Berjalan kaki ternyata rasanya tak semelelahkan ituu, ketikaa melihat lebih dekat semua pemandangan ketika berjalan. Banyak yang bisa diambil dijadikan pembelajaran..
Panas ungkep seperti sauna udara sore di Jakarta hari ini~
Alhamdulillah tsuma alhamdulillah, diperjalanan sebelumnya aku melihat dan memikirkan ingin sekali makan buah kelengkeng dan anggur merah, tapi untuk anak kos 2 buah itu sangat eksklusif wkw
Berlalu sambil memegang kemudian mengucapkan sholawat dan memikirkan insyaAllah sebentar lagi bisa makan kedua buah itu. Taraa dan hari ini Allah mengabulkan dengan cara yang tidak disangkaa 🥹
Bertemu dengan seorang ibu paruh baya berasal dari kota yang sama ah semenyenangkan ituu..
Khawatir pulang berjalan sendirian, Allah menjawab kekhawatiran ituu adaa sepasang suami isteri pulang pengajian yang berjalan searah, tutur mereka memilih untuk tidak memiliki kendaraan, namun anaknyaa kuliah di FKH masyaAllah 🥹
Selepas itu, memforward informasi loker untuk seorang teman lamaa malah mendapat hadiah² yang tak terdugaa sangat bernilai harganya masyaAllah tabarakallah 🥹
Terimakasih banyak orang orang baik. Jika belum menemui orang yang baik, pastikan kamu menjadi salah satunyaa. Mari saling menebar kebaikan 🤍
Alhamdulillah, tepat tanggal 23 Juli 2023 aku melangsungkan pernikahan yang khidmat dan istimewa. Dihadiri seluruh keluarga besar, sahabat dan kerabat yang selalu support apapun yang aku pilih.
Banyak sekali tantangan dan rintangan yg aku dan suami berhasil lewati, masyaAllah. Tanpa pertolongan Allah, aku yakin semua ini tidak akan berjalan dengan lancar. Definisi wedding dream aku terwujud, mulai dari vendor impian, hingga suami idaman. Terimakasih yaAllah, aku sangat2 bersyukur atas pemberianMu.
Terlebih, terimakasih suamiku, yang sabar, kalem dan mau dengerin semua ocehan dan bawelnya aku selama persiapan. Terimakasih sudah membantu, meskipun dalam persiapan kita harus LDR bahkan hingga saat inipun kita masih harus LDM, tapi kamu tetap berjuang untuk aku. Terimakasih sudah menepati janji untuk mengucapkan Ijab Kobul didepan saksi dan atas izin Allah semua dikatakan SAH sebagai suami-istri. Alhamdulillah, but I miss you so much right now huhuhuhu
di antara tanda bahaya; suka dipuji pada apa yang kita tak miliki dan tersinggung dikatai pada hal yang memang benar ada pada diri.
nyess sekali rasanya. merasa mendapat dukungan, merasa yang saya lakukan sudah benar. saya bilang kepadanya bahwa saya tidak suka dibegitukan. saya tidak senang karena situasinya saya melakukan kesalahan, dan pujian yang dilontarkan bukan yang sifatnya menguatkan atau mengapresiasi sisi lain ikhtiar saya, tapi yang 'terdengar menyenangkan' saja. kinda lip service, rite? bukankah rasanya justru seperti disindir dan dipermakukan?
ndak tahu, ya, tapi sepertinya iya, ini ada campur tangan hormon datang bulan juga, campur tangan kelelahan juga, campur tangan.......
sebab dalam pujian terdapat ujian. bagaimana ia tersusun dan tersampaikan, bagaimana ia kemudian ditangkap dan diterima. bagaimana ia lantas dimaknai dan diolah hati.. didaur menjadi umpan balik, apakah yang buruk atau yang baik?
basically, memberikan pujian kepada orang lain di hadapan orang yang dipuji adalah boleh. tapi, dengan syarat sebagai berikut;
pertama, pujian tidak berpotensi menimbulkan dampak negatif kepada orang yang dipuji. sekiranya pujian akan menimbulkan dampak negatif bagi orang yang dipuji disebabkan timbul rasa riya’ sehingga menghilangkan keikhlasannya dalam berbuat kebaikan.
kedua, pujian bersifat faktual, tidak boleh dilebih-lebihkan sehingga menjadi kebohongan dengan maksud tertentu.
ketiga, pujian kepada orang yang suka menyombongkan diri atau merasa kagum pada dirinya sendiri yang disebut ujub sebaiknya tidak dilakukan. puijian seperti ini bisa membuatnya semakin sambong ataupun ujub.
keempat, pujian akan memotivasi orang yang dipuji menjadi lebih baik, seperti dalam masalah ketakwaan kepada Allah, rasa percaya diri, atau dalam hal prestasi belajar.
intinya, memuji, sepanjang mendatangkan maslahat dan bukannya mudharat, adalah boleh dan sah-sah saja! jadi jaga lidahmu dan perhatikan kembali situasi, jangan asal memuji.
Banyak cara dan alasan untuk mengatakan bahwa itu 'Indah', bisa jadi..
Memandang ribuan bintang yang terpampang pada gelapnya langit malam
Menatap hamparan luas nan hijaunya semesta dari puncak gunung di siang hari
Menanti senja bewarna orange kemerah-merahan hingga tenggelamnya matahari
Mendengar kabar bahagia baik untuk diri sendiri maupun yang dicintai
Melihat orang saling berbagi kebaikan tanap memandang sebelah mata siapapun itu
Namun, apakah kau tau.. ada makna yang lebih baik untuk kata 'Indah' yang sesungguhnya.. yaitu,
Saat mata tak berhenti memuja Yang Kuasa atas segala ciptaan-Nya
Saat mulut tak berhenti berdzikir di kala ketakutan sedang melanda
Saat pikiran yang tak pernah lepas mengingat-Nya dan kebaikan-kebaikan yang diberikan-Nya
Saat tangan menengadah untuk mengadu segala keluh kesah yang tersirat dalam hati, dan juga
Saat telinga mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an maupun adzan yang dikumandangkan
Semua itu adalah tanda-tanda kebesaran Allah SWT dan semakin jelas pula jika kita hanyalah makhluk yang suka lupa dan banyak salah. Allahu taqabbal minna 🤲
Setiap selesai shalat Jum'at setiap pekannya, seorang imam (masjid) dan anaknya (yang berumur 11 tahun) mempunyai jadwal membagikan buku–buku Islam, di antaranya buku
"Ath-Thariq ilal Jannah (Jalan Menuju Surga)."
Mereka membagikannya di daerah mereka di pinggiran Kota Amsterdam.
Namun, tibalah suatu hari ketika kota tersebut diguyuri hujan yang sangat lebat dengan suhu yang sangat dingin.
Sang anakpun mempersiapkan dirinya dengan memakai beberapa lapis pakaian demi mengurangi rasa dingin.
Setelah selesai mempersiapkan diri, ia berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku, aku telah siap."
Ayahnya menjawab, "Siap untuk apa?"
Ia berkata, "Untuk membagikan buku (seperti biasanya)."
Sang ayahpun berucap, "Suhu sangat dingin di luar sana, belum lagi hujan lebat yang mengguyur."
Sang anak menimpali dengan jawaban yang menakjubkan, "Akan tetapi, sungguh banyak orang yang berjalan menuju Neraka di luar sana, dibawah guyuran hujan."
Sang ayah terhenyak dengan jawaban anaknya seraya berkata, "Namun, Ayah tidak akan keluar dengan cuaca seperti ini."
Akhirnya, anak tersebut meminta izin untuk keluar sendiri. Sang ayah berpikir sejenak, dan akhirnya memberikan izin.
Iapun mengambil beberapa buku dari ayahnya untuk dibagikan, dan berkata, "Terima kasih, wahai ayahku."
Dibawah guyuran hujan yang cukup deras, ditemani rasa dingin yang menggigit, anak itu membawa buku-buku itu yang telah dibungkusnya dengan sekantong plastik ukuran sedang agar tidak basah terkena air hujan, lalu ia membagikan buku kepada setiap orang yang ditemui.
Tidak hanya itu, beberapa rumahpun ia hampiri demi tersebarnya buku tersebut.
Dua jam berlalu, tersisalah 1 buku di tangannya. Namun, sudah tidak ada orang yang lewat di lorong tersebut.
Akhirnya, ia memilih untuk menghampiri sebuah rumah di seberang jalan untuk menyerahkan buku terakhir tersebut.
Sesampainya di depan rumah, ia pun memencet bel, tapi tidak ada respon. Ia ulangi beberapa kali, hasilnya tetap sama.
Ketika hendak beranjak seperti ada yang menahan langkahnya, dan ia coba sekali lagi ditambah ketukan tangan kecilnya.
Sebenarnya, ia juga tidak mengerti kenapa ia begitu penasaran dengan rumah tersebut.
Pintupun terbuka perlahan, disertai munculnya sesosok nenek yang tampak sangat sedih.
Nenek berkata, "Ada yang bisa saya bantu, Nak?"
Si anak berkata (dengan mata yang berkilau dan senyuman yang menerangi dunia), "Saya minta maaf jika mengganggu. Akan tetapi, saya ingin menyampaikan bahwa Allah sangat mencintai dan memperhatikan Nyonya.
Kemudian saya ingin menghadiahkan buku ini kepada Nyonya. Didalamnya, dijelaskan tentang Allah Ta'ala, kewajiban seorang hamba, dan beberapa cara agar dapat memperoleh keridhaannya."
Satu pekan berlalu, seperti biasa sang imam memberikan ceramah di masjid. Seusai ceramah, ia mempersilahkan jama'ah untuk berkonsultasi.
Terdengar sayup-sayup, dari shaf perempuan, seorang perempuan tua berkata, "Tidak ada seorangpun yang mengenal saya disini, dan belum ada yang mengunjungiku sebelumnya."
"Satu pekan yang lalu, saya bukanlah seorang muslim, bahkan tidak pernah terbetik dalam pikiranku hal tersebut sedikitpun. Suamiku telah wafat, dan dia meninggalkanku sebatang kara di bumi ini."
Dan iapun memulai ceritanya bertemu anak itu,
"Ketika itu cuaca sangat dingin disertai hujan lebat, aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku……. Kesedihanku sangat mendalam, dan tidak ada seorangpun yang peduli padaku. Maka tidak ada alasan bagiku untuk hidup. Akupun naik ke atas kursi, dan mengalungkan leherku dengan seutas tali yang sudah kutambatkan sebelumnya. Ketika hendak melompat, terdengar olehku suara bel. Aku terdiam sejenak dan berpikir, 'Paling sebentar lagi, juga pergi.'
Namun……… suara bel dan ketukan pintu semakin kuat. Aku berkata dalam hati, 'Siapa gerangan yang sudi mengunjungiku? Tidak akan ada yang mengetuk pintu rumahku.'
"Kulepaskan tali yang sudah siap membantuku mengakhiri nyawaku, dan bergegas ke pintu. ketika pintu kubuka, aku melihat sesosok anak kecil dengan pandangan dan senyuman yang belum pernah kulihat sebelumnya."
Aku tidak mampu menggambarkan sosoknya kepada kalian.
Perkataan lembutnya telah mengetuk hatiku yang mati hingga bangkit kembali.
Ia berkata, 'Nyonya, saya datang untuk menyampaikan bahwa : Allah Ta'ala sangat menyayangi dan memperhatikan nyonya,' lalu dia memberikan buku ini kepadaku.
"De Weg Naar De Hemel"
(Jalan Menuju Surga)
Anak kecil itu datang kepadaku secara tiba-tiba, dan menghilang dibalik guyuran hujan.
"Hari itu juga secara tiba-tiba setelah menutup pintu, aku langsung membaca buku dari anak kecilku itu sampai selesai."
"Seketika, kusingkirkan tali dan kursi yang telah menungguku, karena aku tidak akan membutuhkannya lagi."
"Sekarang, lihatlah aku. diriku sangat bahagia, karena aku telah mengenal Tuhan-ku yang sesungguhnya."
"Akupun sengaja mendatangi kalian berdasarkan alamat yang tertera di buku tersebut untuk berterima kasih kepada kalian yang telah mengirimkan mutiara kecilku pada waktu yang tepat, hingga aku terbebas dari kekalnya api Neraka."
Air mata semua orang mengalir tanpa terbendung di masjid bergemuruh dengan pekikan takbir,
"Allahu Akbar."
Sang imam (ayah dari anak itu) beranjak menuju tempat dimana mutiara kecil itu duduk, dan memeluknya erat, di hadapan para jama'ah.
Sungguh mengharukan. Mungkin tidak ada seorang ayahpun yang tidak bangga terhadap anaknya seperti yang dirasakan imam tersebut.
Betapa baiknya Allah dengan sifat kurangnya manusia. Disediakan bumi sebagai tempat singgah, untuk menghimpun bekal pulang ke negeri akhirat. Rabbana, penuhi kami dengan rasa cukup. Pagi ini seperti sebelum-sebelumnya, menyapa dedaunan, bunga-bunga, kucing bermain, tatangga-tetangga kami, dan olahraga ringan keliling Dumai Indah 🌿🌸🙆♀️ Biar ga, tetangga masa gitu.. Karena saudara terdekat kita di perantauan, adalah mereka 😊 Semoga ibadah puasanya lancar dan diberkahi teman-teman ✨ #ramadanmubarak #masyaallahtabarakallah (di Kota Madiun) https://www.instagram.com/p/CqUoqPNLbjz/?igshid=NGJjMDIxMWI=
Karena yang bertambah adalah bilangan angka. Sedang usia, semakin berkurang jatahnya didunia. Semakin bertambah bilangan usia, doa yang kupanjatkan semakin sederhana. Ya Allah, karuniakan aku kesehatan dan kemampuan, agar aku mampu membersamai suamiku dan anak-anakku disetiap langkah. Sampaikan usiaku diwaktu anakku telah cukup dengan hadirku dalam hidupnya. Dan berikan dalam hati kami, rasa nikmat dalam beribadah kepadaMu. #masyaallahtabarakallah #turns30yearsold #helianthusannuus https://www.instagram.com/p/CoJkv4kS_ZG/?igshid=NGJjMDIxMWI=