Tumgik
#Semesta
andromedanisa · 8 months
Text
Neptunus yang kau sangka sebagai jalur edarmu. Nyatanya dia pergi jauh meninggalkanmu sendirian. Mungkin bagimu semua hal didunia ini bisa pergi begitu saja tanpa berpamitan lebih dulu kepadamu. Namun satu hal yang harus kamu tahu dan kau pahami. Bahwasanya semua boleh meninggalkanmu begitu saja, namun tempat kembali hanya ada satu. Dia yang selalu melihatmu dalam keadaan terburukmu sekalipun, tetap akan menerima dengan segala hal yang telah menyakitimu hingga begitu hancur.
Allaah, ada untukmu. Dia tempatmu untuk pulang dan mengeluh tentang bagaimana dunia begitu buruk memperlakukanmu. Neptunus yang kau sangka sebagai jalan edarmu hanyalah salah satu dari ujian yang harus kamu lewati. Perlakuanmu kepadanya akan membuatmu mengerti tentang sebuah rasa mengikhlaskan atau kesadaran..
Relakan Neptunusmu pergi. Allaah akan ganti dengan Neptunus yang lain. Atau mungkin Allaah akan menghadirkan pertemuanmu dengan Saturnus, Uranus, atau mungkin Merkurius kedalam hidupmu. kamu tidak akan tahu nasib masa depan bukan? Jadi tenanglah, sepekat apapun malam. Hal itu akan berlalu juga. Sesakit apapun kesedihan, ia pun akan terlewati juga.
Jangan lupa meminta kebaikan kepada Allaah, meminta dikuatkan atas segala rasa sakit dan kehilangan yang membuatmu lebur. Mintalah ganti yang lebih besar lagi untuk kehidupanmu, sebab Allaah tak pernah bosan mendengar segala rintihmu. Siapapun nanti dan bagaimanapun jalan edarmu, kamu jangan pernah meninggalkan harap untuk selalu berbaik sangka kepadaNya.
Jangan pernah tinggalkan doamu sekalipun kamu begitu merasa hancur dan ingin sekali berhenti. Jangan pernah tinggalkan. Sebab doa adalah lentera untukmu, untuk menemukan jalan keselamatan setelah terombang-ambing diluasnya kehidupan dunia ini.
Allaah selalu ada untukmu, sekalipun kamu mungkin lupa dan berniat untuk menjauh dariNya. Allaah selalu ada dengan begitu banyak Rahmat dan kasihNya kepada makhluk ciptaanNya. Demikianlah agar kamu tahu untuk sekadar tahu diri...
196 notes · View notes
sastrasa · 3 months
Text
Aku ingin menjadikanmu rumah, berhenti singgah. Membiarkanmu jadi pusat semestaku, tempat berputarnya duniaku. Tapi aku ragu, apakah kamu juga akan begitu?
- Sastrasa
40 notes · View notes
sajakjalansunyi · 7 months
Text
Jangan mencintai orang terlalu dalam nak. Karena jika kau kehilangan dia, kaupun akan kehilangan dirimu dan jangan benci orang terlalu besar nak, karena benci itu seperti mengharapkan orang yang kau benci mati dengan segelas racun yang kau teguk untuk dirimu sendiri.
Yang sedang-sedang saja nak. Cinta yang tidak membuatmu kehilangan dirimu sendiri dan benci yang tidak membunuh esensi kemanusiaanmu
68 notes · View notes
aksarapunyacerita · 10 months
Text
Penyesalan ku kali ini adalah, aku menyesal karena telah mengenalkan bagaimana cantiknya langit ke kamu. Karena setelah itu, setiap kali aku menatap langit, aku justru kembali mengingat mu.
-Semesta
109 notes · View notes
duniapetualangkata · 6 months
Text
Mau sampai kapan kita hidup dengan cara pandang orang lain, kamu harus begini kamu harus begitu atau hidup dengan beban pemikiran aku tidak cantik, tidak kaya, aku jomblo, aku belum nikah dan pemikiran yang akan hanya merusak dirimu.
Dunia tidak peduli keadaan mu, dunia tidak peka dengan penderitaan mu pun dunia tidak mengganggap kamu ada.
Semesta kita tidak terukur, memberikan ujian yang berat untuk di lalui meski sulit di terima tapi kita harus menerimanya dan kejamnya kita sendirian harus melaluinya.
51 notes · View notes
diksi-faa · 9 months
Text
Ragu
Jejak bebas itu merindu. Namun seketika hujan menjawab temu. Sungguh aku tak siap pilu. Wahai angin tolong sampaikan pada hati yang kelu. Ini hanya keliru. Sebentar lagi, biarlah semesta yang menepis ragu. Percayaku.
Dan yaaa semesta benar-benar menepis ragu
Jarak antara ragu dengan tidak hanyalah pada keyakinan dalam mengambil keputusan. Putuskan segala sesuatu yang perlu dilepas maupun ditahan. Agar hati tak memiliki keraguan, agar hati selalu dalam kedamaian
Faa
29 notes · View notes
dedehighdream · 6 months
Text
Perjalanan spiritual adalah perjalanan yang sepi. Semakin tinggi kesadaran kita, semakin tersingkir orang-orang yang tidak lagi selaras dalam hidup kita.
Barulah kita menyadari bahwa tidak ada sahabat yang paling jujur dan setia selain diri kita sendiri.
Pada awalnya, mungkin kita merasa kehilangan dan kesepian. Kita tidak lagi memiliki orang-orang yang biasa kita ajak berbagi.
Namun seiring waktu, kita akan menyadari bahwa ini adalah hal yang baik. Kita akan menemukan kedamaian dan kebahagiaan dalam kesendirian.
Ruangsemesta ~
11 notes · View notes
dipenakala · 10 months
Text
Pada semesta berikutnya
Tumblr media
Dalam sebuah puisi yang pernah saya baca, si penyair dengan tegas menulis bahwa hidup adalah doa yang panjang. Mari kita berkhayal sebentar, larut dalam bual perkara kehidupan penuh tanya sambil belajar menyambut perpisahan yang tak terduga —memahirkan diri siapa tau benar terjadi.
Namun yang pasti, di semesta berikutnya, saya ingin bergerak jadi angin yang mampu menukar dingin yang membuat engkau gusar. Jika tidak, saya ingin beranjak jadi ombak yang tiada takut mengikis pantaimu dari nasib tragis. Jika tidak, saya ingin jadi air di danau tenang lalu melenyapkan segala keraguan yang kerap menghantui pikiran. Jika tidak, saya ingin jadi tanah yang menjagamu dari manusia serakah walau harus bersusah payah, atau bahkan berdarah-darah. Atau setidaknya saya ingin menjadi sebuah keyakinan di antara ketidakyakinan.
Di semesta berikutnya, entah di langit ketujuh atau laut terdalam sekali pun, sampai doa tidak sia-sia atau sampai manusia lupa dan berada pada medium asing seperti merasa terlahir kembali tanpa mengingat apa-apa, saya masih ingin hidup dengan engkau —sebanyak ratusan kali lagi.
Tapi dengan keputusasaan, saya sadar, bahwa sejatinya, semua hanya sebuah ungkapan yang tak akan pernah jadi nyata.
Tumblr media
Inspired by: Hee-tae & Myung-hee, Youth of May.
21 notes · View notes
duniasoputra · 8 months
Text
t a w a
untuk setiap do'a yang saat ini masih dilangitkan,
untuk do'a yang saat ini (barangkali) sudah dikabulkan,
untuk semua do'a yang saat ini masih menjadi angan dan misteri,
untuk do'a yang saat ini mungkin telah digantikan dengan hal yang lebih baik (lagi).
Kita rayakan semuanya. Menertawakan keadaan diri sendiri. Memeluk do'a demi do'a yang sudah atau entah kapan dikabulkannya. Mari, kita berdo'a semoga semesta mendukung segala hal baik yang kita harapkan. Mari, kita belajar untuk menelan setiap aman yang ada. Belajar menerima segala hal baik atau hal buruk yang datang silih berganti.
mirai, 01 september 2023
12 notes · View notes
cakechoco · 2 months
Text
Disaat aku lebih suka mengunjungi lautan. Kamu memilih diam memandangi langit. Dan kita takkan pernah bersua dalam satu semesta.
6 notes · View notes
merayusemesta · 3 months
Text
semenjak pertemuan itu, hatiku terus tumbuh padahal tak pernah kusirami, entah apa yang membuat lajunya tumbuh dengan subur. apakah kamu tanah yang selama ini aku cari hingga aku berani-beraninya tumbuh secara liar? entah, aku juga masih menerka-nerka.
aku takut aku sebegitu yakin denganmu, mungkin kamu sama sekali tidak. aku ragu dengan kepingan-kepingan rindu yang terus berjatuhan menjadikanku gundah gulana, ini perasaan yang memang tertuju padamu apakah hanya ilusi semu yang terus mengerogoti mataku berupa wujudmu.
ah, sialan wujudmu selalu membayangiku setiap waktu sampai terkadang aku tak bisa tidur, wujudmu melayang -layang di atas seraya merayuku untuk terus memikirkanmu, wujudmu terlalu manja seakan mengajak bercumbu setiap waktu.
4 notes · View notes
penyairmu · 1 year
Text
Bu, anakmu sekarat.
Terimakasih untuk segala upayamu dalam membuatku merasa cukup dan aman, maafkan anakmu ini Bu. Sempat terbesit membencimu tanpa melihat betapa besar pengorbanan yang telah kau lalui dibelakang sana. Maaf, sebab pernah begitu hebat tidak menyukai caramu mendidik kami. Keras kasar suaramu adalah caramu memberi kasih, agar menjadikan kami sebagai manusia kuat sepertimu.
Karena kehidupan tidak selalu menawarkan kebahagiaan semata-akan lebih banyak derita yang hinggap diberanda rumah dan kita suka tidak suka dipaksa menerima dari segala rasa sakit itu. Bahwa perkara kehidupan, kita harus menerima pahit getirnya sebuah kenyataan yang acapkali mengkhianati ekspektasi.
Bu, aku sudah beranjak dewasa tau mana yang benar dan tidak baik untukku. Seperti yang pernah kau bilang waktu itu saat kau terbangun dari tidur lelapmu untuk mengais selembar rupiah yang bisa membuat perut kita tak kosong. Tak peduli bagaimana bapak yang lebih memilih melanjutkan mimpi didalam tidurnya, kau bersikeras mengesampingkan rasa kantukmu untuk menjalani kerasnya dunia luar yang panas akan terik matahari pun dinginnya pagi buta, menusuk pori-pori kulitmu-belum lagi jika musim hujan mulai menyapa bulan September dimana setiap pagi buta kau harus menggigil kedinginan.
Namun sedikit pun tak kudapati kau mengeluh, saat itu aku masih cukup muda untuk memahami segala sesuatu.
Kelak jika kau mendapati seorang lelaki yang tak menginginkanmu, tak mencintaimu setulus cinta yang kau punya. Maka lebih baik tinggalkan saja ia, cari yang lebih baik darinya. Materi, fisik bukanlah alasan untuk kau bisa bahagia saat bersama dengannya. Lihat bagaimana dia memperlakukanmu sayang, apakah membuatmu aman atau tidak segera ambil langkah untuk mengambil keputusan.
Kata siapa perempuan tidak bisa hidup tanpa lelaki? Kamu tidak perlu khawatir sayang, sebab semua sudah ada yang mengaturnya bukan? Cintai mereka yang tulus terhadapmu, perlakukan mereka dengan baik dan jika kau tidak mendapat balasan yang sama maka tempatmu bukan disana, segeralah beralih dan kau akan dapati suatu tempat dimana kau tak lagi ingat untuk kembali pulang sebab didekatnya kau sudah merasa tak ingin pergi kemanapun.
Disetiap malam yang sunyi, kau terbangun untuk kemudian bersujud dan meminta doa yang entah isinya apa. Aku pun terbangun, lalu kita berbincang akan banyak hal ditengah malam menuju pagi buta. Bagian paling menyenangkan adalah saat kau dengan semangat dan ceria menceritakan kenangan masa silam.
Dicintai oleh lelaki hebat, di mudahkan dalam setiap perjalanan untuk mencari rezeki demi keluarga. Bagaimana kerasnya hidup yang kau lalui semenjak ditinggal ayah, sosok lelaki pertama yang kau cintai dengan hebat namun aku mengasihanimu Bu, maaf bukan tidak sopan atau kurang ajar aku hanya merasa mengapa wanita sebaik dirimu, sehebat dirimu harus disandingkan dengan pria semacam bapak? Jika aku boleh meminta, aku berharap ibu sama bapak tidak pernah bertemu supaya ibu bisa bahagia dan tak melulu sedih seorang diri.
Bu, diusiaku saat ini. Aku belum bisa memberikanmu apa-apa selain beban yang kucoba kurangi dengan tak meminta apa yang tak bisa kau beri. Aku cukup sadar diri, betapa malu dan tidak bergunanya aku sekarang. Tapi perlu kau ketahui Bu, disetiap nafasku akan selalu ingat bagaimana rupamu yang menahan getir, bagaimana senyumanmu yang selalu berhasil mendamaikan jiwaku ketika kita saling melempar candaan. Sesekali candaan kami memang bisa membuatmu murung atau bahkan sedih, maaf Bu kami tidak bermaksud demikian.
Kami hanya ingin melihatmu tertawa tanpa beban, bercerita tanpa takut ada yang menghakimi. Aku lebih menyukai mendengarkan ceritamu yang berulang kali kau bahas-bosan mungkin sempat terlintas di kepala, tapi begitu melihat kau tersenyum senang sungguh aku juga ikut senang melihatnya.
Bu, semoga aku bisa menjadi satu-satunya anakmu yang mewujudkan mimpimu dulu. Anakmu yang ringkih fisiknya ini, yang sering sakit-sakitan ini. Yang banyak menutupi lukanya seorang diri hanya karena tidak ingin melihatmu sedih sebab anaknya yang paling dijaga ini malah gagal untuk kesekian kalinya. Bu, maafkan aku yang masih belum menjadi apa-apa..
Aku terkadang kecewa pada diriku sendiri Bu, bagaimana bisa aku sehebat dirimu? Aku sudah gagal, kembali membuatmu kecewa atas kesalahanku sendiri. Ketidaktahuan dan hilang arah, membuatku lupa diri akan tujuan untuk apa aku ada disini. Aku hilang akal Bu, saat kau lebih mementingkan anakmu yang tengah dilanda duka itu-aku berjalan seorang diri tanpa ada yang mengarahkan, aku tak punya siapa-siapa-merasa kesepian sampai aku lupa tujuan awal aku mencari apa didunia ini.
Bu, lelaki hebat yang sering kali membuatmu tersenyum saat aku menceritakannya adalah seseorang yang dengan hebat melukaiku bukan hebat dalam artian yang kau maksud selama ini. Aku menahan diri, menutup suara supaya ucapanmu benar adanya. Bukankah ucapan seorang ibu itu adalah doa? Maka dari itu aku membiarkanmu berucap baik tentangnya tak peduli dalam hati ini aku menahan tangis yang pilu.
Bu, lelaki itu tak hayal bedanya dengan para bedebah itu. Mereka mencuri apa yang tidak sepantasnya mereka dapatkan. Mereka mengambil paksa apa yang dijaga dengan prinsip yang kuat. Dia menghancurkan mimpi seorang gadis remaja yang beranjak dewasa masih polos dan tidak tau apa-apa mengenai ketulusan.
Bu, seperti yang kau bilang ditengah malam itu. Kini aku sudah mengambil langkah, tak peduli bagaimana masa depan akan menghakimiku seorang diri. Tak peduli bagaimana nantinya aku akan tetap seorang diri. Bu, aku memilih pergi dari apa-apa yang mendatangkan luka dan perih. Luka yang lalu pun belum sembuh,kini harus kembali mendapatkan luka yang baru dari orang berbeda. Sialnya, aku semakin tak berdaya Bu.
Fisik lemah ini, benar-benar mengganggu kinerja keseharianku Bu. Aku membenci diri ini, mengapa aku harus selemah ini? Menahan rasa sakit didada setiap kali mendapati kabar buruk, duka yang bertamu tanpa aba-aba itu selalu memperburuk suasana bu. Aku terengah-engah tanpa perlu berlari. Aku hampir kehilangan oksigen, padahal udara disekitarku begitu penuh. Aku hampir kehilangan warasku hanya karena sebuah fakta menikam dada serta kepalaku dengan keras.
Dia berkhianat Bu, dia melukaiku dengan hebat. Dia mencintaiku dengan penuh kepalsuan Bu. Aku tidak tau harus mengatakannya apa lagi demi mendeskripsikan rasa sakit yang terlanjur aku terima dengan lapang. Bu, aku ingin berhenti. Tapi, aku belum membuatmu bahagia lalu bagaimana mungkin aku menyerah semudah ini?
Aku ingin pulang Bu, tapi aku belum berhasil membuatu bangga. Jika aku bercerita, tentang sebuah mimpi menjadi seorang penulis yang karyanya dikenal banyak orang apa kau akan bangga bu? Setidaknya, aku bisa menghasilkan rupiah atau bahkan dollar untuk bekal masa tuamu. Bu, maaf jika sekarang aku tak bisa memberimu apa-apa. Aku hanya menunggu waktu, semoga Allah memberi kemudahan bagi kami untuk bisa membahagiakanmu dimasa tua nanti. Sungguh, tak ada sedikitpun rasa benci dihati kami atas apapun yang terjadi dimasa lalu. Anak perempuanmu ini dipastikan bisa membuatmu tak perlu pulang ke tanah kelahiranmu. Semoga doa-doa yang selalu kau panjatkan disepertiga malam itu, dikabulkan oleh sang pencipta.
Bahagia selalu ya Bu, jangan lupa untuk mendoakan kami supaya menjadi manusia yang benar dan tidak pernah berjalan dijalan yang salah. Aku mencintaimu Bu, peluk hangat dari anakmu yang sekarat ini.
-dyantii98 'bdg081222'
19 notes · View notes
sastrasa · 8 months
Text
Aku hanyalah kerlipan kecil di semesta yang begitu mega.
Langsung lenyap saat dihembus udara.
Sekaligus hilang tertiup samudera.
- Sastrasa
8 notes · View notes
sajakjalansunyi · 5 months
Text
Rumi pernah berkata, "Jangan lari, terlukalah sampai kau benar-benar sembuh". Hanya dalam hati aku berujar, sudah berhitung tahun. Aku tak lari kemana-mana demi menjaga kenangan, tapi mengapa aku tak sembuh-sembuh jua?
51 notes · View notes
Text
Saat ini, semesta ikut serta bersuara
Menemani jeritan hati yang sedang menggema
Ah, rupanya dopamin berhasil memicu senyuman dan pipi merah
Entah ini candu jenis apa,
Yang berhasil meruntuhkan daftar syarat jatuh cinta 
Hingga nalar mulai menyerah, berbalik arah
Patuh dan tunduk pada rasa
Lalu, bagaimana semestinya aku berbuat, Tuan?
Sebelum kau jawab, izinkan aku menyampaikan pesan
Terima kasih atas kemurnian jiwa yang kau resonansikan.
Getarannya, telah aku terima dalam alam bawah sadar.
Terima kasih juga, telah mengorbit dalam semestaku yang sederhana,
Selamat melanglang buana, menyusuri jagat rayaku yang penuh ketidaksempurnaan dan kekurangan. 
Semoga saja, kau bisa menerima dengan lapang dada, ya.
Dariku, 
Yang malu-malu mengakui pancaran kharismamu, Tuan
Untukmu,
Yang mendadak hadir pada semestaku tanpa rencana
Home, 27 November 2022
iherewith-unspokenwords
18 notes · View notes
senjadansastra · 8 months
Text
Refleksi Tubuh, Jiwa, dan Semesta
Dalam kesepian yang dalam ini, aku tenggelam dalam kontemplasi yang mendalam, merenungi jejak-jejak bulan-bulan yang telah menjelajahi hatiku. Terdapat beragam peristiwa, nuansa senang yang gemerlap dan duka yang mendalam, mungkin kali ini duka mendominasi, dalam pertimbangan yang mendalam ini, sebagai manusia, aku semakin sadar akan keterbatasan yang mendalam dalam diriku.
Seakan-akan dunia yang sebelumnya tegak kokoh itu tiba-tiba runtuh dalam sekejap, merenggut gairah yang telah lama menjadi pusat perhatian, menyuguhkan diriku pada realitas yang pahit. Dalam waktu yang singkat, tubuhku yang rapuh tak mampu lagi menahan derasnya tekanan yang menyergap, dan hasilnya terukir dalam coretan merah yang melambangkan awal dari perubahan yang mendalam dalam perjalanan hidupku. Dulu, aku mungkin acuh terhadap raga yang telah dianugerahkan oleh Sang Pencipta, tetapi kini, aku telah berubah menjadi lebih peduli, dengan tulus, aku menjauhkan diriku dari penzaliman terhadap tubuhku yang telah menjadi sahabatku selama menjelajahi dunia yang luas ini.
Masih ada banyak impian dan harapan yang tersemat di dalam relung hatiku, dan jika aku gagal mengubah diri, aku hanya akan meraih kehancuran. Kini, dunia ini tampaknya diawasi oleh kekuasaan yang lebih tinggi, yang akan memberikan teguran jika aku melanggar batas yang telah ditentukan, membuatku kembali ke jalan yang benar. Meskipun rasa takut meliputi hatiku, aku menyadari bahwa itu adalah tanda kasih Sayang dari Sang Pencipta.
Aku harus mengakui, aku masih jauh dari gambaran seorang hamba yang tunduk, tetapi dalam naik turunnya imanku, aku berupaya untuk selalu mendekatkan diri pada kebaikan. Dalam keheningan ini, aku merenung, apakah suatu hari nanti aku akan mampu menjalani kehidupan yang sesuai dengan cita-citaku dengan kebahagiaan yang melimpah. Aku tetap optimis dan penuh semangat, meskipun saat ini, suasana hatiku gelisah dan tak menentu.
Aku merindukan hangatnya cinta semesta yang merangkulku, dan juga diriku yang dulu begitu polos, suci, dan hanya mengharapkan kebahagiaan. Kamu yang telah menemani perjalanan panjangku, melewati jalan yang berliku, berbatu, dan bahkan kadang-kadang terlihat begitu lurus tanpa hambatan. Semuanya adalah persiapan yang telah diatur oleh Sang Pencipta untuk membuatku lebih kokoh dalam menghadapi dinamika kehidupan.
Sebagai manusia, kita seringkali hanya menginginkan kenikmatan semata, namun apakah itu tujuan sejati kita di bumi ini? Bukankah kita sendiri yang telah diberikan pilihan untuk tetap menjadi manusia atau memilih jalan lain sejak awal? Terlalu sering kita melupakan hakikat ini.
Kembali pada refleksi diri ini, aku menyadari bahwa apa yang aku hadapi saat ini mungkin terkait dengan perbuatan di masa lalu. Dalam tulisan ini, aku dengan sungguh-sungguh menyatakan niatku untuk menutup babak itu dan menjadi individu yang lebih baik, yang akan fokus kembali pada apa yang ingin kucapai. Aku percaya, aku pasti akan berhasil. Semoga renunganku ini akan membawaku menuju muara kebahagiaan yang akan membuat orang-orang di sekitarku bangga, bahkan semesta ikut bersorak atas pencapaianku.
2 notes · View notes