Tumgik
#Kegagalan
mudabercerita · 7 days
Text
"Sedih yang berlarut tidak akan mengembalikan apa yang hilang. Rasa takut yang berlebihan tidak akan memperbaiki masa depan. Dan rasa cemas yang berlebihan pun juga tidak bisa mengantarkan keberhasilan."
"Namun, jiwa yang taat, tulus, serta hati yang ridho lah yang akan mampu menjadi dua sayap untuk menggapai keberhasilan."
-Alfiana U
Banjarbaru, 18 April 2024 pukul 00.03 WITA.
16 notes · View notes
esbatubulet · 3 months
Text
Yang kupelajari dari kegagalanku sebelumnya adalah sebesar apapun ombaknya, jangan pernah melompat dari kapal..
Tapi ini bukan tentang pelaut
19 notes · View notes
duniapetualangkata · 4 months
Text
Di akhir 2024 nanti, semua orang punya cerita. Tentang cerita rumitnya perjalanan hidup serta perjalanan percintaannya.
Setiap tahun ujian selalu memberikan kejutan untuk mematahkan langkah semangat, langkah kaki serta usaha kita.
Namun nyatanya setiap tahun juga kita selalu berhasil untuk bisa melewati semuanya sendirian.
16 notes · View notes
syifayaqorinaa · 9 months
Text
Tumblr media
Keberhasilan kita adalah bentuk kasih sayang Allah. Bukan hubungan sebab akibat atas usaha kita. Karena hasil tidak bersandar pada amal. Karena ada yang berusaha tapi tidak diberi.
Dan kegagalan kita adalah bentuk pendidikan Allah. Pun, itu adalah kasih sayang Allah. Jangan berputus semangat. Karena tujuan pendidikan adalah akselerasi kapasitas.
Jadi, tenanglah.
Jangan terbang ketika diberi keberhasilan.
Jangan tumbang ketika diuji kegagalan.
(c) syifayaqorina
(sebuah tulisan pengingat kepada diri untuk hasil apapun di depan nanti)
19 notes · View notes
maynuverse · 1 month
Text
Koma
Orang-orang bilang, fase quarter life crisis adalah fase di mana seseorang banyak merasakan adanya tekanan yang kuat, kehilangan yang hebat dan rasa kurang percaya diri yang meningkat.
Terlebih bagi seseorang yang memasuki usia seperempat abad, gagal dalam karir dianggap hal yang hina, gagal dalam hubungan asmara dianggap si paling durjana, dan gagal mengambil keputusan dianggap si paling tiada guna.
Reminder untuk kita semua yang sedang melewati fase ini; jangan pernah menganggap semuanya berakhir di usia dua puluh lima. Gagal soal karir bisa kita kejar lagi, gagal soal asmara bisa kita perbaiki diri kembali, pun pernah gagal dalam mengambil keputusan masih bisa kita pelajari lagi. Hidup tak akan serta-merta berakhir hanya karena kamu pernah mengalami kegagalan.
Selagi masih ada waktu dan tenaga, selagi masih punya teman dan keluarga yang mendukung segala, maka insya Allah duniamu tak akan runtuh saat kamu sedang dilanda kegagalan yang berlipat ganda. Lagipula, bukankah masih ada Allah yang kau tempatkan di posisi pertama?
Maynuverse
4 notes · View notes
tulisanmimi · 9 months
Text
Mungkin memang ada kegagalan, keputusan yang salah atau hal-hal lain yang membuat menyesal. Tapi menurutku, jika fokus ku di perjalanan ini adalah hal itu, maka rasanya aku akan bermudah-mudah memberikan label pada diri sendiri sesuatu yang kurang baik. Efeknya bisa pada menunda pekerjaan, malas mengerjakan sesuatu, capek, dan beragam hal lain yg mungkin saja bisa timbul.
Lalu aku belajar, kalau tidak ada kegagalan. Yang ada adalah pembelajaran. Tidak ada salah keputusan yang ada hanyalah pembelajaran. Dengan kata pembelajaran, maka aku rasa lebih mudah menerima hal-hal yang ada di luar kendaliku. Hidup jadi lebih bermakna. Kalaupun iya ada kemungkinan kegagalan, salah jalan, salah mengambil keputusan maka aku lebih mudah menerima dan merakit kembali cita dan asa yang ingin ku gapai. Kurang lebih demikian.
Bukankah aku adalah pembelajar sepanjang hayat?
Iya. Bissmillah.
Belajar lagi ya Mi! ☺🤍🌱🍀
16 notes · View notes
senjanala · 2 months
Text
Menjadi Manusia Gagal
Kalimat pertama yang menjadi judul dalam tulisan ini adalah penggambaran aku di masa sekarang. Yap, aku merasa menjadi manusia gagal.
Berulang kali bingung, terjebak, merasa putus asa dan berharap semuanya berakhir dengan aku tidak ada di dunia rasanya hanya semakin memperbesar kegagalanku.
Aku takut gagal. Tapi, pada kenyataannya justru aku seringkali gagal. Kegagalan pertama membuatku merasa bodoh, kegagalan kedua membuatku mengutuk keadaan, kegagalan ketiga membuatku berharap bahwa aku lahir bukan sebagai aku, lalu kegagalan-kegagalan berikutnya lambat laun ku terima tanpa benar-benar kusadari bahwa aku sudah gagal.
Barangkali gagal memang perlu. Aku menyadari itu tepat setelah tahu bahwa gagal-gagal yang terjadi dalam hidup bukan kuasaku. Aku terlalu takut tidak sesuai dengan apa yang menjadi keputusan sosial.
Aku takut gagal hanya karena aku tidak ingin tertinggal dengan kawanku. Mereka telah mentereng, aku masih berpakaian compang. Mereka sudah bisa kemana-mana, aku bahkan masih takut tidak makan esok hari.
Menjadi manusia gagal membuatku percaya bahwa seharusnya aku memang di sini. Toh, orang lain tidak akan tahu. Mereka hanya menoleh sekilas dan tetap menjalani hidup.
Sedang label gagal itu kurengkuh tiap harinya. Membawaku pada harapan dalam kegagalan berulangkali, lalu kembali mengutuki Tuhan yang tidak ingin berbaik hati.
Hidup sudah memberi gagal tak berkesudahan. Lebih baik aku tidur pulas agar bisa bermimpi makan roti di Paris malam ini.
2 notes · View notes
lintangauliia · 1 year
Text
PilihanNya yang Terbaik
Siap atau tidak siap roda kehidupan ini akan terus berputar. Tidak selamanya kita ada di posisi yang Allah gariskan saat ini. Roda akan terus melaju, tidak peduli kita dapat mengikuti ritme atau tidak.
Sering aku berharap bahwa Allah akan memberikan takdir yang sesuai dengan rencanaku. Berharap bahwa hal-hal yang aku inginkan akan berjalan dengan sebagaimana mestinya.
Tetapi pada hari itu, ada perasaan begitu menyesakkan dada ketika harapan yang diinginkan tidak sesuai dengan realita yang seharusnya. Untuk kesekian kalinya aku dijatuhkan oleh ekspektasi yang tak sesuai. Sesak, kecewa dengan diri sendiri, menyalahkan takdir, padahal merasa sudah berusaha semaksimalnya usaha. Namun takdir menuntunku untuk berhenti dari pengharapan tersebut. Yah memang, terkadang dibutuhkan air mata untuk melewati episode takdir yang Allah gariskan.
Aku sering lupa bahwa takdir ini milik Allah. Perkara aku akan mendapatkan apa yang ingin aku tuju atau tidak bukan menjadi kendaliku, aku lupa bahwa hasil ini milik Allah. Aku sering kali lupa bahwa yang tertakar tidak akan tertukar. Hari ini ataupun besok tetaplah yang tertulis di Lauhul Mahfudz Allah. Aku sering kali lupa bahwa apa-apa yang aku perjuangkan haruslah berlandasan keinginan Allah bukan hanya keinginanku.
Dan kini, aku masih mencoba ikhlas bahwa seberat apapun takdir, pasti yang terbaik menurut-Nya. Barangkali Allah memutar takdir lain untukku karena akan digantikan yang jauh lebih baik atau maksud Allah ingin menghindarkan diriku dari hal-hal yang sebenarnya tidak baik untukku namun belum ku ketahui.
Aku percaya bahwa segala peluh juang tidak akan Allah sia-siakan. Bila belum terbalas saat ini, mungkin esok hari. Dan pada semua pengharapan yang belum berjalan semestinya, sebab itu bukan yang terbaik. Karena yang terbaik tidak pernah ada dalam takaran manusia. Semoga kita bisa menerima setiap ketetapan takdir-Nya. Semangat berjuang kembali dan menjaga keberkahan di setiap usaha yang kita lakukan.
Barokallahu fiikum..
31 notes · View notes
journails · 5 months
Text
Ada satu pengalaman saat interview kerja. Di tempat yang sudah lama saya impikan untuk bisa berkarir, jadi sangat wajar saya mencoba berkali-kali melamar ke perusahaan tersebut.
Saat itu, adalah kedua kalinya saya melamar dan menjalani interview. Interview saat pertama kali dan kedua ini dilakukan oleh tim penilai yang berbeda, namun ada 1 orang (Ibu*) yang selalu hadir di kedua interview itu, mungkin beliau sebagai penanggung jawab di bidang kerja yang saya lamar. Saya lupa persis apa jabatan beliau . Setelah melakukan rangkaian test yang diminta oleh tim penilai, dilanjutkan dengan wawancara.  Ibu tersebut ternyata mengenali saya yang datang untuk kedua kalinya untuk melamar di perusahaan itu. Sepertinya memang saya tidak memenuhi kriteria mereka dan tidak akan ada kesempatan untuk saya bergabung di sana, beliau seperti menegaskan (mungkin ingin saya memyerah hehe), beliau berkata "ya kadang kita merasa bahwa jawabannya iya, tapi ternyata tidak. Ya kamu harus siap dengan hal itu, saya yakin kamu sangat paham lah tentang bagaimana menyikapinya".
Saya tersenyum, pupus lagi harapan saya kali ini. Saya jadi merenungkan kata-kata beliau, yang saya pahami kita harus siap dan punya cara ketika mengalami kegagalan dan penolakan. Saya menjawab dalam hati "Ibu, saya masih suka sedih dan gagal dalam episode ini". Ya.. saya masih suka bingung ketika berhadapan dengan kegagalan / penolakan. Secara teori saya sangat paham harus menerima dengan lapang dada tapi jujur masih sulit. Ketika gagal, saya masih sering menyalahkan diri saya sebagai orang yang tidak berhasil.
Huft, sepertinya saya harus segera menemukan 'P3K' saya saat gagal, karena tentunya akan banyak hal yang akan saya hadapi kedepannya. Mungkin saya akan bertemu dengan kegagalan / penolakan lainnya. Tapi sebelumnya mungkin saya harus sangat paham tentang arti kegagalan itu.
3 notes · View notes
meng-u-las · 6 months
Text
You are Good enough
Tumblr media
Photo by Nik on Unsplash
Tulisan kali ini mungkin sedikit santai sebagai bahan permenungan bersama juga, belum lama ini, dalam pekerjaan saya menghadapi krisis kepercayaan diri, karena dalam mengerjakan pekerjaan, ekspektasi yang saya berikan mungkin terlalu tinggi atau ideal, sehingga saat menghadapi permasalahan ditengah pekerjaan, tiba-tiba perasaan "galau" muncul, ditambah penyakit lain kumat, penyakit membanding-bandingkan diri dengan orang lain lebih tepatnya, karena orang lain pasti akan selalu terlihat lebih baik, lebih ahli dan lain sebagainya, disaat seperti itu rasanya kalau melihat cermin ingin berkata "I am not good enough" atau "Saya tidak cukup baik".
Pikiran seperti itu, menurut saya pribadi, tidak boleh dibiarkan terlalu lama atau berlarut-larut, karena pasti akan menjadi semacam racun untuk diri kita, karena secara bawah sadar kita seakan memberikan label dan menutup potensi kita yang sebenarnya, nah disaat seperti itu perlu rasanya untuk memiliki perasaan legowo dan memaafkan diri sendiri. Sebagai pembelaan, toh di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna dan selalu berhasil setiap saat, bahkan kalau boleh berkaca dari bidang lain, misal olahraga, bertahun-tahun tim bulu tangkis Indonesia selalu menorehkan hasil gemilang dari perhelatan Asian Games, tapi di tahun ini kita sedang berduka karena tidak berhasil membawa pulang medali satupun, ini menjadi bukti, sebagai seorang mahkluk hidup, manusia tidak selalu berada dalam keberhasilan, mungkin ada sesekali kita tersandung dan mendapatkan hasil yang tidak sesuai harapan, apakah lantas kita layak menyalahkan diri atau nasib atau menyimpan pikiran bahwa kita tidak cukup baik? Masih ingatkah kita terhadap keberhasilan yang pernah kita dapatkan sebelumnya, bagaimana menyenangkannya perasaan tersebut, apakah sebuah kegagalan lantas menurunkan nilai diri kita? (Tapi lain ceritanya kalau kita melakukan kesalahan yang begitu fatal, seperti membunuh orang).
Mungkin kekecewaan kita saat ini begitu besar, hal yang kita harap-harapkan tidak atau belum tercapai, mungkin kita bisa melihatnya dari sudut pandang lain, apakah kegagalan ini tidak bisa dimanfaatkan untuk menjadi batu pijakan kita untuk meraih keberhasilan lain? Misal, saya ambil contoh ketika kita terobsesi untuk masuk ke suatu perguruan tinggi top nomor 1 di dunia, lantas kita mati-matian belajar sampai setengah gila, tapi saat ujian ternyata kita gagal, tapi toh segala pengetahuan dan ilmu yang kita miliki selama persiapan sebetulnya masih ada, apakah tidak mungkin kalau kita mengubah target untuk mencoba di universitas yang mungkin nomor 1 di Asia atau nomor 1 di Indonesia?, atau contoh lain , misalkan di dalam pekerjaan, mungkin dalam suatu proyek kita gagal, tapi mungkin di luar sana ada proyek lain yang bisa kita dapatkan dengan pengalaman dan kemampuan yang sudah kita miliki.
Dalam banyak kesempatan, mungkin kita harus belajar untuk mengapresiasi keberhasilan yang kita dapatkan, sekecil apapun, tujuannya adalah agar kita bisa menumbuhkan rasa percaya diri, sehingga ketika mengalami kegagalan, di perpustakaan pikiran kita, kita bisa melawan setiap keragu-raguan dengan keberhasilan yang kita miliki, mungkin skala nya tidak sama, tetapi kemampuan untuk bangkit ini lah yang akan membantu kita terus melangkah kedepan, lagipula selama kita masih hidup, akan selalu ada kesempatan dan tantangan di hadapan kita, jatuh bangun adalah hal yang biasa, maka memiliki pola pikir yang benar akan membantu kita untuk bangkit dan mencoba tantangan berikutnya dengan lebih mantap, jadi ganti kata-kata "I am not good enough" segera dengan "I am Good enough". Semoga tulisan saya bermanfaat.
3 notes · View notes
mnurulwathoni · 2 years
Text
Terlalu banyak kekurangan untuk di jadikan prioritas bagi seseorang , tidak banyak memiliki prestasi sebagai bahan pertimbangan untuk sebagian orang, tidak bergelar, pendidikan hanya sekedar, dan hanya bermodal cukup untuk mengisi hari-hari berkehidupan.
Alasan di atas sempat di jadikan sudut pandang oleh seorang wanita sebagai landasan untuk meninggalkan, dia yang pernah menjadikanku seperti memiliki segalanya walaupun nyatanya memang tak memiliki apa-apa selain berkehidupan dengannya, karna apalagi yang harus dicari jika dialah hal yang paling penting dan dialah sumber bahagia itu, dan dengannyapun aku akan memiliki segalanya suatu saat nanti.
Semangat dan keyakinan aku punyai sebab dia, karenanya aku percaya dunia akan begitu mudah untuk di jalani dan bagaimanapun ujian hidup nanti aku berani pastikan selama masih dengannya hidup akan selalu baik-baik saja.
Tapi dengan segala keterbatasan tersebutlah yang membuatku gagal dimilikinya, aku yang kehilangan arah, dunia sudah tidak ada lagi seolah-olah hidup hanya berbentuk fisik namun fikiran sudah tidak mendukung lagi.
"Perjuangan dan pengorbanan kadang tidak selalu berakhir sesuai apa yang di usahakan namun jangan sampai kegagalan membuat kita kehilangan semuanya, gagal itu esensinya adalah kesuksesan itu tersendiri, bukankah seeor kupu-kupu adalah hasil metaforfosa dari seekor belatung/ulat ?, selama Allah masih kau punya semestinya tidak perlu khawatir tentang segala sakit yang mendera. Bukankah banyak kesempatan di kemudian hari yang bisa kau mulai lagi? selama matahari masih sanggup bersinar seharusnya semangat juga tidak boleh memudar" .
Lombok 25 mei 2022
13 notes · View notes
vivisufi · 2 years
Text
Semakin bertambah usia
Memaknai kata kagum cukup sederhana
Barangkali pencapaian dulu jadi tolak ukur impian
Posisi menentukan siapa yang berhasil menjadi inspirasi
Kesuksesan menjadi hal yang menyilaukan
Pencapaian, posisi, dan kesuksesan bisa dikalahkan oleh kegagalan
Seorang yang dicap gagal tapi tetap berjalan tanpa mengeluarkan keluhan, sesekali mengusap keringat dengan tangan, tidak menuntut keberhasilan, tetapi terus mengupayakan kebaikan.
Proses yang mengagumkan
3 notes · View notes
lasealwin · 2 years
Text
Hati Susah Menjadi Senang Karena Berpikir Positif
Hati Susah Menjadi Senang Karena Berpikir Positif
Hilang susah diganti senang saat kita mau menghilangkan pikiran negatif dari hati. Karena hidup sudah seutuhnya dipercayakan kepada Tuhan yang maha kuat dengan penuh kerendahan hati.Cerita singkat. Kebanyakan kesusahan yang kita alami tidak serta merta dapat dirasakan oleh orang lain. Ada kesusahan yang berlangsung di dalam hati: sesuatu yang tidak tampak jelas dari air muka seseorang. Sesuatu…
Tumblr media
View On WordPress
2 notes · View notes
mariafraniayu · 2 months
Text
Mundur Dua Langkah, Maju 10 Langkah
Prompt tulisan harianBagaimana kegagalan yang sudah terjadi atau yang mungkin terjadi menyiapkan Anda untuk keberhasilan di kemudian hari?Lihat semua tanggapan “Mundur dua langkah, lalu maju sepuluh langkah,” demikian kalimat ini terlontar dari mulut moderator pada acara waktu itu. Sebagai penonton, yang juga merupakan peserta seminar waktu itu, kesadaran saya digelitik ketika mendengarkan…
Tumblr media
View On WordPress
1 note · View note
lenterablog · 4 months
Text
Membangun Kekuatan dari Kegagalan dalam Hidup
Kegagalan seringkali dianggap sebagai batu sandungan yang menghentikan perjalanan kita menuju sukses. Namun, sesungguhnya, kegagalan adalah guru yang berharga yang dapat membentuk karakter, mengajarkan pelajaran penting, dan membawa kita menuju kesuksesan yang lebih besar. Saat kita memahami dan mengelola kegagalan dengan bijaksana, kita dapat membangun kekuatan yang luar biasa. Inilah bagaimana…
Tumblr media
View On WordPress
1 note · View note
mgiltop · 6 months
Text
Tumblr media
Retrospeksi Kuartal Ketiga
Percaya, nggak, kalau mengelola asumsi semenakutkan itu?
Jujur, saya tidak pernah niat macam-macam saat berurusan dgn sesuatu. Tidak pernah tertarik berbuat kekerasan, dan kalau datang orang yang menyebalkan hendak berlaku normal seperti biasanya, ya, sudah, terima saja. Sedikit saya rasa saya kerepotan, tapi ya, selama saya tidak kena getahnya, untuk apa saya permasalahkan?
Kadang dalam beberapa kesempatan, saya hanya bertanya saat saya penasaran, tanpa pernah ada niatan memprovokasi siapa-siapa. Jawaban-jawaban seperti "Tolong jangan memprovokasi, ya, Bung," atau "jangan bocor lu!" begitu tersurat menyalahartikan niatan saya. Orang-orang ini mungkin mengadukan atau mendoakan saya macam-macam. Diam-diam barangkali saya jadi bahan omongan. Tapi itu repotnya saya mengelola asumsi: jika ada yang janggal, otak saya sibuk kasak-kusuk. Duh, bagaimanapun tidak bisa saya kendalikan; silakan saja, deh, saya pikir, sambil menyimpan kekecewaan yang saya yakin hanya 30 mikrometer, setara PM 2.5 😩
Dahulu, jika saya lelah atau dongkol, siapa pun itu harus saya konfrontasi. Kini semakin usia bertambah, semakin saya tahan diri. Remah-remahnya kebanyakan saya kunyah dan saya telan. Saya meyakini saja, remah-remahnya akan larut oleh asam lambung dan terbuang di kloset rumah. Saya pikir, dengan menyimpan sedikit demi sedikit kekecewaan, tidak akan berefek apa pun terhadap kehidupan saya.
Sekarang saya tahu pikiran itu keliru.
Belakangan, saya mudah meneriaki anak, memukul kucing, mendebat istri, meneriaki Tuhan sambil motoran, dan dengan sombong mengeklaim bahwa saya bukan orang yang taat. Saya seringkali memang meminta maaf akan sesuatu yang dipandang salah oleh orang-orang, tetapi saya tidak pernah benar-benar merasa bersalah. Saya tetap menumpahkan kesalahan itu kepada mereka yang saya rasa menzalimi saya. Meski kata praktisi positif, jangan bermental korban. Ya ... tapi kalo sudah kalah dan tidak ada penghargaan, mau gimana? Tentu saya akui, tapi untuk berdamai, aduh, tunggu dulu. Sampai sekarang saya masih berhasrat ingin hadapi dan pukul manusia-manusia "pemenang" yang mewah berkata-kata di media sosial, tapi saya tahu selubung dunia nyatanya seperti apa. Saya tidak zen. Sudah puluhan tahun saya berusaha mengelola perasaan kalah, tapi selalu ada seserpih demi seserpih kekecewaan, yang saya tumbuk dan pendam, tanpa sadar menumbuh jadi dendam.
Tumblr media
Empat pekan lalu, air rumah saya kering sehingga tiap hari kami harus ambil air dari musala. Maju sepekan, saya kehilangan ponsel kala berjalan kaki menuju stasiun. Sepekan berikutnya, kontrak kerja saya habis sehingga saya harus cari-cari klien freelance lagi. Terakhir, sepekan setelahnya lagi, kami tertabrak motor: motor Revo yang saya andalkan sejak SMA cedera parah, dan rasanya mau saya ikhlaskan saja saat membayangkan biaya servisnya di bengkel. Padahal otak kami masih ngebul soal gimana caranya melunasi uang kontrakan bulan ini.
Saya tersadar saat mengobrol dengan istri soal ketidakberuntungan ini, saya pikir, barangkali semua ini rentetan peristiwa penghapus dosa. Namun, dia timpali dengan segera, "Kayaknya kita yang harus kontemplasi."
Saya paham apa itu kontemplasi. Namun, tidak sepraktis itu saya gunakan dalam setiap momen. Sadar, nggak sadar, saya sering pakai kata kontemplasi setiap kali bicara atau menulis. Culas sekali, saya pikir, diri saya ini.
Apakah ini pernyataan bahwa kini saya telah bermetamorfosis menjadi sepenuhnya berpikiran terbuka? Oh, tentu tidak. Siapa pun, bahkan Rasulullah saja pernah mengutuk seorang pendosa. Apalah saya yang derajatnya lebih rendah ini? Saya bukan ular atau tikus, dan rasanya, nggak ada satu pun manusia yang berhak menyebut diri paripurna. Saya juga masih berusaha bercermin. Bahwa ini masih proses menuju. Sampai mati barangkali, saya masih menuju, belum sampai.
Lagi dan lagi, yang bisa saya lakukan cuma bersikap baik. Entah pada siapa pun, demi menyediakan ruang-ruang yang terang. Betul, saya memang pendendam. Namun, boleh jadi ini pelajaran bahwa mengkhidmati kenyataan tidak semulus perkiraan. Saya, melalui media sosial ini, hanya mengungkapkan pengalaman, serta pikiran saya sekeras-kerasnya, di depan sebanyak-banyaknya orang—yang peduli.
Kalaupun sesekali saya bergumam atau menggerutu di lapak sendiri, alasannya cuma satu: realitasnya bikin saya capek. Kalo sudah capek, saya marah.
Maafkan, ya, jika tulisan saya terlalu suram. Tapi siapa pun kamu yang sedang melalui ini, sadarilah kita gak pernah sendiri. Sebagai orang yang biasa merasa kalah, saya sering kecewa. Yang terpenting, jangan pernah merasa sendiri. Perasaan sendiri adalah sesulit-sulitnya perasaan.
We are not alone.
1 note · View note