Tumgik
storynis · 2 years
Quote
"Aku mungkin kehilanganmu. Tapi aku menemukan diriku dalam versi terbaik"
Somewhere
0 notes
storynis · 4 years
Text
It is hard to start
It is harder to stay
Is it the hardest to end?
0 notes
storynis · 5 years
Text
Simpuh
Ku ingin bebas
Merajut asa tuk ungkap jati diri
Tapi ada sekat yang terikat
Ada batas yang tak bisa lepas
0 notes
storynis · 6 years
Quote
Saat sang fajar tiba Raut langit begitu mempesona Terkadang kita lupa Kepada siapa diri ini seharusnya mencinta ————————————————— Saat senja menepi Nikmatnya bagai meneguk kopi Sepertinya kita lupa lagi Kepada siapa diri ini seharusnya jatuh hati ————————————————— Saat sepertiga malam menunggu Dunia terasa sepi nan lugu Semoga kita tak lupa melulu Kepada siapa diri ini seharusnya merindu
—Me
0 notes
storynis · 6 years
Conversation
Merely Offline
Tumblr: The internet evaporated.
Me: LOL. Ku kira cuma air, cuka, aki etc. yg bisa evaporated, ternyata internet juga bisa ya. Great!
0 notes
storynis · 6 years
Text
Milenial Era
Celotehan wanita yang menuju seperempat abad dikasih kesempatan hidup di dunia.  Saat ini, sedang banyak disebut oleh manusia-manusia yaitu ‘generasi milenial’. Sebenarnya, kata tersebut sudah lama ada dan bersemayam di beberapa otak manusia bahkan pada teori sebelumnya. Tapi, akibat packaging yang kekinian seolah istilah tersebut adalah hal baru yang semua orang wajib tahu.
Menurut salah satu sumber, generasi milenial adalah generasi yang lahir dari mulai tahun 1990 sampai dengan saat ini, truly including me #stillyoung. Entah bagaimana awalnya, muncullah istilah baru yang billingual yaitu ‘kids jaman now’. Sebenarnya tidak banyak berbeda antara kids jaman ancient sama kids jaman now itu, cuma dua, gadget dan internet. Hebatnya, kedua itu bisa mengubah sedemikian signifikannya. Sebagai contoh, dulu sore-sore hanya si aku, si teman, dan kopi. Sekarang hanya ditambah dua komponen, si aku, si teman, kopi, gadget dan internet. Efeknya begitu terasa, dulu si aku sama si teman ngobrol sambil sesekali neguk kopi. Sekarang si aku sibuk cari angle kopi biar bagus di foto cekrek buat feed instagram, si teman siapin buat record storyrgam bahwa kita lagi ngopi kemudian mikir lama browsing sekedar cari caption yang tepat tentang kopi, bawa-bawa rindu dan senja yang menjadi teman setia. Dulu si aku dan si teman bisa ngobrol segudang cerita, sekarang juga masih segudang Cuma ukuran gudangnya memang lebih sempit dari yang dulu.
Ketika berbicara pandangan selalu saja ada yang bersebrangan, lah itu memang yang menarik, biar ada bahan obrolan kan? Kalo setuju jadi ga panjang ceritanya karena pada hakikatnya, hidup ini berusaha menuju ‘kesetimbangan’.
Well, satu perspektif dari segi informasi dan komunikasi yang begitu mudah kita perolej, merajalela hoax atau dalam arti bahasa yaitu berita bohong. Ini sangat meresahkan masyarakat dan seluruh kalangan, bahkan mungkin mereka sendiri. Hal itu membuat kita susah sekali memperoleh info yang trustable bahkan, kalau kita dapat informasi yang even baik, kita masih mikir this is true or not? Better to share or not? Ujung-ujungnya kita malah jadi apatis. Ga peduli dengan permasalahan yang ada karena kita hanya bisa berpendapat dalam diam, benci dalam diam, pun setuju dalam diam.
Satu yang menarik ditelaah yaitu adanya pergeseran pencapaian/cita-cita di era teknologi informasi ini. Sumber menyebutkan bahwa anak sekolah cenderung ingin menjadi artis, youtuber, influenzer, selebgram, dan sejenisnya. It is good, isn’t it? Selama itu merupakan konten yang baik, why not? Tapi, mungkin ada beberapa cara yang tidak baik yang dilakukan sebagian orang untuk menjadi terkenal, awk.
Itu semua baik. Tapi, pernah gak sih doing contemplation dalam kesendirian melihat bahwa ada beberapa hal yang berubah, yang maknanya menjadi tidak utuh. Bahwa, kalau kita bahagia sendirian adalah hal biasa, kalo kita bahagia bareng kawan dan keluarga itu luar biasa, tapi kalau kita menjadi alasan seseorang untuk bisa menjadi bahagia that’s literally awesome, guys. Bahkan, kita kadang ngelakuin sacrifice untuk hal tersebut.
Dalam beberapa pertemuan dengan siapapun itu, di antara mereka akan ada yang selalu bawa handphone, eh smartphone di genggamannya, akan ada yang selalu update storygram, akan ada yang selalu cari spot foto yang bagus untuk dipost di sosial medianya yang kemudian #mikirlama untuk sekedar cari caption yang cocok untuk disandingkan dengan foto, sok bijak bawa-bawa senja dan rindu, eh itu aku, akan ada ruangan yang sepi meski beberapa orang mengisi space itu, akan ada yang resah karena low battery melanda, atau sekedar membaca informasi kemudian membela diri.
This is not (only) you. But, this is us. Bukan menyatakan jaman yang semakin menggila, tapi hakikatnya kita harus membatasi diri karena kita punya privasi. Apa yang kita unggah dalam media sosial adalah sebuah konspirasi dari apa yang orang ingin tahu tentang kita di tambah seoonggok inspirasi dan keberbagian, informasi yang ingin kita sampaikan kepada orang lain, dan secercah showing-up. Tapi, one thing for sure, kita kadang stalk kehidupan seseorang, dua orang, banyak orang dan unintentionally kita akan bandingkan dengan kehidupan kita yang lalu, hari ini, atau ke depannya. Hal tersebut membuat kita beruccap syukur akan kehidupan yang diajalani saat ini. Tapi ga sedikit yang malah merasa rendah diri, berasa receh akan pencapaian diri. Padahal nih, the point is semua orang itu sama, merasa sedih, senang, galau, cemas, butuh istirahat, butuh hiburan, butuh makan, yang berbeda adalah bagaimana dia mengemas hal tersebut dalam suatu bingkai yang ketika orang lain melihat bisa langsung menilai. Bukannya orang yang jarang update adalah yang tidak eksis? Bukannya orang yang selalu update adalah yang sibuk? Sesimple itukah menilai seseorang? Janganlah terlalu memikirkan eksistensi kehidupan kita di mata manusia, apalagi di dunia maya, yang ketemunya hanya sekejap mata.
Pernah gak sih bandingin rasio kita pegang smartphone dan pegang Al-Qur’an? Pernah gak sih nge-stopwatch translate journal, memahaminya berulang kali dengan menelaah dan memahami ayat Al’Qur’an? Pernah gak sih kita komentar segampang itu di media sosial, tapi acuh kalau ada sampah di depan mata? Keren bagi mereka yang bisa mengoptimalkan penggunaan gadget untuk kehidupan bermasyarakat.
Terkadang kita banyak lupa bahwa kita hidup tidak di dunia saja. Karena berdasarkan hadist, jika kita menginginkan dunia maka akan Allah berikan, jika kita menginginkan akhirat maka keduanya akan Allah berikan. Semoga kita senantiasa menjadi orang yang beruntung. Aamiin
0 notes
storynis · 6 years
Text
Distraksi Diksi
Ada hal yang saya pribadi kurang begitu suka tapi terkadang saya juga masih ikut terlibat dalam hal ini, entah itu apa namanya saya menyebutnya distraksi diksi. Perspektifku, suatu hal yang salah mekipun hanya sebuah candaan, kemudian hal itu berlangsung secara spontan dan menjadi kebiasaan, lama kelamaan akan menjadi pembenaran. Berawal dari kata tercyduq, awalnya kata tersebut sering sekali ditulis di portal media online dan offline suatu berita. Beberapa oknum membuatnya menjadi lucu nan lugu sehingga merambat banyak kata lerlylyt, terpelatuque, dsb.
Ini terlihat sepele bahkan beberapa orang menulisnya dalam tulisan informal, tapi coba bayangkan hal tersebut menjadi kebiasaan, bagaimana kita akan mempertahankan bahasa sedangkan kita para manusia nya saja tidak mengindahkan kaidah kata. Hal ini mungkin sepele dan tidak dilarang, karena kita pun dalam berbicara menggunakan kata yang kadang tidak formal, misal gak, dll. Jika hal itu berkelanjutan, kemudian konsumen adalah anak-anak sekolah, kuliah bahkan orang kerja sekalipun akan memeasuki alam bawah sadarnya dan akan sulit diubah nantinya. Untuk apa ada pelajaran sastra dan bahasa Indonesia jika tidak ada aplikasinya? So You Guys, keep our bahasa as good as they are.
0 notes
storynis · 6 years
Text
A bit About IELTS
Sedikit aneh mendengar kata IELTS di akhir tahun 2015, weird, pun susah dilafalkan, tapi sounds strange tersebut membuatku penasaran untuk menelusuri dengan pertanyaan simpel, “tes macam apa sih itu, kekmana?” setelah ditelusuri dan akhirnya menulis tulisan ini di akhir tahun 2017.
Sebagai catatan bahwa belajar IELTS secara mandiri (baca sources dari buku, artikel, modul hardcopy, download e-book and softfile di internet) itu bisa banget. Tapi, setiap orang memiliki perbedaan adopsi materi pembelajaran, ada yang work team, individu, audio, visual, fast learner or (not) fast learner. Karena push sendirian untuk belajar itu butuh energi lebih besar daripada ikut kelas atau nerima tugas dari tutor. Jadi hal tersebut merupakan pertimbangan untuk mengambil courses, walaupun pada akhirnya akan berjuang sendiri, setidaknya ada kawan yang menemani (process to progress).
So i decide to take IELTS courses somewhere on East Java.
IELTS (International E L Test Systems) adalah sebuah sistem penilaian yang distandardisasi oleh ........... tujuan, fungsi, lembaga, jenis
Karena kebanyakan kita sudah dan lebih tahu tentang TOEFL, mungkin saya ingin sedikit memberi gambaran tentang perbedaan keduanya. Persamaannya satu, mereka adalah alat untuk mengukur kemampuan bahasa inggris kita, dibutuhkan dalam melamar pekerjaan, sekolah, beasiswa, atau sejenisnya.
Well, untuk part dalam TOEFL terbagi menjadi tiga, yaitu Listening, Reading, dan Structure, sedangkan untuk IELTS terbagi menjadi empat, Listening, Reading, Speaking, dan Writing. Ada 2 komponen penambahan dalam IELTS, untuk Structure ini karena grammar makanya sudah terdistribusi di setiap sesinya. Dalam pengerjaannya, IELTS ini essay-oriented, bukan lagi multiple choice seperti pada TOEFL. Untuk TOEFL IBT mungkin ada writing, ya hampir sama. Bedanya hanya di bagian speaking saja.
Pada bagian reading, TOEFL hanya menyediakan multiple choice di setiap nomornya, sedangkan pada IELTS terdiri dari 40 soal dan dibagi menjadi 3 passages. Ada beberapa jenis soal yaitu matching dan heading paragraph, essai singkat, yang seluruhnya butuh pemahaman tingkat tinggi karena (biasanya) jawaban tidak langsung ada dalam word yang sama melainkan pemahaman kalimat maupun paragraph.
Pada bagian listening, TOEFL juga menyediakan multiple choice yang pertanyaannya disebutkan sama audio, like “what does the woman mean?”, sedangkan ada 3 sections dalam IELTS dan memiliki beberapa jenis soal, yaitu essai singkat, denah, matching, ejaan, pun multiple choice. Untuk multiple choice, matching, dan denah biasanya kita harus paham maknanya bukan hanya words yang ada di conversation.
Pada bagian writing IELTS ada 2 part, part 1 yaitu interpretasi data. Disediakan gambar dalam bentuk chart, tabel, grafik atau proses yang kemudian kita harus membuatnya menjadi paragraf dengan jumlah 100 kata. Terdengar mudah bukan? Namun, kita harus mengemasnya dalam paragraf yang menarik, tidak monoton, efisien, dan mudah dibaca. Sedangkan untuk part 2 yaitu personal opinion. Disediakan masalah umum mengenai aspek yang spesifik, misalnya pendidikan, ekonomi, teknologi, informasi, atau kebijakan publik, yang setidaknya setiap orang pasti memiliki pendapat dalam hal tersebut. Consequently, kita harus punya banyak vocab, entah verb, conjunction, which is formal. Contoh:
Terakhir yang berbeda dari TOEFL yaitu ada bagian speaking, karen biasanya tujuan kita untuk going overseas atau berinteraksi dengan expatriat, at least kita harus komunikasi dong. Nah pada IELTS, ada 3 part, part 1 tentang personal information diri kita, seperti nama alamat hobi, part 2 yaitu telling story selama kurang lebih 2 menit dalam menyampaikan pandangan tentang suatu hal, misal ceritakan tentang orang yang kamu kagumi, ceritakan tentang restoran yang pernah dikunjungi, sedangkan part 3 yaitu opini dan problem solving terhadap suatu masalah, biasanya berkaitan dengan part kedua, misal apa sih bedanya cafe dan restoran? Mengapa anak-anak muda lebih memilih pergi ke kafe daripada makan di rumah masing-masing? Disini pun kita harus punya banyak vocab, kebayang kalo pertanyaanya “do you?” terus kita hanya jawab “yes I do” terus. Hihi.
Simple suggestion dari saya, sebelum melangkah belajar IELTS, alangkah baiknya melakukan self-preparation tentang komponen english itu sendiri, simply like vocabulary, expression, paraphrasing/synonims, karena sudah termasuk dalam advance test, oleh karena itu kontennya tidak hanya dasar saja melainkan sudah meta-cognitif (paansih). Hal-hal seperti grammar sudah harus ada di luar kepala (re:paham), eh di dalam kepala maksudnya. Seperti teori belajar dari ... tahapan pertama yaitu menghafal, tahapan kedua yaitu mengerti. Jadi kita harus mengerti, bukan hanya ingin dimengerti #eaaaaaaaaaa
Banyak banget sumber tentang IELTS ini di internet, mulai dari youtube, blog, e-book, artikel. They have their own perspective untuk membahas IELTS itu sendiri jadi jangan bingung ketika menemukan perbedaan, kalau ditelaah prinsipnya tetap sama. Reveal the best of your best to get the best.
Untuk waktu belajar, it’s genuinely depending on learners. Tiap individu pasti beda, ada yang cukup beberapa bulan, ada yang setahun, pun bertahun-tahun. Dan pada tes IELTS ini tidak ada kata gagal, namun hanya belum mencapai target. Jadi, selalu ada kesempatan untuk mengejar target.
Because a bit is relatives.
0 notes
storynis · 6 years
Text
Pare, place for living temporarily
Ada sebuah cerita tentang sebuah rural nun jauh disana, sebut saja Pare daerahnya, kampung inggris terkenalnya. Berada di salah satu kabupaten di Jawa Timur, Kediri namanya. Berawal dari couriusity tentang kayagimana sih kampungnya? Is that really english in every aspect? Everytime?
Once upon a time, I’ve been there.
IELTS yang bikin aku penasaran membuat saya pergi kesana. Mengajar privat kimia di Bandung pun saya tinggalkan huhuhu demi cita ceunah wkwk.
Banyak sekali cerita disana karena kita bertemu banyak lapisan tipe tujuan manusia berada disana, secara umum sih ada dua literally kursus untuk mengejar scholarship, masuk PTN, pelatihan pramugari, pilot, cruise ship, tutor english  dan partially kursus (sambil liburan dan memenuhi rasa penasaran) wkwk ada beberapa lembaga yang membuka bahasa lain misalnya B. Arab dan B. Jerman.
Disana kita akan bertemu dengan orang-orang yang luar biasa, dengan mimpi-mimpi dan target mereka dalam pencapaian ke depannya. Kita bisa ikut merangkai cita bersama, terlibat dalam setiap langkah perjuangan yang ingin dicapai bersama. Generally, mereka disana untuk belajar english, whether it’s TOEFL, IELTS, speaking, coaching, job interview, penelitian, dll. Insya Allah baik semuanya.
Kampungnya, seperti kampung pada umumnya dengan beberapa gang diantaranya. Masjid, cafe, photo studio, travel agent, salon, lapang futsal, ada. Disana ada 2 tipe homestay, (1) camp, which is full of rules yang salah satunya 24 hours spoken english including banyak program menarik di dalamnya kaya public speaking, gathering morning and evening class. (2) Kosan, seperti pada umumnya. Untuk harganya beragam, kisaran 200 sampai 500. Untuk camp biasanya kamarnya diisi lebih dari satu orang, supaya menstimulus kita making conversation juga. Kalo sendiri mau ngobrol sama siapa? Si doi? Kalo punya, kalo gak masa sama tembok *peace*
Untuk program kursus di lembaga bisa memilih sesuka hati, ada puluhan bahkan mungkin ratusan tempat saya ga menghitungnya. Bisa pula daftar di berbagai tempat dengan waktu yang masing-masing tepatm sehingga tidak ada jam yang bentrok. Kita bisa pilih sesuai kemampuan dan kebutuhan kita. Semisal anak SMP mungkin butuh basic speaking, basic vocab. Sedangkan untuk jobseeker mungkin bisa memilih job interview. Untuk harga kursusan variatif, berkisar 50k-250k per dua minggunya untuk satu program. Ada juga paket yang sebulan dengan harga yang berbeda lagi tentunya.
Makanan disana taste good untuk beberapa tempat karena mungkin cita rasa setiap daerah berbeda saja. Bagi mereka yang picky-eater agak susah mendapatkan makanan yang sesuai selera, tapi bagi mereka yang lapar bisa makan apasaja haha. Banyak sekali warung makan, tapi prefer cooking by yourself sih if possible. Kisaran makan di warung itu 5k-20k untuk versi makan normal.
Interestingly, kita bisa menemukan mini Indonesia disana karena semakin banyak kursus yang diambil maka semakin banyak teman baru. Mereka datang dari segala penjuru, Sumatra sampai Papua, surely at least kamu punya temen baru di setiap pulau besar di Indonesia. It is cool, isn’t it? Kita bisa tahu adat istiadat, habit, culture mereka entah di dalam kelas ataupun di luar kelas. Lucunya, pengucapan english tiap suku berbeda-beda, that’s making funnier.
Based on my mini-reasearch (sekedar analisis pribadi) ada dua perspektif yang belajar disana. Seperti yang disebut di atas, first, literally kursus ya bagi mereka yang hanya fokus belajar english dengan waktu tertentu sehingga mereka weekdays (pembelajaran Senin-jum’at) belajar di kursusan masing-masing, saat weekend mereka habiskan dengan belajar lagi biasanya teamwork sih atau sekedar jogging kemudian istirahat dan menyiapkan kembali untuk senin depan. The second is partially kursus, karena saya salah satu penganutnya, Im pretty sure that life should be balance maka ketika weekdays kita belajar banyak tanpa harus unggah foto, weekend kita habiskan liburan dengan travel ke tempat yang belum pernah dikunjungi karena weekend is time for escape. Sebenarnya kita banyak belajar saat traveling, seperti quotes “work fill your pocket, adventure fill your soul” ada jiwa yang harus diisi oleh fresh mind supaya kita tetap bertahan dengan segala tantangan ugh. Selain itu, dalam kegiatan travel ini kita bisa bertemu beberapa native yang kita bisa aplikasikan speaking directly sama mereka. Nothing’s better, semua adalah pilihan. Beberapa candi, taman, dan mall di daerah Kediri, Batu Malang dan segala kesejukannya, Banyuwangi dengan Kawah Ijennya, serta Bali dan keindahan pantainya menjadi bagian dari pijakan kaki ketika saya disana. It’s worth.
Korelasi dengan judul, karena kita berada disana untuk tujuan tertentu, maka Pare is a place for living temporarily. Disana kita bisa merasa begitu nyaman atau begitu gelisah, maka pulanglah jika sudah saatnya. Karena disana kita hanya menemui teman, yang akan berpisah kembali, kalo kamu suka sama seseorang, pikirlah dua kali, karena kalian akan berpisah lagi.
0 notes
storynis · 6 years
Text
Introvert itu (k)aku
Are you introvert? Ekstrovert? Or ambivert?
Didn’t know who you are? Take your mirror! Wkwk 
Menurut psychologists, ada kecenderungan manusia dalam bersikap. Hal tersebut memunculkan klasifikasi kepribadian manusia menjadi dua bentuk yaitu introvert dan ekstrovert. Ambivert is like you are exactly in the middle of introvert-extrovert spectrum. Karena memiliki pribadi yang benar-benar balance itu kemungkinannya kecil dan jarang ditemukan maka generally hanya dua tipe kepribadian. Selain itu, penelitian tentang ambivert juga jarang, bisa dicoba tuh anak psikolog.
Menurut Susan Cain, penulis buku Quiet: The Power of Introverts in a World That Can’t Stop Talking, introvert yaitu sikap seseorang yang mengumpulkan energinya dari dalam diri sendiri. Sedangkan ekstrovert yaitu sikap seseorang yang mengumpulkan energi dari luar dirinya. Artinya, orang-orang introvert memang butuh waktu sendiri lebih banyak untuk mengumpulkan energi daripada ekstrovert. Sehingga wajar jika orang-orang introvert tidak lebih sering berkumpul dengan kawan, energi mereka justru tersedot oleh keramaian. Sedangkan pribadi ekstrovert justru menyukai kondisi ramai karena merupakan energi besar bagi mereka.
Tumblr media
Introvert itu seorang pemerhati dan pemikir hebat, ketika masuk atau berada di lingkungan yang baru, maka introvert cenderung diam dan menganalisis lingkungan sekitar. Muncul permasalahan ketika si ekstrovert men-judge introvert sebagai pribadi yang kaku, sombong, tak suka bergaul, nyatanya memang seperti itu, apalagi dengan orang baru. Karakternya yang tidak bisa basa basi bahkan untuk memulai suatu pembicaraan. Berbeda sekali dengan seorang ekstrovert yang begitu mudahnya bersosialisasi dengan orang baru. Padahal menurut Cain, tak ada yang salah dari keduanya. Menurutnya, everyone has their own spectrum pun tetap bisa cemerlang dengan menjadi dirinya sendiri. Justru, pemaksaan menyeberang karakter yang dialami orang-orang introvert akan berdampak buruk pada pengembangan dirinya. Introvert yang lebih suka berkontemplasi tetap menomorsatukan aksi.
Furthermore, I found another type of personality. Beberapa jenis kepribadian baru, ada 16 tipe, jika ingin tahu apa tipe kita bisa check di website 16personalities.com teriseng analyse my personality dan hasilnya INFJ, Introversion-Intuition-Feeling-Judging, digambarkan secara rinci tidak hanya  ektrovert or introvert, di situ ada tab untuk kita mengetahui kepribadian kita dengan mengisi beberapa soal secara jujur, karena itu tidak ada salah atau benar makanya kita hanya mengisi sesuai dengan how we are. 
These are kind of personality type. Found who you are. So much fun!
Tumblr media
source: agileleanlife.com
0 notes
storynis · 6 years
Text
The Version of  Me
I’m a dad’s little girl, as always, will be always.
Masa kecilku sama kaya kalian yang asik pada jamannya (era 90-an) dengan banyak permainan tersedia dan terpikirkan oleh kita, macem main karet, gobak sodor, engklek, tos kartu, petak umpet, ucing-ucingan dll. dan simply teman ke rumah sambil bilang, “Aniiiiiiss, main yuk”. Tanpa pikir panjang dan banyak alasan pun langsung menyambar mereka. Makan tebu di sawah dekat rumah yang kemudian diteriaki oleh mandor wkwk, dicari orang tua karena tak tahu anaknya main di belahan gang bagian mana. It was completely fun!
Membuat orang tua bangga ketika di sekolah menjadi hal yang luar biasa, it was so blessed. TK sampai SMP dengan segala suka duka prestasinya. Ketika SMA, harus kos karena jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh. Unfortunately, aku bukan tipe orang yang betah di rumah, bukannya kangen rumah saat kos, malah jarang pulang. Bisa dihitung saat pulang ke rumah itu berapa kali, tapi gak saya hitung sih. Surely pas moment liburan dan kalau limit uang. HeHe
Setelah SMA saya langsung move ke Jakarta untuk beberapa bulan saja, the crowdest area. For the first time, berada di ibukota, sendiri. Asikin aja. Berlalu lalang dengan KRL ke tanah abang, kota tua, naik Bajaj muterin kota, belum ada ojek online disana 5 tahun berlalu. Awal Desember 2017 kesana lagi untuk sekedar melihat Jakarta, masih sama, still crowded, bedanya lebih banyak motor yang pakai jaket hijau, ojek online. Disana waktu itu saya berjuang mungkin saja bisa mengenyam pendidikan di salah satu kampus di Bintaro, tapi nyatanya jodoh kampus saya di Bandung euy, eventually.
Karena pengumuman masuk universitas di Bandung itu saat sedang berada di Jakarta, I still remembered those hard days. Perantau pemula ini pergi dengan seonggok nekat dari Jakarta ke Bandung bareng temen untuk sekedar cari kosan di daerah Setiabudhi (Gegerkalong, Gegerasih, Gegersuni, Gegerarum, Geger banget wk). The most memorable moment itu ketika hari sudah larut dan tidak mungkin untuk balik ke Jakarta, so kami harus bermalam di Bandung. Untuk penginapan berapa duit? Pikirku. Jadi kita memutuskan untuk tidur di Masjid Raya Bandung. How awesome it is! Kalo sekarang udah banyak penginapan tinggal klik klik di smartphone. Dulu, ya wajarin ajalah ya mana pikir saya kesitu, android juga sepertinya belum sampai ke Indonesia. Akhirnya kita muhasabah di masjid untuk beberapa menit saja, lebih banyak tidurnya sih, maap ya. Sangat disayangkan dulu belum ada taman hijau macam sekarang banyak yang swafoto disana. Huft. But, it’s still worth. Aku belajar sedikit what is sacrifice.
Be grateful selalu dipertemukan dengan orang baik.
So i spend my four valuable years di UPI Bandung jurusan Pendidikan Kimia dan lulus di tahun 2016. Yay.
Kata orang, be the best version of yourself! But, I slightly disagree with this quote or even motto. Karena terkadang yang baik menurut kita belum tentu baik menurut orang lain, dan agama kita sendiri. Kenapa menyangkut agama? Karena sejatinya hidup ini memiliki batas keteraturan yang salah satu pondasinya adalah keyakinan. For me, the better is “be the best version of your religion”! Tapi sepertinya agak cenderung religius ya. HeHe. Seperti itulah adanya, meski kita memiliki hak bebas dalam menentukan aturan hidup kira, tetap ada batasan yang Tuhan berikan. Untuk hal-hal kecil saja yang menurut kita baik bahkan sering kontradiktif dengan teman, saudara, atau orang tua.
0 notes
storynis · 6 years
Photo
Tumblr media
Ada sebongkah rindu yang mencair bersama gemericik gerimis di senja ini
Bersamanya, ada secercah kilat harapan yang mengagetkan
Membuatku tersentak untuk tetap membarakan semangat
Karena ku tau, walaupun beratus mil jarak memisahkan, tak akan menyudutkan setiap untaian kata dalam doa
- Anis Khoirunn -
0 notes
storynis · 7 years
Conversation
Lack of understanding ...
Adik : Teh, lampu belum dinyalain?
Kakak : Belum. Lupa.
Adik : Teteh anak kimia ya?
Kakak : Iya.
Adik : Pantesan suka lupa.
Kakak : #@&%#^@$#!^$&
0 notes
storynis · 7 years
Quote
Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki pemuda
Tan Malaka
0 notes
storynis · 9 years
Text
Ilustrasi Kasus Diagnostik Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan salah satu hambatan dalam proses pembelajaran. Telah dipaparkan mengenai konsep dasar diagnostik kesulitan belajar dan langkah-langkah operasional dalam menanganinya dalam Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar. Berikut akan dipaparkan contoh ilustrasi kasus kesulitan belajar yang perlu didiagnostik serta langkah operasional dalam menanganinya.
1. Identifikasi Kasus
A. Tujuan: mendiagnostik siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
B. Langkah-Langkah Menandai siswa dengan membandingkan posisi atau kedudukan prestasi siswa dengan prestasi kelompok / kriteria tingkat keberhasilan yang telah ditetapkan.
Teknik :
(1) Meneliti nilai hasil ujian semester yang tercantum dalam laporan hasil belajar (rapot) kemudian membandingkannya dengan nilai rata-rata kelompok / kriteria yang telah ditentukan.
(2) Observasi
2. Identifikasi Masalah
A. Tujuan: menentukan atau melokalisasikan pada bidang studi apa dan pada aspek mana siswa tersebut mengalami kesulitan
Pada tahap ini kerjasama antara konselor, wali kelas, guru bidang studi akan sangat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajarnya.
Cara dan alat yang dapat digunakan, antara lain:
a. Cara langsung
1. Tes diagnostik bidang studi 2. Hasil ujian siswa sebagai bahan untuk dianalisis 3. Memeriksa buku catatan atau pekerjaan siswa
Selain itu, bisa dilakukan kerjasama dengan orang tua atau pihak lain yaitu dengan cara :
1. Menggunakan tes diagnostik yang sudah standar 2. Wawancara khusus oleh ahli yang berwewenang dalam bidang ini. 3. Observasi 4. Wawancara : guru pembimbing, wali kelas, orangtua teman
3. Identifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
a. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang berasal dalam diri siswa itu sendiri. Hal ini antara lain, disebabkan oleh:
Kelemahan fisik, pancaindera, syaraf, cacat, sakit, dan sebagainya.
Kelemahan mental: faktor kecerdasan, seperti inteligensi dan bakat yang dapat diketahui dengan tes psikologis.
Gangguan-gangguan yang bersifat emosional.
Sikap kebiasaan yang salah dalam mempelajari materi pelajaran.
Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar yang dibutuhkan untuk memahami materi pelajaran lebih lanjut.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, sebagai penyebab kesulitan belajar, antara lain:
Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk aktif antisipatif (kurang memungkinkan siswa untuk belajar secara aktif “student active learning”).
Sifat kurikulum yang kurang fleksibel;
Beban studi yang terlampau berat;
Metode mengajar yang kurang menarik;
Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar;
Situasi rumah yang kurang kondusif untuk belajar.
4. Prognosis/Diagnosis
Pada langkah ini, dapat menyimpulkan tentang:
Apakah siswa masih dapat ditolong untuk dapat mengatasi kesulitan belajarnya atau tidak ?
Berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa tersebut ?
Kapan dan di mana pertolongan itu dapat diberikan ?
Siapa yang dapat memberikan pertolongan ?
Bagaimana caranya agar siswa dapat ditolong secara efektif ?
Siapa sajakah yang perlu dilibatkan atau disertakan dalam membantu siswa tersebut, dan apakah peranan atau sumbangan yang dapat diberikan masing-masing pihak dalam menolong siswa tersebut ?
5. Referal
Pada langkah ini, menyusun suatu rencana atau alternatif bantuan yang akan dilaksanakan. Rencana ini hendaknya mencakup: cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan belajar yang dialami siswa yang bersangkutan dan menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang lagi.
a. Pengajaran Remedial Suatu proses kegiatan pelaksanaan program belajar mengajar khusus bersifat individual, diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar, yang bersifat mengoreksi (menyembuhkan) siswa yang mengalami gangguan belajar tersebut sehingga dapat mengikuti proses belajar mengajar secara klasikal kembali untuk mencapai prestasi optimal.
b. Prosedur Pengajaran Remedial
Dalam pelaksanaannya, pengajaran remedial mengikuti prosedur, sebagai berikut:
(1) Penelaahan Kembali Kasus Guru menelaah kembali secara lebih dalam tentang siswa yang akan diberi bantuan. Guru menelaah lebih jauh untuk memperoleh gambaran definitif tentang siswa yang dihadapi, permasalahannya, kelemahannya, letak kelemahan, penyebab utama kelemahan, berat ringannya kelemahan, apakah perlu bantuan ahli lain, merencanakan waktu dan siapa yang melaksanakan.
(2) Alternatif Tindakan Alternatif tindakan disesuaikan dengan karakteristik kesulitan siswa. Alternatif pilihan tindakan bagi kasus yang mendapatkan kesulitan di dalam belajar, maka langsung saja melakukan remedial, dan jika ditemukan kasus yang memiliki kesulitan belajar dan memiliki masalah di luar itu, seperti masalah sosial psikologis dan sebagainya, maka sebelum diremedial kasus harus mendapatkan layanan konseling, layanan psikologis dan atau layanan psikoterapis terlebih dahulu.
(3) Evaluasi Pengajaran Remedial Pada akhir pengajaran remedial perlu dilakukan evaluasi, seberapa pengajaran remedial tersebut meningkatkan prestasi belajar. Tujuannya untuk mencapai tingkat keberhasilan 75% menguasai bahan. Jika belum berhasil, kemudian dilakukan diagnosis kembali, prognosis dan pengajaran remedial berikutnya; demikian seterusnya sampai beberapa siklus hingga tercapai tingkat keberhasilan tersebut.
Alternatif tindakan (langkah 2) dapat berupa: Mengulang bahan yang telah diberikan dan diberi petunjuk-petunjuk: (1) Memahami istilah-istilah kunci/pokok yang ada dalam materi. (2) Memberi tanda bagian-bagian penting yang merupakan kelemahan siswa. (3) Membuat pertanyaan-pertanyaan untuk mengarahkan siswa. (4) Memberi dorongan dan semangat belajar. (5) Menyediakan bahan-bahan lain untuk mempermudah. (6) Mendiskusikan kesulitan-kesulitan siswa.
Memberi kegiatan lain yang setara dengan kegiatan belajar mengajar yang sudah ditempuh. Disini dimaksudkan untuk memperkaya bahan yang telah diberikan kepada siswa, misalnya: (1) Kegiatan apa yang harus dikerjakan siswa; (2) Bahan apa yang dapat menunjang kegiatan yang sedang dilakukan; (3) Bagian mana yang harus mendapat penekanan; (4) Pertanyaan diajukan untuk memusatkan pada inti masalah; (5) Cara yang baik untuk menguasai bahan.
Tindakan yang berupa referal Jika kesulitan belajar disebabkan oleh faktor sosial, pribadi, psikologis yang di luar jangkauan guru, maka guru melakukan alih tangan kepada ahli lain, misalnya: konselor, psikolog, terapis, psikiater, sosiolog, dan sebagainya.
c. Pendekatan dan Metode Pengajaran Remedial Ada tiga pendekatan pengajaran remedial, yaitu:
1. Pendekatan Pencegahan (preventive approach) Sebelum proses belajar mengajar dimulai guru seharusnya berusaha dengan berbagai cara untuk mengetahui kondisi awal para siswa, dan memprediksi beberapa siswa yang mungkin akan mengalami kesulitan. Dengan demikian, guru dapat mencegah kesulitan berkembang secara berlarut-larut dengan menggunakan multi media, multi metode, alat peraga yang lengkap dan gaya mengajar yang menarik dalam proses belajar mengajar.
2. Pendekatan Penyembuhan (curative approach) Pendekatan ini diberikan terhadap siswa yang nyata-nyata telah mengalami kesulitan dalam mengikuti proses belajar mengajar. Gejalanya, prestasi belajar sangat rendah dibandingkan dengan kriteria, misalnya 75% penguasaan bahan.
3. Pendekatan Perkembangan (developmental approach) Guru dituntut senantiasa mengikuti perkembangan siswa secara sistematis. Caranya, guru secara terus menerus memonitor kegiatan siswa selama proses belajar mengajar. Setiap menemui hambatan, segera dipecahkan bersama siswa secara terus menerus.
Implikasi
Sebagai seorang calon guru, dituntut tidak hanya mengajar dan mentransfer ilmu kepada siswa namun bagaimana proses transfer itu berjalan lancar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai oleh selurus siswa yang ikut proses pembelajaran. Dalam pelaksanaanya, pasti ada hambatan dalam merealisasi hal tersebut diantaranya adalah kesulitan belajar siswa. Guru harus mampu mendiagnostik masalah belajar serta melakukan langkah-langkah operasionalnya dibantu dengan konselor agar dapat menepis hambatan-hambatan tersebut sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. 
Referensi
Hakim, Thursan. (2005) Belajar secara Efektif: Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. 
 Petersen, Lindy. (). Bagaimana Memotivasi Anak Belajar. Jakarta : Grasindo.
0 notes
storynis · 9 years
Text
Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar
A. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menimbulkan hambatan dalam proses belajar seseorang. Hambatan itu menyebabkan orang tersebut mengalami kegagalan atau setidak-tidaknya kurang berhasil dalam mencapai tujuan belajar. Dari pengertian kesulitan belajar di atas jelaslah bahwa salah satu hal yang bisa dijadikan kriteria untuk menentukan apakah seseorang mengalami kesulitan belajar adalah sampai sejauh mana ia terhambat dalam mencapai tujuan belajar.
Kecenderungan anak-anak yang mengalami kesulitan belajar
Anak-anak penyandang kesulitan belajar mungkin memiliki lebih banyak alasan untuk merasa marah, dan lebih sulit bagi mereka untuk mencari cara untuk mengatasi amarah. Lazimnya, anak-anak “menyalurkan” amarah secara fisik, melalui kegiatan olahraga. Jika masalah dalam merencanakan aktivitas motorik atau kesulitan dalam koordinasi mata-tangan membuat kompetisi yang berhasil tidak mungkin dicapai, hilanglah suatu arena untuk menguasai agresi, demikian pula sumber potensial untuk menumbuhkan diri. Mereka lebih sulit memandang belajar sebagai cara untuk mengelola agresi atau mencari penyaluran lain yang bisa diterima. Dengan pengetahuan, dunia yang besar terasa kecil dan bisa dihadapi.
Anak-anak penyandang kesulitan belajar cenderung memanfaatkan metode-metode yang lebih ekstrem dan kurang adaptif untuk menepis kegelisahan dan perasaan sedih. Mereka seringkali menggunakan masalah-masalah kognitif mereka untuk menghindari kemarahan. Penyangkalan, suatu pertahanan yang didukung oleh kemampuan daya tangkap mereka yang buruk atau terganggu, dan juga pengalaman fenomenal dan ‘ketidakmampuan melihat’, adalah metode yang banyak dipakai. Orang tua mereka, yang tidak ingin lagi merasa terluka dan marah pada si anak –yaitu pengalaman yang muncul akibat diagnosis kesulitan belajar– juga menggunakan penyangkalan. Anak-anak mengidentifikasi diri dengan gaya defensif orang tua mereka. Sesuatu yang dimulai sebagai penyangkalan terhadap masalah-masalah belajar seringkali meluas menjadi cara untuk menepis segala gangguan emosi.
Anak-anak penyandang kesulitan belajar memusatkan perhatian pada bidang-bidang yang mereka kuasai secara unggul dibandingkan anak-anak yang lain.
Anak-anak penyandang kesulitan belajar cenderung mengeluarkan perasaan-perasaan mereka. Mereka mungkin berusaha bersikap kejam kepada orang lain yang mereka anggap korban, seakan-akan untuk mengatakan, “Bukan aku anak yang sedih dan bodoh itu. Tapi anak yang disana itu. Aku baik-baik saja.” Anak-anak itu juga mungkin mencoba untuk membangkitkan amarah dan frustasi pada diri orang lain untuk mengusir perasaan-perasaan itu dalam diri mereka sendiri.
Sesuai dengan kurikulum yang berlaku, tujuan belajar mempunyai tingkat-tingkat tertentu yang harus dicapai dalam periode (waktu) tertentu pula. Karena itu, untuk menentukan apakah seorang siswa atau mahasiswa mengalami kesulitan belajar atau tidak diperlukan suatu tindakan khusus yang disebut diagnosis kesulitan belajar.
Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan untuk menentukan apakah seorang siswa mengalami kesulitan belajar atau tidak dengan cara melihat indikasi-indikasi sebagai berikut.
Nilai mata pelajaran di bawah sedang. Indikasi ini merupakan indikasi yang paling mudah dilihat dan paling umum dipJakai oleh siswa atau mahasiswa, pengajar dan orang tua. Jika seorang siswa atau mahasiswa sering mendapat nilai di bawah enam, atau di bawah nilai c (cukup), dapatlah dikatakan bahwa siswa atau mahasiswa tersebut mengalami kesulitan belajar.
Nilai yang diperoleh siswa atau mahasiswa sering di bawah nilai rata-rata kelas.Indikasi ini sebenarnya tidak berlaku mutlam. Di sekolah-sekolah favorit tempat berkumpulnya siswa-siswa pandai, mungkin saja nilai rata-rata kelas mencapai 6,7. Siswa yang mendapat nilai 6,4 belum bisa dipastikan mengalami kesulitan belajar, karena walaupun berada di bawah rata-rata kelas, nilai tersebut masih berada di atas sedang (di atas nilai 6)
Prestasi yang dicapai tidak seimbang dengan tingkat intelegensi yang dimiliki. Misnya saja seorang siswa atau mahasiswa yang prestasi belajarnya sedang-sedang saja, tetapi mempunyai tingkat intelegensi di atas rata-rata. Siswa atau mahasiswa seperti ini dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar.
Perasaan siswa atau mahasiswa yang bersangkutan. Misalnya seorang siswa atau mahasiswa yang memang mengalami kesulitan belajar, mengungkapkan kesulitan belajarnya itu kepada pengajarnya, orang tuanya, guru, konselor, psikolog, dsb.
Kondisi kepribadian siswa atau mahasiswa yang bersangkutan. Seorang siswa atau mahasiswa dapat dikatakan mengalami keslitan belajar jika dalam proses belajar mengajar siswa atau mahasiswa tersebut menunjukkan gejala tidak tenang, tidak betah diam, tidak bisa berkonsentrasi, tidak bersemangat, apatis, dan sebagainya.
Sesudah seorang siswa atau mahasiswa dipastikan mengalami kesulitan belajar, tindakan selanjutnya adalah melakukan usaha mengatasi kesulitan belajar tersebut. Usaha-usaha mengatasi kesulitan belajar bukanlah suatu usaha yang sederhana.
B. Langkah-langkah Mengatasi Kesulitan Belajar
Lakukan diagnosis kesulitan belajar untuk menentukan apakah seorang siswa atau mahasiswa mengalami kesulitan belajar atau tidak. Untuk dapat menentukannya gunakan indikasi-indikasi sebagaimana yang telah diuraikan di atas
Pahamilah kembali faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar. Selanjutnya lakukan analisis terhadap siswa atau mahasiswa tersebut untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang kiranya menjadi sumber kesulitan belajarnya. Mungkin kesulitan itu bersumber kepada faktor eksternal. Kesulitan belajar yang bersumber pada faktor internal, terutama pada faktor psikologis, biasanya memerlukan suatu penanganan khusus yang mungkin saja memerlukan bantuan orang lain yang ahli dalam bidangnya
Setelah sumber latar belakang dan penyebab kesulitan belajar siswa atau mahasiswa tersebut dapat diketahui dengN tepat, selanjutnya tentukan pula jenis bimbingan yang perlu diberikan kepadanya
Sesuai dengan jenis kesulitan belajar yang dialami siswa atau mahasiswa dan jenis bimbingan yang perlu diberikan kepadanya, tentukan pa kepada siapa kiranya ia perlu berkonsultasi. Mungkin ia perlu berkonsultasi. Mungkin ia perlu berkonsultasi dengN guru atau dosen bidang studi tertentu, konselor, psikolog, atau psikiater.
Setelah semua langkah untuk mengatasi kesulitan belajar dilaksanakan dengan baik, lakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kesulitan belajar siswa atau mahasiswa tersebut dapat diatasi. Evaluasi hendaknya dilakukan secara kontinu sampai kesitan belajar siswa atau mahasiswa tersebut telah benar-benar dapat diatasi dengan tuntas, dan telah menunjukkan kesembuhan yang permanen.
Apabila evaluasi yang dilakukan menunjukkan bahwa kesulitan belajar siswa atau mahasiswa tersebut telah dapat diatasi, tindakan selanjutnya adalab melakukan perbaikan untuk meningkatkan prestasi belajarnya, sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya. Proses perbaikan atau peningkatan prestasi ini pun memerlukan evaluasi yang kontinu.
Implikasi :
Sebagai guru mata pelajaran, sangat disarankan untuk mengetahui serta memahami akan adanya kesulitan belajar dari siswa karena guru berinteraksi secara langsung dan secara kontinu dengan siswa. Kesulitan belajar yang dialami siswa ini tidak dipandang sebagai sesuatu yang menghambat pembelajaran, melainkan guru harus memiliki peranan dalam mendiagnostik kesulitan belajar serta solusi inovatif dalam membantu menyelesaikannya. Memang tindakan untuk mengatasi kesulitan belajar ini ada kalanya bukan merupakan hal yang mudah. Karena itu, sekali lagi perlu dianjurkan agar semua faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar benar-benar dipahami.
Referensi :
Hakim, Thursan. (2005). Belajar secara Efektif: Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara.
.Rasyid, Harun dan Mansur. (2009). Penilaian Hasil belajar. Bandung: CV Wacana Prima .
Weinstein, Lissa. 2008. Living With Dyslexia. Pergulatan Ibu Melepaskan Puteranya dari Derita Kesulitan Belajar. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
0 notes
storynis · 9 years
Text
Pembelajaran  Berbasis Bimbingan (Mengkaji  Model-Model Pembelajaran  yang Lebih Berorientasi  Pengembangan Individu)
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-fasilitas dan media yang tersedia, serta kondisi guru itu sendiri.
A. Model Pembelajaran
Menurut Bruce Joyce dan Marsha Wel (1986:2) dalam Ruhiyat (2009:180) model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang pembelajaran tatap muka dalam kelas atau dalam latar tutorial dan dalam membentuk material-material pembelajaran termasuk buku-buku, film-film, pita kaset, dan program media komputer, dan kurikulum (serangkaian studi jangka panjang). Setiap model membimbing kita ketika kita merancang pembelajaran untuk membantu para siswa mencapai berbagai tujuan.
Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi. Akan tetapi sajian yang dikemukakan pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan penyesuaian, penulis yakin kreativitas para guru sangat tinggi.
1.  Pembelajaran Koperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
2.  Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi. Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
3. Pembelajaran Langsung (Direct Learning)
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).
4. Pembelajaran Berbasis masalah (Problem Based Learning)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri
5. Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya adalah: sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.
6. Problem Posing
Bentuk lain dari problem posing adalah problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.
7. Problem Terbuka (Open Ended)
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir. Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri). Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.
8. Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan. Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi.
B. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling
Tugas guru di sekolah tidak hanya mengajar, banyak tugas yang yang harus dikerjakan, ia harus membuat perencanaan pengajaran yang sistematis untuk setiap pelajaran yang akan diberikan. Kemudian dari rencana itu ia melaksanakan pengajaran dan membuat evaluasi dari proses dan hasil pengajaran yang dilaksanakan. Didalam pelaksanannya itu, guru tidak hanya memberikan pengajaran, akan tetapi guru juga harus memberikan bimbingan kepada siswanya agar mereka mencapai perkembangan yang sesuai dengan kemampuannya. Bimbingan ketika mengajar yang dapat dilakukan oleh guru berupa menjelaskan tujuan dan manfaat pelajaran, cara belajar, mata pelajaran yang diberikan, dorongan untuk berprestasi, membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi individu, penyelesaian tugas, memberikan fasilitas belajar, dan lain-lain. Berikut ini ada bebrapa prinsip-prinsip bimbingan yang harus diketahui oleh guru sebagai pengajar sekaligus pembimbing.
1)   Proses membantu individu
2)   Bertitik tolak pada individu yang dibimbing
3)   Didasarkan pada pemahaman atas keragaman individu yang dibimbing
4)   Pada batas tertentu perlu ada referal
5)   Dimulai dengan identifikasi atas kebutuhan individu
6)   Diselenggarakan secara luwes dan fleksibel
7)   Sejalan dengan visi dan misi lembaga
8)   Dikelola oleh orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan
9)   Ada sistem evaluasi yang digunakan
Dalam memberikan bimbingan belajar, guru hendaknya memperhatikan beberapa hal berikut ini:
Bimbingan belajar diberikan kepada semua siswa. Semua siswa baik yang pandai, cukup, ataupun kurang membutuhkan bimbingan dari guru, sebab secara potensial semua siswa bisa mempunyai masalah.
Sebelum memberikan bantuan, guru terlebih dahulu harus berusaha memahami kesulitan yang dihadapi siswa, meneliti faktor-faktor yang melatarbelakangi kesulitan tersebut.
Bimbingan belajar yang diberikan guru hendaknya disesuaikan dengan masalah serta faktor-faktor yang melatarbelakanginya, bantuan hendaknya disesuaikan dengan jenis masalah serta tingkat kerumitan masalah.
Bimbingan belajar hendaknya menggunakan teknik yang bervariasi. Karena perbedaan individual siswa, perbedaan jenis dan kerumitan masalah yang dihadapi siswa, perbedaan individual guru serta kondisi sesaat, maka dalam memberikan bimbingan belajar guru hendaknya menggunakan teknik bimbingan yang bervariasi.
Dalam memberikan bimbingan belajar hendaknya guru bekerja sama dengan staf sekolah lain. Bimbingan belajar merupakan tanggung jawab semua guru serta staf sekolah lainnya. Agar bimbingan berjalan efektif dan efisien diperlukan kerjasama yang harmonis antara staf sekolah dalam membantu mengatasi kesulitan siswa.
Orang tua adalah pembimbing belajar siswa dirumah. Penanggung jawab utama siswa adalah orang tuanya. Karena keterbatasan kemampuannya, orang tua melimpahkan sebagian dari tanggung jawabnya kepada sekolah, tetapi tidak berarti mereka lepas sama sekali dari tanggung jawab tersebut. Orang tua dituntut untuk memberikan bimbingan belajar di rumah. Agar ada keserasian antara bimbingan belajar yang diberikan guru disekolah dengan orang tua dirumah maka diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak.
Bimbingan belajar dapat diberikan dalam situasi belajar di kelas, di laboratorium, ataupun dalam situasi-situasi khusus (konsultasi) baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Bimbingan belajar diberikan pada saat pelajaran berlangsung, yaitu saat mengerjakan tugas-tugas atau latihan, saat diskusi kelas, praktikum, dan lain-lain. Bimbingan juga dapat diberikan diluar jam pelajaran, sebelum pelajaran dimulai, setelah pelajaran selesai atau sore hari, disekolah ataupun di rumah.
Secara umum, bimbingan yang dapat diberikan oleh guru atau dosen dalam kegiatan mengajar di kelas adalah:
1. mengenal dan memahami individu secara mendalam2. memberikan perlakuan dengan memerhatikan perbedaan individual3. memperlakukan individu secara manusiawi4. memberi kemudahan untuk mengembangkan diri secara optimal5. menciptakan suasana kelas yang menyenangkan
Seorang guru yang menerapkan prinsip-prinsip atau suasana bernuansa bimbingan di  kelas dalam proses belajar mengajar akan tampak kondisi sebagai berikut:
Tercipta iklim kelas yang permisif, bebas dari ketegangan dan menempatkan  siswa sebagai subjek pengajaran
Adanya arahan atau oientasi agar terselenggaranya belajar yang efektif, baik dalam bidang studi yang diajarkannya, maupun dalam keseluruhan pembelajaran
Menerima dan memperlakukan siswa sebagai individu yang mempunyai harga diri dengan memahami kekurangan, kelebihan, dan masalah-masalahnya
Mempersiapkan serta menyelenggarakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan individu
Membina hubungan yang dekat dengan siswa, menerima siswa yang akan berkonsultasi dan meminta bantuan
Guru berusaha mempelajari dan memahami siswa untuk menemukan kekuatan, kelemahan, kebiasaan, dan kesulitan yang dihadapinya, terutama dalam hubungannya dengan bidang studi yang diajarkannya
Memberikan bantuan kepada siswa yang menghadapi kesulitan, terutama yang berhubungan dengan bidang studi yang diajarkannya
Pemberian informasi tentang masalah pendidikan, pengajaran, dan jabatan atau karier
Memberikan bimbingan kelompok di kelas
Membimbing siswa agar mengembangkan kebiasaan belajar yang baik
Memberikan layanan perbaikan bagi siswa yang memerlukannya
Bekerja sama dengan guru, wali kelas, konselor, dan tenaga pendidik lainnya dalam memebrikan bantuan yang dibutuhkan oleh siswa
Memberikan umpan balik atas hasil evaluasi
Memberikan pelayanan rujukan (referal) bagi siswa yang memliki kesulitan yang tidak dapat diselesaikan oleh guru
C. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling
Pembelajaran berbasis bimbingan memiliki ciri-ciri berikut:
Diperuntukkan bagi semua peserta didik dalam arti kata merupakan suatu kinerja yang berorientasi sepenuhnya terhadap kebutuhan individual peserta didik
Sangat memperhatikan keamanan psikologis peserta didik baik dalam proses pembelajaran atau disaat prosesi istrahat
Memperlakukan peserta didik sebagai individu yang unik dan sedang berkembang;
Mengakui murid sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan;
Penuh penghargaan
Pemberian reward untuk semua prestasi peserta didik baik itu prestasi yang besar ataupun yang kecil sekalipun. Contohnya disaat ada murid yang tiba- tiba bisa menjawab pertanyaan gurunya lalu disana diberilah reward ‘pujian’. Tujuannya agar murid mampu secara komprehensif mengendalikan emosi semangatnya agar tetap stabil dan tidak menurun. Karna terbukti disaat seseorang dipuji atas kebisaannya maka gelora semangat akan muncul secara menggebu. Maka dari itu hal inilah yang harus dimanfaatkan untuk pembimbingan anak.
Menghindari hukuman fisik agar tidak terjadi kecacatan mental dini dalam dunia pendidikan. Disaat orang disentuh fisiknya tidak lebih baik dari pada disentuh secara psikologis atau mental.
Demokratis bahwa disetiap pembelajaran yang berbau bimbingan pembimmbingan wajib mendengarkan suara peserta didik terlebih dahulu.agar terjadi komunikasi yang baik dan mendapat pemecahan masalah yang mendalam dan runut.
Terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak secara menyeluruh dan optimal; dan
Disertai dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat, potensi, dan kapabilitas murid sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
Implikasi
Dengan mengetahui model-model pembelajaran berbasis bimbingan yang lebih berorientasi kepada pengembangan individu, guru dapat lebih mempersiapkannya sebelum pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa tersebut sehingga pembelajaran dapat terselenggara dengan baik. Diharapkan para pendidik khususnya guru kelas, wali kelas dan guru mata pelajaran dapat mengetahui dan mengerti akan model pembelajaran berbasis bimbingan ini.
Daftar Pustaka
Kartaadinata, Sunaryo. 1998. Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.
Ruhimat, Toto. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: FIP UPI.
0 notes