Tumgik
reqgifirsttrasia · 6 years
Photo
Tumblr media
Kamu tidak bisa mengukur kebahagiaan orang lain dengan sesuatu yang bahkan sangat membahagiakanmu (Asma Nadia) . #parentinglife #balita #jalan2 #pantai #dufan #dufanancol #parenting #motherhood #toddler (at Dunia Fantasi (DUFAN) Ancol)
3 notes · View notes
reqgifirsttrasia · 6 years
Video
[Aqila Nggak Mau Dibohongi, Bunda] . Teori psikologi anak manapun tentu "melarang" anak usia 3 tahun untuk diajarkan membaca.. Tidak, saya tidak memulai untuk mengajarkan.. Justru Aqila yg memintanya.. . Suatu hari dia melihat sebuah gambar dan mengira itu adalah ROTI.. Saya jelaskan, itu bukan ROTI, walaupun bentuknya dgn warna monochrome itu tampak seperti ROTI.. Aqila ngotot (as usual).. Bundanya juga ngotot.. . Akhirnya saya terangkan kalau ROTI itu terdiri dari huruf R-O-T-I, sedang gambar yg dia maksud itu tdk ada huruf R-O-T-I.. Untungnya dia sudah paham huruf A-Z sejak 9 bulan yg lalu.. . "Ini huruf apa?" tanya saya "T" jawab Aqila "Kalau ini?" "A" jawabnya lagi. "Te-A jadi TA, Ha-U jadi HU.. Jadinya ini TAHU bukan ROTI.." "Oooh gitu ya, Bunda? Roti sama Tahunya mirip ya, Bunda?" "Iya, gambarnya mirip.." "Aku mau bisa baca, Bunda.. Supaya aku gak dibohongi sama orang2 pakai gambar" "Orang2 siapa?" "Ya orang2 lah, Bunda.. gak tau siapa.." . Sejak itu Aqila semangat membaca.. Setiap kata yg dijumpai di jalan, akan dibacanya.. Maaf kalau byk yg tdk sepaham dgn saya.. Monggo kalau mau mengikuti teori psikologi anak yg sudah disepakati oleh byk pakar dgn evidence-based yg mmbuktikan ini itu.. . Bukankah setiap orang tua punya gayanya masing2? Ada yg sudah menyekolahkan anak sejak Play Group, ada yg baru masuk saat TK A, atau TK B, ada yg langsung SD.. Banyak pula yg tidak menyekolahkan anak, meski harus pontang panting mengajari sendiri di rumah.. . Toh tujuan kita sama, sama2 ingin anak sholeh/shalihah yg bermanfaat bagi umat bukan? . #homeschooling #parenting #motherhood #kids #kidsjamannow #toddler #balita #stimulasianak #anak #anakshalihah #aqilazhafira #3yrsold #family #happyfamily (at Lotus TomangSquare)
2 notes · View notes
reqgifirsttrasia · 6 years
Photo
Tumblr media
[Fun-Cooking Ala Amri-Bersaudara] . Wahai, para ibu.. Ajari anak-anakmu untuk membantu pekerjaan rumah.. Itu sunah Nabi.. Kelak suami/istrinya akan sangat berterimakasih padamu.. (Yasmin Mogahed) . Materi homeschooling hari ini adalah fun-cooking, memasak bolu ubi ungu kesukaan ayah @andikamri23 .. . Tugas Aqila : menuang tepung ubi ungu, gula, memecahkan telur, mengaduk adonan, dan lain2.. . Tugas Zayd : nyemil adonan bolu yg blm dikukus, menggoda kakaknya yg lagi serius masak, berantakin adonan ke sekitar.. . Tugas Bunda : duta perdamaian dua negara (Aqila dan Zayd) yang berseteru.. :D . #homeschooling #funcooking #sekolahdirumah #balita #baby #toddler #motherhood #parenting #stimulasi #3yrsold #1yrold #parentinglife #anak #anaksholeh #family #happyfamily (at I-Amsterdam Waterpark)
3 notes · View notes
reqgifirsttrasia · 6 years
Photo
Tumblr media
Anak-anak adalah lelucon terbaik di dunia mengalahkan komedian sejati sekalipun.. Bersama mereka, tiada hari tanpa tawa.. Tidak percaya? Coba saja.. :) . Setelah kesekian kalinya mereka menemani saya jaga klinik, ini satu2nya foto yg berhasil diambil ketika saya (masih sempat) pegang hape.. :D . #parentinglife #parenting #parenthood #doctor #medicaldoctor #family #kids #homeschooling #baby #toddler #balita #anak #anaksholeh #3yrsold #1yrold #clinician #belajar #bermain (at Depok, Indonesia)
0 notes
reqgifirsttrasia · 6 years
Photo
Tumblr media
Kesadaran adalah matahari.. Kesabaran adalah bumi.. Keberanian menjadi cakrawala.. Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata2.. (WS Rendra) . Selamat 4 tahun usia pernikahan.. @andikamri23 . #anniversary #happyfamily #family #kids #couplegoals #longlife #everlast #love (at Taman Gajah Tunggal Babakan Tangerang)
0 notes
reqgifirsttrasia · 6 years
Video
[When Sister Endorsed by Her Brother] . Sesi happy lalala hari ini disponsori oleh adiknya sendiri.. . Aqila : mengulang An Nazi'at di depan cermin.. . Zayd : menyimak sambil tawaf mengelilingi Mbaknya, mondar mandir jadi iklan.. . #homeschooling #parenting #brother #sister #baby #kidsjamannow #toddler #menghafal #bermain #belajar #motherhood #family #happyfamily #kids #balita #3yrsold #1yrold (at I-Amsterdam Waterpark)
2 notes · View notes
reqgifirsttrasia · 7 years
Text
(mungkin) Saya Butuh Transquilizer
(mungkin) Saya Butuh Transquilizer
Reqgi First Trasia, dr.
 Siapapun yang membaca posting ini, saya berharap kalian akan membacanya hingga akhir, agar tak salah paham.
Ya, saya memang sudah tidak waras, alias edan. 566 soal Tes MMPI yang saya lakukan 3 hari lalu membuat saya dag-dig-dug, apa benar akan keluar hasil yang mengerikan bagi saya dan tanpa kompromi saya benar-benar membutuhkan obat penenang itu?
Sudah hampir setahun ini saya seolah menjadi orang lain, saya merasa aneh dengan diri saya. Saya bicara kasar, menulis hal kasar, mengasingkan diri, menangis, marah, bermuka masam, dan sebagainya. Meski suami saya selalu sabar, membawa suasana ceria, tertawa, tapi entah mengapa saya tidak berrespon positif.
Saya memang belum matur, terkadang masih ber-attitude negatif, sangat tidak cerdas dalam mengelola emosi. Terlebih ketika berhadapan dengan seseorang yang saya ingat betul dia pernah mencuci kembali pakaian yang sudah saya jemur, menjual printer saya di loakan seharga 5 ribu rupiah, diam-diam menjual cincin pernikahan saya, menyuruh saya menjual rumah, menjelek-jelekkan saya di hadapan suami dengan berkata bahwa masakan saya masih mentah, padahal jelas sekali ikan bandeng itu hampir gosong. Dan saya masih harus menghormatinya dengan cara yang patut.
Saya mendadak merasa tidak cocok dengan semua orang. Saya sering terbangun di malam hari, menangis, tak bisa tidur, kehilangan rasa percaya diri, sulit berkonsentrasi, mudah lelah, merasa tidak punya harga diri, pesimis, dan tidak nafsu makan terutama dalam 4 bulan terakhir. Ya, saya bukanlah saya yang dulu, yang begitu bersemangat menjalani hari-hari, bagun pagi dengan ceria, menikmati hidup saya. Apa karena saya tak punya hidup, maka tak ada hidup yang bisa saya nikmati?
Ketiadaan supporter dalam hidup membuat saya merasa tak beguna lagi. Sebenarnya ada, tetapi saya menganggapnya tak ada. Saya mendadak selalu melihat sisi negatif dari semua makhluk hidup yang ada di dunia ini. Ibu yang begitu baik, super baik, amat sangat menyayangi saya, mendadak saya menganggap beliau adalah pengganggu. Meski hanya dalam hati, saya tidak pernah lupa ketika beliau meminta kembali semua uang yang sudah ia keluarkan untuk biaya kuliah dan resepsi pernikahan saya. Saya tidak pernah lupa ketika saya meminta martabak manis, ibu berkata,”kenapa sih minta martabak melulu. Ibu kan tidak punya uang. Emang kamu bakal mati kalo nggak makan martabak?” Saya selalu dibayangi oleh dua adegan itu, padahal jutaan hari membahagiakan pernah saya lewati bersama Ibu.
Saya mendadak menganggap Ayah adalah penjegal, ketika Ayah sok meramalkan bahwa masa depan saya tidak akan secemerlang bidan di Tangerang yang bisa membuka klinik yang sangat besar itu, padahal Ayah adalah jembatan bagi saya dan adik-adik saya hingga sampai pada titik ini. Dalam hati sungguh saya menjerit melihat Ayah yang menjalankan 3 aplikasi transpotrasi online sekaligus (Gojek, Grab, dan Uber) untuk bisa menghidupi Zenia di Mataram dan Kaisar di Gontor dengan kondisi Ayah yang mengidap PJK (Penyakit Jantung Koroner). Saya menghindari betul untuk menginap di Tangerang, saya tidak tega melihat Ayah sesak napas, nyeri dada, keringat dingin berkucuran di tubuhnya saat sakit jantungnya kumat. Dan saya, anak pertama yang sudah dijadikannya seorang dokter ini tak bisa berbuat apa-apa, hanya diam di rumah, menggunakan seragam khas ibu rumah tangga. Alih-alih membantu perekonomian keluarga, saya justru jadi orang tak berguna dan terdampar di Depok.
Saya mendadak menganggap suami saya adalah penghalang, ketika saya merasa dikecewakan dengan hal-hal kecil seperti membersihkan kamar mandi, bangun di malam hari, kecerobohannya dalam banyak hal, pengetahuannya yang saya anggap dangkal, padahal sejatinya dia adalah malaikat bagi saya. Dia adalah teladan terbaik. Darinya saya belajar untuk “Ya elah gitu doang, santai aja”. Ratusan hari dipenuhi tawa oleh tingkah suami saya yang super humoris itu.
Memori kemudian melayang ke kejadian 7 bulan lalu. Ah, saya bersyukur dia masih hidup, ketika banyak orang di rumah sakit meragukan apa dia masih hidup atau sudah berpulang dengan kondisi wajah yang hancur dan tubuh yang bersimbah darah. Ya, saya menyayanginya, sangat mencintainya. Ketika dia selalu peracaya diri mengatakan bahwa dialah makhluk ter-ganteng di galaksi Bima Sakti ini, saya pun sepakat. Dia nomor 2 terganteng setelah Zayd.
Lalu soal Aqila dan Zayd. Betapa mengerikannya kondisi dimana mereka harus dibesarkan oleh seorang ibu seperti saya. Seorang ibu yang depresi, sering berteriak kesal, tiba-tiba menangis di sudut kamar. Kasihan betul mereka. Sosok aktif dan ceria seperti mereka membutuhkan Bunda yang kreatif dan penuh semangat.
Mengapa saya menuliskan ini? Ya, menulis adalah salah satu bentuk terapi yang saya rasakan paling manjur. Ketika pendengar tak mampu mendengar sesuai kehendak saya, maka menulis adalah terapi bagi saya. Seperti ketika Psikiater menyarankan mantan Presiden RI ke-3 untuk menuliskan kesedihannya sebagai bentuk terapi, bahkan tulisan itu dibukukan, dipublikasikan, hingga difilmkan.
Semua itu ditutup dengan Aqila yang begitu cerdas.
“Bunda sedih ya? Bunda marah ya? Iya?”
Saya hanya menangis.
“Bunda mau obat? Iya?”
Saya masih menangis.
Aqila menghampiri saya dengan membawa Al-Quran. “Ini obat, Bunda.” Ujarnya sambil menyerahkan kitabullah itu pada saya.
Sejak itu saya sadar. Saya tidak butuh Transquilizer. Saya butuh iman. Saya butuh Allah.
 Depok, 8 April 2017
Reqgi First Trasia, dr.
4 notes · View notes
reqgifirsttrasia · 8 years
Conversation
Manajemen Perasaan Saat Menerima Kritik
Semenjak menjalani role baru di Badr sebagai team leader, hari2 gw penuh dengan warna, dari mulai commuting dr Depok sampe Karawang, manajemen proyek, sampe manajemen tim.
ya manajemen tim, yang berarti berurusan yang namanya manusia, makhluk yang paling kompleks di muka bumi.
sebenarnya hal ini sudah ga asing untuk gw, yang memang entah mengapa 'enjoy' dengan dinamika, tapi untuk hal yang berhubungan dengan kritik atas kinerja, i still got the problem.
kritik dari klien, rekan kerja, teman, atau mungkin melebar sampai ke istri, mertua, ibu, orang asing di jalan..
but, nonetheless, walaupun kadang suka nge-down sebentar, tp gw punya beberapa prinsipil saat mendapat kritik, here it is.
EMPATHY
gw entah mengapa suka membayangkan kalo gw di posisi pengkritik kaya gimana, mungkin gw akan melakukan yang sama.
GOOD FRIEND, BAD FRIEND
Teman yang baik adalah dia yang mau ngingetin, bukan yang 'yes bos'. so, bersyukurlah kalo kita dikaruniai oleh teman2 yang senantiasa mengingatkan kalo kita lagi dodol, thats priceless.
ADMIT
Thats your fault, admit it. Say sorry, and tawarkan apa yang bisa kita lakukan utk memperbaikinya. atau simply, never do it again.
DONT RUN!
Yang paling gampang emang quit. Tapi ya jadinya ga maju2. Kualitas mental kita akan terus begitu2 aja. Besides, anywhere you go, pasti akan ada kritik, mau kabur sampe kapan?
SELF UPGRADE
Ibarat program, kritik itu seperti menemukan bug, semakin sedikit bug, semakin bagus programmya. Asal kita mau memperbaikinya :)
5 hal diatas adalah sebuah 'antidote', bersikap denial atau marah akan membuat hal menjadi semakin parah dan memperlihatkan bahwa kita memang belum matang secara mental.
Kesimpulannya, kritik pasti datang, perspektif dan wawasan yang akan menentukan, apakah itu hanya men demotivasi atau justru menambah kualitas diri.
Depok, 25 Feb 2016
Di tengah perjalanan menuju kotabumi, habis mengalami hari yang ckup panjang di kantor tercinta.
6 notes · View notes
reqgifirsttrasia · 8 years
Text
Kuliah Sabar
Kuliah Sabar
 Marah. Marah. Marah. Beberapa hari ini perasaan itu saja yang selalu berkecamuk di kepala dan hati saya. Padahal saya tahu “Jangan marah, maka bagimu surga.”
Semua ini berawal dari sesuatu yang bukan segalanya, tapi segalanya butuh sesuatu itu. Apalagi kalau bukan uang.
Kehidupan berrumah tangga tentu tak akan lepas dari soal pemenuhan kebutuhan finansial.
Kami diuji dengan sesuatu yang semua orang pasti juga pernah mengalaminya, tapi jika mereka bisa melewati, mengapa kami tidak? Bukankah Allah tidak akan membebankan sesuatu di luar kemampuan hambaNya?
KPR Syariah. Begitu menggiurkan pasangan muda dengan kantong pas-pasan seperti kami. Berbekal nekat dan tawakal, kami mulai meminjam sana-sini untuk DP rumah di Depok. Setelah tekumpul, kami mulai merencanakan akad jual beli rumah. Kami bersyukur (awalnya), tetapi kemudian satu-dua-tiga masalah muncul.
Seseorang berinisial TAN, yang pada 2014 tampak begitu meyakinkan soal investasi yang menguntungkan, menipu kami. Memang, dia tidak kabur. Tapi keberadaannya membawa ‘petaka’. Orang bijak berkata, pasti ini ada hikmahnya. Jumlah yang kami investasikan memang tidak banyak, tapi cukup untuk menambal hutang sana-sini untuk DP KPR Syariah. Campur tangan kedua orang tua dan mertua yang seolah menyalahkan suami. Menuduh suami ceroboh, mudah percaya pada orang lain, berkata kalau suami terlalu lembek dalam menagih ke TAN, menyudutkan dan memojokkan posisi kami, menganggap kami pengecut, dan sebagainya, bukan malah bersimpati dengan kesulitan kami. Terutama pihak keluarga suami yang terus mencecar agar uang tersebut segera dikembalikan utuh. TAN betul-betul mengacaukan semuanya. Penampilannya yang begitu meyakinkan dengan menyelipkan bahasa Arab di setiap ucapannya (ana, antum, akhi, afwan, dan lain sebagainya), bergabung dalam grup Jamaah Online Shop yang beranggotakan pengusah-pengusaha, ternyata (menurut saya) itu hanya muslihat.
Saya khawatir salah bicara dan malah menjatuhkan kepercayaan diri suami. Saya bingung bagaimana cara menguatkannya. Saya hanya bisa berdoa dan menangis, sering setiap malam saya sulit memulai tidur, dan bila tertidur, saya sering terbangun di malam hari.
Masalah berikutnya adalah soal mutasi plat nomor sepeda motor suami yang awalnya DK, ingin kami ubah menjadi plat B. Ternyata biayanya cukup besar. Berbulan-bulan kami menunggu kabar dari Samsat Denpasar, disertai rasa khawatir BPKB, STNK, dan KTP asli suami dibawa kaburlah, atau rasa paranoid lain yang menghantui kepala setelah musibah penipuan yang baru beberapa minggu sebelumnya kami alami.
Bayangkan, dua-tiga hari pasca suami gajian, uangnya langsung ludes, untuk membayar cicilan hutang DP rumah, biaya KPR, cicilan Macbook, arisan kantor, memberi uang bulanan ke mertua, biaya kos saya di Cilegon, membeli pulsa, keperluan bulanan Aqila, deposit KRL commuterLine dan alokasi transportasi. Lantas dengan apa kami makan dan lainnya? Saya bisa membayangkan bagaimana kemelutnya pikiran suami yang sudah berusaha semaksimal mungkin. Ditambah pula gaji saya selama 2 bulan di Cilegon tak kunjung turun, semakin membuat serat kerongkongan. Berhemat habis-habisan. Saya pun mulai “ngamen”, mencari dua ratus – tiga ratus ribu dari satu klinik ke klinik lain secara ilegal. Beruntung bila dapat sampai empat ratus ribu, saya share berdua dengan suami.
Sudah dua bulan ritme kehidupan kami seperti ini. Mungkin ini pula yang memaksa saya nekat mengambil kerjaan di Cilegon Pulang-Pergi. Membantu sedikit-sedikit kebutuhan pangan keluarga (karena sandang dan papan sudah dipenuhi oleh suami).
Rasa marah bercampur sedih menyulap diri saya menjadi sosok yang tidak pandai bersyukur, bermunculan bibit-bibit penyakit hati dalam dada. Curhat pada suami, alih-alih mendapatkan kata mutiara, doi malah menyebut saya terlalu banyak baca novel, sok sinetron. Huff. Hingga pada puncaknya, Allah seperti membalikkan hati. Saya yang tadinya mengeluh, mendadak merasa ikhlas. Ikhlas melihat banyak orang di luar sana yang saya nilai jauh lebih beruntung. Ikhlas melihat diri saya yang hidupnya masih begini-begini saja.
Awalnya, saya seolah lupa, banyak juga orang yang ingin menikah di usia 21, tapi belum kesampaian. Banyak orang yang sudah lama menikah, tapi belum dikaruniai anak. Banyak orang yang masih ngontrak, belum punya kendaraan, dll.
Bersama Aqila dan ayahnya, saya perlahan melepaskan satu per satu apa yang dulu saya sebut sebagai ambisi. Mencoba mensyukuri dan menjalani hari-hari yang menggembirakan. Menyerah dengan cita-cita? Sebut saja begitu. Saya mencoba menjadi tuli dengan apa yang orang katakan. Menikmati hidup yang saya pilih sendiri. Beberapa waktu ke depan, omong kosong soal produktivitas dan kontribusi. Saya hanya ingin merasakan cinta dan sayang yang semakin tumbuh untuk Aqila dan ayahnya. Ujian-ujian dalam mata kuliah sabar itu semakin membuat kami dekat, merasakan bulir-bulir kesabaran, menjalani bersama, memasrahkan, membiarkan Allah membawa kemanapun hidup saya sekarang, sambil terus berdoa agar kami bertiga masih diberi kesempatan untuk menatap ka’bah bersama.
 Cilegon, 1 Februari 2016
Reqgi First Trasia, dr.
1 note · View note
reqgifirsttrasia · 8 years
Link
0 notes
reqgifirsttrasia · 9 years
Quote
The more you start understanding the book of Allah for yourself, you’ll no longer be interested in materialism
Nouman Ali Khan (via andikaamri)
6 notes · View notes
reqgifirsttrasia · 9 years
Link
Kata mereka :D
0 notes
reqgifirsttrasia · 9 years
Link
Terharu adalah ketika ada pembaca Novel Jas Putih tapi Hitam yang saya tidak kenal sebelumnya, tiba-tiba menyampaikan bahwa dia bisa menyelesaikan membaca Novel ini dalam 2 jam.. Dan secara volunteer menuliskan resensi / review Jas Putih tapi Hitam di blog pribadinya..
Terimakasih atas apresiasi terhadap novel ini.. Terimakasih karena cukup banyak respon positif dari pembaca.. :D
1 note · View note
reqgifirsttrasia · 9 years
Link
Ini Tips versi saya.. Mungkin sebagian orang punya cara yang berbeda..
Silakan dicoba jika cocok..
Jadilah ibu yang hebat, karena generasi hebat hanya akan lahir dari ibu-ibu yang hebat pula.. :D
2 notes · View notes
reqgifirsttrasia · 9 years
Text
Ya, Mungkin Saya Depresi!
Aku dokter, tetapi sejauh ini masih menjadi seorang ibu rumah tangga yang sering mengalami perasaan seperti terjebak dalam rutinitas pekerjaan rumah tangga yang membosankan. Tapi aku tak sendiri. Menurut survey yang dilakukan Gallup, ibu rumah tangga memang mempunyai kecenderungan untuk merasa cemas, marah dan sedih berkepanjangan sepanjang hari dibandingkan ibu yang bekerja. Mereka cenderung merasa tidak berguna, terisolasi dari masyarakat, dan terpenjara di dalam rumah, seperti aku contohnya.
Perasaan ini wajar dirasakan ibu rumah tangga, terutama mereka yang baru saja memutuskan untuk berhenti bekerja. Namun jika dibiarkan berlarut-larut, perasaan ini bisa berkembang menjadi depresi. Menurut Stoudenmire, empat faktor utama yang mengakibatkan depresi pada ibu rumah tangga adalah:
1. Kemarahan yang tertahan. 2. Merasa diri tidak menarik. 3. Ketiadaan peristiwa yang menarik dalam kehidupannya. 4. Merasa diri tidak berarti dan tidak berharga.
Dan aku pernah merasakan 4 hal diatas 
Gejala-gejala depresi
Depresi merupakan muara dari emosi-emosi negatif yang tidak tersalurkan dengan baik. Berikut ini adalah beberapa tanda-tanda depresi yang harus diperhatikan jika ibu terus-menerus mengalaminya. 1. Sulit berkonsentrasi dan mengingat 2. Merasa tidak berguna dan tidak berdaya 3. Merasa sedih berkepanjangan dan cemas 4. Sulit tidur (insomnia) atau tidur terus menerus  kalau aku cenderung insomnia 5. Mudah marah 6. Merasa tidak dipedulikan oleh orang lain 7. Merasa tidak ada harapan baik dalam hidup 8. Tidak lagi mempunyai ketertarikan pada hobi dan aktivitas yang biasanya disukai (ahedonia) 9. Tidak berselera makan atau makan terus menerus  kalau aku cenderung tidak berselera makan 10. Merasa ingin menghilang dari kehidupan 11. Cepat merasa lelah, tidak merasa fit di pagi hari 12. Kenaikan atau penurunan berat mendadak (perubahan lebih dari 5% berat badan dalam sebulan)  kalau aku cenderung mengalami penurunan berat badan
Dan aku pernah merasakan 12 hal diatas 
Terkadang manifestasi fisik juga muncul sebagai akibat dari depresi seperti rasa sakit di otot, sakit kepala, kram, masalah pencernaan yang tidak membaik dengan pengobatan.
Faktor-faktor resiko depresi pada ibu rumah tangga:
Berdasarkan sebuah studi, depresi pada ibu rumah tangga didorong oleh kebutuhan setiap manusia akan pengakuan dan merasa dihargai. Beberapa faktor resiko yang meningkatkan peluang ibu rumah tangga mengalami depresi ialah:
1. Mempunyai riwayat depresi 2. Pendapatan keluarga yang relatif rendah 3. Merasa tidak puas dengan peran sebagai ibu rumah tangga 4. Hubungan sosial dengan teman dan keluarga yang tidak terlalu baik 5. Memiliki anak usia dini 6. Memiliki beberapa anak usia dini dengan jarak yang relatif berdekatan. Penelitian menunjukkan semakin banyak jumlah anak berusia dini, semakin tinggi peluang ibu terkena depresi. 7. Memiliki pendidikan yang relatif tinggi 8. Pernah mempunyai pekerjaan yang sangat disukai sebelumnya
Dan aku pernah mengalami poin 2, 3, 5, 7, dan 8. 
Penelitian melaporkan bahwa faktor paling penting untuk mencegah depresi pada ibu rumah tangga adalah penerimaan dan kepuasan akan perannya. Faktor-faktor yang umumnya disukai dan tidak disukai oleh seorang ibu rumah tangga bisa disarikan pada poin-poin berikut.
Hal-hal yang disukai: 1. Keamanan dan kestabilan 2. Kepuasan sebagai seorang ibu 3. Kepuasan dalam keluarga 4. Kepuasan sebagai istri 5. Pekerjaan rumah tangga 6. Kepuasan mengerjakan hobi yang disukai 7. Keluangan waktu 8. Otonomi pengaturan waktu sehari-hari
Nah, aku hampir sulit memiliki poin nomor 6, 7, dan 8
Hal-hal yang tidak disukai: 1. Pekerjaan rumah tangga  ini memang melelahkan dan tak ada habisnya.
Pekerjaan rumah tangga bisa menjadi salah satu pemicu depresi pada ibu rumah tangga karena pekerjaan tersebut merupakan rutinitas yang tidak pernah selesai dan akan selalu ada.
Bagaimana mengatasi depresi?
Jika ibu merasa salah satu gejala-gejala depresi di atas, maka segeralah ambil tindakan untuk mengatasinya. Jika dibiarkan berlarut-larut, keadaan ini bisa berujung menjadi depresi yang berpotensi mengganggu keberlangsungan dan kebahagiaan hidup berkeluarga. Selain itu, hal ini juga meningkatkan resiko rusaknya sel-sel otak yang mengatur ingatan, kecerdasan dan konsentrasi. Langkah-langkah yang bisa dilakukan di antaranya adalah:
1. Bicarakan apa yang dirasakan pada pasangan 2. Bicaralah pada teman yang bisa dipercaya dan bisa mengerti kondisi ibu 3. Berolahraga, olahraga terbukti bisa membantu melawan depresi
Kunjungi dokter yang bisa dipercaya. Jika menemukan gejala depresi, rujukan akan diberikan untuk mengunjungi tenaga kesehatan spesialis untuk pengobatan seperti psikoterapis.
Ada beberapa cara yang bisa ibu lakukan untuk membuat diri sendiri merasa lebih baik di antaranya adalah:
1. Selalu mandi dan mempersiapkan diri di pagi hari seakan-akan ibu akan bekerja hari itu. Hal ini akan membuat ibu merasa segar dan siap menghadapi kegiatan sehari-hari dengan percaya diri. 2. Jangan sia-siakan waktu dengan melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat seperti nonton televisi. 3. Susunlah jadwal harian. Dengan memiliki jadwal harian, ibu akan mempunyai perkiraan apa saja kegiatan yang akan dilakukan setiap hari sehingga ibu bisa menyelesaikan pekerjaan domestik dalam waktu yang diinginkan. 4. Ubah kebiasaan ibu, lakukan hal yang baru. 5. Jika ibu merasa kurang dihargai sebagai ibu rumah tangga, bicarakanlah perasaan ibu pada pasangan. 6. Ibu bisa mempertimbangkan untuk mengambil kursus atau hobi baru untuk mendongkrak rasa kepercayaan diri dan kepuasan dalam hidup. 7. Rawatlah diri ibu dengan baik dengan berolahraga dan menjaga konsumsi makanan bergizi. 8. Kembangkan jaringan sosial ibu. 9. Alternatif lain yang bisa menjadi jalan tengah antara ibu rumah tangga dan ibu bekerja adalah bekerja paruh waktu.
Lalu bagaimana dengan aku? Apa yang aku lakukan untuk mencegah depresi itu? Ini adalah 10 langkah mencegah depresi versi Reqgi  1. Aku mengikuti komunitas tilawah whatsapp One Day One Juz 2. Mengikuti grup persiapan Ramadhan One Juz + Tarjim 3. Komunitas whatsapp penghafal Quran One Day One Ayat 4. Belajar Bahasa Arab 5. Belajar Bahasa Asing lainnya 6. Menerbitkan novel 7. Menulis di doctormums.com 8. Mengikuti komunitas whatsapp penghafal Hadis One Day One Hadist 9. Mentoring 10. Membaca buku-buku parenting islami
Baca selengkapnya di: www.doctormums.com/depresi-pada-ibu-rumah-tangga reqgifirsttrasia.blogspot.com/tips-mengatasi-depresi-ibu-rumah-tangga
1 note · View note
reqgifirsttrasia · 9 years
Photo
Tumblr media
Alhamdulillah Novel Jas Putih tapi Hitam sudah dikirim ke seluruh penjuru Indonesia.. smile emotikon Terimakasih untuk teman-teman yang sudah menyukseskan pre order pertama.. Selamat membaca! Semoga kisahnya membahagiakan.. Jangan lupa berikan testimoni via email, facebook, twitter, atau tumblr.. Silakan cek email untuk melihat nomor resi pengiriman..
Salam, Reqgi
1 note · View note
reqgifirsttrasia · 9 years
Photo
Tumblr media
Teringat 6 tahun lalu, H-1 deadline registrasi ulang FK, saya belum daftar karena ortu gak punya uang.. Terpaksa akhirnya pinjam sana sini.. Om saya pun jual motor kesayangannya untuk donasi kuliah saya..
Ibu : Ayah sama ibu cuma sanggup biayai kamu 500rb per bulan.. Kamu masih mau kuliah? Saya : aku tetap kuliah apapun yang terjadi, bu.. *drama *tapirealita
Jadilah bertahun-tahun saya berhemat.. Belum lagi harus beli buku referense tipa bulan minimal 100rb.. Fix 400rb per bulan saya ternyata bisa hidup di Bali..
Setelah semua terlewati, khususnya koas, masa yang berat.. Masa dimana saya harus bersabar.. Yang paling berkesan adalah seorang dokter spesialis yang menghina2 agama saya didepan saya selama 3 jam operasi berlangsung.. Bodohnya, saya cuma bisa menangis..
Masa UKDI.. Ingin sekali bisa les/bimbel UKDI, tapi biayanya selangit.. Dan saya harus mengurus anak sendirian tanpa pembantu.. Tiap malam nangis karena hanya bisa kerjakan 5-10 soal UKDI tiap harinya, disaat teman-teman lain bisa latihan 200 soal UKDI di tempat lesnya.. Setiap malam memaksakan diri tidur 2-3 jam saja agar bisa belajar UKDI.. Alhamdulillah Allah beri jalan untuk bisa lulus.. smile emotikon
Menjelang pelantikan dokter dan wisuda pun.. Ingin sekali ditemani keluarga, tapi hanya adik saya yang bisa menemani, transport Jakarta-Denpasar memang mahal.. Ingin sekali dandan di salon, tapi sepertinya bedak saja sudah cukup.. grin emotikon
Terimakasih untuk semua dukungan selama ini..
Salam, Reqgi
4 notes · View notes