Tumgik
#Kim Riddlebarger
Link
by Kim Riddlebarger | Because Adam sinned, we are born with a sinful nature, we are guilty before God, all our thinking and doing is tainted by sin, we are already under the sentence of death, and we unable to do anything whatsoever to save ourselves. Sin and death is the consequence of Adam’s fall. If we don’t grasp this...
4 notes · View notes
christophe76460 · 2 years
Text
Tumblr media
"Les disciples ne sont pas amenés à avancer vers un autel, mais à être baptisés (Mt 28.19) ! C'est la manière biblique dont les pécheurs repentants… déclarent publiquement leur foi en Jésus-Christ (Actes. 2.41; 16.15, 31-33)."
Kim Riddlebarger
0 notes
talmidimblogging · 3 years
Text
“PERILOUS TIMES” IN POSTMILLENNIALISM?
PMW 2021-013 by Kenneth L. Gentry, Jr. In 2 Timothy 3:1 we find a passage that seems to undercut the postmillennial optimism for the historical long run. There Paul writes: “realize this, that in the last days difficult times will come.” Amillennialist Kim Riddlebarger sees this passage as a problem for those who hold the […]“PERILOUS TIMES” IN POSTMILLENNIALISM?
View On WordPress
0 notes
holyisjesus · 7 years
Photo
Tumblr media
This is about as clear an affirmation of sola gratia (grace alone) found anywhere in Scripture. Paul's words here echo passages such as Isaiah 54 (our Old Testament lesson) where the Lord graciously calls and redeems Israel, despite Israel's unworthiness. Notice carefully what Paul says–it was while we were "dead in sin," unable and unwilling to do anything to save ourselves, that God (whom Paul says is both loving and rich in mercy) acted upon us. As surely as God raised Jesus from the dead in a demonstration of his power, so too he has made us alive with Christ. The same divine life-giving power which raised Jesus from the dead, has given us new life. Through the preaching of the gospel, we were regenerated (born again), we came to faith in Christ (we heard the word of truth), we were justified, indwelt by the Spirit and are now united to our living head, Jesus, who is at the right hand of his Father in heaven. ... While we were dead in sin, unable and unwilling to do anything about our condition and predicament, the Father chose us "in Christ," Jesus died for our sins, and the Holy Spirit called us to faith when the gospel was preached to us. This is the meaning of "grace." God is gracious toward us. He pours out his mercy upon us. In this, we see his love for us even while we are in the midst of our sinful rebellion. Notice too that Paul states that we "have been saved." Paul uses the perfect tense here to emphasize that salvation is something we presently possess because of what God has done for us in Christ. Everything necessary for us to be delivered from God's wrath on the day of judgment has already been accomplished for us by Jesus in his sinless life and sacrificial death. This is the meaning of "by grace you have been saved.". ~ Kim Riddlebarger Amen #Christian #Christianity #Jesus #Christ #JesusChrist #faith #gracealone #justified #mercy #Bible #BibleVerse #HolyBible #word #verse #quote #Truth #Gospel #followJesus #quotes #today #solagratia #Christians #bornagain #WordOfGod #evening #HolySpirit #grace #Savior #God #amen
5 notes · View notes
garamterang · 3 years
Text
Pandangan Mengenai Milenium (Kerajaan Seribu Tahun)
Tumblr media
Oleh Alan S. Bandy
Definisi
Milenium mengacu pada periode 1.000 tahun pemerintahan Kristus yang disebutkan dalam Wahyu 20:3. Waktu dan sifat dari apa yang dimaksud dengan Milenium diperdebatkan antara tiga sudut pandang: Amilenialisme, Postmilenialisme, dan Premilenialisme.
Ringkasan
Milenium mengacu pada periode 1.000 tahun pemerintahan Kristus yang disebutkan dalam Wahyu 20:1-4. Bagian ini terkenal sulit untuk ditafsirkan telah menjadi sumber perdebatan di antara tiga aliran pemikiran eskatologis: Amilenialisme, Postmilenialisme, dan Premilenialisme. Tiga pandangan Eskatologi yang berbeda terkait dengan Milenium berhubungan dengan waktu kedatangan kembali Kristus mengenai 1.000 tahun dan apa sifat sebenarnya dari Milenium. Kaum Amilenialis tidak memandang bahwa angka 1.000 adalah literal di masa depan, melainkan melihatnya sebagai pemerintahan Kristus dengan orang-orang kudus-Nya selama waktu antara dua kedatangan-Nya. Postmillennialists percaya Kristus kembali setelah milenium sebagai zaman keemasan ketika mayoritas dunia telah menjadi Kristen. Kaum premilenialis percaya bahwa Kristus kembali sebelum milenium yang didahului oleh periode kesengsaraan besar. Artikel ini membahas beberapa detail dan karakteristik dari ketiga pandangan Milenium ini.
Pengantar
Eskatologi adalah bidang teologi Kristen yang menyangkut studi tentang akhir zaman. Ini adalah studi tentang kedatangan kembali Kristus di masa depan, kebangkitan, pengangkatan, penghakiman terakhir, berkat kekal untuk orang-orang yang ditebus bersama Kristus, dan hukuman kekal bagi orang-orang yang terpisah dari hadirat-Nya. Mengenai poin-poin yang belum digenapi ini, ada kesepakatan yang cukup besar, namun sehubungan dengan hal-hal khusus, ada keragaman pemikiran yang luas di antara orang-orang Kristen sejak abad-abad paling awal Gereja. Berbagai pandangan eskatologi yang dikembangkan oleh para teolog sepanjang sejarah dapat digolongkan ke dalam tiga sistem umum: amilenialisme, postmilenialisme, dan pramilenialisme. Setiap istilah dibedakan dengan awalan yang melekat pada kata "milenium", yang merupakan gabungan dari dua istilah Latin, mille (seribu), dan annus (tahun).(1) Alasan pemberian istilah ini adalah karena, seiring waktu, setiap pandangan dikenal melalui penafsirannya atas Wahyu 20:1-10, khususnya waktu kedatangan kembali Kristus dengan mengacu pada periode 1.000 tahun yang disebutkan di dalamnya. Oleh karena itu, kaum amilenialis tidak menunggu dan mengharapkan milenium (Awalan –a berarti, “tidak”), kaum postmilenialis percaya bahwa Kristus kembali setelah milenium (awalan –post, berarti “setelah”), dan kaum premilenialis percaya bahwa Kristus kembali sebelum milenium (awalan –pre , berarti “sebelum”).
Amilenialisme
Meskipun kaum amilenialis tidak menunggu dan mengharapkan kerajaan milenium, ini tidak berarti kaum amilenialis menyangkal milenium sepenuhnya, seperti yang disiratkan oleh terminologi tersebut.(2) Anthony A. Hoekema memberikan interpretasi amilenial yang ringkas dari Wahyu 20:
"Kaum Amilenialis menafsirkan milenium … sebagai menggambarkan pemerintahan saat ini dari jiwa-jiwa orang percaya yang telah meninggal dengan Kristus di surga. Mereka memahami pengikatan Setan … sebagai efek selama seluruh periode antara kedatangan Kristus yang pertama dan kedua, meskipun berakhir sesaat sebelum kembalinya Kristus. Mereka mengajarkan bahwa Kristus akan kembali setelah pemerintahan surgawi ini."
Amilenialis percaya bahwa kita saat ini hidup di kerajaan milenium, yang dicirikan oleh pengalaman secara bersamaan dari kemenangan Injil dan penderitaan bagi Injil. Ini jelas menunjukkan kaum amilenialis menafsirkan “seribu” secara kiasan. Injil menang karena Setan terikat, membuatnya tidak mampu mencegah penyebaran Injil; namun dia tidak sepenuhnya tidak berdaya untuk menganiaya Gereja. Tepat sebelum akhir, Setan akan kembali diizinkan untuk menipu bangsa-bangsa dan penganiayaan akan meningkat secara dramatis. Orang-orang Kristen sedang menunggu kedatangan kembali Kristus secara jasmani, yang akan mengakhiri semua penderitaan mereka. Kedatangan kedua terjadi bersamaan dengan kebangkitan(3) dan pengangkatan(4) Gereja, yang segera kembali ke bumi bersama Kristus. Kristus kemudian menghakimi dunia, dan akhirnya mengantar ke keadaan kekal.
Penting bagi pemahaman kaum amilenialis adalah ketegangan “yang sudah dan yang belum”. Orang-orang Kristen saat ini hidup dalam kerajaan yang sudah ditegakkan, ketika Kristus memerintah dari surga; namun, mereka menunggu realisasi penuh kerajaan itu, ketika Kristus akan memerintah di Bumi selamanya.(5) Kerajaan yang sudah ditegakkan ini menanggung kesengsaraan dan penderitaan, tetapi juga kemenangan ketika Injil menyebar; di kerajaan yang disempurnakan nanti, langit baru dan bumi baru, akan ada istirahat abadi. Poin kunci lainnya dari pandangan ini, adalah pemahaman nubuat Perjanjian Lama, terutama yang ditafsirkan oleh Perjanjian Baru. Kim Riddlebarger menulis, “Amilenialis berpendapat bahwa janji-janji yang dibuat kepada Israel, Daud, dan Abraham dalam Perjanjian Lama digenapi oleh Yesus Kristus dan gereja-Nya selama zaman sekarang ini.”(6) Karena janji-janji ini telah digenapi, tidak ada pemenuhan di masa depan yang diperlukan. Kaum Amilenialis menunjuk pada bagian-bagian yang mengajarkan bahwa penyempurnaan sejarah terjadi pada kedatangan kedua, diikuti dengan keadaan kekal setelahnya. Kaum amilenialis mendasarkan interpretasi mereka atas Wahyu 20 sebagai rekapitulasi atau menyajikan kembali peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam Wahyu 19, daripada mengikutinya secara berurutan.(7)
Postmilenialisme
Postmilenialisme berpegang pada pandangan bahwa Kristus akan datang kembali setelah milenium.(8) Seperti halnya amilenialisme, terminologi ini kurang tepat. Dalam pengertian kronologis yang ketat, kaum amilenialis dan postmilenialis setuju bahwa Kristus kembali setelah milenium. Kenyataannya, kaum amilenialis dikenal sebagai kaum postmilenialis hingga abad kedua puluh.(9) Kaum postmilenialis umumnya setuju dengan penafsiran amilenial dari Wahyu 20.(10) Keduanya sepakat bahwa milenium adalah kiasan, bukan periode seribu tahun secara literal, dan bahwa itu “adalah waktu di mana Injil diberitakan ke seluruh dunia” karena Setan saat ini terikat.(11) Mereka juga sepakat secara umum tentang peristiwa di akhir zaman: Ketika Yesus datang, kebangkitan fisik umum orang benar dan orang jahat terjadi, diikuti oleh kebangkitan terakhir. penghakiman, dan berpuncak pada langit baru dan bumi baru.(12)
Apa yang membedakan postmilenialisme dari amilenialisme bukanlah waktu kedatangan kedua dalam kaitannya dengan milenium tetapi sifat milenium.(13) Sementara amilenialisme memandang Gereja akan mengalami baik kemenangan dan penderitaan secara bersamaan sampai kedatangan kedua, postmilenialisme mempertahankan pandangan bahwa penderitaan Gereja secara bertahap akan diakhiri sebelum Kristus kembali. Mereka mengharapkan zaman keemasan kebenaran di bumi, milenium, di mana gereja mengalami peningkatan kemakmuran dan pengaruh besar pada budaya. Zaman keemasan inilah yang dipahami oleh kaum postmilenialis sebagai milenium. Loraine Boettner mendefinisikan postmilenialisme:
"Postmilenialisme adalah pandangan tentang akhir zaman yang menyatakan bahwa kerajaan Allah sekarang sedang diperluas di dunia melalui pemberitaan Injil dan karya penyelamatan Roh Kudus di dalam hati individu, bahwa dunia pada akhirnya akan dikristenkan. dan bahwa kedatangan kembali Kristus akan terjadi pada akhir periode panjang kebenaran (long period of righteousness) dan kedamaian yang biasa disebut milenium."(14)
Gentry menjelaskan, “Postmilenialisme mengharapkan bahwa pada akhirnya sebagian besar manusia yang hidup akan diselamatkan.”(15) Ini akan mengarah pada “masa dalam sejarah sebelum kedatangan Kristus kembali di mana iman, kebenaran, kedamaian, dan kemakmuran akan menang dalam perkara-perkara manusia dan bangsa-bangsa.”(16) Peningkatan persentase penduduk yang menjadi orang percaya yang berusaha untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, yang secara alami mengarah pada tingkat perdamaian dan keadilan yang lebih besar dan lebih besar lagi di dalam komunitas mereka masing-masing. Penting untuk dicatat bahwa kemakmuran ini adalah hasil dari persentase banyaknya penduduk dunia yang hidup sesuai dengan firman Tuhan.
Kaum postmilenialis biasanya menunjuk pada Amanat Agung, dengan alasan bahwa itu “akan berhasil seluruhnya.”(17) Mereka juga menunjuk pada Mazmur mesianis, khususnya Mazmur 2, tepatnya pada ayat 7-9, “… Aku akan menjadikan bangsa-bangsa milik pusakamu, dan akhir dari bumi milikmu.” Selain itu, mereka menarik perhatian pada perumpamaan Matius 13, yang tampaknya menunjukkan pertumbuhan gereja yang luar biasa.
Premilenialisme
Ada dua sistem pramilenial: premilenialisme historis dan premilenialisme dispensasional. Premilenialisme historis diberi label demikian karena kurang lebih mirip dengan premilenialisme yang dianut pada zaman dahulu yang dikenal dengan istilah chiliasm. Premilenialisme dispensasi mendapatkan namanya dari teologi yang dikembangkan oleh John Nelson Darby pada abad kesembilan belas yang membagi sejarah alkitabiah menjadi serangkaian zaman atau dispensasi. Kedua bentuk premilenialisme mengikuti pembacaan Wahyu 20:1-6 secara kronologis dan lebih literal sebagai kelanjutan dari kembalinya Kristus dan pertempuran terakhir dalam Wahyu 19:11-21.
George Ladd mendefinisikan Premilenialisme sebagai, “doktrin yang menyatakan bahwa setelah Kedatangan Kedua Kristus, [Kristus] akan memerintah selama seribu tahun di atas bumi sebelum penyempurnaan akhir dari tujuan penebusan Allah di langit baru dan bumi baru di zaman yang akan datang."(18) Menurut kaum Premilenialisme historis, zaman sekarang akan berlanjut sampai suatu periode kesengsaraan yang singkat, setelah itu “Kristus akan kembali ke bumi untuk mendirikan kerajaan seribu tahun.”(19) Pada kedatangan kedua akan ada kebangkitan orang-orang percaya dan pengangkatan. Orang-orang percaya yang telah dibangkitkan ini memerintah bersama Kristus, yang akan, “hadir secara fisik di bumi dalam tubuh kebangkitan-Nya, dan akan memerintah sebagai Raja atas seluruh bumi.”(20) Selama periode ini, Setan “diikat dan dilemparkan ke dalam jurang maut sehingga dia tidak akan memiliki pengaruh di bumi selama milenium.”(21) Setelah milenium, Setan dilepaskan untuk waktu yang singkat, di mana dia menyesatkan sebagian dari populasi dunia dalam pemberontakan kepada Kristus. Kristus menghancurkan pemberontakan ini, menghakimi dunia, lalu mengantar ke keadaan kekal. Penafsiran ini mengasumsikan, berbeda dengan amilenialis dan postmilenialis, bahwa peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam Wahyu 19 dan 20 secara kronologis berurutan.
Meskipun Wahyu 20 adalah satu-satunya perikop yang menentukan periode 1.000 tahun, dan dengan demikian berbagai posisi (a-, pre-, dan post-) sebagai "milenial", ini bukanlah pertanyaan kritis yang memisahkan premilenialisme dari dua lainnya. Pertanyaan kritisnya adalah apakah zaman ini akan segera memasuki keadaan akhir/kekal (“zaman keemasan”), atau apakah tahap perantara lebih lanjut dari kerajaan eskatologis (zaman “perak”) terletak di antaranya. Kaum Premilenialis berpendapat bahwa selain Wahyu 20 perikop seperti Yesaya 11 dan 65-66, Zakharia 14, dan 1 Korintus 15:20-28 juga menunjukkan tahap perantara seperti itu, sementara kaum amilenialis dan postmilenialis akan merujuk bagian-bagian ini baik ke zaman gereja atau keadaan akhir.
Kesimpulan
Pertanyaan tentang milenium adalah perdebatan dalam lingkup internal di antara orang-orang Kristen dan ini membutuhkan studi yang rajin ditambah dengan kesediaan untuk sungguh-sungguh mempelajari tulisan dalam alkitab dan interpretasinya. Perbedaan antara pandangan-pandangan ini adalah hasil dari perspektif hermeneutis, eksegetis, dan teologis Wahyu 20 dan bukan masalah bidat melawan ortodoksi. Pertanyaan-pertanyaan hermeneutis yang dapat diselesaikan seseorang termasuk bagaimana menafsirkan bahasa dan gambaran Wahyu, apakah akan mengambil angka sebagai literal atau kiasan, dan bagaimana mendekati hubungan antara Perjanjian Lama dalam Perjanjian Baru. Secara eksegetis, ada perbedaan bagaimana seseorang memandang hubungan antara Wahyu 19 dan 20 jika secara kronologis berurutan atau rekapitulatif. Secara teologis, bagaimana seseorang memandang hubungan antara Israel dan Gereja, sifat nubuat, dan urutan peristiwa eskatologis akan menentukan keputusan hermeneutis dan eksegetis mereka. Berbagai pandangan ini memberikan banyak bukti tentang kesulitan dan kerumitan menafsirkan Wahyu 20 dan bagian-bagian terkait, dan ini membutuhkan kerendahan hati yang sehat ketika mempelajarinya.
Ketika mempelajari Wahyu dan eskatologi terlalu mudah untuk melupakan panggilan Kristus dalam Kitab Wahyu, yaitu untuk hidup berkemenangan sebagai pemenang dari dosa, dunia, dan iblis dan untuk tetap setia kepada-Nya karena dia akan membuat semua hal baik pada akhirnya. Pandangan apa pun yang dianggap paling mencerminkan ajaran Kitab Suci, harus selalu diingat bahwa Kitab Suci selalu menyajikan doktrin tentang akhir zaman sebagai motivasi untuk hidup yang setia. Pada akhirnya, mungkin John Frame menarik perhatian kita pada poin eskatologis yang paling penting: “Sejauh yang saya lihat, setiap bagian Alkitab tentang kembalinya Kristus ditulis untuk tujuan praktis – bukan untuk membantu kita mengembangkan teori sejarah, tetapi untuk memotivasi ketaatan kita.”(22)
Catatan: 1. Anthony A. Hoekema, The Bible and the Future (Grand Rapids: Eerdmans, 1979) 173. Lihat juga: Kim Riddlebarger, A Case For Amillennialism: Understanding the End Times (Grand Rapids, MI: Baker Books, 2003), 19. 2. Anthony A. Hoekema, The Bible and the Future, 173. Hoekema menyebutkan bahwa karena potensi kebingungan ini, beberapa amilenialis lebih memilih istilah milenium yang sudah diwujudkan, karena lebih tepat menggambarkan posisi amilenialis. Hoekema, bagaimanapun, tidak menyukai istilah yang lebih panjang sebagai "yang agak canggung," dan memilih untuk tidak menggunakannya. (173–174) Lihat juga: Riddlebarger 11; Horton, 935. 3. Anthony A Hoekema, “Amillennialism,” The Meaning of the Millennium: Four Views. Edited by Robert G. Clouse. (Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 1977), 182. “General resurrection,” artinya semua orang mati, baik yang beriman maupun yang tidak beriman. Ini bertentangan dengan skema pra-milenium di mana kebangkitan orang percaya dan orang tidak percaya adalah dua peristiwa yang terpisah dan berbeda. 4. Horton, The Christian Faith, 954. “Public raptured,” artinya itu bukan peristiwa rahasia, tidak terlihat oleh dunia. Ini bertentangan dengan pandangan dispensasional yang berpegang pada “pengangkatan rahasia.” Namun, penting untuk dicatat bahwa kaum amilenialis menegaskan pengangkatan: memang, seperti yang ditulis John Frame, “Semua orang Kristen percaya pada pengangkatan. Apa yang unik dari pandangan dispensasional adalah bahwa dalam pandangan itu pengangkatan tidak terlihat dan rahasia.” (John M. Frame, Systematic Theology: An Introduction to Christian Belief. [Phillipsburg, NJ: P&R Publishing Company, 2013], 1089.) 5. Horton, The Christian Faith, 935. 6. Riddlebarger, A Case For Amillennialism, 31. 7. Hoekema, The Bible and the Future, 226-7. Ini adalah titik kritis bagi amilenialisme, karena, seperti yang Hoekema akui, “Jika… seseorang berpikir tentang Wahyu 20 sebagai menguraikan apa yang mengikuti secara kronologis setelah apa yang telah dijelaskan dalam bab 19, orang memang akan menyimpulkan bahwa milenium Wahyu 20:1- 6 akan datang setelah kembalinya Kristus.” (226) G. K. Beale memberikan pembelaan yang panjang terhadap pandangan ini dalam komentarnya tentang Wahyu. (974-983) 8. Kaum postmillennialis termasuk Charles Hodge, Romans (cetak ulang; Edinburgh: Banner of Truth, 1972), 374; John Murray, The Epistles to the Romans, NICNT (Grand Rapids: Eerdmans, 1968), 2:96–98. Kaum amilenialis termasuk Geerhardus Vos, Pauline Eschatology, 87–91; Kim Riddlebarger, A Case for Amillennialism: Understand the End Times (Grand Rapids: Baker, 2003), 180–94. 9. Riddlebarger, A Case For Amillennialism, 31. 10. Loraine Boettner, “A postmillennial Response [To Historic Premillennialism] in The Meaning of the Millennium: Four Views (Robert G. Clouse, ed.; Downers Grove: InterVarsity Press, 1977), 47. Selain itu, ada beberapa bentuk postmilenialisme, mulai dari yang dipegang oleh kaum Puritan dan Jonathan Edwards, dan kaum liberal abad ke-19 dan ke-20 dan pemasok Injil sosial. Pandangan yang dijelaskan di sini adalah pandangan yang dianut oleh Theonomic Christian Reconstructionists, yang telah menikmati popularitas yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir. 11. Gentry, “Postmillennialism,” 52-53.v 12. Frame, Systematic Theology, 1088. 13. Boettner, “Postmillennialism,” 122-123. Namun, ini tidak selalu demikian. John Frame menulis, “Postmil terbaru setuju dengan amil bahwa milenium sekarang, periode dari kenaikan Yesus ke kedatangannya kembali. Namun, beberapa postmil, terutama dalam literatur yang lebih tua, telah mengatakan bahwa milenium adalah bagian dari periode itu, menjelang akhir masa itu, sebelum kedatangan Kristus kembali” (Systematic Theology, 1088). 14. Ibid, 117. 15. Kenneth L. Gentry, He Shall Have Dominion: A Postmillennial Eschatology (3rd ed., Draper, VI: Apologetics Group Media, Gentry Family Trust, 2009), 119. 16. Ibid., 119. See also Boettner, “Postmillennialism,” 120. “Zaman ini berangsur-angsur menyatu dengan era milenium seiring dengan meningkatnya proporsi penduduk dunia yang memeluk agama Kristen.” 17. Frame, Systematic Theology, 1090. 18. George Eldon Ladd, “Historic Premillennialism,” in The Meaning of the Millennium: Four Views (Robert G. Clouse, ed.; Downers Grove: InterVarsity Press, 1977), 17. 19. Wayne Grudem, Systematic Theology: An Introduction to Biblical Doctrine (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1994), 1112. Oleh karena itu, Premilenialisme Historis juga merupakan “posttribulasi” artinya Kristus kembali setelah Kesengsaraan Besar. 20. Ibid. 21. Ibid. 22. Frame, Systematic Theology, 1094.
Saran bacaan: 1. Allen, David L., and Steve W. Lemke, eds. The Return of Christ: A Premillennial Perspective (Nashville: B&H, 2011). 2. Beale, G. K. The Book of Revelation, The New International Greek Testament Commentary, (I. Howard Marshall and Donald Hagner, eds.; Grand Rapids: Eerdmans, 1999). 3. Blomberg, Craig L., and Sung Wook Chung. A Case for Historical Premillenialism: An Alternative to “Left Behind” Eschatology (Grand Rapids: Baker, 2009). 4. Bock, Darrel L., Craig A. Blaising, Kenneth L. Gentry, Robert B. Strimple. Three Views on the Millennium and Beyond. (Darrel L. Bock, ed.; Grand Rapids: Zondervan 1999). 5. Chafer Lewis Sperry, Systematic Theology, Vol. 4 (Dallas: Dallas Seminary Press, 1948). 6. Clouse, Robert G., George Eldon Ladd, Herman A. Hoyt, Loraine Boettner, Anthony A. Hoekema. The Meaning of the Millennium: Four Views. (Robert G. Clouse, ed.; Downers Grove: InterVarsity, 1977). 7. Frame, John M. Systematic Theology: An Introduction to Christian Belief. (Phillipsburg, NJ: P&R Publishing Company, 2013). 8. Gentry, Kenneth L. Jr., He Shall Have Dominion: A Postmillennial Eschatology (2d ed.; Tyler, TX: Institute for Christian Economics, 1997). 9. Gentry, Kenneth, He Shall Have Dominion: A Postmillennial Eschatology (3d ed.; Draper, VI: Apologetics Group Media, Gentry Family Trust, 2009). 10. Grudem, Wayne. Systematic Theology: An Introduction to Biblical Doctrine. (Grand Rapids: Zondervan, 1994). 11. Hoekema, Anthony A. The Bible and the Future. (Grand Rapids: Eerdmans, 1979). 12. Horton, Michael. The Christian Faith: A Systematic Theology for Pilgrims on the Way (Grand Rapids: Zondervan, 2011). 13. Ladd, George Eldon. A Commentary on the Revelation of John. (Grand Rapids: Eerdmans, 1972). 14. Ladd, George Eldon. Crucial Questions about the Kingdom of God. (Grand Rapids: Eerdmans, 1952). 15. Storms, Sam. Kingdom Come: The Amillennial Alternative (Ross-Shire, Scotland: Christian Focus Publications, 2013). 16. Riddlebarger Kim, A Case For Amillennialism: Understanding the End Times. (Grand Rapids: Baker, 2003).
Alan S. Bandy (PhD, Southeastern Baptist Theological Seminary) adalah profesor Perjanjian Baru dan Bahasa Yunani di Oklahoma Baptist University.
Diterjemahkan oleh Wira Y. dari sebuah esai yang berjudul “The Views of Milenium” yang pernah dipublikasikan di website The Gospel Coalition.
0 notes
wisdomfish · 11 years
Text
Finished!
Amillennialism, dispensational premillennialism, historic premillennialism, postmillennialism, preterism. These are difficult words to pronounce and even harder concepts to understand. A Case for Amillennialism presents an accessible look at the crucial theological question of the millennium in the context of contemporary evangelicalism.
This study defends amillennialism as the historic Protestant understanding of the millennial age. Amillennarians believe that the millennium of Christ's heavenly reign is a present reality, not a future hope to come after his return.
Recognizing that eschatology, the study of future things, is a complicated and controversial subject, Riddlebarger provides definitions of key terms and a helpful overview of various viewpoints. He examines related biblical topics as a backdrop to understanding the subject and discusses important passages of Scripture that bear upon the millennial age, including Daniel 9, Matthew 24, Romans 11, and Revelation 20.
Regardless of their stance, readers will find helpful insight as Riddlebarger evaluates the main problems facing each of the major millennial positions and cautions readers to be aware of the spiraling consequences of each view.
0 notes
by Kim Riddlebarger | We live in a perilous age and false teachers will come into our midst. They will seek to steal your souls (after emptying your wallets). Do you know how to spot them? Can you contend against them? If not, its time to get started. In the words of Jude, brother of James and Jesus, “Beloved,...
6 notes · View notes
holyisjesus · 7 years
Photo
Tumblr media
▫Ephesians 1:15-23▫ Jesus died for our sins, he was raised for our justification, and then he ascended into heaven, where at this very moment he is seated at God's right hand. ... Sitting at God's right hand is not only symbolic of our Lord's rule over all things (from human history, to his rule over our lives in our sanctification, even to death and the grave), but it means that Jesus took our flesh into heaven. ... What benefit do we receive from Christ's ascension into heaven? First, that He is our Advocate in the presence of His Father in heaven. Second, that we have our flesh in heaven as a sure pledge, that He as the Head, will also take us, His members, up to Himself. Third, that He sends us His Spirit as an earnest, by whose power we seek those things which are above, where Christ sits at the right hand of God, and not things on the earth. Not only does Christ's resurrection and ascension demonstrate God's absolute power over death and the curse of human sin, but serves as the basis for our hope as Christians. Jesus' resurrection and ascension means that the one who redeemed us, and who has all power, is presently in heaven, where he is directing all things according to the will and purposes of the Father. It also means that Jesus is present with us through his word and sacraments through the power of the Holy Spirit. This is what Paul is praying that we will understand, so that we actually live (and enjoy) the hope which Jesus secured for us. This is the content of the word of truth which has been preached to us and which we have believed, and in which we have placed our hope. ~ Kim Riddlebarger #Christian #Christianity #Jesus #Christ #JesusChrist #faith #KingJesus #help #believer #Bible #BibleVerse #HolyBible #word #verse #quote #Truth #Gospel #followJesus #quotes #today #hope #Christians #HolySpirit #WordOfGod #afternoon #reformed #resurrection #Savior #God #amen
2 notes · View notes