Tumgik
#muwahid
milatibrahiim · 5 months
Text
wallah the state of this ummah upsets me, we have videos of little muwahids speaking about their experiences of oppression with the kuffar, they stand tall and firm without a single tear falling from their eyes, the only thing they say is Alhamdulilah, because they know victory is from Allah سبحانه وتعالى
while the so called muslimeen of this ummah lay within their beds, enjoying the comfort of their homes, eating warm meals that allah has blessed them with, and they can’t even be grateful to Allah سبحانه وتعالى because they continue to complain about the sternness of their mattress or even the heat of their food
They have forgotten their brothers and sisters overseas and only cry with them when their problems are trending on social media! They are attached to this temporary and meaningless dunya and forgotten about the akhira that was promised to the mumineen, they have a chance to leave this dunya and rise in the akhira within the soul of a green bird and rest within a lamp under the ‘arsh of Allah! But this dunya that they will lay in for a day or part of a day has taken them and blinded them
Oh you who have turned away blindly! Is it death that you are afraid of? Do you fear the strikes of the kūfar more than you fear the anger of Allah?
وَلَا تَقُولُوا۟ لِمَن یُقۡتَلُ فِی سَبِیلِ ٱللَّهِ أَمۡوَ ٰتُۢۚ بَلۡ أَحۡیَاۤءࣱ وَلَـٰكِن لَّا تَشۡعُرُونَ
And do not say about those who are killed in the way of Allah , "They are dead." Rather, they are alive, but you perceive [it] not.
Oh you who have transgressed the rights of Allah upon you! What will be your excuse on a day when you will be drowning in your own sweat from fear? What will be your excuse for abandoning your brothers and sisters? What will be your excuse for hiding within your homes?
𝐉𝐚𝐛𝐢𝐫 رضي الله عنه 𝐑𝐞𝐩𝐨𝐫𝐭𝐞𝐝
𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐫𝐨𝐩𝐡𝐞𝐭 صلى الله على وسلام 𝐬𝐚𝐢𝐝:
"On the Day of Judgement, when the people who were tried (in this world) are given their rewards, the people who were pardoned (in life), will wish that their skins had been cut off with scissors while they were in the world."
𝐉𝐚𝐦𝐢 𝐀𝐭-𝐓𝐢𝐫𝐦𝐢𝐝𝐡𝐢 𝟐𝟒𝟎𝟐
14 notes · View notes
badrrr · 9 months
Text
“You are capable of doing wonders, O Muwahid/ Muwahida but you opened you heart to this dunya and the love of it engulfs your heart.
Oh Muwahid/ Muwahida! You feared your mother will die because of your separation but forgot about the mothers who were harmed by the Kuffar.
Remember, if you don’t do anything for the sisters and daughters who were harmed, Remember you will be next.”
Copied
14 notes · View notes
strangerindunya403 · 5 months
Note
Me in 2016- 2020 : agnostic, anti Islam and anti veil
Me 2021-present :Muslim muwahid
Alhumdulilah. Allah swt guides whom He wills. May Allah swt keep us always guided to the straight path , Ameen
4 notes · View notes
merangkulmakna · 5 months
Text
JALAN KEMENANGAN Bag. 1
Oleh: Syaikh Abu Hamzah al-Muhajir (Taqobbalahullah)
Aku berlindung kepada Allah dari Syaitan
yang terkutuk.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang.
{Sungguh Allah telah menolong kalian dalam peperangan Badar, padahal kalian adalah orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kalian dapat bersyukur pada-Nya. (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: “Apakah tidak cukup bagi kalian Allah membantu kalian dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?” Ya (cukup), jika kalian bersabar dan bertakwa, dan mereka datang menyerang kalian dengan seketika itu juga, niscaya Allah
menolong kalian dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan) kalian, dan agar tenteram hati kalian karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana}
[QS. Ali Imran: 123-126].
Segala puji bagi Allah Sang Pemilik Kemuliaan dan Rabb semesta alam, Penjamin kemenangan Dien ini, tiada yang berhak disembah kecuali Dia, yang memenangkan kebenaran sekalipun setelah beberapa waktu. Shalawat dan salam atas penghulu para rasul, semoga Allah meridhainya dan para sahabatnya kaum muhajirin dan ansar.
Amma Ba’du,
Allah 'Azza wa Jalla telah berfirman: {Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kaf i r tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai} [QS. at-Taubah: 32-33]. Maka hendaknya setiap muslim yakin bahwa kesempurnaan kemenangan pasti datang, bahwa Allah pasti memuliakan Dien ini, bahwa masa depan adalah untuk Dien ini walaupun seluruh umat mengeroyok kita, dan bahwa kita pasti akan menguasai bumi dengan kehendak Allah Yang Mahakuat lagi Maha perkasa. Siapa yang meragukan hal itu, dia termasuk golongan para penyebar berita dusta lagi kaf i r.
Allah Raja Yang Maha benar lagi Jelas berfirman: {Sungguh telah kami tuliskan di dalam Zabur setelah (kami tulis) di Lauh Mahfuzh, bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shalih. Sesungguhnya dalam (apa yang Kami tulis) ini benar-benar menjadi peringatan bagi orang-orang yang beribadah (pada Allah)}
[QS. al-Anbiyā: 105-106]. Rasul yang jujur
lagi dipercaya Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Perkara ini benar-benar sampai pada tempat yang dijangkau malam dan siang. Allah tidak membiarkan satu rumah di perkotaan dan di gurun, kecuali Allah masukkan Dien ini ke dalamnya dengan kemuliaan orang yang mulia atau dengan kerendahan orang yang hina. Kemuliaan yang dengannya Allah memuliakan Islam dan kehinaan yang dengannya Allah menghinakan orang-orang kaf i r.”
Tamim ad-Dari radhiyallahu 'anhu berkata sebagaimana dalam al-Musnad: “Hal itu terjadi pada keluargaku, yang masuk islam mendapat kebaikan, kemuliaan dan kejayaan, sedangkan yang kaf i r mendapat kehinaan, kerendahan, dan jizyah.”
Oleh karena itu, hendaknya seorang muwahid mengetahui bahwa akidah yang dibela hingga darah yang suci tertumpah, yang para syuhada berperang hidup mati untuk membelanya, pasti akan menang. Panahnya akan melesat menembus leher setiap kaf i r dan menerangi hati setiap muwahid. Namun hendaknya kita semua mengetahui bahwa kemenangan itu tergantung pada sejauh mana kita mengikuti Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, terlepas dari sebab-sebab materi, sebagaimana dikatakan oleh ahli ilmu. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Kemenangan dan dukungan yang sempurna hanya untuk orang yang memiliki iman yang sempurna. Allah Ta'ala berfirman: {Sungguh kami akan menolong rasul-rasul kami dan orang-orang yang beriman di dalam kehidupan dunia dan juga di hari berdirinya para saksi (hari kiamat)} [QS. Ghafir: 51].
Juga kalam-Nya: {Maka kami tolong orang-orang yang beriman dalam melawan musuh mereka sehingga mereka menjadi menang} [QS. as-Shaff: 14]. Maka siapa yang imannya berkurang, jatah kemenangan dan pertolongan juga berkurang”. Demikian perkataan beliau rahimahullah.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menunjukkan pada kita dengan sempurna sebab-sebab dan penghalang datangnya pertolongan. Syaikhul Islam Ibnu Tamiyyah rahimahullah berkata: “Demikianlah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengenalkan pada mereka tipu daya perang, bagaimana berhadapan dengan musuh, dan jalan meraih kemenangan serta keberuntungan, yang jika mereka mengetahui, memahami, dan menjaganya dengan sebenar-benarnya, musuh tidak akan lagi sanggup melawan mereka selama-lamanya”.
Diantara sebab pertolongan Allah adalah:
Pertama: TAUHID
Allah Ta'ala berfirman: {Mereka senantiasa
memerangi kalian hingga mereka dapat
mengeluarkan kalian dari Dien kalian jika mereka sanggup} [QS. al-Baqarah: 217]. Juga kalam-Nya: {Mereka tidak menyiksa orang-orang beriman itu kecuali karena mereka beriman pada Allah Yang Mahaperkasa lagi Terpuji} [QS. al-Burūj: 8]. Inilah hakikat yang seharusnya dipahami oleh mujahidin.
Sesungguhnya peperangan antara para
muwahid dan orang-orang kaf i r pada dasarnya dan pada akhirnya adalah pertempuran karena akidah. Allah juga telah mempersempit dan membatasi permusuhan ini lantaran karena Dien saja. Maka orang
kaf i r, baik dia seorang sekuleris, komunis, Yahudi, maupun Nashrani, tidak memusuhi para muwahid kecuali lantaran keimanan mereka yang bersih dari kotoran. Slogan apapun selain slogan Dien yang diusung pada pertempuran apapun yang berlangsung
antara kita dan mereka adalah murni dusta. Permusuhan orang kaf i r asli atau murtad atas mujahid muwahid selamanya tidaklah bermotif politik atau ekonomi, pertempuran yang terjadi adalah antara kekafiran dan keimanan, pertempuran akidah dan persoalan agama.
Kita tidak memerangi Salibis penjajah atau Arab murtad hanya demi sejengkal tanah, pertempuran kita ini adalah demi meninggikan kalimat Allah di bumi. Mereka juga tidak memerangi kita karena perselisihan dalam urusan materi. Jika urusannya seperti itu, tentu amat mudah baginya dan bagi kita untuk mencari titik temu yang mungkin bisa dikompromikan. Namun, sungai susu yang mengaliri hati dan urat nadi kami tidak akan mungkin kita kotori dengan lautan dan tetek bengek kotoran najis akidah mereka.
Dahulu, kolonialisme adalah wajah asli salibis, seperti juga saat ini menjadi wajah asli Yahudi dan Nasrani. Berkali-kali sang Kaisar Romawi Bush mengumumkan hal itu dengan kata-katanya: “Sesungguhnya ini adalah Perang Salib”. Lalu, ada apa mereka berdusta, dan mendustakan?
Jika engkau mengetahui hal ini wahai mujahid, maka wajib bagimu agar tidak terkacaukan dengan bermacam-macam panji, atau tertipu dengan bermacam-macam nama mentereng, sebagaimana juga wajib engkau bersihkan hati dan barisanmu dari segala macam kotoran. Jangan sampai ada syirik atau orang musyrik di hati atau barisanmu. Engkau harus tahu bahwa adanya kesyirikan dalam barisan dan hati kita adalah penghalang kemenangan terbesar dan pembawa kekalahan tercepat. Allah Ta'ala berfirman: {Orang-orang zalim tidaklah memiliki pelindung dan penolong}
[QS. as-Syūrā: 8]. Allah juga berfirman: {Orang-orang zalim tidaklah memiliki penolong} [QS. al-Baqarah: 270]. Tafsirnya adalah dalam firman Allah Ta'ala: {Wahai anakku, janganlah kalian menyekutukan Allah. Sungguh syirik adalah kezaliman yang besar} [QS. Luqmān: 13].
Kemudian, sesungguhnya memurnikan niat hanya pada Allah adalah faktor kemenangan dan tamkin yang paling penting. Allah Ta'ala berfirman: {Maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)} [QS al-Fath: 18], maksudnya, Allah mengetahui kejujuran, loyalitas, dan
kemurnian niat mereka karena Allah dalam baiat ini. Ayat ini menunjukkan bahwa ikhlas adalah salah satu syarat tamkin yang jika terpenuhi maka Allah akan memberi balasan berupa futuh, kemenangan, dan kekuasaan. Allah Ta'ala berfirman: {Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Rabbnya}
[QS. al-Kahf: 110]. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya apa yang
paling aku takuti pada kalian adalah syirik kecil”.
Oleh karena itu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sang pemimpin adalah manusia yang paling bersungguh-sungguh menyucikan hati para sahabatnya dari bencana ini, khususnya dalam berjihad, sabdanya: “Sungguh demi Allah kami tidak akan memberikan pekerjaan ini pada orang yang memintanya, tidak pula pada orang yang sangat menginginkannya”.
Dari Abu Sa’īd Abdurrahman bin Samurah
berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah meminta jabatan. Karena jika engkau dibebani jabatan itu tanpa meminta, maka engkau akan dibantu. Sedangkan jika engkau dibebani jabatan itu karena permintaanmu, maka jabatan itu akan dipikulkan padamu”.
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata:
“Para ulama berkata, ‘Hikmah tidak diberikannya kekuasaan bagi yang memintanya adalah kekuasaan itu dipikulkan padanya tanpa mendapat pertolongan dalam menjalankannya,
sebagaimana yang telah jelas dalam hadits Abdurrahman bin Samurah tersebut. Jika tidak mendapat pertolongan, orang itu tidak akan memiliki kapabilitas, sedangkan orang yang tidak memiliki kapabilitas tidaklah diberi kekuasaan”.
Terkadang seseorang telah lebih dahulu
berjalan menuju Allah dan berjihad Fisabilillah, dan dia juga memiliki banyak kebaikan yang diketahui oleh Allah. Akan tetapi bisa jadi ia tidak layak memikul kepemimpinan sekalipun dia menyangka dirinya mampu memikulnya. Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu: Saya berkata: “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau menugasiku? Maka Rasulullah menepuk kedua pundakku seraya bersabda: “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau adalah orang lemah, sedangkan ini adalah amanat, yang merupakan kehinaan dan penyesalan di hari kiamat”. Tapi terkadang kekuasaan itu menjadi Fardhu ‘Ain bagi orang yang kapabel ketika melihat darah ditumpahkan dan harta dicuri sedangkan dia mampu untuk mencegahnya, orang mulia putra
orang mulia berkata: {Berikanlah perbendaharaan bumi padaku, sungguh aku terpercaya dan memiliki ilmu} [QS. Yusuf: 55].
Kedua: PERSATUAN
Allah Ta'ala berfirman: {Dan berpeganglah
kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara}
[QS. Āli ‘Imrān: 103].
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata: “Wahai manusia, wajib bagi kalian
untuk taat dan berjamaah karena keduanya adalah ketentuan yang Allah perintahkan. Apa yang kalian benci dalam berjamaah dan ketaatan adalah lebih baik dari apa yang kalian sukai dalam perpecahan”.
Bagaimana tidak, sungguh telah tetap dari
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana tercantum dalam al-Musnad, sabdanya: “Tiga hal yang hati seorang muslim tidak terkena dengki karenanya; ikhlas beramal karena Allah dan menasihati para pemimpin”. Dalam riwayat lain disebutkan: “…taat kepada para pemegang urusan dan komitmen pada jamaah, karena doa mereka meliputi siapa saja yang berada dalam tanggung jawab mereka”. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Siapa yang mengikhlaskan seluruh amal perbuatannya untuk Allah, melakukan amalnya secara totalitas dan penuh integritas, komitmen terhadap jama’ah dengan bersatu dan tidak berselisih, hatinya akan menjadi bersih suci dan ia menjadi wali Allah. Namun, siapa yang menyelisihi hal ini, hatinya akan dipenuhi keburukan yang membinasakan”.
Pada dasarnya, kaum muslimin wajib untuk berjamaah bukan berpecah belah, dan berpegang pada tali Allah bukan menyempal serta saling berselisih. Hidup berjamaah itu di dunia berbuah kemuliaan, kemenangan, dan tamkin, dan di akhirat mewariskan wajah yang bercahaya serta derajat yang tinggi, sebagaimana perkataan Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma dalam tafsir kalam Allah Ta'ala: {Pada hari beberapa wajah menjadi putih dan beberapa wajah (lainnya) menjadi hitam} [QS. Āli ‘Imrān: 106], katanya: “Wajah ahlus sunnah wal jamaah menjadi putih, dan wajah ahli bid’ah dan perpecahan menjadi hitam”.
Dalam perpecahan tidak ada kemuliaan
dan kemenangan sama sekali, meskipun amir kita adalah sebaik-baik dan seberani-beraninya makhluk Allah di muka bumi. Inilah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, ketika menjabat sebagai khalifah tidak ada yang lebih baik daripadanya. Meskipun demikian, ketika umat menyelisihi nya, sekelompok orang memberontak padanya, dan kemudian muncul Khawarij, beliau sama sekali tidak bisa menyiapkan satu pasukan pun untuk memerangi orang-orang kaf i r.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata dalam pembicaraannya mengenai dua belas imam menurut Rafidhah: “Tidak ada seorangpun dari mereka yang mempunyai kekuatan selain Ali bin Abi Thalib. Sekalipun demikian, selama masa khilafahnya beliau tidak mampu menggempur orang kaf i r, atau menaklukkan kota, atau bahkan membunuh satu orang kaf i r. Sebaliknya, kaum muslimin malah sibuk saling memerangi, sampai-sampai orang-orang kaf i r di Timur dan di Syam baik kaum musyrikin maupun Ahli Kitab mendapat kesempatan menyerang mereka, sampai dikatakan berhasil merebut beberapa negeri kaum muslimin”.
Perang Jamal adalah contoh paling menyakitkan akibat perpecahan barisan dan menyelisihi persatuan. Sebaliknya, ketika umat bersatu dibawah kepemimpinan Mu’awiyah dalam ‘Ām al-Jamā’ah (Tahun Persatuan), beliau bisa mempersiapkan dan mengirim pasukan demi pasukan, menaklukkan berbagai negeri, mengumpulkan zakat, dan menggelontorkan harta.
Tidak ada seorang pun yang menentang bahwa Ali itu lebih takwa, lebih berani, lebih adil, dan lebih bijak daripada Mu’awiyah radhiyallahu 'anhu, akan tetapi semua perselisihan adalah buruk. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda sebagaimana dalam Shahih Muslim: ”Siapa yang keluar dari ketaatan dan meninggalkan jamaah lalu mati, maka matinya jahiliyah, dan siapa yang berperang di bawah panji fanatisme, marah karena fanatisme kelompok atau menyeru pada kelompok lalu terbunuh, maka matinya jahiliyah”. Begitu juga sabdanya: “Siapa yang melihat suatu hal yang dia benci pada pemimpinnya, maka hendaknya bersabar, karena siapapun yang memisahkan diri dari jamaah kemudian ia mati, matinya Jahiliyah”.
Sesungguhnya kami, dengan pertolongan
Allah, selama hati kita bersatu dalam satu
pimpinan yang kita berbaik sangka dan menepis segala tuduhan serta keraguan yang ditudingkan padanya, maka Demi Allah, sekalipun Amerika datang dengan seluruh kekuatannya, dengan seluruh laki-laki dan wanitanya untuk memerangi kita, niscaya kita tetap akan menang. Maka, wahai tentara-tentara Allah, halangilah setiap orang yang hendak memecah belah barisan kalian.
#Sumber : Rumiyah2
Barokallohu fiikum
2 notes · View notes
alhamdulillah10 · 2 years
Text
One of the beauties of Islam is that none can intimidate, pressure or scare you with their absence because a muwahid knows that all he needs is Allah.
Let the years pass and let the people come and go, as long as Allah is with you He is enough and even more than that.
34 notes · View notes
intcongarchsection · 4 months
Text
Looks like Islamic State is claiming responsibility for the Iran bombing by two people referred to as: "Umar al-Muwahid and Sayf Allah al-Mujahid"
Interesting if true that IS is operating in Iran as opposed to Iraq and Syria. They have before but this operation is a definite change in strategy.
0 notes
daughterofmytribe · 8 months
Note
What’s your honest view on Andrew Tate?
At first I thought he had a lot of potential, but he contradicts himself so much. Especially his view on the government. I think Sneko has better understanding of Islam and tawheed, he just needs the right teachers and sincerity and he can be a very firm muwahid. Back to Tate taking his ilm from Madkhalis and saying a lot of kufri interfaith statements is his current reality. And he still very red pill and his views on women and men often contradict the teachings of Islam.
May Allah humble him and guide all of us to the truth.
1 note · View note
rachdie · 2 years
Photo
Tumblr media
Mendaku sebagai 'salafi' itu mudah, namun membuktikannya itu berat. Sebagian orang beranggapan bahwa bermanhaj salaf itu ditampakkan dengan membantah sana dan mentahdzir sini lalu mengklaim inilah manhaj salaf. Citra yang terbentuk adalah salafi itu karakternya suka mencibir, mengolok, menvonis, kaku, keras, paling benar sendiri, dst. Ironinya, sebagian oknum para pendaku ini mencibir ilmu pengasuhan, pendidikan, rumah tangga dan keluarga. Padahal, ilmu paling penting setelah tauhid dan aqidah, adalah belajar pengasuhan dan pendidikan keluarga, sebagai bentuk pengejewantahan firman Allah QS at-Tahrim : 6 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka" Seruan Allah untuk menyelamatkan dari neraka setelah diri kita adalah keluarga kita. Kata 'ahl' itu kata para ulama bahasa bermakna 'azwaajur rajuli' (para isteri) wa awladuhu (anak-anaknya) wa usrotuhu (keluarganya) wa aqoribuhu (dan kerabatnya). Mereka inilah yang paling wajib untuk diperhatikan karena mereka yang disebut aqrob fa aqrob (yang paling dekat kemudian yang terdekat). Bagaimana menjaga mereka, tentunya dengan cara ta'dib, ta'lim, amar ma'ruf nahi munkar, tashfiyah wa tarbiyah. Pengasuhan Islam yang sejati adalah bertujuan untuk MEMPERSIAPKAN ANAK MENJADI HAMBA ALLÂH DAN MUWAHID YANG SEUTUHNYA. Pendidikan yang sebenarnya adalah mendidik keluarga dalam hal aqidah, tauhid, manhaj, ibadah, akhlaq, muamalah, dll. Sebab, inilah bentuk kesempurnaan agama kita, dan inilah yang dituntunkan oleh Nabi kita dan para salaf shalih. Jika seseorang mendaku dirinya salafi, lalu sibuk dengan mencibir sana dan sini, mengklaim dirinya berada di atas manhaj yang kuat, lalu meremehkan ilmu yang notabene merupakan bagian dari kewajiban seorang suami untuk bisa memperlakukan isteri, anak dan keluarganya dengan baik dan hikmah, maka patutlah dipertanyakan kesalafiyahannya, sebagaimana ia sering mempertanyakan kesalafiyahan seseorang -bahkan sampai mengeluarkan seseorang dari lingkaran salafi karena perkara non prinsip-. Semoga Allah memberikan taufiq-Nya kepada kita semua. (at DGolden Cinere) https://www.instagram.com/p/CeUvWmxhWOY/?igshid=NGJjMDIxMWI=
1 note · View note
swiperjr-blog · 5 years
Text
Nasheed
9 notes · View notes
piepsholihah-blog · 4 years
Photo
Tumblr media
Apakah kamu membelah dadanya? . Ketika Usamah bin Zaid mengacungkan pedang di depan musuhnya, si musuh itu berkata, "laa ilaaha illallah" akan tetapi Usamah tetap membunuhnya. Ketika mengetahui itu, Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- memanggil dan berkata padanya, "apakah kamu membunuh seseorang setelah dia mengucapkan laa ilaaha illallah?" "wahai Nabi, dia tidak mengucapkan itu ikhlas dari hatinya, dia mengucapkan itu hanya karena takut pada pedangku" Rasulullah mengulang-ulang pertanyaan yang sama, kemudian beliau bersabda, "apakah kamu membelah dadanya? Sehingga kamu tau apa yang dia katakan itu ikhlas atau tidak?!" ....... Dan juga dirimu hari ini, juga diriku, kita ... Siapakah kita yang berkata, "eh, dia itu tidak ikhlas, riya', maunya dipuji ..." Apakah kita membelah dadanya sehingga kita tau niatnya? Apakah kita memiliki tugas malaikat yang mencatat niat seseorang? Apakah kita mendapatkan kelebihan untuk menilai semua perkara hati manusia? Bukankah kita manusia juga? Manusia dan manusia hanya bisa dan boleh melihat yang tampak, kita tidak mengetahui yang ghaib, tidak bisa dan tidak akan pernah . . . #islam #indonesiabertauhid #ayobertauhid #bogormengaji #lipia #lipiajakarta #motivasi #katamutiara #hikmah #positivethinking #berubahlebihbaik #likeforlike #hijrah #muslimah #quotes #muslim #muwahid #syukur #sabar (at Bogor, Indonesia) https://www.instagram.com/p/CACOFgyghRy/?igshid=723qk7x6dvtc
0 notes
milatibrahiim · 1 month
Text
𝐒𝐡𝐞𝐢𝐤𝐡 𝐌𝐮𝐡𝐚𝐦𝐦𝐚𝐝 𝐈𝐛𝐧 𝐀𝐛𝐝𝐮𝐥 𝐀𝐥 𝐖𝐚𝐡𝐚𝐛 رحمه الله 𝐬𝐚𝐢𝐝:
"Tawheed is a name for your action, if all your actions were for Allah alone then you are a Muwahid (monotheist), and if some were for the creation then you’re a Mushrik (polytheist)."
{ الدرر السنية ١/١٦٨ }
3 notes · View notes
sumbarlivetv · 2 years
Text
Wabup Tanah Datar Sampaikan Apresiasi Pemuda Pemudi Menjadi Guru Tahfiz
Wabup Tanah Datar Sampaikan Apresiasi Pemuda Pemudi Menjadi Guru Tahfiz
Tanah Datar, Sumbarlivetv – Wabup Tanah Datar Sampaikan Apresiasi Pemuda Pemudi Menjadi Guru Tahfiz. Dalam rangka mewujudkan program unggulan pemerintah kabupaten Tanah datar satu rumah satu hafizh, tokoh masyarakat, pemuda/pemudi nagari sungai tarab door to door mengajak anak-anak dan orang tuo mengikuti tahfizh ke rumah tahfizh Muwahid nagari Sungai Tarab. Hal itu disampaikan Ketua Komite Rumah…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
harajukumasked · 2 years
Text
SINCERITY ON THE PATH
One of the few things you find with Muslims in our time, that when they encounter hardships along the path - of which are to be expected, they begin to look for areas to compromise. They look for things to change about the way they talk or look, in order for these hardships to lessen or go away all together, and we seek refuge in Allah.
If one had a long beard, he suddenly begins to trim it. If she wore a Niqab, she begins to slowly transition from the proper Niqab to a hybrid Niqab, to just covering her hair. In their mind, if they forgo these open displays of Islam, maybe their hardships will go away. We remind ourselves, and our brothers and sisters, that the hardships are not due to the Niqab, or Beard per say, rather it is due to that which is in your hearts of Tawheed.
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ ‎﴿١١٢﴾‏
And so We have appointed for every Prophet enemies - Shayatin (devils) among mankind and jinns, inspiring one another with adorned speech as a delusion (or by way of deception). If your Lord had so willed, they would not have done it, so leave them alone with their fabrications.
While the aforementioned can simply be an independent lapse in judgement, and we ask Allah to forgive us, our brothers, and sisters and keep us firm, and [make us and] keep us sincere - far too often we see an extreme counter reaction to hardships, to the point of entering one into the realm of major hypocrisy.
One can spend some time in Jail, and due to the extreme conditions and hardships within jail, an individual can break - and we ask Allah to save every Muslim from the Fitnah of jail, and to release every Muwahidd from jail. How often do we see a Muwahid enter into prison, only to exit as an apostate. How often do we see a Muwahid enter into prison, only to exit as an agent of the Kuffar. Even worse, how often does a Muslim get a knock on the door, get harassed at airports and as a result abandons the path altogether? How many of us have abandoned our friends who were experiencing the aforementioned hardships?
Sincerity on the path is so crucial, and that's why the Scholars say repeatedly to renew ones intentions.
أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ أَن لَّن يُخْرِجَ اللَّهُ أَضْغَانَهُمْ ‎﴿٢٩﴾‏
Or do those in whose hearts is a disease (of hypocrisy), think that Allah will not bring to light all their hidden ill-wills?
If you were upon this path for anything but the correct reason, it will be brought forth and Allah will expose you, and we seek refuge in Allah for that. We've seen it time and time again, and we ask Allah to save us from Nifaaq.
When Shaykh Ahmad Musa Jibril (حفظه الله تعالى) was on trial, one of the first things he was worried about, was whether or not they'd force him to shave his beard in Jail. He had begun preparing to defend his right to keep his beard, even before preparing to defend the unjust and slanderous charges they had put him on trial for. His lawyer was in shock at this, reminding him, "You're looking at 30 years, and you're worried about your beard?"
When the Shaykh was released from Prison some time ago, ambassadors acting on behalf of Saudi Arabia visited his home multiple times, trying to persuade the Shaykh discreetly to settle down in his Da'wah as well as his aggression against the Tawagheet of Saudi, and if he does so, they can arrange for his Da'wah projects to be fully funded, even offering him a Satellite TV show (like the 5-star Munafiq Asim Al-[La]Hakeem). With each subsequent visit, their discretion dwindled, to the point where they bluntly offered him money for a new house (a mansion essentially), and even offered him a blank check. At which point the Shaykh kicked them out of his home, and told them never to come back again.
We must be proactive in maintaining and protecting our Sincerity, for it is a promise of Allah to expose those with diseased hearts.
via Project Quiding Light (telegram)
7 notes · View notes
abu-muneeb · 2 years
Text
Shaykh Muhammad bin Abdul Al Wahab رحمه الله said: "Tawheed is a name for your action, if all your actions were for Allah alone then you are a Muwahid (monotheist), and if some were for the creation then you’re a Mushrik (polytheist)."
● [الدرر السنية ١/١٦٨]
9 notes · View notes
alhamdulillah10 · 3 years
Text
My sisters, if you'd pray for a spouse, make sure you have better standards than just someone 'who prays five times a day and wears thobe', pray for someone who practices al wala' wa'l baraa' (love and hate for the sake of Allah) for the one who is sincere with his al wala' wa'l baraa' has true gheerah for women, because a man who has gheerah for his Dīn will protect, respect, and honour his wife sincerely. Because he knows it is what it means to love for His sake.
(The same goes for brothers)
Tumblr media
93 notes · View notes
ummuasmaa · 4 years
Text
Berdoa tanpa Meminta – Refleksi Muwahid Di Waktu Sulit
Ketika Nabi Yunus ‘alaihis salam berada di puncak kesedihannya, beliau berdoa kepada Allah,
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
”Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya: 87).
Adakah beliau meminta sesuatu dalam doa itu? Tidak.
Namun simak pengaruhnya dalam lanjutan ayat,
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ
”Maka Kami ijabahi doanya, dan kami selamatkan dia dari kesedihannya, dan demikian pula kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Anbiya: 88).
Nabi Yunus ‘alaihissalaam tidak meminta apapun dalam doa itu. Beliau hanya memuji Allah dengan pujian yang paling dicintai-Nya. Begitu mendengar pujian ini dari dalam perut ikan, di kedalaman lautan, dan di tengah kegelapan malam; Allah langsung mengijabahinya seketika, dan mengeluarkannya dari perut ikan.
Mari kita bandingkan dengan hadis berikut,
Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Sebaik-baik doa, adalah doa di hari Arafah. Dan sebaik-baik doa yang kupanjatkan dan dipanjatkan oleh para nabi sebelumku adalah
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلىَ كُلِّ شَيءٍ قَدِيرٌ
“Tiada ilah melainkan Allah semata, tiada sekutu bagiNya. MilikNya semua kerajaan, dan bagiNya segala pujian. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (HR. Turmudzi 3585 dan dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib no. 1536)
Imam Sufyan bin Uyainah -guru besar Imam Syafi’i- pernah ditanya tentang hadis qudsi: ’Allah berfirman, ”Barangsiapa yang menyibukkan dirinya dengan memuji-Ku sehingga tidak sempat mengajukan permohonan kepada-Ku, Aku akan berikan nikmat yang lebih baik dari pada yang diharapkan orang yang meminta.’
Bagaimana dzikir bisa menjadi doa? Maksud pertanyaan orang itu.
Imam Sufyan-pun menjawab dengan menyitir sebait sya’ir yang diucapkan Umayyah bin Abi Shalt saat minta santunan kepada Abdullah bin Jud’an yang terkenal dermawan:
أأذكرُ حاجتي أم قد كفاني حياؤكَ إنَّ شيمتَكَ الحياءُ
إذا أثنى عليك المرءً يوماً كفاهُ من تعرضك الثَّناءُ
كريمٌ لا يُغيرُه صباحٌ عن الخُلُقِ الجميل ولا مساء
Perlukah kusebut hajatku, ataukah rasa malu cukup bagimu, karena engkau memang pemalu?
Bila seseorang menyanjungmu di suatu hari cukuplah itu baginya, daripada harus meminta
Si dermawan yang sifat kedermawannya tidak pernah berubah siang dan sore hari
Begitu mendengar syair tadi, Ibnu Jud’an langsung menyantuninya. Sufyan bin Uyainah berkomentar, “Jikalau manusia saja cukup dipuji agar dia memberi, lantas bagaimana dengan Sang Pencipta yang Maha Mulia tiada tara?” (al-Mujalasah wa Jawahir al-Ilm, no. 49).
Read more https://konsultasisyariah.com/36269-berdoa-tanpa-meminta-refleksi-muwahid-di-waktu-sulit.html
110 notes · View notes