Tumgik
#ibu
andromedanisa · 3 months
Text
~*
Nak, ingatlah selalu nasihat ibumu ini ya sayang.
Bahwasanya semua orang punya caranya berduka. Semua orang punya caranya untuk berdamai dengan rasa duka. yang hidupnya nampak berjalan baik-baik saja, bukan berarti yang paling tidak berduka. Berduka itu bukanlah sebuah kompetisi. Jadi jangan pernah membandingkan kesedihanmu dengan kesedihan orang lain hanya karena penderitaanmu belum jua menemukan jalan keluarnya. Tabahlah, bersabarlah, dan tetaplah menenun harap yang baik kepada Allaah.
248 notes · View notes
fixaidea · 7 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
343 notes · View notes
dyhaatyra · 6 months
Text
Tumblr media
155 notes · View notes
dilfiesz · 9 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
아주 눈부시게 honestly, 우리 사이에 he's been totally lying, yeah
250 notes · View notes
sepertibumi · 11 months
Text
[NASEHAT IBUK]
Tumblr media
"Buk, gimana dulu caranya Ibuk yakin kalo Ayah emang jodoh Ibuk? Apa karena udah ada rasa cocok dari awal?"
Dan obrolan panjang pun dimulai.
"Mbak, ga ada cocok yang benar-benar cocok. Cocok itu diusahakan. Kalau kamu punya 5 kriteria dan ternyata pasanganmu hanya memenuhi 3/5, dua sisanya brarti harus kamu tolerir. Inget, ga ada yang sempurna. Ga ada yang benar-benar 100%. Karena pernikahan itu isinya tentang penerimaan dan saling melengkapi."
"Kita sama-sama belajar dari awal, sama-sama terus berusaha untuk mengenal. Menerima dia berarti juga menerima segala kurang dan lebihnya. Kita ga bisa milih untuk ambil lebihnya aja."
"Nanti kamu akan hidup dengan segala sifatnya. Semuanya akan terlihat setelah pernikahan. Mungkin akan ada satu sifat buruk yang kamu ga suka dan itu akan terus berulang dan berulang kali terjadi. Disitulah nanti sabarmu akan diuji. Pesan ibuk, sepahit apapun, hadapi."
"Apapun masalahnya, seberat apapun ujian di depan nanti, usahakan untuk tetap menjaganya rapat-rapat. Tahan untuk menceritakannya kepada siapapun, sekalipun ke Ibuk. Karena kamu anak Ibuk dan Ibuk pasti akan bela kamu. Padahal Ibuk ga tau apakah benar kamu yang salah atau bukan."
"Telan semuanya berdua. Susahnya, senangnya. Jangan pernah libatkan orang lain. Karena jawabannya pasti kembali ke kalian berdua."
"Buk, apa Ibuk yakin aku bakal nemuin orang yang tepat?"
"Ibuk selalu yakin bahwa kamu akan mendapatkan orang yang baik, yang kamu ridhoi agamanya, yang sesuai dengan keinginan dan doa-doamu."
Sisanya hening dengan aamiin kencang yang riuh dalam hati. Dan berakhilah sedikit obrolan Ibuk dan putri kecilnya yang mulai beranjak dewasa.
221 notes · View notes
penaimaji · 6 months
Text
Fase-Fase Krusial Ibu
Hal yang paling ku-concern di fase baby, yaitu jam rutin dan feeding rules. Mengapa? Karena kalau satu ini berjalan dengan baik, insyaAllah aku bisa lebih waras menjalankan rutinitas yang lain. Kebayang-bayang saat itu, aku berada di fase yang lagi belajar masak, tiba-tiba harus belajar buat MPASI. Dueng deng deng.. nano nano rasanya
Zuzurrly.. aku bukan tipikal manusia yang jam aktivitasnya runut. Dulu mau bangun pagi atau kesiangan, sarapan aja bisa jam 11, ga pernah biasa sarapan pagi. Namun, banyak berubah setelah menikah, punya suami yang kegiatannya rutin. Mau ga mau setelah punya anak, juga harus membiasakan jam rutin yang dimulai dari jam tidur
Apakah mudah? Oh, tentu tydaaacc, harus ada kesadaran dan kemauan diri, membangun team work dengan orang terdekat. Kebetulan aku merantau, jadi timku ya suami. Beribu-ribu syukur, suami mau ikut andil dan tanggungjawab, meski dia juga sibuk
Di usia anak yang sekarang 1,5 tahun, aku mulai merasakan manfaatnya. Di jam makan/snack, dia sudah bisa minta makan sendiri, meski yaaa sering pilih-pilih juga. Namanya anak kan juga manusia—sama seperti orang dewasa, tentu punya selera. Tinggal akunya aja kadang beli makanan kalau lg capek masak, kadang juga mood buat stok ina inu. Btw.. jam rutin ini ga selalu berjalan mulus, terkadang dia juga bangun kesiangan, jadi bubar banget moodnya dan agak sulit makan
Setelah konsul dengan DSA yang cocok, aku jadi lebih tenang saat memvalidasi apa-apa yang kami khawatirkan kemarin. Feeding rules di usia >1 tahun, jauh lebih fleksibel sesuai dengan kondisi dan tipikal anak. Berasa legaaaa banget setelah perjuangan kami kemarin yang hadeh hadehhh, masyaAllah alhamdulillah
Yang aku renungkan dari sini ialah "setiap fase akan berlalu, ini tidaklah lama". Saat ini berada di fase struggle dengan huru-hara anak di rumah, berusaha buat menormalisasi rumah berantakan, karena sudah mau masuk ke fase toddler. Aku butuh pikiran yang tenang supaya gak ngomak ngamok, lalu bisa membantu menyalurkan energinya si kecil
Belajar dari masa kehamilan, dimana ketidakmampuanku untuk membatasi diri dari hal-hal pemicu stress, yang berpengaruh besar terhadap janinku. Kini, sedikit demi sedikit aku mulai mampu menyapu hal-hal yang menguras pikiranku
Kita seorang hamba, tidak bisa jauh-jauh dari-Nya; kita selalu butuh akan kekuatan-Nya. Ternyata, aku bisa melewatinya, meski banyak badainya juga. Kalau bukan karena pertolongan Allah, akupun tiada daya pula
Jakarta, 26 Oktober 2023 | Pena Imaji
81 notes · View notes
mputraff · 8 months
Text
43
Bersabarlah sebentar ya umik… Buah hatimu sedang berusaha membangun singgasananya. Walau usaha-usahanya adalah bagian dari tetesan air mata beserta doa-doa yang engkau panjatkan kepada-Nya.
Bila saatnya tiba, buah hatimu akan memberikan bergunung-gunung roti sehingga engkau tidak perlu menahan lapar yang kian menjadi-jadi.
Bila saatnya tiba, buah hatimu akan membawamu pergi ke belahan bumi yang paling suci. Kalau perlu ia akan menjadi Uwais al-Qarni. Membopongmu mengelilingi tanah suci.
Bersabar sebentar lagi ya umik, kendati janji. Buah hatimu akan membuat wajahmu berseri-seri sehingga engkau tidak perlu meneteskan air mata lagi. Insya Allah… Rancaekek, 23:27.
56 notes · View notes
scopophilic1997 · 6 months
Text
Tumblr media
scopOphilic_micromessaging_758 - scopOphilic1997 presents a new micro-messaging series: small, subtle, and often unintentional messages we send and receive verbally and non-verbally.
46 notes · View notes
viviaramie · 1 year
Text
Tumblr media
Lihatlah mataku; ada begitu banyak rindu yang berserak menjadi debu.
Sedikit demi sedikit beranak pinak, tak mampu kusapu.
Hingga waktu berbuah sesak yang tak mampu kusajak.
Dibalik batu nisan biru muda yang kuseka, kita berjarak tak terhitung jauhnya.
Sajak ke - 1
134 notes · View notes
ceritapermata · 7 months
Text
Bu, terimakasih untuk semuanya. Terimakasih sudah menjadi penguat disaat diri ini rapuh. Terimakasih selalu ada mendengar keluh kesah ku, walaupun aku tau ibu sendiri juga kadang ga baik-baik aja. Bu, terimakasih atas segala hal yang ibu beri, maafin uni kadang ga nurut. Bu, ibu orang yang selalu dan akan selalu Uni percaya. Terimakasih untuk kalimat-kalimat manis yang menenangkan. Maafkan kadang air mata ini ga sanggup ditahan saat cerita ke ibu. Maafin belum bisa bikin ibu bangga, semoga suatu saat yang entah kapan uni bisa bikin ibu bangga, dan kita bakal tutup mulut orang-orang yang kurang baik selama ini. I just want u to know how grateful I'm to have u as my mother, how grateful I'm to being ur one and only daughter. Walaupun gengsi buat ngomong langsung, tapi kalaupun ibu nemu tulisan ini semoga ibu selalu merasa dicintai oleh anak perempuan mu ini ya Bu.
Bu, semoga do'a-do'a baik ibu menembus langit, semoga do'a-do'a baik yang kita aamiinkan bersama mampu mengetuk takdir baik, dan semoga do'a-do'a baik ibu Allah kabulkan, aamiin
Maaf kali ini Uni rapuh, maaf kali ini uni nangis di depan ibu. I love you to the moon and back.
Dan kali ini ku pahami, tidak ada cinta yang lebih tulus melainkan cinta seorang ibu terhadap anak-anaknya, dan tidak ada kasih sayang yang lebih berharga melainkan rasa kasih seorang anak terhadap ibunya.
Kamis, 21 September 2023
34 notes · View notes
ruang-bising · 7 months
Text
Sepenggal Tulisan Bising Diri Sendiri [ Bag. 2]
***
Bising, bising sekali omongan orang lain tentang keluargaku. Aku sudah bias, mana peduli mana yang hanya gosip. Ayah yang menafkahi kami dengan harta yang haram, ibu yang jarang dirumah, kami yang tercabik-cabik nama baiknya. Aku malu sekali. Aku hanya bisa berdo'a semoga suatu saat nanti mereka diberi hidayah oleh Tuhan.
Saat aku Kelas 3 SMA, Ayah jatuh sakit, parah sekali. Habis fasilitas yang kami punya, mulai dari rumah, transportasi, alat komunikasi. Mobilitas hidup kami benar benar hancur. Mungkin ini cara Tuhan membersihkan dosa masa lampau keluarga ini. Kakakku mengungsi di rumah kerabat, dekat dengan kampusnya. Aku terpaksa diasuh oleh yayasan tempatku bersekolah, aku yang setiap hari mencicipi masakan yang entah seperti apa rasanya. Tapi bagiku itu lebih enak kebanding memakan harta haram ayah.
Hampir setahun ayah sakit, akhirnya menemukan titik terang. Apa ayah bertaubat dari pekerjaannya? Tidak. Dan aku terpaksa masih betah diasuh yayasan lagi.
Satu bulan kemudian, pandemi menyerang. Itu tidak berpengaruh terhadap pekerjaan ayah. Aku berjanji tidak ingin lagi memakan harta haram. Aku kembali bertahan di asrama yang berukuran 3x5 m ini. Aku menghidupi mimpi-mimpiku sendiri sejak tahun itu. Masa kejayaan orang tua yang telah habis, kata orang. Aku menarik diri dari keramaian satu tahun itu, lebih dari puasa sosmed yang anak muda sekarang katakan. Aku harus segera menuntaskan perjuangan ini, hingga lulus bersekolah. Aku mengajar di surau seberang sekolah dan berdagang untuk sampingan.
"Nanti kalau udah lulus SMA, langsung kerja!!! Bales budi orang tua!!!" Ujar salah satu bibi dari ayah saat lebaran. Berat sekali bertemu keluarga besar ayah yang berpikiran kolot, dan setolol itu. seolah anak lahir, diasuh kedua orang tua berarti sama dengan berhutang. Bukankah itu kewajiban orang tua membesarkan anak? siapa pula yang menginginkan dilahirkan? "nasib tersial adalah dilahirkan" celoteh filsuf yunani seolah memenuhi kepalaku.
Aku ingin pulang, tapi entah kemana.
Aku bisa saja mengambil beasiswa prestasi di perkuliahan, berkat sertifikat lomba yang sering kujuarai. tapi reguler, yang berarti akan hidup dengan harta haram keluargaku lagi. Dan itu juga berarti aku harus hidup berdesakkan di kontrakkan petak, karena rumah ludes terjual. Akhirnya aku memilih jalan dengan mencoba berbagai beasiswa keagamaan, dan berakhir di asuh oleh salah satu yayasan pesantren terkemuka di kota ini. Seratus persen!!! Tentunya setelah mengikuti panjangnya seleksi. Persetan! Aku hanya ingin keluar dari lingkaran iblis ini.
Sesekali ibu menelponku dan ingin mengirimiku uang, tapi aku tak pernah mau lagi.
Berat sekali rasanya, kamu bisa membayangkan?
Memasuki tahun ke dua menjadi santri yayasan, Ayah mendapat hidayah, berhenti dari pekerjaannya, do'aku terkabul, terimakasih Tuhan. Ia berdagang, Ibu masih bergelut menjadi ART semenjak badai melanda keluarga kami. Pembersihan dosa, ujarku dalam hati.
Tahun kedua merupakan tahun terberatku di tempat ini, tuntutan dari yayasan semakin banyak, maklum, beasiswa seratus persen. "Kalian harus bener belajar di sini, setoran 2 lembar perhari, hadist juga, kitab pun jangan terlewat. Makanan yang hari ini kalian makan ga gratis, donatur, UMMAT yang membiayai kalian! Malu kalian kalau makan tapi gasampe target!!!" Bentak salah seorang ustadz kami. Semenjak itulah lidahku mati rasa memakan makanan yang di sungguhkan di sana.
Ajaib, aku berhasil lulus lebih cepat dari kalender pendidikan. Berbagai target di sana telah kucapai. Alhamdulillah. Aku bisa pulang ke rumah. Aku berjanji tidak ingin pulang sebelum pendidikan selesai di sana. Sisanya hanya persiapan mengabdi.
Liburan semester 4 dari total 6 semester, aku kembali ke rumah. Aku tersenyum melihat kontrakkan petakan. Tak apa, ujarku, Aku ikhlas, Tuhan. Kebanding menempati harta haram yang mendarah daging di setiap sudut tembok. Satu hal yang baru kusadari, ibu jarang di rumah, Terlibat hutang selepas badai keluarga kami.
Ayah? yang ayah lakukan hanyalah duduk di teras, tatkala di rumah, lebih sering makan dan tidur di rumah saudaranya yang kolot dan bodoh itu. aku dan kakakku (yang satu tahun kedepan akan menikah) terpaksa berkecimpung melunasi hutang mereka. kami menyisihkan uang dari keringat kami sendiri. Adikku? Adik kecilku bahkan masih kelas 2 SMP, ia masih terlalu lugu untuk memahami kondisi keluarga kami, yang ada dipikirannya mungkin masih bermain dan mencari jati diri.
Akhir semester 6, hutang mereka habis dan lunas, begitu pula tabunganku dan tabungan menikah kakak. Kakakku terpaksa menikah sederhana. habis sudah dream wedding dia, "gapapa, yang penting halal dulu." Ujarnya. Ya Tuhan, aku melihat wajah paling ikhlas di wajah kakakku. Bahkan aku menangis saat menuliskan ini.
Aku ingin pulang, tapi entah kemana.
Saat ini aku sudah bisa menabung diam-diam, aku ingin melanjutkan sekolah, aku juga ingin mempersiapkan masa depan. Tidak banyak, tapi aku ingin memulai rumah tangga lebih siap nantinya.
Aku ingin pulang, tapi entah kemana. Aku ingin sekali saja tidur, nyenyak, tenang, tanpa memikirkan apa yang akan datang, hari esok, tuntutan. Tanpa memikirkan keluargaku yang begitu berkecamuk. Aku ingin sekali beranjak. Meninggalkan semua ini. Keluarga... yang membuat hidupku segetir seperti ini.
Kamu bisa bayangkan? Kontrakkan ini, tepatnya keluarga ini, bising sekali, sehingga aku tidak bisa mendengar diriku sendiri.
Aku hanya perlu terus berlayar, mengembara, jika besok pun kalian tidak lagi mendengar kabarku, mungkin aku tersesat di samudera atau di suatu pulau, atau bisa juga kapalku karam, sebab perjalanan ini kususuri sendiri.
*****
Satu jam aku menceritakan detail kejadian menyakitkan itu kepada seseorang yang kupanggil "umi". Pandanganku kosong, aku ingin menangis tapi tak memiliki tenaga. Sudah terkuras, aku tak memiliki kalimat sedih untuk menggambarkan itu semua.
Tiba tiba pelukan menghantamku. Umi memelukku sembari terharu.
"De, kamu sekarang udah umi anggap anak umi. Jangan pernah ngerasa sendiri ya de. Umi bangga sama kamu, kamu hebat."
Tangisku baru pecah. Saat aku menyadari bahwa ada orang lain, bukan dari keluargaku, yang memiliki sebongkah hati sehangat itu. Aku tak lagi mampu menahan hebatnya kesedihanku. Aku tak mampu lagi membohongi perasaan sedihku. Aku menangis. Aku benar-benar merasa ditemani. Kebisingan ini sedikit mereda. Penerimaan. Kepercayaan diri yang lama hilang seolah hadir kembali. Kekhawatiranku, mereda. Aku menangis. Aku merasa lemah ketika menangis, tapi bolehkah aku menangis kali ini saja? Karena besok aku harus kembali berjuang untuk mimpi-mimpi, aku harus kembali berlayar, aku tak boleh berhenti sekarang.
42 notes · View notes
andromedanisa · 7 months
Text
Mana yang lebih baik? Bersyukur atau bersabar?
Sesuatu yang kamu tangisi pada hari ini, kelak akan sangat kamu syukuri nantinya. Ini benar adanya, demikianlah takdir Allaah Ta'ala kepada kita.
Ada seorang perempuan, sejak kecil kedua orangtuanya bercerai. Perempuan ini tinggalah bersama kakek dan neneknya sampai ia menginjak kelas enam sekolah dasar. Ibunya merantau ke suatu kota untuk bekerja, ayahnya menikah kembali. Sejak SMP sampai SMA ia dirawat oleh ayahnya dan ibu tirinya.
Selama kehidupan bersama ayah dan ibu tirinya, ia juga hidup dengan 3 saudara tirinya yang lain. Dua laki-laki dan satu perempuan. Cerita ibu tiri yang sering kita dengar dulu, yang tak pernah adil kepada anak tirinya, ini nyata adanya. Singkat cerita selama perempuan itu hidup bersama mereka, perempuan ini menjalani kehidupannya dengan totalitas membantu keluarga ayahnya tersebut.
Setiap harinya tidak pernah benar-benar mendapatkan uang saku dari ibu tirinya, ia selalu dapatkan saat ayahnya memberinya uang saja. Jika tidak diberi maka ia tak memiliki uang saku. Setiap harinya seusai pulang sekolah, wajib baginya membantu ibu tirinya menyiapkan barang dagangan. Ayah dan ibu tirinya memiliki warung makanan dengan berbagai macam jenis lauk yang dijual. Ia tak pernah sekalipun pergi bermain dengan teman-teman seusinya,bahkan untuk libur sehari saja ia tak pernah dapatkan. Sementara ketiga adik tirinya tidak demikian, tak pernah sekalipun ikut membantu menyiapkan dagangan. Padahal usia mereka tidaklah begitu jauh.
Namun ia tidak pernah mengeluh, sekalipun didepan kakek neneknya kala kakek neneknya berkunjung untuk menjenguk keadaannya. Ia selalu mengatakan baik-baik saja, sekailpun kenyataannya tidak demikian. Ia telan sendiri, ia lalui kesakitan dan kepahitan itu sendiri.
Kala tidak ada yang sholat dan mengaji dilingkungan tinggalnya, ia tetap melakukan kewajiban dan ketaatan itu sekalipun ia sendiri. Ia perempuan yang cantik dan pandai dalam hal agama, menjaga diri dan kehormatannya dengan baik. Tak tertarik sekalipun untuk pacaran, sekalipun teman-temannya sudah banyak yang memiliki pacar. Baginya menjaga kehormatan adalah salah satu jalan untuk terus menjaga ketaatan kepadaNya.
Ia yang ikhlas melakukan semuanya, tanpa mengeluh, tanpa menceritakan penderitaannya kepada dunia sekalipun kepada kakek neneknya atau kepada ibunya. Allaah balas keikhlasannya dengan menghadirkan seseorang yang tulus mencintainya.
Tepat setelah lulus dari SMA dia di persunting oleh seorang laki-laki baik yang juga begitu menjaga dirinya. Laki-laki penyabar, dan seorang penghafal Al-Qur'an. Hingga kini,ia bercerita banyak kepadaku, suaminya adalah laki-laki terbaik yang ia kenal. Sangat baik kepadanya bahkan dari ayahnya dulu. Katanya, "Allaah sepertinya sedang membalas kesabaranku atas hal dulu dengan kehadiran suamiku saat ini."
Kini, ia dikarunia tiga orang anak. Bahkan sampai saat anak-anaknya tumbuh dewasa, suaminya masih dengan sabar terhadapnya, membantu pekerjaan rumah tanpa diminta, mencukupkan dan mengajarkan ia agama hal yang tak ia dapatkan dulu. Allah karuniakan anak-anak yang sopan dan santun, serta penghafal Al-Qur'an. Allaah kabulkan doanya meski harus melalui hal-hala yang membuatnya harus menangisi banyak hal.
"Saat kamu diuji, bukan Allaah tak tahu kamu menangis dan kesakitan. Allaah tahu kondisimu yang sedang tidak baik-baik saja itu. Namun Allaah ingin menguji kesabaran dan keyakinanmu kepadaNya. Allaah uji kamu dengan sesuatu yang menguras perasaanmu, agar kelak kamu begitu mensyukurinya dengan banyak syukur yang berlipat." Ucapnya kepadaku.
"Kalau inget-inget masa sulit itu, rasanya masih terasa sakitnya. Namun kalau melihat kondisi pada hari ini rasanya begitu bersyukurnya diriku. Allaah kuatkan hati dan keyakinanku untuk tetap pada prinsipku. Bahwasanya Allaah bersama orang-orang yang bersabar. Sabar itu bukan berarti kamu nggak boleh menangis, boleh, kamu boleh nangis. Sabar itu bukan berarti kamu harus selalu baik-baik saja, seolah tidak ada kepahitan. Nggak, kamu boleh untuk tidak baik-baik saja dan menceritakan semuanya kepada Allaah. Dan sabar itu bukan berarti kamu harus diam dan pasrah menunggu semuanya. Nggak, bukan demikian. Sabar itu artinya kamu pun harus berjuang dijalanmu saat ini dengan terus berupaya meminta pertolongan kepada Allaah. Itulah sabar yang sesungguhnya." Ujar dia kembali..
Kini aku mengerti, mengapa hasil dari sebuah kesabaran adalah rasa syukur. Sebab untuk melalui semuanya dan bertahan dalam kondisi yang tidak menyenangkan, bukanlah hal yang mudah. Sungguh, kalau bukan karena Allaah yang menguatkan, tentulah sedikit sekali orang-orang yang bersabar pada keyakinan mereka.
Jadi, mana yang lebih baik? Bersyukur atau bersabar? “Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mu’min sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya” (HR. Muslim no.7692).
Terimakasih untuk ceritanya, bersyukur sekali bisa mendengar cerita ini langsung disaat mungkin hati sedang butuh untuk diingatkan dan dikuatkan..
*aku sudah izin kepada pemilik cerita ini untuk menuliskannya kembali di media sosialku. Semoga Allaah menganugerahi pernikahan kalian dengan banyak keberlahan dan kebahagiaan didalamnya..:"
Perjalanan pulang || 17.37
192 notes · View notes
fixaidea · 6 months
Text
Tumblr media
Photo credit to my dad :)
71 notes · View notes
dyhaatyra · 6 months
Text
Tumblr media
164 notes · View notes
duniapetualangkata · 5 months
Text
Aku akan mencoba kuat Bu, ketika hidup tidak baik baik saja. 
Antara menjadi kuat dan berjuang seorang diri aku kewalahan Bu.
Banyak kekacauan yang terjadi dalam waktu bersamaan, aku begitu mengkhawatirkan semuanya Bu.
Aku lelah Bu, kehidupan selalu memberikan tangis yang ingin pecah, lelah yang ingin istirahat, perasaan sesak yang tertahan.
Aku tidak mampu Bu.
32 notes · View notes
sepertibumi · 11 months
Text
ADA SURGA DI RUMAH
Buk, setiap manusia tak bisa memilih untuk lahir dari rahim siapa. Tapi aku sangat bersyukur karena Allah titipkan aku pada rahimmu dulu.
Buk, ada banyak teori tentang parenting yang dibahas para cendekiawan. Tak peduli seberapa tepat caranya, menurutku caramu yang terbaik.
Buk, kawanku sering mendapat pujian dari orang tuanya. Namun kutau, kau tak ingin aku tumbuh menjadi anak lemah yang miskin validasi. Kau tempa agar aku kuat berdiri di atas kakiku sendiri.
Buk, saat dunia tidak berpihak kepadaku, aku tenang. Karena aku masih punya Ibuk dan sepaket doanya yang tak pernah tertolak.
Buk, ada banyak anak-anak hebat di luar sana. Tapi kau bilang bahwa kau selalu bersyukur punya aku. Dengan apa sebenarnya Tuhan menciptakan hatimu, Buk?
Buk, aku yang minim kata dan over gengsi seringkali gagal menunjukan bahasa cintaku. Tapi aku yakin, pada setiap gerakanku, kau paham betul kemana arahku kan, Buk?
Buk, suatu hari nanti saat aku harus menjadi seorang Ibu aku ingin menjadi yang terbaik, sama sepertimu saat ini. Aku ingin anakku tau bahwa neneknya adalah seseorang yang hebat.
Bagi mereka, mungkin Ibuk hanya wanita biasa. Namun bagiku, Ibuk adalah Surga.
Buk, masih banyak yang ingin kutulis, tapi kataku terbatas.
Buk, jangan bosan jadi ibuk nomor satu buat aku ya?
202 notes · View notes