Tumgik
#masa hirai
white-cat-of-doom · 1 year
Text
Today is Neko no Hi (猫の日) in Japan, otherwise known as National Cat Day, which takes place every 22nd of February, as the date resembles the words "nyan nyan nyan" (meow meow meow) in Japanese.
The Shiki Theatre Group shared some performance photos from Nagoya in honour of the special day!
Tumblr media
The Naming of Cats
Tumblr media
The Jellicle Ball
The Naming of Cats cast:
Akito Iwamura as Mistoffelees, Ayaka Yoshida as Jellylorum, Cezary Modzelewski as Chorus Tugger, Hikari Ono as Demeter, Hiroki Terunuma as Carbucketty, Hitomi Sekino as Victoria, Ippei Sagehashi as Chorus Macavity, Junpei Wakebe as Munkustrap, Kaisaer Tatike as Skimbleshanks, Kanako Fujiwara as Sillabub, Mai Usami as Tantomile, Masae Ebata as Babygriz, Ryudo Tsutaki as Mungojerrie, Ryujiro Isshiki as Coricopat, Saaya Azuma as Rumpleteazer, Shoyo Kamitani as Rumpus Cat, Toma Masaki as Asparagus, Yujin Haga as Gilbert, Yuki Hirai as Jemima, Yuma Ishida as Tumblebrutus, Yurie Sato as Bombalurina, and Yuriko Yamada as Cassandra.
The Jellicle Ball cast:
Hitomi Sekino as Victoria, Junpei Wakebe as Munkustrap, Kanako Fujiwara as Sillabub, Mayumi Fujita as Demeter, Mitsuha Kojima as Bombalurina, Namiko Hanada as Jennyanydots, So Yokoi as Mistoffelees, and Yuki Hirai as Jemima.
28 notes · View notes
liliththunder · 1 year
Text
Adoption request for Mahoroba Kanata into the Hakumyu fan community
“Mahoroba Kanata” is a original work of the screen writer Nishida Daisuke, it follows the story of the Choshu clan centered by Takasugi Shinsaku, set in the Bakumatsu period. “Mahoroba” also called the ‘land of blessings’ in the Japanese folklore is something Takasugi dreams of to obtain.
Why do I want adopt it into Hakumyu (Hakuouki)?
The reason are simple and overflowing:
time period and story: 1) both are settled in the Bakumatsu period in a time frame between 1850ties and 1860ties 2) both are concentrate on a contrary opinions, none of them follows the concept of “We are right, you are wrong” 3) there is lot of suffering (maybe a bit more love in Mahoroba) 4) both like to joke and have unique, relatable characters 5) all characters are as well based on real history figures
cast and stuff 1) well as said before: Nishida Daisuke as director (active in Hakumyu since 2018) 2) Tomita Maho: - fourth Chizuru in Kazama Hen                            - playing the role of Shinsaku’s faithfull and tomboiish                                   wife O-Masa 3) Tanoue Marina: - fifth Chizuru in Toudou Hen                               - playing the younger sister of Yoshida Shouin, named                                  Fumi 4) Motonishi Sakiho: - ninth Chizuru in Shitan Kazama Hen                                  - playing the lover of Takasugi Shinsaku, called Ouno 5) Matsuda Ryo: - first Saito Hajime active until Kazama Hen                            - playing the role of Katsuragi Goro
Shinsengumi yes, they do appear and they play a minor role
publication and fandom since it’s on one side an original work and on the other side not part of a series, there’s is no ‘active’ fandom, I would claim (at least outside of Japan) AND they don’t plan on ever publishing a DVD/BD, but since it’s such a high quality play, I find it sad to let it disappear into history’s shadow.
Tumblr media
Why is Mahoroba Kanata attractive on it’s own?
It’s easy to be answered, because it has it all: great music, great story, overwhelming feelings, great actors and great acting, fun bits and good bits and and tearing apart sad parts, great visuals, a beautiful stage - did I forgot something?
Tumblr media Tumblr media
Whole cast list:
高杉晋作 Takasugi Shinsaku (1839-1867) samurai, who fought against the Bakufu 阪本奨悟 Sakamoto Shougo (https://twitter.com/Sakamoto_Shogo)
山縣狂介 Yamagata Aritomo (1838-1922) 糸川耀士郎 Itokawa Youjirou (https://twitter.com/yohhg)
大村蔵六  Oomura Zouroku (1825-1869) 和合真一 Wago Shin’ichi (https://twitter.com/wagoshin1)
伊藤春輔 Itou Hirobumi (1841-1909) politican in the later Meiji goverment 廣野凌大 Hirono Ryouta (https://twitter.com/hironobimistaff)
勝海舟 Katsu Kaishuu (1823-1899) former samurai, politican and bakufu supporter 根本正勝 Nemoto Masakazu (https://twitter.com/oni_fukucyo)
お雅 O-Masa (1845-1922), wife of Shinsaku, real name Masako 富田麻帆 Tomita Maho (https://twitter.com/maho_tomita6261)
文 Yoshida Fumi, later Katori Miwako (1843-1921), sister of Yoshida Shouin 田上真里奈 Tanoue Marina (https://twitter.com/tanouemarina)
おうの Ouno, Shinsaku’s lover (1843-1909), former Geiko, later nun 本西彩希帆 Motonishi Sakiho (https://twitter.com/sakiho_46)
すみ子 (Itou) Sumiko, Hirobumi’s ex wife 平井琴望 Hirai Kotomi (https://www.instagram.com/kotomi915/)
幾松  Ikumatsu (1843-1886) later  Kido Matsuko (Katsuragis wife) 律 Ritsu (https://twitter.com/LizLiz_ritsu)
吉田松陰 (1830-1859), proponent of the Sonnou Jooi, got arrested and later executed 中村亀鶴 Nakamura Kikaku (2nd gen) (https://twitter.com/KIKAKU0618)
桂小五郎 Katsuragi Goro (1833-1877) later  Kido Takayoshi, former samurai, Meiji goverment politican 松田凌 Matsuda Ryo (https://www.instagram.com/matsudaryo_9)
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
(pictures taken from the official twitter page : https://twitter.com/mahorobakanata
Still not convinced? Then hear for yourself (and thanks for sticking until the end)
youtube
youtube
Will you accept my request, Hakumyu-Community?  Thanks for listening to me (I decided to translate it within this year, but please be patient with me LIVE 3 is still being nosy on my desk (;^_^A)
12 notes · View notes
between-the-skies · 1 year
Text
FUNICULI FUNICULA : BEFORE THE COFFEE GETS COLD
Jika kamu bisa kembali ke masa lalu, kejadian apa yang ingin kau ulang? Kata apa yang ingin kau ucap?
Funiculi Funicula, novel karya Toshikazu Kawaguchi, menceritakan sebuah kafe di Tokyo yang mempunyai keistimewaan, yaitu bisa mengantar seseorang kembali ke masa lalu. Buku ini tidak tebal, sekitar 150-an halaman, dan menurut saya cerita yang disajikan tergolong cukup ringan.
Dalam buku ini terdapat 4 bab dengan point of view orang pertama di masing-masing cerita. Meskipun tokoh utama dalam tiap bab berbeda, namun benang merahnya mirip : ingin kembali pada suatu momen tertentu, untuk menyampaikan kata yang belum sempat terucap, untuk menghilangkan rasa sesal, untuk meringankan beban di dada.
Alur yang terbentuk di novel ini adalah alur campuran, karena berhubungan dengan time machine. Alur akan mundur ketika tokoh utama kembali ke masa lalu, dan kembali maju setelah tokoh utama kembali ke masa kini. Meski alurnya bercampur, namun tidak membuat pembaca menjadi bingung. Ritme yang disampaikan pada novel ini juga cukup lambat, deskripsi tempat dan suasananya sangat detil, bahkan ada beberapa yang diulang beberapa kali.
Menurut saya pribadi, meski novel ini cukup ringan, tapi penulis berhasil mengajak pembaca merasakan konflik yang dialami oleh tokoh utama. Empat karakter utama dalam cerita memiliki konflik yang sama : konflik dengan prasangka dan persepsi pemikirannya sendiri. Pembaca seakan dibawa masuk dalam pikiran tokoh utama yang penuh dengan ragu, takut, sesal, putus asa, penuh tanda tanya. Pemikiran tokoh utama disampaikan penulis secara detil sehingga pembaca bisa merasakan emosi yang sama dengan tokoh utama. Di setiap akhir cerita, penulis bisa memunculkan perasaan baru pada masing-masing karakter, sehingga terlihat terdapat perkembangan di karakter utama tersebut.
Cerita Pertama
Fumiko Kiyokawa, seorang wanita cantik dengan karir yang sukses, berusaha kembali ke masa lalu untuk mengucapkan kalimat yang tak terucap pada kekasihnya sebelum pergi ke Amerika. Pada cerita pertama ini alurnya cukup lambat karena penulis mengenalkan karakter utama dan karakter pendukung [yang sebagian akan menjadi karakter utama di cerita berikutnya], memberi penjelasan nama dan penampakan masing-masing karakter, menjelaskan perauturan untuk bisa kembali ke masa lalu, serta menggambarkan suasana di kafe itu. Karakter Fumiko cukup kuat di cerita pertama ini, memiliki kemauan keras, yang bahkan memunculkan suatu fakta baru bagi pembaca. Penulis berhasil membuat cerita pertama yang menarik pembaca untuk lanjut ke cerita berikutnya. Sebuah kalimat favorit saya di cerita ini : “Masa depan belum tiba, jadi, semua tergantung padamu,” – Kazu.
Cerita Kedua
Kotake Fusagi, seorang perawat, yang memiliki suami mengidap Alzheimer dini. Alur pada cerita kedua cukup lambat. Kotake melakukan perjalanan ke masa lalu, untuk bertemu suaminya sebelum dia hilang dari ingatan suaminya. Kotake adalah pribadi yang tegar, kuat, sabar, namun berpasrah dengan keadaan, karena dia adalah perawat dan dia menganggap suaminya seperti seorang pasien. Ternyata di perjalanannya kembali ke masa lalu, Kotake berhasil mengintip sebagian isi hati suamianya, terhadap dirinya. Dan hal tersebut membuatnya menjadi lebih optimis di masa kini. Cerita kedua ini menurut saya paling sedih diantara cerita yang lain.
Cerita Ketiga
Hirai, wanita berjiwa bebas, karakternya cukup kuat. Dia memiliki konflik dengan keluarganya. Perubahan tokoh utama sangat terlihat pada cerita ini. Tokoh Hirai sudah dikenalkan penulis sejak Cerita Pertama. Namun tokoh Hirai di cerita ketiga ini sangat berbeda dengan sebelumnya. Penulis memunculkan sisi baru pada tokoh ini. Tidak hanya tokoh utama, penulis juga memunculkan sisi baru dari salah satu tokoh pembantu di bab ini. Alur yang disajikan cukup cepat karena adanya perubahan sisi dari karakter utama. Yang saya suka dari bab ini adalah bagaimana penulis menyampaikan bahwa tidak semua yang ada di pikiran kita itu benar, prasangka yang dimiliki oleh tokoh utama selama bertahun-tahun, belum tentu benar.
Cerita Keempat
Menceritakan Kei, istri dari pemiliki kafe. Cerita terakhir ini berbeda dengan yang lain, karena perjalanan yang ditempuh Kei bukanlah ke masa lalu, namun ke masa depan. Kei ingin menemui anaknya di masa depan, ingin mengucap maaf. Pada cerita ini, penulis tidak mensuratkan bagaimana akhir dari perjalanan hidup Kei, namun sebagai pembaca, kita bisa menebaknya. Pertemuan ibu dan anak itu terasa haru. Kei, karakter yang memiliki empati yang sangat tinggi, terlihat sangat rapuh di cerita terakhir ini. Namun dukungan yang kuat antara tokoh sangat terasa di cerita ini.
Perjalanan para tokoh untuk kembali ke masa lalu maupun menuju masa depan, seakan membersitkan pesan bagi saya sebagai pembaca, bahwa “kita perlu saling bicara”. Terkadang ego membuat kita merasa angkuh, merasa benar, membenarkan apa yang ada dalam pikiran kita, lupa bahwa orang lain memiliki pandangan dan persepsi yang berbeda. Sehingga perjalanan mereka, menyadarkan bahwa manusia, memiliki alam pikirnya masing-masing. Bahwa prasangka kita, belum tentu benar. Mumpung ada waktu, mari, kita saling mengenal, saling bertukar pikiran.
“Bukan kenyataan yang berubah, melainkan hati lah yang berubah. Mereka kembali dari masa lalu dengan hati yang baru”-Kei.
#5CC #bentangpustaka #BookdragonCareerClass #writingcareerclass
Tumblr media
0 notes
aakipple · 3 years
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
oc dump
btw i am open for commissions again :) just dm me or something
19 notes · View notes
injanery · 5 years
Photo
Tumblr media
UMD Video: A History of film on the PSP
The 1990s through to the early 2000s was a frantic time in the development of portable media devices, from mini TVs to CD and cassette players, and of course phones, MP3 players, and video game consoles. By 2010, consumers could take entire libraries of media content wherever they went. Movies and TV shows, however, were relatively late to the party, limited by large file sizes and the bulkiness of laptops and portable DVD players at the time.
Various attempts were made in the late-nineties and early-noughties to bring affordable video-playing devices to the market, including the VideoNow unit that would play kids TV shows in black-and-white. In 2004 Nintendo entered the market in collaboration with 4Kids Entertainment in the form of GBA Video: cartridges that stored episodes from children's shows and even a few movies for playback on the Game Boy Advance. The quality of the footage wasn't great, however, with GBA Video playing in 240x160 resolution—and with a chugging frame rate. Sales weren't great and the format didn't catch on.
Nevertheless, GBA Video did prove that distributors could use the existing install-base of portable game consoles to sell more than just games. Console manufacturers were beginning to realise this too—Nokia's N-Gage was a phone/game console cross-over that could also play video and music, while Nintendo's DS line of devices were marketed as digital planners and cognitive training tools as well as gaming units. Sony, meanwhile, had experience in the multimedia game with their PlayStation 2 home console. The inclusion of the ability to read DVDs was a major coup, giving Sony a big edge over competitors like Sega's Dreamcast.
With the success of the PS2, it was perhaps only natural that Sony would try to replicate this multimedia magic when they entered the portable console space with their PlayStation Portable, launched in December 2004 in Japan, March 2005 in North America, and September 2005 in Europe. Of course, a properly portable device was never going to be big enough to support DVDs, so they had to develop a brand new format that was up to the task. Sony's solution? The Universal Media Disc, or UMD.
***
UMD is a proprietary miniature optical disc format that can hold 1.8GB of data. It came encased in a plastic shield to protect it from knocks and scratches, and was only ever used for the PSP. When the PSP was revealed during Sony's press conference at E3 2004, Kaz Hirai, President and CEO of Sony Computer Entertainment America, stressed that Sony saw this console as a multimedia platform, and that the UMD would support full-length films, branded as UMD Video, as well as games. Trailers for Spider-Man 2 and Final Fantasy XII: Advent Children were shown playing on a PSP unit, and when the US launch date came, the first 1 million PSP Value Packs (priced at $250) contained a Spider-Man 2 UMD. Masa Chatani, Chief Technology Officer of Sony Computer Entertainment, expressed great enthusiasm in media interviews, saying: 'In the U.S. We have already met with the major studios. They pretty much love the PSP and the quality of the UMD.'
Sony announced an initial UMD price range of $19.95 to $28.95, with the lower range applying to movies previously released on DVD, and the higher range for new films launching on UMD and DVD at the same time. Each UMD would contain the full-length movie encoded in 720x480, the same as an average DVD, but this would be scaled down to 480x272 when playing on the PSP's screen. Due to storage constraints (the average DVD could hold 4.7GB of data to the UMD's 1.8GB), special features such as deleted scenes and 'making of' reels would often be completely absent. And unlike PSP games, UMD Videos were region-locked.
Despite these limitations, early signs were encouraging for UMD Video. Within a few months the format could boast 70 available titles in the US and over 500,000 overall sales. Available titles grew to over 200 within half a year, including pornographic titles in Japan, encouraged by the PSP's own strong sales. Two movies released by Sony Pictures, Resident Evil 2 and House of Flying Daggers, passed 100,000 sales within a month—whereas the first DVD to pass that mark, Air Force One, took 9 months. Sony UK chief Ray Maguire said in October 2006 that Sony was 'pretty pleased with UMD,' commenting that it had 'a fantastic attachment rate'.
***
It wasn't long before cracks began to show, however: and that isn't just a reference to the UMD casing's tendency to break, rendering the disc unusable. Film studios and retailers started to express concerns about the format's long-term sales performance. In the US, Wal-Mart and Target had already begun pulling away from UMD Video in early 2006, while anonymous executives from Universal Studios Home Entertainment told the Hollywood Reporter in March 2006: 'It's awful. Sales are near zilch. It's another Sony bomb, like Blu-ray.' An executive from Paramount similarly said of UMD: 'No one's even breaking even on them.' In response to such criticism, Benjamin Feingold of Sony Pictures Home Entertainment blamed the disappointing sales on people ripping DVDs and then playing them on PSP via the SD card slot.
Sony began teasing an adapter to play UMD on television, and the company continued to show public optimism about the format even as major studios and retailers pulled the plug entirely. PSP senior marketing manager John Koller told Pocket Gamer in June 2007 that: 'The future of movies on UMD is great. We saw a 35 per cent growth year-on-year from 2005 to 2006, which clearly demonstrates a growing interest.' Significantly, sales in Japan had jumped tenfold following major price-cuts. Koller said this was also the result of movie distributors 'calibrating' their UMD offerings to target the PSP's primary user base: males under the age of 25. This helps explain the composition of UMD Video's library, which is heavily weighted towards action, sci-fi, and comedy films.
Despite the positive signals coming from Sony, from 2007 things started to get quieter on the UMD Video front. In part this was down to the industry's growing focus on digital distribution, and while Koller insisted that the digital pivot did not spell the end for UMD, in 2009 Sony launched the digital-only PSP Go model. And, of course, the company scrapped UMD support altogether for its next portable console, the PlayStation Vita.
Nevertheless, the UMD Video library continued to grow steadily. The most complete list online counts over 650 video discs, but the list is missing many known entries, and the real figure may be more in the region of 800. When compared to the 36 cartridges released for GBA Video, UMD Video looks like a runaway success, with far greater support from third parties and a much more diverse library including action films, comedies, TV shows, anime, live music concerts, cinema classics, Chinese hits, horrors, and yes, adult films. All three Matrix films and all eight Harry Potter films were released as UMDs, along with numerous Batman movies, Academy Award-winning masterpieces like Crouching Tiger, Hidden Dragon, and episodes of popular TV shows such as Doctor Who. ***
Sony Pictures released its last UMD Video discs in 2010, and the final releases overall came from Warner Home Video in 2011 with a full 8-UMD Harry Potter box-set. And with that, so ended the last major attempt at a game console-specific proprietary video format. With so many easy ways to watch video content in our hands today, it is very unlikely that we will see anything like it again.
These discs haven't yet become a major focus in the collecting world, but there are reasons to believe that might change. In 2018 UMD Video entered into the top-10 most-contributed formats on Filmogs. And as the noughties become more distant and the PSP becomes a 'retro' console, I suspect UMD Video will take its proper place as both an interesting oddity and a genuinely intriguing piece of media history.
13 notes · View notes
haridiva · 4 years
Text
Case Closed 23: The Fist of Blue Sapphire
Case Closed 23: The Fist of Blue Sapphire
Kali ini Shinichi Kudo muncul kembali, sayangnya diperankan oleh pencuri paling lihai sepanjang masa – Kaito Kid. Conan Edogawa sendiri harus berperan sebagai Arthur Hirai, akibat dia tidak memiliki paspor untuk beraksi di luar negeri, tepatnya di Singapura.
Entah berapa kali Kid muncul sebagai “pemeran utama” pada serial film yang bukan serial-nya sendiri. Tapi kehadirannya selalu berhasil…
View On WordPress
1 note · View note
the-tesoro · 4 years
Text
𝐵𝑎𝑐𝑘𝑔𝑟𝑜𝑢𝑛𝑑 𝑆𝑡𝑜𝑟𝑦
1994, September.
22 September 1994, ialah tanggal yang spesial bagi keluarga Hirai. Pada malam ditemani sinar rembulan yang teramat terang, lahir seorang anak berjenis kelamin laki-laki, Hirai Kenjirō adalah nama yang telah diberikan kedua orang tuanya. Asma tersebut memiliki arti sebagai putra kedua keluarga Hirai yang akan menjadi samurai keluarga, diharapkan tumbuh dengan sehat dan bahagia. Ia anak terakhir dari pasangan Hirai Akira dan Matsumoto Eru. Kenjirō merupakan anak terakhir, tentu mendapat seluruh perhatian keluarga, apa yang diinginkan sang putra akan selalu diberikan, semua permintaannya akan diwujudkan. Begitulah si putra tumbuh besar, penuh dengan kemanjaan dan kasih sayang, berhubung Ayah dan Ibu juga memiliki pekerjaan yang cukup mendominasi di Kyoto. Ayah adalah seorang pemimpin klan keluarga Hirai dalam bisnis pasar gelap, jaringannya menyebar kemana-mana bagaikan tentakel gurita. Melilit setiap manusia yang masuk dalam area kekuasaannya. Sedangkan Ibu adalah salah satu doktor bedah pada rumah sakit ternama di Kyoto, tak ada yang tidak mengetahui pasangan ini.
2002, Juli.
Kini usia si putra bungsu telah menginjak umur delapan tahun. Menjalani kehidupan seperti bocah seumurannya; ia tidak tahu bila malapetaka telah menimpa keluarga tersayang. Pagi itu, saat Kenjirō hendak berangkat pergi sekolah—seorang berpakaian dinas tiba di kediaman Hirai; membawa sebuah berita yang meruntuhkan hati Kenjirō, jua Ibu dan Kakak perempuannya. Sang Ayahanda dinyatakan meninggal dalam perangnya di Russia. Perang yang seharusnya dimenangkan akan membawa wilayah kekuasaan serta pasar baru malah merusak. Seharusnya ayah tidak usah pergi, begitu pikir Kenjirō. Di masa kritis seperti ini, Ibunda Kenjirō tak dapat menahan kesedihan; tubuh perempuan separuh baya itu menjadi lemah dan rapuh. Beliau jatuh sakit-sakitan, hingga harus dirawat inap pada rumah sakit. Ah, kenapa ibu harus sakit?
Setelah kabar duka tiba, jasad sang Ayahanda dipulangkan kembali ke Kyoto. Pemakamannya dihadiri oleh saudara-saudara sekeluarga, ramai. Sangat ramai, disaat itu Kenjirō tersadar, bahwa ayahnya bukanlah orang kecil; melainkan orang penting dalam keluarga. Pekerjaan Hirai Akira sebagai seorang Pemimpin Klan Hirai tentu harus membuatnya siap mati di medan perang.
Hari demi hari berlalu, musim berganti. Dua bulan berlalu setelah pemakaman Hirai Akira. Kehidupan tampak kembali normal. Berkat bantuan para saudara—kedua putra-putri Hirai dapat menjalani hari-hari tanpa perlu merasa khawatir. Mereka pergi sekolah seperti dimana seharusnya. Begitu pula, Ibunda Kenjirō, setelah mendapatkan perawatan intensif, akhirnya beliau keluar dari rumah sakit tempat dirawat. Kenjirō pikir, semua kehidupannya akan kembali normal; hanya saja kini terasa sepi sebab tidak ada ayah. Sebab hal itu pula, Kenjirō kerap kali menemukan sang Ibunda menangis sendirian di dalam kamar, sembari memeluk erat figura foto Hirai Akira. Hati teriris nyata saat melihat ibunya menderita seperti ini, Ayah, apa yang harus aku lakukan agar ibu tersenyum kembali?
2012, November.
Kenjirō memasuki dunia ‘remaja’, dimana anak-anak seumurannya akan melakukan tindakan di luar kepala demi memuaskan rasa penasaran. Sedangkan dirinya? Berhasil menyesaikan studi pada sekolah menegah ke atas dengan nilai cermelang. Nyatanya, kehidupan penuh pilu tak membuat si pemuda terpuruk; bahkan meninggalkan kegiatan belajar. Jika saja orang-orang tahu, mungkin mereka akan berbelas kasihan pada Kenjirō. Tepat tiga tahun sebelum kelulusan, Matsumoto Eru memutuskan untuk pergi menyusul suami tercinta, Hirai Akira; dengan mengenaskan –Nyonya Hirai melompat dari gedung rumah sakit tempat beliau berkerja. Gedung tersebut menjulang tinggi, dengan dua belas lantai. Bisa bayangkan bagaimana remuknya tulang-tulang milik Nyonya Hirai saat ditemukan di bawah?
Luka masih basah; belum juga disembuhkan ataupun kering.Satu tahun setelah kematian Nyonya Hirai, kini kakak perempuannya pun meninggal. Meninggalkan si Kenjirō sendiri pada dunia yang kejam. Alasan dari kematian sang kakak belum terbukti dengan jelas –hanya ada kabar burung, bahwa perempuan yang sangat disayanginya, setelah ibu –itu dibunuh oleh seorang pembunuh bayaran handal. Hingga saat itu, tidak diketahui atas motif apa dan siapa pembunuhnya.
2014, Januari.
Menginjak kepala dua, meskipun sedikit terlambat dibadingkan kawan seumuran— Kenjirō memutuskan untuk memulai kehidupan baru di Russia—tempat dimana sang Ayahanda menjalani perang jua meninggal terhormat pada perang yang terjadi berapa tahun silam. Kenjirō memuntut ilmu pendidikan pada salah satu universitas dengan jurusan Fisika dan Rekayasa Nuklir, dimana ia diharuskan untuk mennyelam lebih dalam pada dunia penelitian nuklir—bahkan memungkinkan menggali lebih dalam pada sentaja api lainnya. Russia adalah salah satu negara terbesar yang menghasilkan produk senjata api. Dalam hitungan minggu, pemuda dengan gaya rambut rapi tersebut menemukan kehidupan barunya sebagai seorang mahasiswa teladan. Sayang, menjadi mahasiswa saja tidaklah cukup; sebab ia membutuhkan uang guna melanjutkan kehidupan. Hal tersebut memciu Kenjirō melakukan kriminal sederhana, seperti—membully salah satu kawan agar membelikan makanan atau sekedar kudapan. Ia juga tak segan mencuri makanan ringan pada supermarket. Hal-hal sepele yang dapat membahayakan reputasi. Beruntung, kepintaran Kenjirō dapat menyelamatkan diri dari skenario terburuk. Kondisi ini terus berlanjut, saat namanya mulai dikenal penjuru kampus, tidak hanya sebagai mahasiswa dengan kepintaran; namun juga sebagai sosok yang dapat diandalkan. Para dosen menyukai Kenjirō, sebab dia tak pernah terlambat mengumpulkan tugas. Jangan tanya nilainya, selalu cermelang; Kenjirō masihlah sama seperti dulu; anak sulung Hirai yang cerdik. Teman-temannya dulu terbilang hanya hitungan jari, kini ia bahkan dapat membuat sebuah grup untuk ditugaskan mencari mangsa.
Kehidupannya tak lagi bergulat pada kelompok kecil, melainkan Kenjirō mulai masuk ke dalam komunitas orang-orang berbahaya. Demi melindungi diri, si pemuda mulai mempelajari bela diri. Dari tangan kosong, bersenjata tajam, hingga pistol. Ia dilatih langsung oleh penembak bayaran yang terkenal di Russia, Vertov. Tepat dua tahun menjalani hidup di Russia, setelah perjuangan mengali informasi secara diam-diam—kini Kenjirō telah mengetahui siapa dalang pembunuh sang ayah; tak luput sosok pembunuh bayaran yang diutus untuk membunuh sang kakak. Dendam merayap perlahan pada raga, mengerogoti tanpa ampun. Kenjirō masihlah sama seperti hari-hari biasa. Di pagi hari dia akan terlihat keliling perumahan untuk mengantarkan surat kabar; demi menjaga reputasi. Menjelang pukul delapan, Kenjirō telah berada di kelas untuk mengikuti serangkaian silabus penelitian nuklir. Saat siang hari, dirinya akan bercengkrama dengan kawanan di belakang kampus. Namun saat malam tiba, Kenjirō menjadi sosok yang berbeda.
Aku menjadi seorang Hitman karena mata harus dibalas dengan mata. Jika seluruh anggota keluargaku dibunuh, maka aku juga akan mengantarkan kematian pada para cecunguk tak tahu diri. Begitu aku tiba di Kyoto, kalian tidak akan bisa kabur dariku.
Kenjirō terkenal dengan kemampuan membunuh dari jarak jauh, senjata api yang digunakannya telah bermacam-macam; dari pistol berkaliber tinggi, snipper, shotgun. Tak hanya itu, target yang harus dibereskan juga beragam jenis. Dari kekasih yang sedang berselingkuh di kamar hotel, sampai seorang petinggi di salah satu pemerintahan Russia. Nama Sicario berasal dari bahasa spanyol yang berarti pembunuh bayaran pun disandang oleh Kenjirō kemana pun ia bertugas.
PRESENT—
Akhirnya studi di Russia pun berakhir –melahirkan seorang Hirai Kenjirō yang jauh lebih berbahaya dari sebelumnya. Tidak hanya memiliki bekal penelitian pada nuklir serta senjata api lainnya, dirinya pun telah terlatih dalam tindak kriminal. Kepawaian menggunakan senjata api tidak perlu dipertanyakan, sebab selama menuntut ilmu sebagai seorang mahasiswa jurusan fisika dan rekayasa nuklir; ia pun menjadi murid salah satu penembak handal di kota tersebut. Kini, dirinya kembali pulang ke kampung halaman, Kyoto. Rasanya telah lama tidak menginjak kaki ke rumah sendiri. Rindu terasa semakin menyakitkan saat mengingat bagaimana keluarganya dihancurkan begitu saja; hanya demi kekuasaan. Perlahan namun pasti, Kenjirō mulai menyusun rencana untuk menghancurkan orang-orang yang membinasakan keluarga tersayang.
#s
1 note · View note
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
(This took me like three days ajshshdgd also not all of them have last names yet)
Names and occupation under the cut!:
Haruna Saito (Empress of Saito empire)
Reina Nagasaki (Empress of Nagasakian empire)
Michiko Sakaguchi (Princess of Sakaguchi kingdoms)
Kaori Matsui (Chief diplomat of Nagasakian court)
Hoshiko Masae (Royal advisor to Reina)
Saki Nakahara (Commander of Armies for Saito empire)
Chouko Asano (Professional and much sought after assassin)
Kichiro Asano (Finds out other useful information on Chouko’s targets and cleans up the records after their deaths)
Hanamari (University student)
Sorano (Maid of the Saito court)
Emica Furuta (Head Secretary of Saito empire)
Chiharu Chiba (Librarian)
Kaida Hashimoto (Prison guard)
Shiori Otsuko (Prisoner)
Nao (Farmer in the outskirts of the Saito empire)
Rui Hirai (Prince of the Southern territory)
Masaru (Travelling merchant)
Hotaru Masae (University student)
Akio Masae (Scholar in magical studies)
Sadashi Eto (Aspiring writer)
Sayuri Eto (Nagasakian navel officer)
Masa (Sakaguchi male prostitute)
10 notes · View notes
seedfinance · 3 years
Text
Masayoshi Son to Make Personal Investments With SoftBank’s Vision Fund
(Bloomberg) – Masayoshi Son said he will begin working alongside SoftBank Group Corp.’s Vision Fund. Making personal investments, a controversial move that could create a conflict of interest as his company supports tech startups.
The Japanese billionaire announced this when his company was reporting profits and stated that it will begin investing in Vision Fund 2, an investment vehicle where SoftBank was the only source of capital. Son can invest up to $ 2.6 billion and will own 17.25% of the equity. He will enter into a similar arrangement with SoftBank’s Latin America Fund.
Entrepreneurs tend not to mix their personal financial interests with corporate responsibilities. Governance experts warn of conflicts of interest, especially if the company has public shareholders. For example, having the chief executive officer personally involved in a startup can put additional pressure on the Vision Fund to ensure the company doesn’t go under.
“Investors held their breath to buy back more, so this was not the revelation we were hoping for,” said Kirk Bodry, an analyst at Redex Research in Tokyo. “This raises concerns about corporate governance.”
Son’s mingling of personal interests with those of his company has caught fire before. When SoftBank created a unit called SB Northstar to trade public stocks and derivatives, Son took a personal 33% stake in the operation. Analysts and fund managers wondered why the billionaire would choose such a structure given the potential for confusion and conflict.
On Tuesday, Son defended the latest decision during a press conference following the results. He said SoftBank’s board of directors approved the structure while backing off the vote.
“Because I think I want management to share the investment risk,” he said. “In good times and bad, nothing changes – my conviction that the AI ​​revolution will absolutely continue for the next 10 to 20 years.”
The approval of the board was not reassuring for everyone.
The story goes on
“The board may have signed this, but are there any directors who could stand up to SoftBank founder and owner Son?” Koji Hirai, president of M&A advisory firm Assist Co. said “There is a potential for conflict.”
Son said he planned for top management to contribute to the first Vision Fund. Although the program was approved by the board of directors, it was never actually implemented as the Vision Fund slipped into the red and SoftBank’s share price plummeted.
“I got poor,” Son joked, referring to his personal borrowing, using his company’s stock as collateral.
The founder explained that venture capital firm partners typically receive a 20-30% performance fee, but the Vision Fund does not have similar incentives. The co-investment should bring financial benefits, but it will also have a downside.
“I’ll take risks all by myself at first,” said Son. “Then I’ll distribute to other people in management. We want this to remain the SoftBank culture. “
The Japanese company has historically raised concerns that it does not have adequate governance and compliance infrastructure in place while it becomes an investment holding company. Yuko Kawamoto, director of SoftBank, stepped down from the company’s board of directors after a year in June and wrote a highly unusual farewell memo highlighting the need for better internal control and governance of the company.
“The SBG needs to develop a form of governance that allows Masa to fully demonstrate his talents, which can then be incorporated into shareholder value,” she wrote.
SoftBank’s announcements on Tuesday are unlikely to help revive the company’s share price, which is down about a third from its March high. Investors have been looking for the company to buy back its own shares, but Son declined to commit to such a move while reporting a sharp drop in profits in the Vision Fund business.
The entity’s revenue for the three months ended June 30 was 235.6 billion yen ($ 2.1 billion), compared to a record profit of 2.27 trillion yen in the previous quarter. The Tokyo-based company posted net income of 761.5 billion yen for the period and did not release operating profit figures.
Son’s investment business has had a strong run as a global surge in technology stocks drove the Vision Fund’s earnings to new records for three consecutive quarters last fiscal year. Since then, some of the company’s biggest hits have forfeited profits, with South Korean e-commerce giant Coupang Inc. slumping about 20%. Now, tough crackdowns by Chinese regulators in the technology sector are threatening to push the Vision Fund’s earnings into the red in the current quarter.
SoftBank reported a $ 4.3 billion loss on the valuation of Coupang, compared with a $ 24.5 billion contribution to the Vision Fund’s earnings a quarter earlier.
Didi Global Inc.’s profits, whose quarter-end debut was one of the biggest U.S. offerings in the last decade, were the main reason the business remained profitable. Didi contributed $ 3.2 billion to the bottom line.
But once the books closed for the quarter, China’s cyberspace regulator launched an offensive against the country’s tech sector and rocked SoftBank’s China portfolio. Didi, which was removed from app stores on orders from Beijing, and Uber-like trucking startup Full Truck Alliance Co. have declined more than 30% since late June. Zhangmen Education Inc., part of China’s private education industry that the government said was “capitalized”, lost more than 60%.
“The problem with the Vision Fund SoftBank is that their largest investments to date have been medium to small – WeWork, Uber, Didi,” said Boody. “These three alone make up a quarter of the fund. This is an enormous performance hurdle that the rest of the fund has to overcome. “
At the press conference, Son defended the company’s track record and long-term investment success. He said SoftBank’s funds have an unrealized fair value of $ 88.2 billion, along with a realized value of $ 18.3 billion.
Son argued that his investments were not concentrated in a single geographic area, explaining that China only accounts for 23% of the fund’s total value and accounted for 11% of new investments last quarter. He also suggested that investors should wait and that new regulations should be passed there for a year or two.
He acknowledged that the majority of the company’s portfolio of more than 300 companies use artificial intelligence, but added that there is little doubt that technology will be central to the future.
“If the AI ​​fails, SoftBank would fail, that’s a risk,” said Son.
SoftBank reduced its holdings of technology stocks, a potential red flag for other investors. Facebook Inc., Microsoft Corp., Alphabet Inc. or Netflix Inc. are no longer listed under its investments. The announcement was made on June 30th.
More stories like this can be found on Bloomberg.com
Subscribe now to stay one step ahead with the most trusted business news source.
© 2021 Bloomberg LP
source https://seedfinance.net/2021/08/10/masayoshi-son-to-make-personal-investments-with-softbanks-vision-fund/
0 notes
the-youngest-hirai · 4 years
Text
The begining, when the boy was born.
Butiran salju terlihat turun dari langit, menjadi pemandangan indah pada tiap-tiap jendela rumah—termasuk rumah hangat milik Hirai Takeshi dan Hirai Aiko. Sepasang sejoli itu tengah menunggu kelahiran putra keduanya—setelah diberkati putri sebagai anak pertama, kini Takeshi akan mendapatkan penerus kedua. Sudah sembilan bulan Aiko menggandung, sudah waktunya si jabang bayi keluar dari rahim. Namun tidak ada tanda-tanda akan kelahiran, melainkan malah Aiko mengeluh sakit akibat tendangan bayi. Jam terus berlalu, beputar sesuai alurnya. Hingga mencapai tengah malam, barulah tangisan bayi terdengar. Begitu keras suara si jabang bayi—yang kini bernama Hirai Kenzo—menciptakan bising di seluruh penjuru rumah.
“Anak ayah yang paling tampan, pasti akan membanggakan di masa depan.”
ucap Takeshi malam itu, saat menggendong putra keduanya. Siapa sangka, apa yang diinginkan Sang Jendral tak dapat terwujud... sebab Kenzo menjadi sosok yang jauh berbeda, dibandingkan bayangan semu miliknya. Anak lelaki satu-satuya diharapkan dapat menjadi sosok membanggakan malah membuat onar. Sejak kecil Kenzo adalah anak yang periang serta spontan. Jangan ditanya bagaimana malunya Sang Jendral saat menjamu pesta teh di rumah, namun Kenzo bahkan tidak bisa duduk diam. Ia terus-terusan berlari ke sana kemari, hingga tidak sengaja menjatuhkan vas bunga kesayangan Ibunda. Sebab kala itu umur Kenzo masih dapat dihitung oleh jari, semua orang di kediaman tersebut memaklumi tingkah si bocah. Banyak orang menyebutnya ‘Si Penghancur Kedamaian’, dalam konotasi baik—artinya Kenzo memang diberkahi tingkah laku ceria—dimana dapat memberikan kebahagiaan sendiri bagi orang sekitar mereka.
0 notes
liputanviral-blog · 5 years
Text
Chairman Sony Kazuo Hirai Pensiun pada Juni 2019
LiputanViral  --  JAKARTA, Chairman Sony, Kazuo Hirai dikabarkan akan pensiun dari perusahaan pada 18 Juni 2019. Meskipun demikian, ia akan teap menjadi penasihat senior bagi perusahaan. Dilansir dari laman Tech Spot, Jumat (29/3/2019) Hirai telah bekerja di Sony dalam kurun waktu yang lama yakni sekira 35 tahun. Ia memulai karirnya di Sony pada 1984 pada divisi musik. Kemudian dia naik sebagai Ketua dan Korporasi Sony Corporation. Lalu, ia menjabat sebagai CEO pada 1 April 2012, menggantikan Sir Howard Stringer yang kemudian menjabat sebagai ketua Sony sebelum pensiun pada tahun berikutnya. Selama menjadi CEO, Hirai menavigasi Sony di tahun-tahun berikutnya termasuk penjualan bisnis komputer Vaio dan restrukturisasi bisnis televisi, tetapi mampu mengembalikan perusahaan pada profitabilitas sebelum mengundurkan diri sebagai CEO pada April lalu.
Tumblr media
Hirai mengatakan bahwa sejak menyerahkan tongkat estafet kepada Kenichiro Yoshida, ia telah memiliki kesempatan untuk memastikan transisi yang lancar dan memberikan dukungan kepada manajemen Sony. "Saya yakin bahwa semua orang di Sony sepenuhnya selaras di bawah kepemimpinan kuat Yoshida-san, dan siap untuk membangun masa depan yang lebih cerah bagi Sony," tambah Hirai. Dalam pesan perpisahannya, Hirai mengucapkan terima kasih kepada karyawan dan pemangku kepentingan yang mendukungnya sepanjang karirnya. Read the full article
0 notes
tocolier · 6 years
Photo
Tumblr media
【ポストカード展「優しい時間 #6」12/10日まで(月〜水休み)】 展示詳細→http://ift.tt/2hWZLot 本日より、“優しい時間”をテーマとした「ポストカードを展示販売する公募展」がスタートしました! 写真やイラストの素敵な写真がたくさんあります。 これからの季節、贈り物に一言添えるのにもオススメですよ★ みなさまのお越しをお待ちしてます! *** 【ポストカード展「優しい時間 #6」】 会期:2017年11月30日(木)〜12月10日(日) 営業時間:13〜20時 ※最終日〜17時 ※月〜水曜定休日(12/4、5、6休み) 会場:tocolier . <出展作家> ありひとみ さん いしいひであき さん 小倉智子 さん gami さん さいとうともこ さん 佐藤 真紀 さん sorasango さん ツバキ アキラ さん P5000 さん Masa ASANO さん Masae Ito さん mayutan さん masa* さん Mariko Hirai さん moritani kazusuke さん もりのこあら さん yuko kobayashi さん yumie さん hanato(tocolier) mimi(tocolier) http://ift.tt/2i4hBqb
0 notes
aakipple · 3 years
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
oc dump
30 notes · View notes
aakipple · 3 years
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
oc dump (part 1)
16 notes · View notes
aakipple · 3 years
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
oc dump (part 2)
17 notes · View notes
aakipple · 3 years
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
oc things from last year
16 notes · View notes