Di suatu siang dalam suatu majelis berdurasi panjang dan jemu.
Mimpi-mimpi itu kembali menyapaku.
Saat langit pekat dan benderang di matamu, aku tenggelam dalam suaramu yang dalam.
4 notes · View notes
malamkontemplasi · 3 years
Text
Husnuzhan Billah
Seringkali manusia mengeluh, "ikhtiar udah, do'a udah, tapi kok belum dikabulkan juga ya? ".
Bisa jadi, Allah ingin menguji sebelum mengaruniai. Allah pengen lihat, seberapa serius sih kita meminta?. Seberapa yakin kita akan pertolongan-Nya?. Allah pengen kita ngebuktiin, apakah benar kita berharap & bergantung hanya kepada Allah?. Apakah ketika permohonan kita Allah tunda, kita tetap berbaik sangka kepada-Nya?.
Lho kok gitu? Sebab iman perlu pembuktian.
Sebagaimana saat seorang lelaki berkata tentang perempuan yang dicintainya, "Sesungguhnya, aku telah jatuh cinta kepadanya", Kesejatian cinta itu baru akan terbukti ketika sang lelaki berani menunjukkan keseriusannya dengan menikahi. Sebagaimana yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah sampaikan: "tak ada solusi yang lebih baik bagi mereka yang jatuh cinta selain pernikahan." Pernikahan adalah juga pembuktian bahwa kata cinta yang diikrarkan siap untuk dipertanggungjawabkan baik di hadapan Allah maupun di hadapan para insan. Karenanya pernikahan dalam Al Qur'an disebut sebagai Mitsaqan ghalizan.
Kalau cinta saja perlu pembuktian, apatah lagi iman?
Saat seorang hamba mengaku beriman kepada Rabbnya, tentu ia harus bisa membuktikan apa yang telah diikrarkan oleh lisannya. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al Qur'an di surat yang ke 29,
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan, 'Kami telah beriman', sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." [QS.29 (Al Ankabut) : 2-3]
Untuk menghadapi berbagai ujian (sebagai pembuktian atas keimanan) itulah manusia perlu memelihara husnuzhan billah.
Husnuzhan Billah (berbaik sangka kepada Allah) adalah diantara kunci-kunci untuk meraih rahmat dan pertolongan Allah.
Apa makna husnuzhan Billah?.
Dijelaskan oleh Syaikh Salih Al Maghamsi,
"Husnuzhan Billah itu, pertamanya adalah engkau meyakini bahwa hanya Allah yang punya kuasa atas segala sesuatu. Lalu meyakini bahwa Allah lah yang paling sayang kepada dirimu (maka, tidak mungkin Allah menzhalimimu)...
...Karena saat engkau diuji, bahkan orang-orang yang sangat menyayangimu sekali pun tidak akan mampu menolongmu. Bukan karena mereka tidak mau menolong, tapi karena mereka tidak bisa menolongmu tanpa seizin Allah...
Jadi, ikrarkan dan yakini ini, tanamkan dengan kuat ke dalam hati, " Fa'lam annallaha alaa kulli syai'in qadiir" (Saya meyakini bahwa Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu).
(Keyakinanmu akan) hal itu tidak akan kau temukan lewat buku-buku, tidak pula di tempat engkau menimba ilmu, atau dalam tausyiah-tausiyah yang dilisankan para guru, melainkan hanya akan kau temukan (dengan kacamata iman) dalam (interaksimu yang intens & serius bersama) Al Qur'an.
Sebagaimana inspirasi kisahnya Allah paparkan dalam Al Quran di surat yang ke 2 (Al Baqarah) ayat 259,
"Atau seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh hingga menutupi (reruntuhan) atap-atapnya, dia berkata, "Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah hancur?" Lalu Allah mematikannya (orang itu) selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (menghidupkannya) kembali. Dan (Allah) bertanya, "Berapa lama engkau tinggal (di sini)?" Dia (orang itu) menjawab, "Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari." Allah berfirman, "Tidak! Engkau telah tinggal seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, tetapi lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang belulang). Dan agar Kami jadikan engkau tanda kekuasaan Kami bagi manusia. Lihatlah tulang belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging." Maka ketika telah nyata baginya, dia pun berkata, "Saya mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu."
Dalam keseharian, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahkan senantiasa meneladankan dan memberikan nasehat kepada para sahabat agar selalu berbaik sangka terhadap Allah.
Dari Jabir radhiyallahu 'anhu, dia berkata,
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ مَوْتِهِ بِثَلَاثَةِ أَيَّامٍ يَقُولُ لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ ��ِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ( رواه مسلم، رقم  2877)
“Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, tiga hari sebelum wafatnya, beliau bersabda; 'Janganlah seseorang di antara kalian meninggal dunia, kecuali dalam keadaan berbaik sangka terhadap Allah'.” (HR Muslim).
Bayangin, tiga hari jelang wafatnya aja, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masih nyempetin buat ngingetin ummatnya agar senantiasa berprasangka baik kepada Allah. Saking pentingnya husnuzhan billah itu.
Jadi, mari terus berusaha menjaga prasangka baik kita kepada Allah. Semoga dengan begitu, Allah berkenan menurunkan rahmat-Nya dan membukakan pintu-pintu pertolongan-Nya dari berbagai arah, bahkan dari arah yang tak pernah kita sangka-sangka sebelumnya.
Dan jangan lupa, yang terpenting dari upaya kita untuk terus memelihara husnuzhan billah adalah agar Allah berkenan memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang senantiasa ridha atas segala ketetapan-Nya sehingga Allah pun ridha kepada kita.
Mintalah pertolongan Allah agar dimampukan untuk selalu husnuzhan billah dengan juga memperbanyak membaca do'a:
اَللَّهُمَّ اَسْئَلُكَ التَّوْفِيْقَ لِمَحَابِّكَ مِنَ اْلاَعْمَالِ وَصِدْقَ التَّوَكُّلِ عَلَيْكَ وَحُسْنَ الظَّنِّ بِكَ
“Ya Allah, aku memohon pertolongan kepada-Mu untuk mengerjakan amal-amal yang Engkau cintai, ketawakkalan yang benar kepada-Mu, dan kemampuan untuk senantiasa berprasangka baik kepada-Mu.”
(Doa ini sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Nashr Al-Maruzi dalam kitab Mukhtashar Qiyamil Lail wa Ramadhan wa Al-Witr).
Allahu a'lam bisshawab.
Catatan perjalanan, di penghujung Ramadhan 1442 Hijriyah.
Al faqir ilaa maghfirati Rabbiha,
©Rizkipratiwiabdullah.
35 notes · View notes
malamkontemplasi · 3 years
Text
Musim Semi di Wajahmu
Tumblr media
@miakamiya
Musim semi di wajahmu, kontras dengan dinding muram dan wajah-wajah pasai ruangan itu.
Matamu menaruh harapan dan memerangkapku untuk tetap tinggal.
Ruangan yang sama, 
Percakapan yang seirama.
Namun, kaulekas pergi; menaruh kursi.
Aku tergugu pada gelas kopimu yang hampir rengat.
Meski tersirat, aku paham betul kita hanya masa lalu yang perlu menutup pintu.
Aku berdiri pilu melihat punggungmu yang kian menjauh segenggam.
Tanpa saling mengucap nama dan salam perpisahan untukku.
Kini, persamaan kita hanya sebatas melihat senja pada jendela yang berbeda. 
Lampu-lampu kota perlahan lindap, bersamaan dengan suara langkah kakimu yang menghilang di ujung jalan. 
18/9/2021
30 notes · View notes
malamkontemplasi · 3 years
Text
Ketika Hujan Mengulitimu
Tumblr media
@miakamiya 
Kugenggam sepotong cinta yang telah lama kurawat selama belasan tahun, yang ingin kuberikan hanya kepadamu dengan senyuman dan suara merdu saat menyapamu. Warna cinta yang masih merah bersinar ini  pastinya ‘kan membuat rona pipimu. Mungkin saat itu terjadi, aku menjadi salah tingkah, kikuk, malu dan berdebar-debar jadi satu. Melihatmu adalah alasan bagiku untuk menikmati hidup, untuk semua itu, aku berucap beribu syukur kepada Yang Kuasa.
Sejauh yang kuingat, kita hanya bocah ingusan kala itu. Tidak mengetahui rasa apa itu. Kita hanya kerap bermain bersama. Terkadang tanpa alas kaki, menginjaki rerumputan sembari berpegangan tangan. Kita menari-nari di bawah sinar matahari hingga langit merambat berwarna jingga. Wajahmu yang seakan-akan merona diterpa warna senja—kuning  kemerah-merahan, merah kekuning-kuningan.  
Entah berapa banyak festival kuhadiri bersamamu, demi melihat senyummu merekah. Caramu memanggil namaku yang kerap menggema di dinding hatiku. Saat kita memandang langit malam hari dan kulihat bayanganmu dengan jelas di sana, dan berpikir seperti orang bodoh, apakah kau juga melihat bayanganku sama halnya denganku?
Masih ingatkah kamu, sewaktu duduk di sekolah dasar, kelas 6 tepatnya, kauterjatuh dan aku menggendongmu di punggungku, entah kepada siapa kumemohon, untuk tidak membiarkanmu lepas dari punggungku, dan berdoa sedikit lagi, tolong, biarkan kami tetap seperti ini, sedikit lebih lama lagi.
Tak dapat kutemukan kata yang pas, perasaan apa itu.
Sayangnya, aku mulai menginginkan sesuatu yang lebih dari sekadar itu. That blooming feeling, I must know what it is. Itulah yang kupikirkan, demi mengetahui, kenapa perempuan yang hanya memakai baju tidur saat menonton pertunjukan wayang malam itu, begitu... sempurna.
Aku harus mengurai perasaan apa ini, kenapa jantungku tiba-tiba berdegup kencang saat bersamanya, kenapa aku merasa bahagia saat dia terus berada di dekatku. Kenapa aku ingin keadaan ini terus berlangsung selamanya.
Uke, di mataku kau tak memiliki cela. Mungkin Tuhan telah bermurah hati menutupi aib-aibmu di hadapanku sehingga kukira, kaudikirim oleh-Nya, sebagai malaikat berwujud manusia yang kian membuat indah imajiku terhadapmu. Hal itu pula yang membuat manusia-manusia itu iri kepadamu dan menyebarkan berita tak benar tentangmu. Itu hanya persepsi mereka. Tak jadi soal bagiku.
Ingatlah Uke, ketika kauingin menyerah, saat langit tak lagi bersahabat, saat orang-orang yang kausebut teman, pergi entah kemana. Aku adalah laki-laki yang akan selalu berdiri di sampingmu: seperti tempat berteduh yang kausebut rumah; atau seperti payung yang melindungimu saat hujan.
“Jangan menangis, karena aku ada di sini melindungimu.”
Menurutku, kau adalah Uke, seorang wanita luar biasa yang dicintai oleh laki-laki biasa sepertiku. Aku pun akan tetap mencintaimu, jatuh cinta kepadamu, meskipun kauberwujud kucing, capung, atau kupu-kupu sekalipun. Dan aku akan tetap menyukaimu bahkan hingga di kehidupan-kehidupanmu selanjutnya.
Terima kasih telah lahir ke bumi dan membuat indah hujan rinai ini, bersama warna hijau daun; warna-warni bunga; menambah lengkap latar belakang dirimu berdiri saat ini.
Uke, garis hidup manusia memang gampang-gampang susah ditebak. Tuhan hanya mengizinkanku untuk sekadar bisa takjub memandangimu dari jendela kelasku. Tuhan hanya mengizinkanku untuk sekadar merasakan keheranan saat kau meminjam penggarisku saat ujian semester saat masa sekolah dulu. Dan karena kejadian kecil itu, aku bisa melihat dengan jelas wajahmu yang putih dan bercak cokelat di sekitar hidungmu yang kecil dan mancung itu. Itulah saat kali pertama kumenyadari perasaan apa itu.
Tuhan hanya mengizinkanku untuk sekadar tertawa bersamamu saat kaumulai bertingkah konyol dan lucu. Tuhan hanya mengizinkanku untuk sekadar bertemu denganmu dalam setiap mimpi-mimpiku yang selalu membuatku tertawa dan merasa nyaman, sekaligus juga merasa berbunga-bunga ketika berada di dekatmu. Di mimpiku, kaumilikku seorang, tanpa ada yang mengintervensi, kecuali mimpi terakhirku bersamamu yang membuatku harus cemas ketika terbangun. Kau pergi bersama teman SMA-mu, lebih tepatnya... dia adalah pacar pertamamu.
Mencintaimu, Uke, membuatku menyadari bahwa terkadang hidup itu berat sebelah, hidup itu tidak adil, hidup itu semu, hidup itu... mengecewakan. Membuatku menyadari bahwa cinta itu hanya untuk dongeng-dongeng sebelum beranjak tidur.
Uke, cinta ini telah membumbung tinggi dan dalam seketika tergelincir ke bumi, menjadikanku manusia yang tidak menginginkan lagi mencari cinta, segan bermimpi, dan berangan kosong. Aku pun sempat kuberpikir bahwa perkawinan itu sia-sia untuk orang sepertiku. Pernikahan itu hanya menjadi sebuah kewajiban tanpa esensi bagi manusia dan tidak ada kata tawar-menawar.
Kata “pernikahan” membuatku tergagap, bergidik ngeri, apakah nantinya dapat mempertahankan sebuah perjanjian besar yang menurut orang-orang itu suci. Ya, pernikahan itu suci dan menyempurnakan manusia. Namun, hal yang paling krusialnya adalah, apakah aku dapat mencintai orang lain selainmu, Uke?
Sekarang, tidak ada lagi bidadari dalam mimpiku yang berambut panjang, dengan senyum khasnya, memakai kemeja flanel warna merah dan jeans biru navy, yang membisiki kata-kata lucu dan menyebarkan gelak tawa di seluruh awang-gemawang.
Uke, aku rindu. Biarlah segala kesunyian ini menjadi milikku seorang. Biarlah foto kita yang berukuran 4R saat studi ekskursi ini yang menjadi pelipur laraku. Biarlah siluet punggungmu yang kulihat dari jauh, cukup memenuhi rasa kangenku padamu. Biarlah lagu favorit kita berdua menjadi pengantar tidurku dalam menikmati reminisensi bersamamu.
Tuhan hanya mengizinkanku untuk sekadar bercanda dan bermain di taman bermain bersamamu, menghabiskan malam setelah jam pulang kantor. Tuhan hanya mengizinkanku untuk sekadar mengagumimu, mencintaimu, mensyukuri kehadiranmu sebatas sepihak. Cinta yang sedari tadi kugenggam, kini membeku. Takdir telah menuntunku untuk melihat sesosok pemuda yang berjalan ke arahmu dan memakai cincin bermotif senada denganmu.
Takdir jugalah yang membuka mataku bahwa kautelah memilih pria lain. Dalam balutan kebaya berwarna cokelat emas, kautampak semringah bersanding dengannya. Ah, Uke, kenapa harus dengannya? Dia tidak pantas berdampingan denganmu. Kenapa bukan aku? Apa yang menarik darinya? Apa bagusnya dia? Apakah kautidak menyadari, dia tidak dapat mencintaimu, seperti aku mencintaimu?
Tidak dapatkah kaumerasakan setiap perhatianku padamu? Apakah semua cinta yang kuberikan tidak cukup menemukan siapa pria yang tepat untukmu?
Seperti orang idiot, aku menunggumu di tempat yang sama; memandang jendela kamarmu yang masih gelap; sepeda merah yang biasa kaunaiki saat pergi ke sekolah dulu; minimarket tempat kita belanja kudapan saat mengikuti grup belajar dulu; saat-saat aku pernah membohongi diriku sendiri dan berakting seperti teman biasa di depanmu; semua itu ingatanku padamu.
Semua kenangan bahagia itu menyakitkan. Sesakit usahaku untuk meyakinimu ketika menyampaikan rasa sukaku padamu. Waktu kini semakin larut, kini aku menderita insomnia. Aku tahu cinta adalah rasa sakit. Akan tetapi, haruskah aku ‘dihukum’ sekejam ini karena mencintaimu?
Janji yang dulu kita ikrarkan, masih kujaga hingga sekarang. Hangat tanganmu saat kita sama-sama memegang payung ketika hujan turun. sedetik pun tidak akan pernah melupakannya. Jejak aroma parfummu yang tak bisa hilang, masih tersisa pada barang-barang pemberianmu. Takdir kita memang sudah terputuskan, namun hatiku masih sama, mengharapkanmu.
Musim berganti. Kukatakan kepada diriku sendiri, “sudah cukup”. Kini, surat cinta yang pernah kutulis untukmu telah usang. Sia-sia kuselipkan di kotak suratmu. Surat yang berisi pernyataan cintaku yang tulus, di sini, aku berulang-ulang menyatakan cintaku seorang diri di malam yang menyedihkan ini. Berulang-ulang menyatakan, aku menyukaimu lebih darinya, walaupun mungkin hanya sebuah April Mop untukmu.
Meski kutetap bermimpi tentangmu, seperti deja vu, kuterus memanggil namamu lagi dan lagi. Kini semua terasa getir. Selamat tinggal, Uke. cinta pertamaku, perempuan yang telah memberikan warna-warni bagi kedua mataku.
Kutatap kursi kosong di taman tempat kita biasa bermain, tenggelam bersama raut wajahmu yang masih tersenyum manis dalam memoriku. Selamat tinggal, Uke. Wanita yang pernah datang dan pergi membawa sebagian hidupku.
Kau telah memilih.
I softly whisper, wishing your happiness.
Seketika rinai ini menjadi bumerang bagiku. Melunturkan warna merah cinta yang sedari tadi kupegang hati-hati. Rinai itu berubah menjadi hujan deras bersama butiran-butiran air jernih dari sudut mataku. Meninggalkan cinta yang merah pudar dan tak berpendar ini bak diorama satu warna, hitam dan putih, tanpa jejak-jejak kehidupan di situ.
Depok, 2017
16 notes · View notes
malamkontemplasi · 3 years
Text
Anak Laki-Laki di Dasar Kolam
@miakamiya
“Shameless!” “Fool!” Kedua kata itu terdengar ketika kuterbangun dari tidur. Entah alam bawah sadarku yang meneriakkannya atau karena hal lain. Tubuhku terasa berat setelah dibangun paksa oleh suara itu. Samar-samar kuingat kembali mimpi dengan suara barusan. Namun, aku malah teringat kejadian sepuluh tahun lalu, saat diriku begitu polos, menuruti semua dikte orang lain. Anak rajin yang periang. Semua kenormalan anak kecil: periang, rajin dan polos itu, mantap membuat orang dewasa di sekelilingmu berpikir bahwa kaubaik-baik saja. Tak ada yang salah padamu. Tak ada yang salah pada lingkungan sekitarmu. Hingga menjadi anak kecil membuat argumentasimu tidak didengar, hanya manusia minor yang otaknya belum sempurna betul. Tahu apa jika seseorang belum bekerja dan punya penghasilan. Mereka hanya dianggap anak kecil. Tidak lebih, tidak kurang.
Kubuka jendela kamarku. Matahari masih belum muncul, tapi aku segera bergegas pergi bekerja. Ya, ke tempat orang dewasa berkumpul. Aku menjadi bagian dari masyarakat yang normal dan layaknya orang dewasa pada umumnya. Setelah aku menyerap dan menganalisis perilaku orang-orang di sekelilingku, gaya bicara, gaya berpakaian, dan perilaku, supaya mereka mengira bahwa lawan bicaranya adalah sesama orang dewasa, dan tidak curiga padaku. Karena, orang “dewasa” berbicara pada orang yang memiliki gelar, kekayaan, membentuk perkumpulan konyol mereka. Jiwaku yang terperangkap tubuh orang dewasa ini, lebih banyak tidak mendengar ucapan-ucapan yang mereka lontarkan padaku.
Aku teringat pada Pangeran Kecil yang pernah berkata bahwa ia menceritakan semua detail mengenai Asteroid B612 ini sampai menyebut nomornya, gara-gara orang dewasa. Orang dewasa menyukai angka-angka. Jika kalian bercerita teman baru, mereka tidak pernah menanyakan hal-hal yang penting. Mereka tidak pernah bertanya, “Bagaimana nada suaranya? Permainan apa yang paling disukainya? Apakah ia mengoleksi kupu-kupu?” Mereka bertanya, “Berapa umurnya? Berapa saudaranya? Berapa berat badannya? Berapa gaji ayahnya?” Hanya demikianlah mereka mengira dapat mengenalnya[1].
Sambil kumenunggu bus tiba, aku selalu menyematkan handsfree di kedua telingaku agar tidak mendengar obrolan menjemukan dari orang dewasa yang berlalu-lalang di sekelilingku atau pura-pura tidak mendengar ketika rekan kerjaku yang kebetulan melihatku dari jauh. Namun, entah kenapa, dari samping halte bus, mataku tidak bisa mengalihkan pandangan.
Aku melihat anak kecil berjongkok, kepalanya tertunduk. Ia berada di dasar kolam dipenuhi air berwarna biru. Tidak ada yang bertanya padanya, “Apa kaubaik-baik saja?” Tidak ada satupun yang mau mengulurkan tangannya untuk anak laki-laki itu, meskipun kolam itu berada di tengah kota yang sibuk. Sesosok anak laki-laki tanpa nama, begitu kata mereka. Ia hanya lelah pada sekelilingnya hingga ia berlari sekencang mungkin. Ia memohon agar semua itu hanya mimpi dan menyesalkan mengapa hal itu terus berulang. Dari mana awal mulanya kebiasaan itu muncul? Bagaimana mengakhirinya? Adalah sesuatu yang harus ia temukan jawabannya segera. Namun, akhirnya ia lelah berlari menjauh hingga ia kembali lagi pada titik nadir itu. Ia menyerah dan memutuskan untuk mendiami kolam itu.
Tubuhnya kecil, wajahnya pucat, warna kulitnya pun putih pucat. Bila tangannya digenggam paksa maka urat nadinya akan langsung tampak kemerah-merahan, membiru jika terlalu lama dicengkeram. Seringkih itukah ia? Anak laki-laki tanpa nama itu, seakan bermata biru langit malam. Begitu melihatnya kauakan tenggelam, betapa magis tatapannya. Wajahnya begitu dingin, namun seperti membutuhkan sebuah pelukan hangat. Maaf, aku tidak bisa menolongmu karena aku pun butuh pertolongan, pikirku. Aku bergerak menjauh dari sisi kolam. Membiarkannya kembali tertunduk di dasar kolam. Sejenak aku terhenti. Membayangkan bagaimana jika tak ada satu pun orang yang repot-repot menjemputnya paksa untuk keluar dari kolam? Dapatkah ia bertahan di tengah membekunya suhu air di bawah sana? Jika bukan aku, apakah ia... akan... mati?
Seratus dua ratus meter dari bibir kolam. Aku tetap melanjutkan perjalananku yang melelahkan tanpa tahu akhirnya akan bagaimana. Berusaha menjadi orang yang tidak melihat kejadian barusan. Aku menyadari, apa bedanya yang kulakukan tadi dengan orang dewasa yang selama ini kubenci? Aku tertunduk malu dan menyadari begitu bodohnya diriku. Mengulang kembali kesalahan yang sama. Mengabaikan suara dirimu sendiri. Tidak pernah mengutarakan apa maumu, apa yang membuatmu bahagia.
Hingga kaki ini tanpa kuperintah berbalik pada kolam itu. Kuceburkan tubuhku ke dasar kolam dan mendapatinya masih tertunduk. Kuraih tangannya hingga ia melihatku dengan mata warna biru langit malam itu. Ah,,, mata itu, kini aku benar-benar tenggelam karenanya. Ia menggenggam tanganku, memelukku erat. Apakah kami akan sama-sama tenggelam atau akan muncul kepermukaan setelah itu? Kami tidak mau tahu, yang jelas ia tidak akan kesepian, tidak akan sendirian lagi.
(25/3/2021)
[1] Le Petit Prince – Antoine De Saint-Exupery
Tumblr media
0 notes
malamkontemplasi · 3 years
Text
Tafakur
Tumblr media
@miakamiya
Dalam ruangan sepetak ini menyadari besarnya arti diri. Peran kita di alam fana hingga tujuan hidup menjadi pertanyaan setiap malam. Kedua pertanyaan itu membuatku sulit tertidur, meski raga ini sudah lelah mencoba mencari jawabannya.
Manusia lahir memiliki perannya masing-masing. Menjadi sebab-akibat bagi manusia yang lain. Demi mengubah sifat dan karakter antara satu dan manusia lain.
Layaknya daun yang layu, kering dan jatuh ke tanah, maka tumbuh daun yang lainnya agar suatu pohon tetap hidup, tumbuh, dan berkembang mengeluarkan daun yang baru.
Harus ada yang menderita untuk nantinya dapat mengajarkan kepada manusia lain, mana yang baik dan mana yang benar. Harus ada yang menangis untuk bisa menyebarkan kebahagiaan kepada manusia lain. Harus ada yang ikhlas dan bersyukur untuk nantinya menerima ketentuan Ilahi. Apakah itu menjadi rakyat biasa, warga negara dari negara maju, atau terlahir dari negara perang berkecamuk atau miskin.
Akan tetapi, bagi yang tidak mampu memiliki rasa ikhlas dan syukur, manusia menggunakan segala cara hingga emosinya mengambil alih.
(4/2020)
2 notes · View notes
malamkontemplasi · 3 years
Text
Unwritten Friendship Rules
The friendship has two unwritten rules. We were strangers then. Have something in common. Becoming friends, then ends in two ways: staying friends forever or being strangers again.
0 notes
malamkontemplasi · 3 years
Text
Kangen
Tumblr media
@miakamiya
Belakangan ini rindu banget pengin ketemu teman-teman lama. Bagaimana keadaan mereka? Apa enggak pernah terbersit dalam benak mereka untuk sekadar bertanya kabar saja? Ketika kangen, pasti orang kirim teks ke mereka yang dikangenin. Tapi mereka enggak. Setelah melihat mereka menikah, seperti kehilangan teman jalan, teman curhat, teman gosip, teman otaku, teman ngaji. 
Kebanyakan alasannya sibuk mengurus suami dan anak. Okelah anak, tapi suami? manusia dewasa itu tidak bisa mengurus dirinya sendiri? Yah, begitulah mayoritas masyarakat, kalau laki-laki tidak bisa masak, tidak bisa setrika baju atau mencuci piring makannya sendiri, dianggap lumrah. Tapi, kalau wanita? jangan ditanya, bakal di-julid-in deh sama emak-emak--sesama perempuan, yang harusnya mengerti, kalau wanita bisa menjadi wanita karier, seorang ibu, seorang istri, maka sepatutnya laki-laki pun bisa berperan ganda.
Anw, balik lagi ke rasa kangen itu. Ada kalanya ketika sudah punya rasa kangen, sudah membayangkan buat ketemuan, melihat kayak apa mereka sekarang. Apa yang sudah mereka lalui tanpa kita di sampingnya. Membayangkan keseruan ngobrol nantinya. Cerita-cerita masa lalu, ketawa-ketiwi ingat zaman masih polos, enggak ada beban, dan tema ngobrolnya enggak jauh-jauh dari kesukaan yang sama, komik, novel, film, games, banyak lagi deh.
Apa mereka sudah lupa itu semua? Kenapa cuma gw yang masih tertinggal sama ingatan itu, sedangkan mereka sudah berlari meninggalkan gw di belakang. Logika menyuruh untuk berdamai dengan masa lalu--maju ke depan. Tapi, kaki rasanya masih berat. Semua kenangan itu terlalu berharga buat dilupakan. Enggak ngerti kenapa mereka dengan mudahnya membelakangi dan kemudian berlari dari semua itu.
Seperti ditinggalkan dalam kota yang terus berubah. Cuma bisa melihat dari kejauhan, orang-orang yang berlalu-lalang--datang dan pergi. Lalu diberitahu oleh musim sudah bergonta-ganti, bahwa semuanya memang sudah berakhir. Aku mengemasi kenangan penuh warna ke dalam koper masa lalu dan mengucapkan selamat tinggal pada orang-orang yang dulu telah memberikan arti persahabatan dan petualangan.
Kadang merasa kosong, makin enggak suka keramaian, makin tenggelam dengan kesendirian. Kadang menenangkan, tapi sering juga kesepian. At least, mereka bahagia. Melihat teman-teman dekat sudah menjalani kehidupannya, cuma bisa bersyukur, mereka dijaga sama pasangan yang baik.
4 notes · View notes