Tumgik
#berdamai
abiriaarumiani · 6 months
Text
Menemukan; #seikatcatatan
Ada. Ia yang terlihat begitu pendiam dan terbatas, seolah alur hidupnya biasa-biasa saja dan tidak ada yang istimewa. Akan tetapi ketika ia bersama orang yang dikasihinya, ia menjadi sesosok yang hangat dan penuh cerita. Bahkan tentang hal-hal kecil yang terdengar tidak penting bagi orang lain. Tentang sandalnya yang putus, atau bunga cantik yang ditemuinya pagi tadi di tepi jalan.
Bukan karena ia tidak pandai bersosialisasi. Memulai pertemanan? Ia bisa. Bercanda bersama teman? Ia pun bisa. Tetapi untuk membagikan kisah hidupnya, hanyalah mereka yang teramat berharga yang ia rasa benar-benar bersedia mendengarkannya.
Karena demikian, bukan? Tidak setiap orang akan tertarik dengan cerita kita. Hanya mereka yang menganggap kita berharga pula, yang akan mendengarkan kita.
Ada. Ia yang sibuk dengan dirinya sendiri. Sibuk dengan masalah-masalahnya, dan sibuk mencari sikap yang tepat yang harus ia lakukan saat ini. Orang-orang kerap menyebutnya “sedang berusaha berdamai dengan diri sendiri.”
Itu.. Didalam lubuk hatinya; ia hanya tidak ingin membuat orang lain menjadi tidak nyaman.
Karena melihat orang lain tersenyum ketika sebenarnya tidak ingin tersenyum, melihat orang lain tertawa padahal tidak tahu apa yang seharusnya ditertawakan.. adalah hal yang menyakitkan bagi dirinya sendiri.
Iya ada. Ia yang diam bukan berarti tidak peduli sekitar. Tetapi hanya ingin—membuat mereka yang disekelilingnya tetap merasa nyaman.
Cukup menjadi “ada tetapi tidak terasa”, dan “pergi tapi tidak dicari.”
Japan, 2018 | ©️aviliaarmiani
Terimakasih, untuk pernah menuliskan ini, diriku :"))
22 notes · View notes
duniapetualangkata · 2 months
Text
Egois memang bagi kebanyakan orang yang tidak mengenamu, tapi kita perlu waktu untuk memikirkan diri sendiri, waktu untuk berdamai dengan diri sendiri, waktu untuk merencanakan segalanya dan waktu untuk memikirkan semuanya.
9 notes · View notes
umarhabib13 · 11 months
Text
Berdamailah dengan keadaan yang memang kita tiada kuasa merubah nya, walaupun susah tetap bismillah.,
Jika sudah memulai dengan bismillah jangan berhenti di tengah sebelum terucap alhamdulillah,
Yang sabar ya.. Semakin kamu kuatin sabarmu, maka semakin Allah siapkan bahagia yang lebih besar untukmu,.
Jika lelah istirahat lah sejenak, jika tak ada seorang pun yang mampu memahami segala lelahmu, maka hanya Allah yang selalu ada memahami segala lelahmu,..
18 notes · View notes
flymetoyou · 1 year
Text
Apa yang terjadi antara aku dan kamu adalah takdir dari Allah. Pertemuanku dengan kamu, juga kepergianmu, semua sudah ditulis oleh-Nya. Memang jodoh adalah takdir ikhtiar, dan aku sudah merasa cukup berusaha. Maksudnya, berusaha semaksimal versiku, dengan tidak menjatuhkan harga diriku, dengan tetap menjaga muruahku sebagai wanita muslimah. Aku sudah merasa cukup, walau kadang menyesal juga, seperti ah harusnya bisa lebih, tapi aku tidak bisa lebih karena ada batasan yang tidak bisa aku lewati. Jadi, ketika aku sudah berusaha dan ternyata tidak ditangkap dengan baik olehmu, ya sudah. Aku akan berusaha mundur--meski tertatih.
Tidak apa-apa, kan ada Allah. Meski aku sangat ingin bersamamu. Meski aku sangat ingin bahwa kita akan berhasil sampai ke sana, tapi Allah sebaik-baik Perencana.
15 notes · View notes
nurulbeysha · 8 months
Text
Langit, aku belum bisa lupa. Mungkinkah ini yang disebut pemenang?
Nyatanya, berdamai memang tidak semudah kata. Begitu sulit berdamai dengan kejadian yang pernah menciptakan sebuah luka. Begitu sulit berpura-pura kuat ketika semesta mengingat kembali. Dia itu luka untukku.
Tumblr media
4 notes · View notes
pengelanakisah · 2 years
Text
Menuruti ekspektasi orang lain adalah sesuatu yang semu, melelahkan, dan tidak ada habisnya.
(Muthia Sayekti dalam Buku Berdamai dengan Diri Sendiri)
Tumblr media
24 notes · View notes
meng-u-las · 6 months
Text
You are Good enough
Tumblr media
Photo by Nik on Unsplash
Tulisan kali ini mungkin sedikit santai sebagai bahan permenungan bersama juga, belum lama ini, dalam pekerjaan saya menghadapi krisis kepercayaan diri, karena dalam mengerjakan pekerjaan, ekspektasi yang saya berikan mungkin terlalu tinggi atau ideal, sehingga saat menghadapi permasalahan ditengah pekerjaan, tiba-tiba perasaan "galau" muncul, ditambah penyakit lain kumat, penyakit membanding-bandingkan diri dengan orang lain lebih tepatnya, karena orang lain pasti akan selalu terlihat lebih baik, lebih ahli dan lain sebagainya, disaat seperti itu rasanya kalau melihat cermin ingin berkata "I am not good enough" atau "Saya tidak cukup baik".
Pikiran seperti itu, menurut saya pribadi, tidak boleh dibiarkan terlalu lama atau berlarut-larut, karena pasti akan menjadi semacam racun untuk diri kita, karena secara bawah sadar kita seakan memberikan label dan menutup potensi kita yang sebenarnya, nah disaat seperti itu perlu rasanya untuk memiliki perasaan legowo dan memaafkan diri sendiri. Sebagai pembelaan, toh di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna dan selalu berhasil setiap saat, bahkan kalau boleh berkaca dari bidang lain, misal olahraga, bertahun-tahun tim bulu tangkis Indonesia selalu menorehkan hasil gemilang dari perhelatan Asian Games, tapi di tahun ini kita sedang berduka karena tidak berhasil membawa pulang medali satupun, ini menjadi bukti, sebagai seorang mahkluk hidup, manusia tidak selalu berada dalam keberhasilan, mungkin ada sesekali kita tersandung dan mendapatkan hasil yang tidak sesuai harapan, apakah lantas kita layak menyalahkan diri atau nasib atau menyimpan pikiran bahwa kita tidak cukup baik? Masih ingatkah kita terhadap keberhasilan yang pernah kita dapatkan sebelumnya, bagaimana menyenangkannya perasaan tersebut, apakah sebuah kegagalan lantas menurunkan nilai diri kita? (Tapi lain ceritanya kalau kita melakukan kesalahan yang begitu fatal, seperti membunuh orang).
Mungkin kekecewaan kita saat ini begitu besar, hal yang kita harap-harapkan tidak atau belum tercapai, mungkin kita bisa melihatnya dari sudut pandang lain, apakah kegagalan ini tidak bisa dimanfaatkan untuk menjadi batu pijakan kita untuk meraih keberhasilan lain? Misal, saya ambil contoh ketika kita terobsesi untuk masuk ke suatu perguruan tinggi top nomor 1 di dunia, lantas kita mati-matian belajar sampai setengah gila, tapi saat ujian ternyata kita gagal, tapi toh segala pengetahuan dan ilmu yang kita miliki selama persiapan sebetulnya masih ada, apakah tidak mungkin kalau kita mengubah target untuk mencoba di universitas yang mungkin nomor 1 di Asia atau nomor 1 di Indonesia?, atau contoh lain , misalkan di dalam pekerjaan, mungkin dalam suatu proyek kita gagal, tapi mungkin di luar sana ada proyek lain yang bisa kita dapatkan dengan pengalaman dan kemampuan yang sudah kita miliki.
Dalam banyak kesempatan, mungkin kita harus belajar untuk mengapresiasi keberhasilan yang kita dapatkan, sekecil apapun, tujuannya adalah agar kita bisa menumbuhkan rasa percaya diri, sehingga ketika mengalami kegagalan, di perpustakaan pikiran kita, kita bisa melawan setiap keragu-raguan dengan keberhasilan yang kita miliki, mungkin skala nya tidak sama, tetapi kemampuan untuk bangkit ini lah yang akan membantu kita terus melangkah kedepan, lagipula selama kita masih hidup, akan selalu ada kesempatan dan tantangan di hadapan kita, jatuh bangun adalah hal yang biasa, maka memiliki pola pikir yang benar akan membantu kita untuk bangkit dan mencoba tantangan berikutnya dengan lebih mantap, jadi ganti kata-kata "I am not good enough" segera dengan "I am Good enough". Semoga tulisan saya bermanfaat.
3 notes · View notes
mnurulwathoni · 2 years
Text
Tidak perlu menyalahkan siapapun kadang orang yang pernah menyakiti dan menghina hanya sebagai ujian saja untukmu apakah bisa menahan emosi atau malah kau kehilangan akal sehat, biarkan saja tidak perlu balas balik perbuatan mereka, jika memang kau ingin menang dengan cara yang elegan tentu harus dengan cara memaafkan Karna memaafkan adalah kemenangan yang sesungguhnya.
" Perlunya memelihara kebersihan hati dari sifat tidak terpuji agar semua orang saat membersamaimu selalu merasakan kedamaian walaupun dulu sempat mencemari hatimu dengan segala cemooh dan kebencian."
Lombok 19 juni 2022
36 notes · View notes
muhammaddhri · 2 years
Text
4
“Justru karena kita tidak tahu bagaimana ini akan berujung, mengapa tidak kita nikmati saja prosesnya? Mengisi celahnya dengan syukur, mengobati luka-lukanya dengan sabar, dan menatap masa depan dengan baik sangka.”
7 notes · View notes
berwarnabiru · 1 year
Text
Berdamai dengan diri sendiri
Dalam perjalananku untuk memperbaiki diri, jilid kesekian.
Rasanya masih seperti terbangun di alam mimpi, jika mengingat usiaku sudah menginjak kepala dua sejak beberapa tahun yang lalu, memasuki periode kehidupan yang digadang-gadang menjadi fasenya quarter life crisis. Aku pun tidak bisa bohong jika seluruh emosi yang tumpah di lapak ini adalah ekspresi dari QLC itu sendiri.
Entah jenis QLC apa yang menghinggapiku. Jika itu adalah perasaan insecure terhadap kehidupanku yang tak sejajar dengan teman seangkatanku yang lain, kupikir itu hanya puncak gunung esnya saja. Sementara itu, selama ini, aku selalu memandang ke bawah, ke kelamnya lautan, tempat bersemayamnya sisa dari gunung es yang sangat besar.
Saat kulongokkan kepalaku ke dalamnya, apa yang nampak tepat di bawah permukaan adalah hubunganku dengan keluargaku yang berantakan. Oh, aku sendiri yang membuatnya berantakan.
Di saat yang bersamaan, aku menjadi detektif untuk menelusuri latar belakang kenapa aku tumbuh dengan rasa kecewa yang sangat besar. Satu-satunya narasumber yang bisa kuajak berdiskusi adalah serangkaian aku dari 15 tahun yang lalu.
Entah sejak kapan aku menumbuhkan perasaan kecewa terhadap orang-orang yang mengasihiku. Ada beberapa luka yang tidak dibalut dengan benar. Ada beberapa patah hati yang tidak terawat dengan hati-hati. Ada beberapa saat di mana, aku yang dulu justru menenggak racun yang kukira adalah penawar luka. Bukannya aku membaik, tetapi justru rasa sakit itu semakin tak tertahankan.
Berubahlah ia menjadi monster yang hidup mendominasi perasaanku sekarang.
Kini, karena aku sedikit banyak memahami rasa sakit itu, aku mulai bergerak untuk mempelajari bagaimana cara merawatnya hingga setidaknya cukup membaik.
Balajar berdamai dengan diri sendiri, belajar untuk mencintai diri sendiri dengan berhenti menenggak racun yang sama; menutup luka dengan perban yang senantiasa bersih; serta jangan lupa untuk selalu mengingat hal-hal baik dan bersyukur.
Namun selama itu, perasaanku valid. Hanya saja, perasaanku bukan sebuah pembenaran bagiku untuk memperburuk keadaan.
Jangan menenggak racun ketika kamu memiliki pilihan untuk meminum air telaga yang menyegarkan.
Dear aku, semua yang di dunia ini sementara saja, termasuk rasa kecewa.
-- 8 April 2023
1 note · View note
langitfatma · 2 years
Text
Ini adalah cover bullet journal aku bulan Agustus 2022
Tumblr media
Entah kenapa aku malah salah menulis tahun 2020
Padahal tahun 2020 sudah lama berlalu
Tapi, aku tidak ambil pusing
2020 bisa diubah jadi 2022
Kalau dilihat dari sisi estetik, justru terlihat lebih indah bukan?
Maka, dalam kehidupan sehari-hari mungkin kita juga bisa menerapkan seperti itu
Untuk setiap kesalahan yang kita perbuat
Jangan diambil pusing
Kalau kesalahan itu masih bisa diperbaiki
Maka perbaiki saja
Ingat untuk melihatnya dari sudut pandang lain
Lihatlah hikmah dan pesan indah yang ada di baliknya
Bukalah pintu maaf untuk orang yang berbuat salah tersebut
Bukalah pintu kesempatan untuk orang itu belajar lagi dan memperbaiki kesalahannya
Terutama, terapkan itu pada dirimu sendiri
Maafkan dirimu yang sudah melakukan kesalahan
Kamu boleh down, sedih, takut, atau marah
Terima, karena perasaan itu adalah anugerah dari Allah
Rasakan emosi itu, lalu lepaskan
Tapi, ingat untuk bangkit lagi
Untuk semangat lagi dan memperbaiki diri
Pasti, Allah ingin kamu menjadi lebih kuat dan lebih indah dari sebelumnya
SEMANGAT!!! ✨️
Fatma🌹
Ahad, 7 Agustus 2022
5 notes · View notes
hanifahdwis · 2 years
Text
"Setiap insan punya potensi, punya peran yang banyak tidak disadari, digali dan diaktualisasi di ruang yang benar. Karena terlalu banyak melihat potensi lain yang diharapkan banyak orang, sedangkan potensi itu tidak ada dalam diri kita."
— dari Kak Muthia Sayekti (Berdamai dengan Diri Sendiri)
***
Kadang suka lupa sama hal baik yang udah dikasih sama Allah, merasa kurang beruntung jadi orang yang sedikit 'beda' dari yang lain. Padahal, Allah ta'ala Sebaik - Baik Pencipta, masa mau meragukan?
4 notes · View notes
frasakata · 5 days
Text
Bersyukur dengan setiap takdirNya
Beberapa tahun kebelakang adalah titik terendahku dalam hidup, rasanya sangatlah tidak mudah bertahan hidup sejauh ini jika tanpa adanya iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Teruntuk seseorang yang kini sudah hidup bahagia dengan pilihanmu,semoga Allah selalu menjaga cinta kalian ya. jangan khawatir, aku tidak pernah menyesal karena pernah membersamai langkahmu meski hanya sesaat, karena bagaimanapun kamu pernah mengisi dan mewarnai hidupku.
Kini, tak terasa sudah 24 tahun usiaku.
Usia yang telah memasuki fase penuh dengan pertanyaan yang belum tahu apa jawabnya, problematika dan lika-liku kehidupan ini yang masih penuh misteri.
Kini, aku sudah berada difase dan dititik ikhlas,pasrah dan ridho dengan apapun takdir dan ketetapan Allah SWT, yang pasti aku selalu percaya bahwa akan ada kebahagiaan yang menanti didepan sana setelah banyaknya riuh airmata yang mengalir deras.
Semoga,kelak seseorang yang membersamai langkahku merasa beruntung karena dapat memilikiku dan hidup bersamaku.
Wahai diri, terimakasih sudah kuat dan bertahan sejauh ini, semoga Allah SWT selalu memberikan karunia dan kebahagiaan kepadaku sampai akhir nafasku.
peluk diri sendiri<3
1 note · View note
syifa-kamila-blog · 7 months
Text
Aku ingin berdamai dengan carut marutnya perasaanku
Aku ingin berdamai dengan hilir mudiknya bayang masa lalu
Aku ingin menerima segenap penyesalan
Aku ingin menerima segenap keadaan
Hanya itu yang kini kuinginkan
1 note · View note
flymetoyou · 1 year
Text
Dalam proses melepaskan,
Selalu berdoa pada Allah agar diberi kelapangan hati. Selalu meminta pada-Nya agar dikuatkan untuk ikhlas melepaskan. Agar bisa berdamai--meski berdamai tidak sama dengan melupakan.
2 notes · View notes
maanother · 1 year
Text
Hey, aku wajib memerangi perasaan diriku.
Mengarahkan pada berpikir yang positif.
Karena Allah sudah menetapkan sesuatu.
Boleh jadi yang aku rasakan kurang disukai itu, entah kecewa dan ungkapan lainnya, dibalik itu ada hikmah besar yang belum aku sadari. Ada kebaikan bahkan untukku.
Dan dibalik yang ideal yang aku harapkan itu, tersimpan sesuatu yang aku tidak tau, mungkin membahayakan untuk kehidupanku.
Apa logikanya?
Allah tahu masa depan, aku hanya berpikir yang sekarang.
1 note · View note