Tumgik
#cerita lebaran
ceritapermata · 5 days
Text
Tumblr media
Part paling sedih dari lebaran adalah melepas sanak saudara kembali ke perantauan.
Iya! Rasanya campur aduk. Baru bersuka cita tiba-tiba harus kembali terpisah. Baru saja berdekapan harus kembali berjarak. Tapi yg namanya hidup bukankah seperti itu?
Sebagai orang yang tinggal di kampung halaman. Ada bahagia yg tidak dapat diungkapkan saat menyambut sanak saudara dari tanah rantau. Tidak peduli mereka membawa banyak oleh-oleh atau tidak, pulang dengan sekarung emas atau tidak, kehadirannya saja sungguh sangat menghangatkan hati. Rumah-rumah kembali ramai, gelak tawa terdengar di setiap sudut ruang. Bercengkrama dan juga mendengar cerita kehidupan mereka. Ah ingin rasanya berlama-lama.
Selamat kembali ke tanah rantau semua sanak saudara, semangat kembali ke rutinitas. Untuk anak rantau yg sedang berjuang, baik berjuang dalam pendidikan maupun karir semoga diberikan kekuatan dan ketangguhan oleh-Nya. Semoga selalu sehat dan bahagia di manapun berada. Salam dari penghuni kampung halaman yg sebentar lagi juga akan merantau haha
2 notes · View notes
tempeorek · 2 years
Text
Ternyata masih sama, setelah mudik bertemu keluarga kerabat sahabat tetangga dan kembali ke perantauan menata hati kembali di perantauan cukup sulit karena sudah nyaman. Sampe menitikkan air mata menahan perasaannya, padahal tiga hari ini terbantu sekali ada Ayah bersama kami. Bantuin beres beres barang, tiap saat pasti bersihin mana yg bisa dibersihkan, menamani Medina main dengan semangat riang gembira, hal yg sulit didapat karena cucunya jauh. Aku menyaksikan sendiri bagaimana cinta kasih sayang tulus dari Opung pada cucunya. Nyata lekat di hati. Bersyukurlah nak, nanti Ibu ceritakan kisah hari ini kalau Medina sudah besar.
Ah berat perasaannya masih sama, ketika memulai semua dari awal, menata hati. Dah cuman mau menuliskannya biar release. Semuanya akan terlewati dan baik baik saja sih nanti aku yakin dan percaya
Mangat Ibook Medina rumah baru menantimu
Yuk kita ciptakan suasana baru yang nyaman untuk semua anggota keluarga ❤️
With Love Medina dan Opung
Tumblr media
0 notes
biamdenatura · 2 years
Text
Lebaran Malingping Itu Beda
Lebaran Malingping Itu Beda
Mudik (mulih disik, red) yang berarti pulang dulu dalam bahasa Jawa merupakan salah satu kata kunci dan menjadi tujuan utama setelah satu bulan berpuasa ramadhan. Meluapkan rindu kepada kampung halaman dan orang-orang terkasih, serta sebagai ajang pembuktian (bagi sebagian orang) kalau dia bisa sukses juga di perantauan. Kalau bagi saya, mudik tahun ini adalah kali pertama di kampung halaman…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
wedangrondehangat · 6 months
Text
Dunia berduka atas Palestina, kamu kok malah posting keseharian duniawimu?
Dalam sebuah buku diceritakan bahwa Hasan Al-Banna pernah melarang istrinya membuat roti untuk perayaan lebaran, sebab waktu itu umat Islam baru saja kehilangan para pemuda yang syahid di Palestina.
Salah satu kisah yang amat melekat di pikiranku, tentang hati yang dimiliki Hasan Al-Banna.
Media sosial yang ramai dengan duka dan rasa sesak ini mungkin membuat kita jadi sungkan, meski begitu...
Menurutku, nggak apa-apa kalau kita mau posting hal lain juga..
Nggak apa-apa kalau kita mau posting barang jualan kita karena kita juga lagi berjuang di jalan kita.
Nggak apa-apa kalau kita mau posting review makanan atau pakaian karena misal itu memang pekerjaan kita dan ada rezeki orang lain yang mengalir melalui review kita.
Nggak apa-apa kalau kita mau posting hal lain yang juga bermanfaat seperti sharing ilmu, cerita inspirasi, dan lainnya.
Allah Maha Tahu tentang keberpihakan kita, rasa empati kita, isi doa-doa kita untuk Palestina, donasi kita, atau apapun hal yang kita lakukan untuk Palestina, sesederhana terus merepost apa yang terjadi di Palestina agar beritanya tak tenggelam.
Menambahkan catatan dari tokoh muslimah yang datang ke Indonesia pada 2018 lalu bahwa kelak warga Ghaza akan menuntut orang Islam di dunia pada hari kiamat atas apa yg terjadi!
Menunjukkan keberpihakan kita, semoga menjadi catatan baik yang bisa kita bawa kelak ke hadapan-Nya.
Di kereta menuju Bandung dari Surabaya, 7 Nov 2023
60 notes · View notes
ideideidea · 15 days
Text
LPJ Kehidupan
Lebaran, sebuah momen yang sarat akan kehangatan keluarga, seringkali diwarnai dengan pertanyaan-pertanyaan yang terkesan sensitif. “Kapan menikah?”, “Kapan lulus?”, dan berbagai pertanyaan lainnya seringkali menggema di ruang-ruang pertemuan. Bagi sebagian orang, pertanyaan-pertanyaan ini bisa terasa seperti sebuah interogasi pribadi yang tidak diundang.
Namun, jika kita memandangnya dari sudut pandang yang berbeda, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat menjadi kesempatan untuk melakukan introspeksi dan evaluasi diri. Ini adalah saat di mana kita dapat menyusun ‘Laporan Pertanggungjawaban Kehidupan’ (LPJ Kehidupan) kita sendiri. Bagaimana kita dapat berargumen tentang pilihan dan langkah hidup yang telah kita ambil? Apakah kita dapat mempertahankan argumen bahwa setiap keputusan yang kita buat adalah keputusan yang telah dipikirkan matang dan dapat dipertanggungjawabkan?
Pertanyaan dari keluarga besar mengenai hal-hal yang sensitif tidak perlu ditanggapi dengan sikap defensif atau negatif. Sebaliknya, kita dapat memanfaatkannya sebagai bahan refleksi. Apakah yang kita lakukan selama ini sudah sesuai dengan nilai dan tujuan hidup yang kita anut? Mengapa kita belum menikah? Apakah itu merupakan pilihan kita sendiri karena kita ingin fokus pada pengembangan diri atau karier? Atau mungkin kita masih mencari pasangan yang tepat? Mengapa kita bekerja di tempat sekarang? Apakah pekerjaan tersebut memberikan kita kesempatan untuk belajar dan berkembang, meskipun mungkin gajinya tidak sebesar yang diharapkan?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat kita jawab dengan jujur kepada diri sendiri. Kita dapat menjelaskan kepada keluarga bahwa setiap pilihan yang kita buat adalah bagian dari proses belajar dan tumbuh. Kita tidak perlu merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi orang lain, tetapi lebih kepada bagaimana kita dapat memenuhi ekspektasi diri sendiri dan menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab atas pilihan-pilihan tersebut.
Lebaran adalah waktu yang tepat untuk merenung dan bersyukur atas segala pencapaian, serta merencanakan langkah selanjutnya dengan bijak. Mari kita sambut pertanyaan-pertanyaan tersebut bukan sebagai beban, melainkan sebagai peluang untuk berbagi cerita dan pencapaian kita dengan orang-orang terdekat.
23 notes · View notes
mamadkhalik · 11 days
Text
Catatan Kemenangan : Adab Komunikasi dalam Silaturrahmi
Tumblr media
1. Tidak Jumawa Akan Ilmu
Seandainya kamu bertemu dengan orang yang lebih berilmu, dengarkan dan jangan memotong pembicaraanya. Barangkali ada satu pelajaran yang dapat kamu ambil dari nasihatnya.
Pengalaman saat menjadi ADK anyaran, pasti akan mengalami sindrom merasa paling paham medan dakwah, tahu permasalahan umat, dan tahu solusi penyelesaianya. Tapi ketika silaturrahmi ke Kyai Kampung saya, kontribusi dakwah yang ku lakukan ternyata tak ada apa-apanya dibanding beliau.
Beliau dengan segala keluasan ilmu itu dengan sederhana mengaplikasikan dalam penyelesaian masalah sosial dan dengan tekun membersamai masyarakat agar selalu dekat dengan agama.
Maka, jangan jumawa akan sebuah ilmu. Apalagi hanya berbekal ikut lembaga dakwah kampus atau baca buku ringkasan Ihya Ulumuddin. Tetap ilmu padi abangkuh.
2. Belajar Mendengar
Ketika ada orang yang berbicara akan suatu hal, sedangkan kamu lebih paham akan hal tersebut, dengarkanlah selama tidak mengarah kepada syirik dan kemudharatan.
Pengalaman poin kedua ini hampir setiap hari saya dengarkan. Mendapat cerita yang sangat tidak masuk akal seperti berjalan di air lah, bermimpi ketemu ini dan itu lah, atau bisa mengatasi genderuwolah. Ya intinya nggak masuk akal pokoknya.
Lama kelamaan, saya mencoba memahami apa yang dibicarakan. Mendengar dengan niat tidak menyepelekan, meskipun kita paham kadang itu cuman cerita rekayasa tanpa arti. Tapi, itulah wajah masyarakat kita, setidaknya apa yang saya lihat dan dengarkan.
Akhirnya hanya saya jadikan hiburan dan dari lingkungan itu secara tidak langsung juga sadar itu hanya bualan. Dengerkan agar senang.
3. Memperbaharui basa-basi
Lebaran kali ini tidak basa-basi ke ponakan dengan kalimat, "wah udah gede ya". Hendak menjadi om-om yang ramah dengan gen-Z.
Setidaknya saya sudah menyiapkan poin basa-basi yang tidak basi untuk ponakan :
Gimana kuliah/sekolahnya?
Di kampus makanya masak sendiri atau pokwe?
Rektor kampusmu bersahabat nggak?
Di kampus tahu KAMMI nggak?
Kemarin nyoblos siapa?
Tapi ya baru disiapin, belum ditanyain juga sih wkwk
Intinya, Selamat Hari Raya Idulfitri 1445 H. Selamat Hari Raya Makan-Makan. Mohon maaf kalau ada khilaf mutual tumblrku. Menyala abangku.
Ngawi, 03 Syawal 1445 H.
32 notes · View notes
aibaihaqy · 21 days
Text
Pohon Besar di Tengah Tanah Lapang itu Bernama “Ibu”
Ibu adalah orang yang pembagian waktunya 10% untuk makan, 90% lainnya memastikan anak-anaknya sudah makan pada saat sahur dan berbuka.
Di dalam 90%, kadang terbagi lagi oleh cerita-cerita "Bapak dulu suka banget makan ini", "Kalau malem ke segini biasanya Bapak jadi imam di Masjid Nurul Islam", "Tahun lalu rame sama murid-muridnya Bapak yang ke sini, alhamdulillah masih pada nyempetin", atau cerita-cerita lainnya yang terkadang buat suasana sahur dan berbuka jadi haru.
Wajar, puasa dan lebaran pertama kali tanpa Bapak begitu meninggalkan banyak kesan. Ibu yang yang biasa tertarik oleh cerita lucu di dua waktu tersebut kini harus banyak bersahabat dengan sepi. Apa lagi terkadang harus ditinggal dengan anaknya yang paling kecil di rumah.
Terima kasih Ibu telah menjadi layaknya pohon besar di tengah tanah lapang—tak pernah bersuara, tapi selalu tangguh dengan caranya. Ada banyak yang mungkin tidak Ai ketahui, yaitu akarnya yang lebih membumi dibanding tingginya yang menjulang ke angkasa.
Bogor, 24 Mei 2020
30 notes · View notes
juliarpratiwi · 4 days
Text
Cerita Sebelum Bertemu (1)
Hai, bagaimana kabarmu?
Semoga selalu dalam lindungan Allah. Aamiin.
Lebaran kemarin tidak aku sangka, banyak orang yang bertanya tentangmu. Katanya siapa kamu? Kapan kamu akan datang? Aku hanya bisa menjawab dengan permintaan doa dan saat lelah aku hanya bisa melempar senyum yang semoga masih dengan raut wajah yang menyenangkan.
Karena pertanyaan-pertanyaan dari mereka akupun jadi memiliki pertanyaan.
Kepadamu.....
Kapan kamu akan datang? Masih berkelana ya? Apa masih ada mimpi yang ingin kamu raih sendiri tanpa aku?
Kapan kamu akan sampai? Apakah jalannya terlalu sulit? Apakah kamu harus mengambil langkah mundur dan mencari jalan memutar?
Kepadamu....
Bolehkah aku hanya disini menunggu? Aku pernah memberanikan diri menjemput, tapi ternyata itu bukan kamu. Karena hal itu aku cukup kesulitan untuk kembali, melangkah dengan kesedihan, melanjutkan perjalanan dengan kekecewaan. Tapi tenang aku sekarang sudah baik-baik saja. Jadi, bolehkah aku menunggu saja disini?
Kepadamu, sembari menunggu aku akan bercerita. Cerita sebelum aku bertemu denganmu. Boleh, ya?
7 notes · View notes
iradatira · 1 month
Text
Pada umurku yang menjelang dua puluh enam ini, aku telah memiliki lima ponakan yang gemas dan unik. Tapi empat ponakan sebelumnya tidak tinggal bersamaku, aku hanya bertemu mereka saat mereka berkunjung ke rumah, atau saat lebaran dan libur tahun baru.
Tahun lalu, lahirlah keponakan kelimaku, persis sebelum ramadan, namanya Hasan. Meski ia makhluk yang mungil, hadirnya mengubah seisi rumah. Tak hanya kehidupan kedua orang tuanya yang berubah, peran kami pun juga bertambah; sebagai kakek-nenek, tante-om dari si bayi menggemaskan ini.
Butuh berminggu-minggu untuk kami beradaptasi dengannya. Memahami caranya menangis, kapan ia lapar, kapan popoknya harus diganti, kapan ia mengantuk, kapan ia bosan dan ingin diajak bermain. Kami seisi rumah saling bergantian satu sama lain terus belajar memahami maksudnya dan mengasuhnya.
Kini bayi ini tumbuh sebagai bayi yang riang dan banyak energi. Umurnya sudah genap satu tahun. Hasan sudah bisa melangkah dengan dititah, hobinya mengajak orang dewasa di sekitarnya untuk terus mentitahnya mengelilingi rumah. Setiap hari ia bangun jam lima pagi, membangunkan paksa ibunya untuk mengganti popoknya. Bapakku, mengajaknya bersepeda keliling kampung setiap pagi. Entah sejak umur sekian bulan, bersepeda merupakan kegiatan favoritnya. Jika bapak sedang bekerja di luar kota, Hasan tetap bangun jam lima pagi, lalu meminta digendong menghampiri bapak untuk diajak bersepeda pagi. Kalau kakeknya tak ada, ayahnya lah yang menggantikan untuk mengajaknya bersepeda. Lho memangnya kenapa kalau tidak diajak ke luar bersepeda? Wah, ia bisa rewel seharian. Keliling ke luar rumah adalah caranya mengisi energi untuk seharian beraktivitas. Yash, he is ekstrovert sejak bayii hahaha.
Meski aku sudah punya empat ponakan sebelumnya, namun Hasan tetap menjadi ponakan pertama yang tinggal bersama kami. Karena aku tinggal 24/7 dengannya, otomatis aku juga belajar menggendong, membuatkan susu, mengajaknya bermain, menyuapinya makan, hingga membacakan cerita dan mendongeng untuknya.
Aku masih ingat bagaimana senangnya aku saat ia berhasil menirukan apa yang kuajarkan pertama kali yakni "menjulurkan lidahnya". Kemudian ia berhari-hari menjulurkan lidahnya itu kepada siapapun yang ia temui hahahah. Selanjutnya aku juga membacakan buku tentang emosi untuknya, ku kenalkan ekspresi marah, sedih, takut, jijik, senang, kutunjukkan bagaimana mengekspresikan emosi tersebut. Saat itu ia masih berumur dua bulan, baru bisa melihat tapi belum bisa menunjukkan emosi. Pada bulan berikutnya, ternyata ia sudah menunjukkan beberapa ekspresi tak nyaman seperti marah, sedih, dan jijik. Inilah awal mula Hasan menjadi bayi yang sangat ekspresif haha. Ia tak mau duduk kalau popoknya penuh, ia marah dan menangis kalau lapar, ia sedih kalau ditinggal pergi orang dewasa yang mengasuhnya.
Hasan tumbuh begitu cepat, setiap perkembangannya kami ikuti dengan riang gembira. Bonus sakit punggung dan tangan kebas sebab menggendongnya dan menemaninya bermain sepanjang hari. Tetep capek ternyata, padahal kami sudah bergantian "shift" untuk mengasuhnya haha.
Ternyata bayi sekecil ini membawa banyak warna baru di rumah, juga membuat kami saling bahu-membahu untuk mengasuhnya. Akupun menghempas rasa magerku untuk menemaninya bermain, atau sekedar makan bersamanya. Hasan ini bayi yang sangat meniru sekelilingnya. Kalau ia melihatku makan dengan lahap, ia pun juga ikut makan bersamaku dengan lahap. Biasanya aku menanyakan "Hasan mau mam sama Te Yaa (tante Ira), nggak?" "Enak yaa makanannya? Hmmm enak bangeett nyam nyam nyam. Alhamdulillaah" lalu ia menirukan "nyam nyam nyam" sambil tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala tanda ia menyukai makanannya.
Peran pengasuhan memang tidak mudah ya, membutuhkan dukungan lingkungan sekitarnya untuk mengasuh bersama. Salut untuk para pasutri yang mengasuh anak-anaknya hanya berdua saja, apalagi single parent, wah perjuangannya sungguh luar biasa.
Perks of being aunty, sudah trial parenting sebelum married wkwkw. semoga bisa menjadi jam terbang yang berguna saat menikah dan punya anak nanti. Ya walaupun, bisa jadi nanti pas memiliki anak akan berbeda lagi pengalaman mengasuhnya. Tapi seenggaknya, aku sudah memiliki sedikit bekal dan tahu lubang mana yang perlu aku tambal dengan belajar parenting lagi, sebelum benar-benar menjadi orang tua nanti.
15 notes · View notes
lamyaasfaraini · 9 days
Text
Mudik 2024 berakhir~
Hari minggu kami pulang, start dari singaparna lembur kami. Sodara2 kamipun pada balik lg ke kota masing2. Ada yg ke cileungsi, Jakarta, tangerang, ciamis, pangandaran, cimahi dan bandung. Ada yg pulang sabtu ada yg minggu, lembur jadi sepi lagi huhu sedih yaa :(
Wlpn kita terus memantau arus mudik dan parno kalo macet, krn kita udah sering ngalamin macet parah dari kecil cuma ke tasik doang saking parahnya bisa sampe berbelas jam. Jgnkan belasan jam skitar 7-8 jam aja kita dah gakuaaat huft, normalnya mah kan cuma 3-4 jam doang. Kita pulang nunggu hasil panen dulu yg makan wkt mayan tiap plg ke lembur selalu dpt beras sekarung gede nanti diparoin jg buatku utk bekal di rumah haha alhamdulillah. Baru beres skitar jam 10an lalu pamit dan gassss. Seperti biasa mamah (uwaku yg ke 4) kalo kami tinggal pst nangis, padahal bbrp hari ini selalu kami repotkan krn kami tinggal disana wlpn ttp sih ada bala bantuan (hire art freelance) tp kan mamah pst cape, sehat2 ah mamahkuu!
See you soon, kampung halamanku~ semoga aku kesana ngga setaun sekali bgt kaya tahun kemarin yaa huhu. Bismillah off to bandung, back to reality huft
Tumblr media
Mudik dan lebaran itu sesuatu yg melelahkan tp hati kami menjadi penuh ya Allah alhamdulillah. Dari mulai hari pertama lebaran gapernah ngarenghap atau istirahat proper, hanya malam aja baru bisa rebahan sisanya siang hari selalu sibuk kemana2. Dan selalu beberengkes karena kita tidur nomaden, ngga ada kesempatan nyuci baju pula jadi super banyak nih cucian huhu. Baru kerasa jg badan rontok gini, kepala puyeng juga, mana no exercise dari hari senin lalu hehe isokeee~
Kerjaan kami beberengkes sama packing dan unpacking, gitu aja terus. Dari 2 minggu lalu pas packing ke rumah ortu selalu ngedumel ke suami juga diselipis sama helaan nafas lelah berupa keluhan gt, jadi bawaannya maramara mulu saking malesnya packing. Packing adalah sesuatu hal yg ku tidak suka ya Allah mikirin bebawaan bukan buat sendiri doang, suami dan anak jg. Gakebayang sih punya anak lebih dari 1 itu gmn kalo travelling huhu. Belom lg kudu beberes rumah ditinggal mudik, haaaa dah sibuk 2 mingguan ini. Sibuk dan happy menjadi 1, pengeluaran rumah tangga jg ngga sedikit tp alhamdulillah pemasukannya jg cukup lah utk ina inu sampe balik lg mudik dan nunggu gajian nanti, plus udah bayar SPP jg yaak fiuh~ wlpn sekolah bulan ini cm seminggu tp ttp yak SPP full wkwk. Ah sudahlah jgn dipikirin itu wang wang yg keluar nanti ngenes sendiri. Semoga semakin banyak lg rejekinya yaa ya Allah yg berkah tentunya.
Lanjut cerita mudik, ternyata kami terjebak macet jg pas lepas salawu menuju cilawu (baso mang ono mana nih yg viral wkwk), tp ngga stuck ttp jalan sampe garut kota lancar lg menuju leles dan kadungora agak diputerin rutenya sama pak polisi ngikutin sign aja, baru deh kebagian one way sampe nagreg alhamdulillah panjang kan. Ke rest area dulu di mesjid nagreg skalian solat dzuhur udah telat itu jam 14, mayan kena macet dah 4 jam belom nyampe rumah ituteeh.
Tumblr media Tumblr media
Perjalanan mulai lagi dan mayan ada antrian jg cicalengka-rancaekek plus di cileunyi-cinunuk, udah dkt jg kena macet weeeh haaaa..
Alhamdulillah nyampe rumah lsg muterin mesin cuci gatahan liat tumpukan cucian. Welcome home! Pulang mudik sehat2 semua yaa. Yang kerja hari selasa semangaaatt mengais rejeki lg, jgn ngahuleng pasca liburan lama wkwk, biasanya suka ada syndrome pasca liburan..
Kalo aku dan nemo masih nyantai nih masuknya mingdep, kita lanjut santai dulu kita nem di uber haha. Oiya jgn lupa exercise dong hey gpp di treadmill aja yuuu kemon~
4 notes · View notes
bersuara · 4 months
Text
Tumblr media
Sore hari ini diajakin main ke pantai dekat rumah, ngga sampai 10 menit langsung sampai. Pantai yang sedari kecil menjadi destinasi wisata pluss tempat ziarah (karena ada makam leluhur) paling murah sewaktu libur lebaran. Aku jadi nostalgia, biasanya sehari setelah hari lebaran, di daerahku termasuk kampungku beramai-ramai pergi ke pantai untuk liburan. Transportasi yang digunakan adalah perahu. Pengalaman naik perahu adalah hal terseru buatku.
Pantainya sudah tercemar dan ngga sebagus sewaktu aku kecil. Di pinggiran pantai, banyak sekali sampah, pun air laut sudah tercemar limbah. Tetapi ngga membuat sepi, setiap hari pasti ada saja muda mudi yang nongkrong di bebatuan pinggir pantai atau di bahu jalan. Terlebih ketika hari Minggu dan hari libur lainnya, pasti ada saja rombongan pengunjung yang datang memadati 'Pulo Cangkir' (sebutan untuk tempat wisata/ziarah).
Tumblr media
Sore hari ini melihat deburan ombak, perahu, aktivitas batu bara PLTU sambil menyantap bakso yang ku beli seharga 5 ribu.
Tumblr media
Nana yang ikutan makan bakso, padahal sudah di warning kalau baksonya pedas hahaha.
Tumblr media
Satu bakso yang ukuran besar diberi harga 5 ribu dan untuk bakso yang ukuran kecil diberi harga 5 ribu 3 bakso.
Tumblr media
Aku yang sedang fotoin Nana
Tumblr media
Nana dengan ekspresi tengilnya sedang bermain lato-lato.
Tumblr media
Aku, Nana dan ponakanku yang sudah remaja (Aaaaa aku sudah tua hahahaha).
Tumblr media
Sekian cerita hari ini~~
- 26 Desember 2023
12 notes · View notes
sarasastra · 1 year
Text
Waktunya para 'Anak Muda'
Beberapa hari yang lalu, saya dan suami kembali melakukan ritual semi wajib bagi keberlangsungan 'kebaikan mental' kami sebagai orangtua dengan mampir disebuah cafe di pusat kota. Kalau dipikir-pikir, hampir sebulan sekali kami mengunjungi cafe ini.
Dengan pesan menu yang sama, sambil menunggu biasanya kami melakukan aktivitas masing-masing. Suami lanjut bekerja/ngonten via laptop, dan saya mulai menggambar di iPad untuk keperluan hobi. Lalu anak kami kemana? —sementara, kami titip dulu di rumah ibu mertua barang 2-3 jam.
Kali itu, pengunjung cafe tidak hanya kami berdua. Tapi ada segerombolan anak-anak muda berkisar usia SMA. Termasuk dewasa muda (harusnya, kalau tidak remaja akhir). Ada laki-laki dan perempuan, berkumpul, nongkrong di cafe. Sambil nunggu makanan datang mereka bermain permainan yang disediakan di cafe tsb —saya lupa namanya apa wkwk.
Bukan anak muda kalau ngga haha-hihi kan ya. Tertawa keras, mengobrol ke sana kemari, agak sedikit kurang menjaga jarak antar lawan jenis. Sementara kami, ngobrol pelan, sesekali balik lagi ke aktivitas charge diri masing-masing. Cuman kemarin agaknya sedikit menyentil obrolan khusus gara-gara lihat fenomena di depan mata kami.
Suami membuka obrolan, "Ay, kalau Syamil nanti udah gede gitu saya ngga akan izinin kalau mau nongkrong-nongkrong campur (laki-laki dan perempuan) gitu. Ngga suka saya lihatnya. Agak gimana gitu. Karena saya sendiri waktu dulu ngga suka ngumpul-ngumpul, sesama laki-laki aja jarang apalagi sama lawan jenis."
"Hmm sepakat sih. Tapi kalau dipikir-pikir, mereka ngga sekolah apa ya atau masih libur lebaran? Kalau udah pulang, mereka ngga ada kegiatan lain apa ya?
Saya pikir, seusia mereka harusnya sibuk ngga sih? Sibuk berkegiatan positif. Volunteering sana sini, ikut berbagai komunitas yang bisa bikin belajar banyak, dapet pengalaman dari berbagai eksposur, atau kalau mau magang kerja di mana juga boleh banget. Bahkan ikut mentoring/kajian keislaman yang utama.", balas saya sambil agak mikir.
"Nah iya. Itu yang mau saya garis bawahi juga. Jangan sampai punya waktu luang yang sampai blas banget ngga ada kegiatan. Seusia sekolahan gitu baiknya 'sibuk' (punya beragam kesibukan). Ibaratnya 'jangan sampai ada waktu senggang' dan akhirnya dipake main atau nongki ngga jelas yang nyerempet. Tapi baiknya sibuk belajar banyak hal.
Seusia mereka, saya justru sibuk belajar komputer. Belajar coding. Karena keranjingan tsb ya akhirnya sekarang bisa kelihatan hasilnya (untuk konteks pekerjaan & karir), bahkan sekarang pun saya masih belajar. Waktu senggang saya pakai belajar.
Ketika waktunya halaqah, saya ikut. Selepas itu saya stay di rumah buat belajar lagi. Jarang banget kayaknya saya main." , cerita suami.
"Kalau saya seusia mereka saya sibuk ikut organisasi sana sini. Di sekolah, sama di luar sekolah. Di masjid dekat rumah juga saya ngajar di TPA. Ikut halaqah juga, ikut kegiatan beasiswa juga. Kayaknya jarang punya waktu luang buat main yang ngga jelas. So far saya ngga masalah, karena memang masa-masanya belajar dan cari pengalaman.
Saya berharap Syamil juga nanti bisa punya banyak kegiatan/kesibukan positif di masa remajanya. Concern banget saya sama pergaulan Syamil nanti. Agak khawatir tapi percaya juga sama Syamil. Karena gimana pun kita berperan besar buat mengarahkan, bimbing, bantu punya lingkungan yang kondusif buat dia tumbuh. ", pada akhirnya saya curhat soal kerisauan saya.
Mungkin sedikit terkesan judging terhadap anak-anak muda yang sama-sama lagi nongki di cafe ini, tapi arahan obrolan kami—saya sadari jadi lebih berpikir dan memandang dari kacamata sebagai orangtua.
Bagaimana kami sebagai orangtua melihat 'fenomena' tersebut. Dengan latar belakang kami yang begini-begitu, dan kayaknya ngga pernah atau jarang banget nongki di cafe waktu masih sekolahan dulu (apalagi sama lawan jenis haha-hihi ngga ada keperluan), jadinya begitulah tanggapan kami.
Makin agak miris ketika diperhatikan ada anak lelaki yang kayaknya curi-curi kesempatan (modus kali ya) buat 'ngga sengaja' nyentuh sedikit badan teman perempuannya disela mereka main permainan dan terlihat teman perempuannya tsb merasa terganggu/risih dengan perilaku teman laki-lakinya itu, kami jadi makin haduhhhhh.
Kami meyakini kalau dimasa muda waktu ngga dipakai untuk kesibukan yang baik-baik, maka waktu tersebut akan digunakan untuk hal-hal yang tidak baik.
Jadi sebisa mungkin, "menyibukkan diri dengan kebaikan" itu penting banget! Kami ngga mau kalau sampai anak kami 'nganggur' dan akhirnya waktunya dipakai untuk main dan hal-hal yang tidak bermanfaat bagi hidupnya.
Ya Rabb, semoga Engkau senantiasa menjaga anak kami semua untuk tetap dalam kebaikan & keta'atan. Aamiin.
Akhirnya, setelah makanan beres kami santap, kami segera pulang karena jam sudah menunjukkan waktu ashar. Kami perlu shalat dan menjemput anak kami kembali. Sementara mereka masih asik main, dan ngga tau kapan mereka mau pulangnya. Semoga sebelum hari sudah gelap.
Tangerang, 9 Mei 2023 | 19.05 WIB
36 notes · View notes
yunusaziz · 2 years
Text
101 Jika Ditanya "Kapan Nikah?"
Pagi tadi, keluarga kami kedatangan keluarga dari Abi asal salah satu kota di Jawa Tengah. Sebagai orang yang jarang banget ketemu keluarga besar, sebab sering absen tiap ada kumpul keluarga besar, menjamu mereka sendirian ketika orang rumah baru bepergian, adalah hal yang challenging dan melelahkan. For sure.
Forum yang selalu dikaitkan dengan suasana yang ramah tamah, hangat dan penuh keceriaan di momentum lebaran, sebab lama tidak bertegur sapa, tiba-tiba menjadi hening, layaknya forum persidangan. Setiap kalimat pertanyaan, layaknya statement judikasi hakim ke terdakwa haha.
Dimulai dari kabar kelulusan, kerja dimana sekarang, sampai pertanyaan yang tidak pernah absen dari hari raya, setiap orang bertemu, selalu menanyakan :
"Kapan nikah?" begitu tiba-tiba bulek melontarkan tanya ditengah obrolan soal pasca kampus.
Alih-alih kesal, dengan pertanyaan mainstream dan tak berkesudahan itu, saya jawab saja apa adanya.
"Insyaallah tahun depan bulek, mohon doanya hehehe." dengan sedikit tawa kikuk, karena mencoba mengontrol emosi sebab sudah terbayangkan alur cerita setelahnya.
Dan benar saja, feedback yang saya dapatkan persis seperti apa yang saya bayangkan. Ada lontaran pertanyaan lanjutan dan bertubi-tubi saya harus jawab, dari masalah usia, kerjaan dsb. Apakah perlu marah? Saya pikir tidak.
"Wajar saja beliau bertanya demikian, emang topik obrolan apalagi yang menarik untuk dilontarkan oleh keluarga yang jarang sekali bertemu, dan anak pasca kampus sepertiku." kalimat itu yang terbesit dalam pikiran saya menjadi logika untuk meredakan gejolak hati.
Karena tidak ingin rugi dan mungkin kalau sebagian orang menganggap pertanyaan itu seperti momok menakutkan dan 'menginjak harga diri', saya tanya balik saja,
"Sebenernya belum pasti juga sih bulek tahun depan sudah siap atau belum, masih coba fokus karir, dsb. Barangkali bulek mau beri nasihat?" sambil terkekeh.
Ya, kata kuncinya adalah minta nasihat. Saya pikir itu cara terbaik, daripada melukai perasaan mereka karena menunjukkan ekspresi ketidaksenangan, tersinggung dsb. Toh juga nasihat dari orang berpengalaman adalah buah permata yang kadang kita abaikan.
Maka, benar saja. Nasihat beliau justru menyadarkan akan satu step yang terlewatkan. Kata beliau,
"Yang jelas, sebagai seorang lelaki selain perisapan finansial, mental dan tanggungjawab, adalah kesiapan bermasyarkat. Apalagi kamu aktivis kampus."
"Gap antara aktivis kampus dengan realita masyarakat itu terlampau jauh, idealisme tinggi kadang tidak selaras ketika kita harus berbaur dengan masyarakat. Mau nggak mau, harus turunkan ego, kalau dikampus suka nyuruh, nanti kudu siap disuruh, dsb. Maka, mulai sekarang coba perbaiki hubungan dengan masyarakat. Sering bergaul. Karena nikah bukan hanya kesiapan untuk dua orang, tapi juga kesiapan bermuamalah (bersosialisasi) di masyarakat."
Diposisi ini saya terdiam, khidmat menyimak. Saya mengaminkan setiap bait nasihat yang beliau sampaikan. Dalam hati saya batin,
"Iya juga ya, sepertinya step ini masih belum tertata rapih, masih sibuk aktivitas di kampus, padahal mimpi-mimpimu adalah justru mereka yang membutuhkan, bukan dunia kampus."
Singkat cerita orang rumah datang, lalu saya kembali ke kamar. Intinya demikian, menurut saya cara terbaik dalam merespon pertanyaan menikah adalah memberi feedback dengan elegan. Tidak perlu marah, apalagi merasa terinjak-injak. Even latar belakang masing-masing orang nggak bisa dipukul rata ya.
Tapi satu hal yang kita harus pahami, barangkali pertanyaan seperti itu adalah murni keingintahuan atas ketidaktahuan, dan siapa tahu ada niat tulus membantu, mencarikan jodoh misal, ya siapa tahu. Jodohkan nggak ujug-ujug jatuh depan mata, kudu dicari dan diupayakan.
Selamat bertumbuh kembang kawan!
227 notes · View notes
nonaabuabu · 1 year
Text
Tiket Terakhir
fiksi tengah malam
Ibu pernah bilang; laki-laki barangkali 'tahu saja' begitu ia menemukan belahan jiwanya, tapi bagi perempuan, kita tak akan pernah tahu bahkan jika ikrar sehidup semati sudah diucapkan.
Tapi aku sudah lama berseberangan dengan ibu, aku sudah tak peduli lagi apakah ibu benar atau tidak. Aku hanya tahu, aku harus tetap waras sepanjang ibu masih bersikeras untuk menemukan belahan jiwanya.
Ibu, sulit sekali menjelaskan tentangnya. Perempuan tangguh yang masih percaya jika suatu hari kelak akan menemukan seseorang yang akan menemaninya menua bersama. Padahal usianya sudah 49 tahun, dan itu bukan usia yang bisa digolongkan muda.
Aku tak ingin menceritakan bagaimana jalinan kisahnya dengan Ayah, bagaimana ia berakhir menikahi seorang lelaki tua yang meninggalkannya saat aku masih dalam kandungan, lalu membawanya kepada banyak pelukan lelaki tanpa pernah percaya bahwa lelaki itu adalah belahan jiwanya. Itu bukan kisah yang menarik, bahkan cenderung tak masuk akal untukku.
Sudah pesan tiket?
Pesan Ibu masuk lagi.
Belakangan Ibu mulai gencar menghubungiku, entah sejak kapan momen lebaran menjadi sesuatu yang kami rayakan dengan berkumpul. Sehingga dengan tak absennya Ibu mengingatkanku untuk mudik.
Aku membiarkan pesan itu, tak ada gunanya mendebat Ibu, ia selalu benar. Padahal sudah tiga tahun aku tak pernah lebaran di rumah dan Ibu tak pernah protes, kali ini juga belum tapi ia selalu memastikan bahwa aku akan pulang tahun ini.
Mau aku pesankan tiket?
Pesan berikutnya masuk. Lama aku mengamatinya, mencari satu dua makna dari kebaikan yang ditawarkan. Kali ini bukan dari ibu, tapi dia. Lelaki yang seharusnya, ah sudahlah.
Aku tak pulang.
Begitu aku menekan tombol kirim, layar ponselku kini berganti menjadi sebuah panggilan. Aku menatapnya lama, membiarkannya hingga panggilan itu berhenti.
Sudah tiga tahun, pulang ya!
Pesan masuk lagi. Kali ini aku membiarkannya. Membiarkan semua yang seharusnya tak pernah kembali dalam diriku.
---
Sudah lima hari ini pesan Ibu tak datang, aku juga tak ingin bertanya. Hanya saja ada yang mengusik hatiku, rasa penasaran akan sikap Ibu yang tiba-tiba gencar dan tiba-tiba berhenti.
Hari ini terakhir kali aku ke kantor sebelum cuti lebaran, besok lusa jika hilal tampak, sempurna lah sudah empat tahunku tak lebaran bersama Ibu.
Ran, aku tahu kamu tak ingin pulang. Tapi kamu harus tahu, Ibumu di rumah sakit.
Sejenak napasku berhenti. Seketika semuanya menggelap, sekuat tenaga aku mengendalikan diri, begitu kesadaran itu penuh lagi praktis aku membuka aplikasi pemesanan tiket, dan nihil. Lebaran sudah dekat, pastilah rute penerbangan untuk hari ini dan besok penuh.
Aku menarik napas dalam, begitu aku melepaskannya seluruh memori itu menyeruak. Segala hal tentang Ibu seperti kaset yang berputar dalam kepalaku. Bagaimana ia berteriak marah saat aku tak makan sayur, bagaimana ia menangis saat aku mengatakan tak akan pernah hidup sepertinya, bagaimana ia... Sebelum genap semua cerita itu tumpang tindih di ingatanku, satu pesan masuk lagi.
Ran, jika sedikit saja kamu memaafkan Ibumu, juga aku, pulanglah!
Terlampir satu dokumen, aku membukanya, penerbangan hari ini. Aku berlari menuju lemari, mengambil pakaian seadanya.
Delapan jam kemudian aku sudah di sini. Lorong rumah sakit yang begitu sepi, bahkan tak ada yang berlalu lalang. Ini sudah pukul dua pagi, aku baru saja bertemu Ibu. Wajah cantik itu kini sudah lebih tua dari yang aku ingat, mungkin karena Ibu kini jauh lebih tirus.
"Makasih, tiketnya."
Dia mengangguk kecil. Dengan gerakan kepala ia memintaku duduk di sampingnya.
"Ibumu selalu bilang, suatu hari kamu akan pulang."
"Itu bukan rumahku," Ada jeda yang panjang dalam kepalaku, jeda yang memberikan batas rumah dan pulang yang tak pernah satu dalam diriku.
"Kenapa? "
"Kamu tak akan mengerti, terlalu sulit menjelaskannya."
Aku mencintaimu, dulu seperti itu. Tapi kamu tidak, kamu membiarkan aku merasakannya sendirian bertahun-tahun. Padahal kamu bersikap seolah aku adalah perempuan paling berharga di dunia. Hingga semua itu hancur dengan rumah yang kamu tawarkan.
"Karena aku?"
Aku menelan ludah. Menarik napas pelan, menghembuskannya. Aku menoleh padanya, bukankah semua hal jelas, haruskah aku melafazkannya dalam kata-kata?
"Ya, karena seharusnya kamu tak pernah menikahi Ibuku."
selesai
-----
Catatan penulis : Percayalah! Saat tengah malam, semua cerita yang kau harap menjadi romantis bisa berubah menjadi mimpi buruk yang tak ingin kau ingat sampai kapanpun. Besok, kalau aku menulisnya siang hari, akan aku tulis kisah yang manis.
34 notes · View notes
Text
MasyaAllah setelah lebaran ini alhamdulillah rasa syukur, motivasi dan semangat hidup rasanya seperti terisi kembali.
Ketika berjumpa dengan saudara-saudara kita, bertukar kabar dan cerita hidup. Sungguh telah membuatku melihat hal yang berbeda dari dunia ini.
Bismillah ya Allah, semoga hamba bisa selalu semangat seperti ini. InsyaAllah kedepannya akan semakin semangat untuk terus berjuang menjalani hidup ini.
Setelah kemarin rasanya banyak membuang waktu dan malas-malasan. Kini saatnya aku berubah menjadi pribadi yang pandai mengatur waktu dan disiplin.
Ingat kunci sukses adalah disiplin. Semangat diriku, mari kita berjuang bersama-sama.
2 notes · View notes
kauadalahhujan · 14 days
Text
Selamat Idul Fitri 2024
Halo pengen banget cerita banyak hal tentang lebaran. Entah rasanya kangen suasana lebaran waktu masih kecil. Takbiran di masjid sampai jam 11 malam. Bersih bersih rumah, ngepel, ngecek camilan buat lebaran. Menata toples2 dan segala hal kesibukan menyambut lebaran. Tak lupa baju baru yg sudah selesai disetrika, dipandangi terus dan tidak sabar dipakai pas lebaran.
Suara ibu yg masak kacang bawang di dapur, bapak bikin ketupat. Aaahhh rasanya waktu cepat berlalu dan tahun ini lebaran tidak bertemu bapak. Bertemu ziarah di makam bapak.
Rasa nya tidak percaya bapak sudah berpulang tpi bagi ku bapak masih ada. Rasanya seperti mimpi, jika membayangkan bapak ya bapak masih hidup.
Parfum melati khas bapak selalu semerbak.
Pak, mohon maaf lahir batin nggih. Kulo kathah lepatipun kalih bapak.
Ya Allah kenapa ini seperti mimpi?? Aku yg selalu ngomel2 sama bapak.
Waktu berlalu cepat, tiap melihat foto jaman dulu selalu bergumam "tahun segitu bapak masih hidup, bapak lagi apa ya? "
Bantul, 10 April 2024
1 Syawal 1445 H
2 notes · View notes