Tumgik
#Wafatnya
sitemenoreh · 2 years
Text
Hasyim Asyari Tokoh Pesantren Tulen
Hasyim Asyari Tokoh Pesantren Tulen
Menoreh.co – Hadhratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari (1871-1947) sedari awal merupakan salah seorang tokoh ulama pesantren yang gigih menentang kolonialisme. Ia selalu dijadikan rujukan dan nasihat dalam pengambilan kebijakan oleh tokoh-tokoh nasionalis seperti Soekarno, Jenderal Soedirman, Bung Tomo, dan lain-lain. Termasuk konon dalam menentukan tanggal kemerdekaan 17 Agustus 1945 pada bulan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
sarang-berita · 2 years
Text
Berita Terkini dan Terupdate setiap hari. https://sarangberita.xyz/
0 notes
hidayatuna · 2 years
Text
Wafatnya Orang Ulama adalah Musibah
Wafatnya Orang Ulama adalah Musibah
HIDAYATUNA.COM – Umat Islam di Bangkalan masih berduka sedalam-dalamnya atas wafatnya ulama NU, KH Fakhrillah. Sebab beliau tidak hanya pengasuh PP Syaichona Kholil Bangkalan, tetapi juga Rais Syuriah PCNU Bangkalan. Wafatnya sang ulama yang juga Mursyid Tarekat Syadzilyah, Pimpinan Ahbabur Rasul dan jamaahnya ini dikenal dengan nama Fakher’s Mania. Dari banyaknya peran ini wafatnya seorang ulama…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
aggilbewara · 2 years
Text
Belajar dari Wafatnya Asih, Yana Minta Seluruh Faskes Sigap
Belajar dari Wafatnya Asih, Yana Minta Seluruh Faskes Sigap
Bewarajabar | Bandung – Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengingatkan fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Bandung untuk terus memberi pelayanan terbaik pada masyarakat. Pelayanan harus diberikan tanpa membeda-bedakan jenis fasilitas kesehatan yang dimiliki pasien. Hal itu ditegaskan Yana usai mengunjungi kediaman Arif Susanto (36) di Gang Laksana, Jalan Ahmad Yani Kota Bandung, Sabtu 21 Mei…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
ghyyts · 9 months
Text
Hijriyyah. Ia yang berlelah, bersejarah, nan berlimpah berkah.
“Demi Allah, aku akan sampaikan kepada kalian usul yang jitu!"
Pekiknya lantang mememuhi seisi ruang, ruang dimana pembesar kafir Quraisy saling berjumpa, ruang dimana keputusan "pembunuhan Rasulullah" menjadi kesepakatan bersama. Daaru An-Nadwah, begitulah mereka menamai ruangannya.
"Kita ambil dari setiap suku Quraisy seorang pemuda yang terbaik dan paling tangguh. Tiap-tiap pemuda itu membawa pedang, lalu semuanya menikam Muhammad secara bersama-sama. Kalau begitu, darah Muhammad akan terbagi kepada seluruh suku. Marga Bani Hasyim itu (asal marga Rasulullah) tidak akan sanggup memerangi seluruh Quraisy. Dan kalau mereka menyadari hal itu, pasti mereka mau menerima tebusan alih-alih perang. Dengan demikian, kita bisa tenang dan terbebas dari gangguan Muhammad!" Lanjutnya.
Siapa pula yang bisa menolak usulan ini? Ia yang berusul adalah seorang tetua Quraisy. Ia adalah Amr ibn Hisyam, lebih akrab kita kenal dengan sapaan "Abu Jahal" atau "Bapak Kebodohan".
Sedikit kita mundur ke belakang. Perkumpulan ini adalah rapat darurat, pemuka kafir Quraisy seketika berkumpul kala mendengar rencana Hijrahnya Rasulullah menuju Madinah. Teramat pentingnya perkumpulan ini, sebuah riwayat bahkan menyebutkan bahwa Iblis turut hadir dalam rapat tersebut dengan menyamar sebagai orang tua dari daerah Najed, perannya ialah sebagai penghasut ulung. Ia terus menggiring opini peserta agar dapat memutuskan tindakan tepat, tindakan yang dapat menghentikan laju dakwah di bumi Allah.
Singkat cerita, rapat terlaksana, banyak usul tertolak, ide gila abu jahal terlontarkan, iblis lantang menyatakan dukungan, kesepakatan diputuskan, rencana dijalankan, Jibril datang membawa pesan serta membocorkan rencana pembunuhan, dan atas izin Allah, hancurlah segala tipu daya mereka. Allah takdirkan Nabi Muhammad serta Abu Bakar tiba di madinah dengan berbagai mukjizat dan peristiwa.
"Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan tipu daya terhadapmu (Muhammad) untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya." (Al Anfaal : 30).
Selengkapnya, dapat kita baca bersama dalam berbagai kitab yang memaktubkan Sirah Nabawiyyah yang mulia.
.
Hijriyyah/هِجْريّة terdiri dari "هِجْر" yang berarti "Hijrah" dan "ﺍيّة" yang bermakna penisbatan kepada hijrah. Sehingga Hijriyyah dimaknai sebagai penanggalan tahun berdasarkan hijrah. Sejalan dengan apa yang kita semua ketahui, bahwa penanggalan 1 Hijiriyah memanglah ditetapkan pada Hijrahnya Rasul dari Makkah menuju Madinah.
Sejatinya, dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa perhitungan Hijriyyah hendak dimulai saat wafatnya Rasulullah. Namun khalifah Umar berpikir sebaliknya, Ia tak ingin menjadikan perayaan awal tahun selalu dirundung oleh duka sebab mengingat wafatnya Kekasih Allah itu.
Maka atas usulan Ali ibn Abi Thalib dan keputusan Amirul Mukminin Umar ibn Khaththab, hijrah dijadikan sebagai awal mula penanggalan "Hijriyyah".
Hijrah.
Ia penuh akan suka, cita dan kegembiraan. Selayaknya suka cita penduduk Madinah dalam menyambut Rasulullah yang muncul di sela bukit Wada’. Mereka melantunkan syair kegembiraan,
طلع البدر علينا *** من ثنيات الوداع
وجب الشكر علينا *** ما دعا لله داع
أيها المبعوث فينا *** جئت بالأمر المطاع
Ia menjadi tonggak peradaban. Selayaknya pembangunan Masjid Nabawi, sebagai pusat berkembangnya segala aktivitas keislaman.
Ia penuh akan kebersamaan dan persatuan, selayaknya pertemuan Muhajirin dan Anshar, selaku berkah yang Allah berikan dalam meningkatkan kokohnya kaum muslimin dalam basis keanggotaan.
Hijrah memanglah penuh lelah dan susah payah. Namun ia juga bersejarah, berlimpah ruah dengan berkah.
Semoga Allah wujudkan Hijriyyah tahun ini penuh akan suka, cita dan kegembiraan; Allah wujudkan Hijriyyah tahun ini sebagai masa insyaf diri serta memulai perubahan; Allah wujudkan Hijriyyah tahun ini sebagai waktu merajut kembali kebersamaan dan persatuan.
Wallahua'lam bishawab~
54 notes · View notes
l-edelweis · 6 months
Text
Tentang Tanah Haram
Salah satu rombonganku kemarin cerita, umroh yang kemarin itu adalah umrohnya yang ke-12. Lalu katanya, yang paling berkesan adalah umroh yang pertama.
Jadi bismillah, aku mau mengabadikan perjalanan pertama ke Haramain kemarin di sini. Supaya kesannya abadi. Untuk kubaca lagi nanti-nanti.
Selain bersyukur sekali karena bisa hadir ke dekat Ka'bah langsung, aku senang dan bersyukur karena bisa mengunjungi tempat-tempat bersejarah umat Islam. Perjalanan kemarin buat aku, selain perjalanan spiritual juga jadi perjalanan intelektual. Jadi review beberapa materi pelajaran di Mu'allimaat: Tarikh, Fiqih, Tafsir, dan sedikit Nahwu Shorof (so sad karena sering ditanya muthawwif tentang bahasa arab tapi aku sudah banyak lupa. Haha pressure emang kalo ketahuan mantan anak pondok) (tapi jadi terinspirasi juga buat terus review catetan-catetan (nggak cuma bahasa arab)).
Aku banyak amaze-nya waktu berkunjung, melihat, dan menyaksikan langsung hal-hal yang selama ini hanya kutahu dari buku, dari Al-Qur'an, dari cerita-cerita, atau dari pelajaran-pelajaran sejarah. Rasanya kayak, segala yang ada di khayalanku saat itu, kemarin jadi 'berwujud', jadi 'nyata', jadi 'eksis' sebenar-benarnya eksis secara inderawi.
Di Madinah dan di Mekkah, dua kota suci ini punya tempat-tempat tersendiri yang menarik buat aku. Salah satunya di Madinah adalah Taman Tsaqifah Bani Saidah. Sebuah tempat dekat Masjid Nabawi yang masih dijaga keasliannya sampai sekarang. Di tempat inilah, dulu menjadi tempat pengangkatan Abu Bakar Ash-Shidiq sebagai khalifah pertama. Sebagai pemimpin setelah Rasulullah meninggal. Waktu itu, yang dipikirkan umat islam pertama kali setelah Rasulullah wafat adalah siapa pemimpin kita? Masyaallah. Sepenting itu peran pemimpin, sepenting itu peran Rasulullah sebagai pemimpin mereka, hingga saat beliau wafat yang dipikirkan pertama adalah memilih pemimpin, baru kemudian mengurus jenazah Rasulullah. Bisa dibayangkan bagaimana gerceupnya orang-orang yang terlibat dalam pemilihan khalifah waktu itu, karena tidak mungkin juga membiarkan jenazah Rasulullah berlama-lama tidak segera diproses untuk dikuburkan.
Di antara hotel-hotel yang berdiri, perluasan Masjid Nabawi, dan bangunan-bangunan lainnya, Taman Tsaqifah ini tidak berubah. Masih asli; sebuah perkebunan kecil yang ditumbuhi beberapa pohon kurma, dan dibuat pagar di sekelilingnya untuk menjaga keasliannya.
Rombongan kami juga diajak untuk ziarah ke Makam Syuhada Uhud di salah satu sisi Gunung Uhud, yang menjadi saksi Perang Uhud dan wafatnya sekitar 70 khalifah muslim. Mereka yang wafat dikuburkan di sini. Masyaallah. Allahummaghfirlahum.
Ustadz Hasmar sebagai muthawwif rombongan kami, bercerita tentang tempat ini. Suatu hari pernah ada hujan besar yang menyebabkan air dari pegunungan turun deras dan membuat makam para khalifah itu hanyut terbawa air. Maka tampaklah jenazah-jenazah para khalifah. Salah satunya adalah jenazah Hamzah, paman Rasulullah, yang masih utuh sempurna. Saat itu pemerintah Arab Saudi mudah sekali mengenali Hamzah dan mereka percaya bahwa itu jenazah Hamzah berdasarkan ciri-ciri yang ditulis sejarah. Hamzah yang hatinya dimakan oleh Hindun dengan keji. Masyaallah. Sudah ribuan tahun berlalu tapi jenazah pejuang fisabilillah ini masih utuh sempurna:"
Yang selain itu tentu saja masjid-masjid para khalifah yang berdiri tidak jauh dari Masjid Nabawi, Masjid Quba, lalu Masjid Nabawi itu sendiri dan makam Rasulullah. Dan Raudhah, yang kenangan saat berada di dalamnya masyaallah sulit dijelaskan.
Secara kuantitas, di Mekkah memang lebih banyak tempat-tempat menarik yang dikunjungi. Aku sangat takjub sekali saat berkunjung ke Padang Arafah dan membayangkan pertemuan Adam dan Hawa di sana.
Lalu saat melewati Mina, tempat jamaah haji berkumpul untuk bermalam di sana pada tanggal 12 Dzulhijjah, di antara Mina dan Muzdalifah ada tempat namanya Wadi Muhassir. Di antara tenda-tenda yang berdiri untuk bernaung para jamaah haji, di Wadi Muhassir ini tidak diperbolehkan berdiri tenda oleh pemerintah Arab Saudi. Karena tempat ini adalah tempat bersejarah.
Di tempat inilah Raja Abrahah dan pasukan gajahnya disiksa Allah dengan batu panas dari neraka yang dibawa oleh burung ababil. Kisah yang diabadikan di Al-Qur'an dalam surat Al-Fiil.
Masyaallah. Waktu lewat di tempat itu aku speechless, karena jadi mikir, Ya Allah, betapa kuasanya Engkau, menurunkan burung-burung dari neraka (yang kita tidak tau darimana asal-mula terbangnya), yang tiba-tiba muncul begitu saja, untuk memberi azab pada pasukan Abrahah yang ingin menghancurkan Ka'bah. Masyaallah. Semua benar-benar tampak nyata.
Kami juga diajak untuk melewati Bukit Tsur, tempat Rasulullah dan Abu Bakar bersembunyi dari kejaran kafir Quraisy saat akan berhijrah ke Madinah. Kisah di Gua Tsur inilah asal-mula laba-laba dikisahkan di dalam Al-Qur'an. Abu Bakar saat itu panik sekali karena takut kaum kafir Quraisy mengetahui persembunyian mereka. Tapi Allah dengan kuasaNya memerintah laba-laba untuk membuat jaring di mulut gua, supaya Abu Bakar dan Rasulullah aman. Normalnya, jaring laba-laba membutuhkan waktu yang lama untuk bisa menutup seluruh mulut gua. Tapi pada waktu itu, laba-laba penyelamat hanya membutuhkan waktu sebentar saja untuk membuat sarang yang menutup mulut gua. Sehingga kaum Quraisy mengira, tidak mungkin ada orang yang bersembunyi di gua itu karena ada sarang laba-laba di mulutnya.
Ada juga riwayat yang menceritakan kalau ada sarang merpati di mulut gua. Ini semakin menguatkan bahwa tidak mungkin ada orang bersembunyi di dalam gua itu. Saat ini ada banyak sekali burung merpati berterbangan di sekitar Masjid Nabawi dan Masjidil Haram, dan kisah inilah yang membuat merpati memiliki makna tersendiri untuk penduduk setempat.
Tentu saja tidak ketinggalan, melihat langsung Jabal Nur, tempat Rasulullah menerima wahyu pertama. Iqra'! Iqra'! Begitu kata malaikat Jibril waktu itu. Aku benar-benar membayangkan, bagaimana Rasulullah berlari ketakutan menuruni gunung itu, menuju rumahnya, kemudian sesampainya di rumah diselimuti oleh istrinya, Khadijah. Pengalaman menerima wahyu pertama kali yang tampaknya tidak mudah bagi Rasulullah. Tapi masyaallah, wahyu-wahyu setelahnya turun berangsur-angsur hingga bisa disatukan menjadi Al-Qur'an yang saat ini sangat mudah kita dapatkan.
Rombongan kami juga melewati salah satu bukit yang menurut penduduk Mekkah, di salah satu sisinya merupakan tempat di mana Nabi Ibrahim akan menyembelih Nabi Ismail. Saat kemudian datang setan berwujud manusia menghasut Nabi Ibrahim untuk 'jangan kau bunuh anakmu. Tidakkah kau sangat menyayangi dan menantikan kehadirannya begitu lama?'. Tapi Sungguh Nabi Ibrahim sangat percaya dengan mimpinya bahwa itu adalah perintah Allah. Lalu Nabi Ibrahim melempar setan berwujud manusia itu dengan batu. Peristiwa inilah menjadi asal mula salah satu rukun haji, yakni lempar jumroh.
Di tempat itu dibangun sebuah menara kecil berbentuk kubah sebagai penanda peristiwa bersejarah tersebut. Di situ juga aku super takjub. Senang dan bersyukur bisa menyaksikan langsung tempat bersejarah, yang kisahnya selama ini hanya ada di benakku saja. Waktu menyaksikan langsung lokasinya, semua jadi betul-betul nyata. Bukan berarti aku menafikkan kisah(-kisah) itu. Tapi beda aja rasanya, waktu menyaksikan secara langsung semua saksi bisu peristiwa bersejarah. Apalagi kisah-kisah sejarah islam yang banyak mukjizatnya, banyak kuasa Allah di dalamnya yang itu membuat kisah-kisahnya tidak biasa.
Lalu, selepas rombongan kami menyelesaikan umroh, dengan sisa-sisa sedikit tenaga kami pergi ke salah satu sisi Masjidil Haram. Karena ada salah satu jamaah yang penasaran dengan rumah tempat kelahiran Rasulullah. Lalu ustadz Hasmar mengantar kami. Waktu itu kami melaksanakan umroh tengah malam, jadi baru selesai sekitar jam 1 dini hari. Udah agak ngantuk-ngantuk tapi masih semangat untuk sebentar mengitari Masjidil Haram.
Rumah itu sudah berubah jadi perpustakaan. Karena dulu waktu masih belum jadi perpustakaan, di situ sering dijadikan praktik hal-hal yang menjerumus ke kemusyrikan. Tapi waktu udah jadi perpustakaan, ternyata nggak mengurangi praktik-praktik tersebut. Jadilah sekarang tempat ini ditutup dan disekelilingnya diberi pagar pembatas. Nah di belakang bangunan ini, ada bukit yang nggak terlalu tinggi. Di bukit inilah Rasulullah dulu menerima tantangan dari kafir Quraisy untuk menunjukkan mukjizatnya. Di Bukit inilah beliau membelah bulan menjadi dua. Masyaallah.
Alhamdulillah wa syukurillah. Maha Kuasa Allah yang memberi segalanya. Senang dan bersyukur sekali hingga dua kata ini tidak bisa diungkapkan kecuali lewat air mata. Aku juga bersyukur dapet rombongan yang seru dan asyik. Yang kompak sekali meskipun secara usia kami sangat beragam.
Selepas menunaikan thawaf wada', aku jadi paham mengapa umat Muslim merasa begitu sedih saat itu, saat menunaikan haji wada' bersama Rasulullah. Ya Allah Ya Allah,
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
9 notes · View notes
khouladilah · 6 months
Text
Muslimah Underrated : Barakah Binti Tsa'labah
Aku seperti baru berkenalan dengan muslimah yang satu ini, namanya sudah familiar terdengar. Tapi baru benar-benar mengenal saat aku dapat permintaan untuk mengisi salah satu konten Departemen Perempuan di Shahabiyah Talks mereka. Akhirnya, aku banyak mencari tahu tentang kehidupan beliau.
Nama panggungnya Ummu Aiman, tapi nama asli beliau adalah Barakah binti Tsa'labah. Kenapa di bilang underrated? karna bagiku, nama ini gak se-famous shahabiyah idola para muslimah lainnya. Padahal kisah keimanannya gak kalah menarik dengan shahabiyah sholihah yang sering kita dengar kisahnya. Bahkan beliau termasuk manusia ahli surga yang Rasulullah pernah sampaikan.
Ummu Aiman bukan berasal dari kalangan terpandang, atau keluarga yang punya harta melimpah. tapi beruntungnya beliau, adalah salah satu orang pertama yang melihat, memegang dan menggendong Nabi Muhammad kecil, bahkan sejak lahir. Ummu Aiman adalah budak yang dibeli ayah Rasulullah SAW. saat di Mekkah. Beruntungnya Ummu Aiman karena dibeli oleh keluarga yang memperlakukannya dengan sangat baik dan sopan. Setelah Abdullah menikah dengan Bunda Aminah, Ummu Aiman juga ikut dengan keluarga mereka. Ummu Aiman pun menjadi budak warisan yg diberikan ayah Rasulullah untuk mengurus Bunda Aminah sepeninggal Abdullah bin Abdul Muthalib wafat.
Dalam suatu perjalanan, Bunda Aminah bersama Nabi Muhammad SAW. kecil dan Ummu Aiman hendak mengunjungi kerabat keluarga Ayah Muhammad. tapi dalam perjalanan di daerah Abwa', Bunda Aminah terkena sakit, dan akhirnya wafat. Sebelum wafatnya Bunda Aminah, Ummu Aiman berjanji untuk mewakafkan dirinya untuk mengurus dan merawat Nabi Muhammad SAW.
Ibu Kedua Rasulullah SAW.
Keterikatan Ummu Aiman dengan Rasulullah semakin dekat, setelah kakek Rasulullah wafat. Seperti yang kita tahu, selepas wafatnya Abdul Muthalib, Rasulullah diasuh oleh pamannya. Dan disaat ini pulalah Ummu Aiman dan Rasulullah lebih dekat.
Rasulullah SAW. tidak pernah kehilangan sosok seorang ibu dan ayah
karena peran-peran itu selalu diisi oleh kakek dan pamannya sebagai seorang ayah, dan Ummu Aiman sebagai seorang ibu. Yapp, Ummu Aiman benar-benar memperlakukan Rasulullah seperti anaknya sendiri. begitu pula Rasulullah menganggap Ummu Aiman seperti ibunya. Dalam salah satu sabdanya Rasulullah pernah berkata
"Ummu Aiman Ummi ba'da Ummi" (Ummu Aiman adalah Ibuku setelah Ibuku"
See? Rasulullah sendiri menganggap bahwa wanita sholihah yang tulus dan setia ini adalah ibu keduanya. Gak ada perlakuan seperti majikan-budak dalam relationship Rasulullah SAW. dengan Ummu Aiman
Ummu Aiman selalu menyiapkan kebutuhan dan keperluan Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana janjinya kepada mendiang Bunda Aminah. Sampai akhirnya Rasulullah SAW. menikah dengan Siti Khadijah RA. akhirnya Rasul membebaskan Ummu Aiman sebagai budak dan memintanya untuk hidup sendiri. Rasul menganjurkan beliau untuk menikah.
Wanita Ahli Surga
Semasa hidupnya, Ummu Aiman dikisahkan menikah dua kali. Suami pertamanya adalah Ubaid bin Zaid. Dan kemudian dari pernikahan dengan Ubaid mereka dikarunai seorang anak bernama Aiman bin Ubaid. Yang kemudian kita kenal beliau dengan nama panggung atau nama kunyahnya Ummu Aiman (Ibu Aiman). Namun tidak lama setelah itu, Ubaid wafat terlebih dahulu.
Ummu Aiman termasuk generasi awal yang masuk islam pada masa kenabian. Beliau adalah syahidah yang juga ikut memperjuangkan islam ketika banyak siksaan dari kaum kafir quraisy. atas dedikasinya melayani sang nabi terakhir dan perjuangannya menegakkan bendera islam, maka Rasulullah menyebutnya sebagai wanita ahli surga.
"Barangsiapa yang senang menikah dengan wanita ahli surga, maka menikahlah dengan Ummu Aiman" Kata Rasulullah
Ummu Aiman akhirnya dipinang oleh anak asuh Rasulullah, Zaid bin Haritsah. Disini bisa dilihat, bahwa luar biasanya sahabat-sahabat jaman Rasul tuh, gak memperdulikan jarak umur Zaid dan Ummu Aiman terpaut cukup jauh, tidak peduli Ummu Aiman sudah tua, dan janda. Karena yang ingin diraih adalah sebagaimana sabda Nabi. Menikahi wanita ahli surga.
Dan dari pernikahan Ummu Aiman dengan Zaid bin Haritsah ini lahirlah seorang panglima perang yang kelak kita ketahui kisahnya menjadi panglima perang termuda. yang kisahnya kita teladani hingga hari ini. panglima muda itu adalah, Usamah bin Zaid
Dibalik Anak yang hebat, terdapat Ibu yang tak kalah hebatnya
Pernahkah kita merenung, para pahlawan islam yang kisahnya selalu kita jadikan teladan hari ini adalah buah manis dari hasil didikan orangtua yang tak kalah hebatnya. Karena pasti, dibalik kesuksesan seorang pahlawan ada kasih seorang ibu yang mendidik dan mendoakan anaknya. Termasuk hasil didikan Ummu Aiman kepada Usamah bin Zaid. Ummu Aiman telah memanen buah-buah unggul. Tidak akan ada Usamah dan Aiman yang berani dengan gagahnya maju di medan perang Khaibar, perang Hunain, jika tidak atas kecerdasan dan kelembutan didikan seorang ibu.
Dalam kisahnya pula, Ummu Aiman salah satu wanita yang pernah ikut dalam peperangan. Ketika Perang Uhud, beliau berperan sebagai pembagi air minum dan mengobati para pasukan yang terluka.
Betapa cerdas, berani, dan tangguhnya sosok seorang Ummu Aiman ini. Semoga kita sebagai muslimah, bisa meneladani kecerdasan didikan beliau, seperti halnya beliau merasakan manisnya buah dari anak-anak sholihnya.
Semoga kita selalu bisa mengingat kemuliaan, kesetiaan, dan ketulusan Ummu Aiman seperti kita mengingat kisah-kisah shahabiyah lainnya yang sudah hapal diluar kepala kita mengenalnyaa.
8 notes · View notes
frasa-in · 1 year
Text
Tumblr media
Ramlah binti Abu Sufyan atau yang biasa dipanggil Ummu Habibah, sosok wanita yang terpelihara. Dia adalah keponakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak ada di antara istri-istri beliau yang lebih dekat garis keturunannya dengan beliau, dan lebih banyak sedekahnya daripada Ummu Habibah. Sebelum menikah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Ummu Habibah menikah dengan Ubaidullah bin Jahsy.
Suatu malam, Ummu Habibah terbangun dari tidurnya. Ia bermimpi buruk tentang suaminya. "Aku melihat di dalam mimpi, suamiku Ubaidullah bin Jahsy dengan bentuk yang sangat buruk dan menakutkan. Maka aku terperanjat dan terbangun, kemudian aku memohon kepada Allah dari hal itu. Ternyata tatkala pagi, suamiku telah memeluk agama Nasrani. Maka aku ceritakan mimpiku kepadanya namun dia tidak menggubrisku," ujarnya.
Pagi harinya, Ubaidullah bin Jahsy berkata, "Ummu Habibah, aku berpikir tentang agama, dan menurutku tidak ada agama yang lebih baik dari agama Nasrani. Aku memeluknya dulu. Kemudian aku bergabung dengan agama Muhammad, tetapi sekarang aku kembali memeluk Nasrani."
Ummu Habibah berkata, "Demi Allah, tidak ada kebaikan bersamamu!" Kemudian ia menceritakan kepada suaminya tentang mimpi itu, tetapi Ubaidullah tak menghiraukannya. Ubaidullah kemudian murtad dan mabuk-mabukan sampai akhir hayatnya.
Ummu Habibah membesarkan anaknya sendirian di Habasyah. Peristiwa yang menimpa Ummu Habibah didengar oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Setelah masa iddahnya selesai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meminta bantuan Negus, penguasa Habasyah untuk melamarkan Ummu Habibah.
Negus kemudian mengutus Abrahah, seorang budak perempuannya untuk menjumpai Ummu Habibah. Ia menerima lamaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan mahar sebesar 400 dinar. Pernikahan itu terjadi sekitar tahun ke-7 H.
Setelah kemenangan kaum muslimin dalam perang Khaibar, rombongan muhajirin dari Habasyah termasuk Ummu Habibah kembali ke Madinah dan menetap bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ummu Habibah selalu tegas, dan berpegang teguh kepada Islam termasuk dalam menghadapi Abu Sufyan, bapaknya. Salah satu ucapannya kepada Abu Sufyan adalah, "Ayahku adalah Islam. Aku tidak mempunyai ayah selainnya, selama mereka masih membanggakan Bani Qais atau Bani Tamim."
Beberapa tahun setelah berkumpul dengan Ummu Habibah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat. Sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dia benar-benar menyibukkan diri dengan beribadah dan berbuat kebaikan. Dia berpegang teguh pada nasihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan senantiasa berusaha mempersatukan kaum Muslimin dengan segala kemampuannya sampai ia meninggal dunia pada tahun ke-46 H.
Menjelang wafatnya, Aisyah berkata pada Ummu Habibah, "Terkadang di antara kita sebagai istri-istri Nabi ada suatu khilaf, semoga Allah mengampuniku dan mengampunimu dari perbuatan atau sikap itu." 
Ummu Habibah membalas, "Engkau telah membahagiakan diriku, semoga Allah juga membahagiakan dirimu."
Frasa: Perempuan, Ilmu, dan Rasa
27 notes · View notes
kaktus-tajam · 2 years
Text
“Nak.. ini cerita tentang cita dan panjangnya usia.”
Nak. Aku ingat pasienku, seorang anak remaja di ruang isolasi remang di sudut RS. HIV yang Allah takdirkan hadir pada tubuhnya tidak hanya menggerogoti imunitasnya, tapi juga semangat mudanya. Rasa ibaku serasa menusuk tulang, ketika melihat tulang-tulangnya terbungkus kulit seperti kain keriput. Kemelaratannya bertambah karena kurangnya pertahanan tubuh telah sebabkan dirinya terinfeksi tuberkulosis pula.
Tetapi, Nak, ketahuilah bahwa tuberkulosis paru juga, yang menjadi alasan jenderal pertama Indonesia memimpin gerilya dari atas tandu. Masuk keluar hutan, mengkomandoi pertahanan atas daulat negara dan penyerangan terhadap kolonial Belanda. Semua dari atas tandu.
Pantaslah beliau digelari pahlawan bangsa.
Beliaulah Jenderal Sudirman.. seorang pemuda Muhammadiyah yang kharismanya melampaui belianya. Besar dan bersinar cita kemerdekaannya melampaui penyakitnya. Mendidihnya darah atas ketidakadilan melampaui lemah fisiknya.
Hingga Allah jadikan, jiwa juangnya memanjangkan usianya.. melampaui wafatnya di 34 tahun kehidupan.
Nak. Selamat berjuang memanjangkan usia dengan riuh perjuangan. Jangan kau jadikan sunyi hidupmu dengan cita-cita yang padam. Jiwa yang besar akan membuat fisik tertatih memenuhi keinginannya. Namun yakinlah.. jiwa yang demikian itulah yang akan tetap hidup melampaui ajalnya.
Karena panjangnya usia bukan ditentukan oleh angka.
Belum terdengar dan belum bertemu seseorang yang kekal namanya di shafhah sejarah, melainkan setelah menempuh perjuangan kesulitan dan kepayahan jua.
- Buya Hamka
46 notes · View notes
chocohazel · 6 months
Text
Yusya' bin Nun 'alaihissalam
“Sesungguhnya matahari tak pernah ditahan untuk seorang manusia pun, selain untuk Yusya’ di hari ketika ia hendak menaklukkan Baitul Maqdis.”  �� HR. Ahmad
Bahkan setelah Allah selamatkan dalam pelarian dari kejaran Firaun dengan bentangan Laut Merah yang menjadi mukjizat besar Musa 'alaihissalam, Bani Israil masih terus terikat dengan hawa nafsu. Bani Israil kembali “menyakiti” Musa 'alaihissalam dengan mendustakan perintah Allah untuk berperang dan memasuki Baitul Maqdis; sebuah tanah yang dijanjikan kepada mereka.
Mereka berdalih bahwa kota itu dikelilingi oleh benteng yang sangat tebal dan kokoh, serta dijaga oleh sosok bangsa berperawakan besar yang merupakan penyembah berhala; Amaliq. Kemudian karena keengganan mereka untuk berjihad, Bani Israil terhukum dengan melewati hidup terkatung-katung di Padang Tih (gurun pasir Sinai) selama empat puluh tahun lamanya dan tidak Allah izinkan untuk memasuki Baitul Maqdis.
“Allah berfirman: “(Jika demikian), Maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu.” ­— Q.S. Al-Maidah: 26
Setelah terhukumi selama empat puluh tahun dan selepas wafatnya Musa dan Harun ‘alaihimussalam. Bani Israil akhirnya beriman di bawah kenabian Yusya bin Nun 'alaihissalam. Yusya 'alaihissalam mentarbiyah Bani Israil dengan pendidikan tauhid dan mempersiapkan mereka untuk penaklukan Baitul Madqis hingga masa hukuman empat puluh tahun bagi Bani Israil selesai.
Yusya bin Nun 'alaihissalam membawa Bani Israil keluar dari gurun pasir dan melakukan perjalanan menuju Sungai Yordan. Mereka Allah izinkan untuk menyeberangi sungai Yordan tanpa kendala berarti hingga mereka tiba di gerbang Yerikho dan melakukan pengepungan selama berbulan-bulan.
Ketika nyaris berhasil menaklukkan Baitul Maqdis, Yusya 'alaihissalam menyadari bahwa hari peperangan itu adalah hari Jum’at dan matahari sudah nyaris terbenam. Sementara Sabtu adalah hari raya; hari khusus untuk beribadah bagi Bani Israil. Di hari Sabtu terlarang bagi Bani Israil untuk melakukan aktivitas; apalagi berperang.
Melihat gelagat sebentar lagi berganti hari, Yusya 'alaihissalam pun berkata kepada matahari
“Hai matahari, engkau tengah menjalankan tugasmu dan aku pun sedang menjalankan tugas dari Allah. Maka, wahai Tuhanku, hentikanlah matahari!” — HR. Muslim
Dalam hadits yang sama Rasulullahﷺ menceritakan kepada kita kelanjutan kisah ini,
"dan matahari pun berhenti sejenak hingga Allah mengaruniakan kemenangan kepadanya." — HR. Muslim
Setelah fathu Baitul Maqdis pada saat itu, Bani Israil mengatakan bahwa Baitul Maqdis akan menjadi milik Bani Israil sepanjang hayat. Namun pernyataan ini dibantah langsung oleh pemimpin Bani Israil yang Allah izinkan dibawah kepemimpinannya Baitul Maqdis kembali terbuka bagi mereka; Yusya bin Nun 'alaihissalam.
“Baitul Maqdis hanya akan menjadi milik orang-orang mukmin. Apabila kalian kafir dan berbuat maksiat, Allah akan mencabutnya dari kalian.”
Semoga Allah izinkan bagi kita menziarahi dan beribadah di Baitul Maqdis dalam keadaan merdeka.
Ps. Yusya bin Nun 'alaihissalam adalah seorang nabi dari kalangan Bani Israil yang juga murid/pengikut Musa ‘alaihissalam yang kerap kita “jumpai" dalam surah Al Kahf.
2 notes · View notes
tulisanmimi · 1 year
Text
Tumblr media
Bahagia
Semilir angin kota ini selalu menemani malam-malam panjang perjalanan pulang dari kantor ke kontrakan. Hari ini lebih dingin dari biasanya, kulihat dalam aplikasi cuaca, 23°C. Mungkin sebentar lagi hujan akan turun, mengingat gemuruh kilat sudah menyinari gelapnya malam ini. Tepat sepuluh meter lagi perjalanan menuju kontrakan, ternyata hujan telah mengguyur tubuh ini.
"Kenapa hujan-hujanan tho nduk? Hayo, segera bebersih. Gek ndang maem, Ibu masak soto kesukaanmu." Sorot keteduhan sekaligus kekhawatiran itu membuatku terharu juga takut.
"Nggih Bu." Aku segera beranjak melepaskan sepatu dan tas, mengambil handuk yang diberi ibu dan segera bebersih.
***
"Ibu sudah makan?"
"Ibu sudah makan nduk, ibu temeni wae yaa?"
"Iya bu, sekalian Dina mau cerita sama ibu. Tadi di perjalanan pulang, Dina kepikiran banyak hal bu. Dan akhirnya Dina memutuskan menanyakan hal ini sama ibu. Semoga ibu ndaa keberatan ya. Apa yang membuat ibu bahagia?" Aku tidak berani melihat wajah ibu setalah menanyakan hal itu. Ku sesap kuah soto, rasa yang tidak pernah ku temukan dalam soto-soto yang aku beli di luar sana. Barangkali karena ibu menambahkan bumbu cinta di dalamnya.
"Bahagianya ibu adalah apa yang membuatmu bahagia Din." Kemudian ibu beranjak dari tempat duduknya, tak lupa kalimat penutup pembicaraan, "Din, jangan lupa diangetin lagi kuah sotonya, ibu mau ke kamar dulu ya, sudah ngantuk."
Aku berusaha menahan tangis. Pembicaraan kami selalu berakhir begini.
Dua tahun lalu, setelah aku dipindah tugaskan di kota ini. Aku meminta ibu untuk tinggal bersamaku. Hari ini tepat dengan tanggal kedatanganku di kota ini sekaligus juga peringatan wafatnya bapak delapan belas tahun yang lalu. Di tanggal yang sama pula, sejak dua tahun yang lalu aku selalu menanyakan hal yang sama kepada ibu. Apa yang membuat ibu bahagia? Apa sekarang ibu sudah bahagia? Aku selalu bertanya-tanya demikian adanya. Terlebih saat keriput di wajah dan tangannya kian terlihat. Tatapan sendu sekaligus dingin yang selalu membuatku takut dan berpikir, apa aku sudah membuat ibu bahagia?
Dua tahun kemudian, aku melewatkan pertanyaan itu. Riuh di kepala ku sudah melumat keberanianku sendiri.
Tepat hari ini, sepulang dari kantor, ibu menyambutku di teras kontrakan. Hal yang tak pernah ibu lakukan sebelumnya.
"Segera bebersih ya Din, ibu tunggu di meja makan. Ibu masak soto kesukaan mu hari ini."
"Nggih bu." Aku segera bergegas karena kepalaku sudah dipenuhi dengan pertanyaan kenapa.
***
Kami makan malam dengan khidmat, hanya denting sendok dan piring yang beradu di meja ini. Aku tidak berani memulai pembicaraan. Hingga kami selesai makan, ibu mengambil nafas yang panjang. Hal itu pula yang membuat jantungku memompa darah lebih keras, iya, aku deg-deg an. Lebih tepatnya aku tidak bisa mendefinisikan, ini perasaan apa?
"Din, apa yang membuat ibu bahagia?"
Deg!
#5CC #5CCDay6 #dioramacareerlass #bentangpustaka
10 notes · View notes
diahuha · 2 years
Text
Memaknai Ibadah
Waktu itu aku pernah terkejut sama salah satu status dan tulisan seorang teman di kontak wa ku,, dia nulis gini kurang lebih : " Udah lama ih solat ga khusyu dan penuh makna, solat ya cuma sekedar menggugurkan kewajiban. INI ASELI RELATE BANGET WOI SAMA AKU!!!ya ibadah ya solat ya doa kadang sekedarnya aja, bahkan solatnya di injury2 time, ngeri2 sedep, karna kadang aku juga merasa kurang "deep connection pas solat, pikirannya weh suka kemana2,mungkin karna pas solat kita jauh dari hape, dari hal2 yang mendistraksi kita.
Perjalananku untuk lebih mendalam mengenal ibadah adalah mulai mencari2 kajian terkait ibadah mulai belajar tentang solat dan membaca arti bacaan solat,,tapi yah namanya iman kadang naek turun, kadang menggebu kadang tercepot cepot, pokonya mah bare minimum aku dalam ibadah jangan sampe lepas yang lima waktu. JADI IBADAHNYA YA MASI GITU2 AJA.
Memanglah nasehat tuh akan kena pada waktunya,,minggu lalu aku dapat kesempatan ikut kajian #halfdeennya ustad Nuzul Dzikri, biasanyaa mah bahas tema pernikahan, gataunya pas sekali2nya aku ikut ini bahas tentang Sirah Rasulullah. Kecele aku sama judulnya yang Berakhir di Pangkuanmu. Tapi,,ini kajian benerlah bagaikan dipukul palu godam diahuha. Kajiannya bercerita tentang saat saat Rasulullah menjelang wafat,,aseliii sedih banget.
Beliau (* Rasulullah) dikisahkan menjelang wafat itu jatuh sakit. Bahkan di saat itu saja beliau masi berusaha untuk bangkit solat dan memimpin solat para sahabat para nabi dan umatnya. Padahal beliau sedang sakit demam 2x orang biasa dan menggigil, aseli denger cerita ini gatau kenapa aii langsung tergugu2 cirambay,,malu hati gituu, Nabi kita segitunyaaa , seseorang yang udah pasti Allah masukan ke syurgaa,,da kita hamba biasa cenderung dhaif ini kok ya ibadahnya suka minus.
Dan pesen Rasulullah sebelum meninggal, betapa Rasulullah sangat ingin menjumpai umatnya, yang jarak hidupnya jauh setelah wafatnya beliau. Jadi mikir,,kira kira bagaimana memantaskan diri ini bertemu beliau.
Sekarang,,mulai belajar belajar menata diri,,supaya pantes jadi salah satu umat Rasulullah yang pantes ditemuin,,menulis ini karena ingin supaya saat futur bisa kembali membaca (*Terinspirasi @maitsafatharani ).
Karena yah namanya iman bagaikan roller coaster,,mudah2an saat futur selalu bisa kembali naik lagi.
Tangerang, 22 Oktober 2022
14 notes · View notes
kafabillahisyahida · 1 year
Text
Orang Pinggiran
Orang munafik agamanya berada di pinggiran, beribadah ketika agamanya menguntungkannya. Berbalik arah tidak mau taat jika dalil dan syariat bertentangan dengan keinginan & hawa nafsunya. Org spt ini mendapat kerugian puncak di dunia akhirat . ("di antara manusia ada orang yang menyembah Allah di tepian; jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat dengan kerugian yang nyata"QS: Al Hajj 11)Banyak org spt ini terutama bila dihadapkn pada benturan tradisi nenek moyang dan kepentingan dunia...
Melakukan amal ibadah tanpa ada dalil dan tuntunan ibarat mengundi nasib antara kemungkinan dan kepastian. Dan yang dipertaruhkan adalah surga dan neraka.
Sebab bila itu benar seharusnya para sahabat tabiit tabiin adalah orang yang pertama tama mengamalkannya karena merekalah golongan yang paling besar keimanannya. Sebab jika itu benar para imam madzhab adalah orang yang akan lebih dulu melakukannya bukankah mereka adalah orang2 yang lebih utama keilmuannya?
“Sebaik-baik generasi adalah masaku, lalu orang-orang sesudah mereka, kemudian orang sesudah sesudah mereka... ” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Hendaklah kalian berpegang teguh kepada sunah-ku dan sunah Khulafaur Rasyidin yang diberi petunjuk (Allah). Peganglah kuat-kuat sunnah itu dengan gigi geraham dan jauhilah ajaran-ajaran yang baru (dalam agama)...” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).
Semua mukmin bersaudara damailah. Mengapa begitu mudah mengkultuskan, melabeli, menjudge orang yang berbeda cara ibadahnya, hny krn mereka berusaha mempertahankan sunnah semurni-murninya. Sementara semuanya sama2 menyembah Allah. Itu Ranah Allah. Tidak ada manusia sempurna, tidak ada ulama yang menguasai semua ilmu & kebenaran sempurna. Semua memiliki kekurangan. Jangan karena wawasan kita hny sampai pada ulama yang kita ikuti saja, kita menganggap yang lain sepenuhnya keliru. Dia lebih tau mana yang lebih dekat kepada kebenaran.
Cintai dan beradablah pada para ulama kita semata karena cinta kita kepada Allah dan Rasul. Hindari taqlid buta karena itu akan menghijab kita dari kebenaran, bila telah jelas dan tegas dalil perintah dan larangan maka tugas hamba adalah sami'na wa athona.
Inilah zona aman... Jika ada ulama yang memberikan ijazah amalan-amalan baru hak dan kewajiban kita untuk bertanya dalilnya, sanad dan sejarahnya. Sebab orang yang sangat celaka dan Allah benci adalah orang2 yang mengada2kan kebohongan kepada Allah dengan berkata bahwa ini dari Allah / ini dari Rasulnnya (QS:2;79).
Telah sempurna islam setelah wafatnya Rasulullah. Mengada2kan amalan baru berarti berburuk sangka kepada Allah dan Rasulnya.
Meskipun dengan tujuan sebaik-baiknya jika berlebihan itu tidak baik ... Sebagaimana obat apabila diminum berlebih maka akan overdosis.
Begitu banyak dan sempurna sunnah yang nabi ajarkan dalam setiap sendi kehidupan... Belumlah mampu kita istiqomah dan bersibuk mengamalkan seluruhnya. Mengapa mencari2 yang baru yang tidak beliau ajarkan ?
19 notes · View notes
kilasjejak · 2 years
Text
Lihat TV dan buka instagram, ada berita kalau Anak Gubernur Jabar telah di temukan seelah hilang dua minggu silam.
Tumblr media
Baca ini ga kerasa mata jadi basah.
Insya Allah husnul khatimah. Aamiin.
Sebelumnya almarhum nggak terkenal (atau mungkin gw aja yang kudet nggak tau), tapi setelah tiada, ternyata begitu banyak orang yang mendoakannya. Begitu banyak orang yang bersedih atas wafatnya.
Orang ini adalah orang baik. In syaa Allah.
Allah tampakkan kebaikan di akhir hidupnya. Allah tampakkan banyak kebaikan setelah ketiadaan-Nya.
Saya jadi teringat taujih ustadz Farid Okbah yang kurang lebih isinya...
Seorang terbukti baik atau buruk ketika ia telah tiada. Saat masih hidup seorang bisa berubah kapan saja. Seorang pendosa bisa berubah menjadi shalih, pun sebaliknya atas izin Allah.
Semoga Allah lapangkan kubur Eril. Menyinari dengan cahaya amal kebaikan yang dia lakukan semasa hidup.
Allohummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu.
Ya Allah...
Berikan akhir hidup yang baik untukku
Saat keimanan tengah membuncah, dan ketaatan sedang membara dalam diri.
Wafatkan kami dengan sebaik-baik amal perbuatan.
Allohumma inni as'aluka husnul khatimah..
23 notes · View notes
ceritaay · 10 months
Text
Tumblr media
Yang Paling Dikenang #2
Ketika melihat mushola ini, memoriku langsung membuka ingatan tentang Bapak. Ya. Banyak hal yang aku dapatkan dari Bapak melalui mushola ini..
Banyak ku lalui waktuku dari sehatnya, sakitnya, hingga melihat beliau wafat. Ketika sehat beliau sangatlah aktif di mushola. Datang paling awal untuk bersiap adzan dan sholawat setelahnya ( di daerahku disebut 'pujian' ). Yang paling sering adalah Subuh, Maghrib, dan Isya. Hingga hafal betul Bapak sering melantunkan Syi'ir Tanpo Waton oleh Gusdur (coba tonton, banyak nasihat baik di dalamnya) dan Sholawat Jibril. Dulu Bapak bertugas demikian, karena sudah ada yang biasa menjadi imam.
youtube
Setelah 2 imam di daerahku meninggal, Bapak berganti manjadi Imam. Beliau bisa dikatakan sangat gagap dalam membaca Alquran. Mungkin karena jaman dulu hidup beliau sangat keras dalam bekerja, dan tidak diajari maupun disekolahkan ke madrasah oleh orang tuanya. Namun aku melihat beliau gigih dan mau belajar Qur'an karena merasa butuh. Sampai suatu ketika beliau memintaku mengajarkan Qur'an bahkan dari huruf Hijaiyah dan ditempelkan di tembok kamarnya. Namun itu tidak berlangsung lama. Mungkin karena kesibukannya juga dalam bekerja dan mengurus desa. Jadi kita tidak belajar lagi..
Mungkin kalian bertanya, ga bisa baca Qur'an kenapa jadi imam?
Nah mungkin karena beberapa alasan ini. Di daerahku minim sekali anak muda yang mau untuk menjadi imam. Yang tua apalagi. Sedangkan Bapakku, semenjak pulang ibadah haji -entah kapan belajarnya- Beliau jadi hafal doa-doa setelah sholat dan hafalan surat pendeknya juga lumayan. Jadi Bapak memberanikan diri untuk menjadi imam.
Ketika masa-masa sakitnya, kondisi membuatnya tidak mampu menjadi imam lagi. Beliau tidak kuat untuk mengeraskan suara terlalu lama. Adzan, pujian, dan imam digantikan oleh orang lain. Terkadang kakak iparku juga berperan. Walaupun demikian, kondisi itu tidak menjadikan Bapak urung dari masjid. Beliau tetap ke masjid walaupun menjadi makmum.
Puncaknya adalah ketika Idul Fitri terakhir menjelang wafatnya. Tahun 2021. Beliau sedang dalam kondisi yang tidak baik. Sakit jantung yang sudah komplikasi itu membuatnya sering sesak jika berjalan maupun berdiri terlalu lama. Pagi itu Bapak belum memutuskan akan pergi sholat atau tidak. Bahkan hanya diam ketika kami tanya. Dan seperti biasa, Bapak berusaha terlihat kuat sehingga kami memutuskan untuk berangkat terlebih dahulu. Kebetulan mushola tempat kami akan melaksanakan sholat Ied hanya berjarak 3 rumah dari tempat tinggal kami.
Sambil melantunkan takbir, hati ini belum tenang. Berkali-kali melihat ke arah rumah apakah Bapak akan melaksanakan sholat atau tidak. Ketika menjelang sholat akan dimulai. Beliau terlihat berjalan menuju mushola. Entah kenapa hati ini sesak melihatnya. Sungguh malu. Kadang diri ini ketika sakit sedikit saja enggan untuk sholat berjamaah. Astaghfirullah..
Aku memperhatikannya dari shaf akhwat, Beliau sangat effort dan hati-hati, pelan dalam melangkahkan kakinya melewati tangga masjid.
Setelah sholat selesai. Mata ini tak henti mencari Bapak. "Bapak aman gak ya". Berulang kali dalam hati seperti itu. Hingga semua orang bubar Aku masih menunggu dan menghampiri Bapakku yang hendak turun dari tangga masjid. Beliau duduk di pelataran masjid sambil terengah-engah. Beristighfar dan memegang dadanya.
Entahlah, aku adalah tipe orang yang tidak kuat dihadapkan dengan kondisi semacam ini. Air mataku sudah mulai menetes sambil merangkul Bapak yang sedang duduk.
Cukup lama kita duduk untuk menstabilkan kondisi Bapak. Setelah Bapak merasa kuat kembali, kita berjalan menuju rumah. Bapak aku gandeng dan rangkul. Tidak ada satu patahpun kata yang bisa aku ucap sepanjang perjalanan :)
Yaa itulah sepenggal kisah singkat antara Bapak dan mushola. Hal-hal yang saat ini menjadikanku kembali mengingatnya ketika mendengar sholawat yang biasa dilantunkan, ketika momen Idul Fitri, dan momen-momen lainnya..
Apa yang bisa kita ambil dari cerita tadi?
Kita sebagai muslim, Allah berikan nikmat dan amanah yang luar biasa. Kita perlu bersyukur atasnya. Tidak hanya dengan berucap hamdalah, tapi dengan menambah pula keimanan kita melalui ibadah.
Dari Bapak, aku belajar pantang menyerah, bahwa kita sebagai muslim haruslah maksimal dalam beramal. Tidak bisa adzan, ya iqamah. Tak sanggup menjadi imam, ya jadi makmum. Tidak kuat berdiri ya duduk. Jangan jadikan ujian yang Allah berikan kepada kita seperti sakit sebagai alasan untuk mengurangi bahkan bermalas dalam ibadah. Selagi masih bisa diusahakan, tetaplah melakukan yang terbaik untuk menjadi apa yang Allah inginkan.
Hingga menjelang akhir hayatnya, suatu ketika aku tiba-tiba merasa takut jika Beliau meninggalkan sholat karena beberapa kali merasa putus asa. Beliau mengeluh karena sudah banyak berobat dan ikhtiar, tapi masih belum diberi kesembuhan. Namun, hatiku tenang karena sebelum dicabut nyawanya, Bapak ternyata masih menjalankan sholat isya di tengah kondisi sakitnya. Saat itu aku mengintip Beliau yang dengan khusyuk berdoa di atas kursinya. Doa dan sholat terakhirnya. Bapak yang in syaa Allah selalu menjaga sholat semasa hidup, Allah berikan kesanggupan pula menjaga hingga akhir hayatnya. Aku teringat pula tausiyah ustadz Oemar Mita bahwa
Kita akan diwafatkan sesuai dengan kebiasaan kita. Maka jika ingin meninggal dalam keadaan baik, pastikan apa yang menjadi kebiasaan kita, apa yang keluar dari lisan kita, adalah segala hal yang baik. Wallahu alam. Hanya Allah yang Maha Mengetahui..
Mungkin itu sedikit cerita dariku. Seorang anak perempuan yang bangga karena Allah pilih untuk memiliki seorang ayah seperti Bapakku. Salam rindu Pak. Semoga Allah kumpulkan kita lagi di Surga-Nya kelak 💙
5 notes · View notes