Tumgik
#nulis
kang-islah · 1 month
Text
Di tengah banyaknya orang-orang yang membangun Profil diri untuk memikat hati seseorang yang la senangi. Kau tidak perlu melakukannya, engkau adalah engkau yang sama seperti biasanya.
Tak berpura-pura untuk menutupi keburukan dengan banyaknya status yang membangun citra diri, seperti orang-orang yang kukenal saat ini: Terlihat baik di story, tapi bertolak belakang dengan kehidupan sehari-hari.
Kang Islah
97 notes · View notes
the-humairah · 9 months
Text
Salah satu sifat wanita adalah ketika hatinya sedang senang maka dia tidak akan pernah berhenti berbicara.
Akan tetapi, jika hatinya sedang sedih, dia akan terdiam dan tidak akan mengeluarkan sepatah katapun.
126 notes · View notes
jeritmalam · 2 months
Text
Boleh pakai rasa, tapi logika jangan mati rasa.
jeritmalam ⚡ mtsny
6 notes · View notes
pendongeng · 2 years
Text
Kita tidak akan pernah benar-benar tau, kehidupan seseorang, sedih susahnya. Karena beberapa dari mereka sengaja hanya menampakkan bahagia. Untuk selalu terlihat baik-baik saja.
Mulai jaga lisannya ya, karena tanpa sadar, lisan tajammu bisa jadi kunci doa seseorang terijabah, atas luka hatinya.
:)
38 notes · View notes
tulisantersarabara · 7 months
Text
Garis Akhir
14 September 2023
Impactivist resmi dibubarkan. Dan malam ini menjadi malam terakhir untuk meeting bersama. Ada 8 orang yang ikut dari setengah populasi anggota impactivist. Ada teh sani, teh intan, kak angga, eriana, rifty, deva, fopi dan sarah.
Alhamdulillah. Purna tugas juga di impactivist, daripada bertahan tapi kewajiban maupun tugas terbengkalai mending udahan aja. Biar hatiku nggak berat karena tugasku nggak terlaksana dan tentumya biar anggota lain dapat fokus ke hal prioritasnya.
Sebenarnya, Impactivist adalah salah satu ruang untuk aku berkarya. Aku belajar dan menyimpan karyaku di Impactivist. Lalu, sekarang udah sampai garis akhir, satu ruang telah ditutup untuk berkarya. Huhu
Bisakah aku tetap semangat berkarya? Harus. Sama halnya dengan anggota lainnya, dimanapun tetaplah menghidupkan karya.
Sebelum memutuskan untuk membubarkan, kita terlebih dulu bertukar kabar. Ternyata anggota Impactivist sudah berpindan dan memiliki kesibukan lain. Dari yang awalnya aku kenal pas kuliah, sekarang udah keluar hingga tetap menekuni bidang kesukaannya yaitu menulis. Lalu ada juga yang jadi guru TK, hal yang cocok banget dengan kepribadiannya. Ada pula yang sibuk menuju semester akhir, bekerja, belajar bisnis hingga memulai peran baru sebagai istri. Ah, masyaallah rupa-rupa sekali warna di hidup ini :)
Bisakah kita tetap bertukar cerita meskipun aku nggak pandai bercerita dengan mereka?
Karena meski bagaimanapun, Impactivist selalu menjadi rumah yang anggotanya tuh keren-keren. Aku belajar banyak dari obrolan mereka, pola pikirnya, hingga cara mereka berdiskusi. Untung kita ketemu udah gede, jadi kita bisa lebih dewasa dalam memahami.
Sukses selalu dengan peran masing-masing dan jadilah seseorang yang terus berdampak :)
2 notes · View notes
faahany · 8 months
Text
Realita kita
Manusia tuh gitu ya, sering banget pengen lari dari realita.
Waktu masih kecil berharap untuk cepat menjalani dunia 'orang dewasa', ehh pas udah nyemplung nyesel pengen kecil lagi:)
Kadang ada yang terlalu larut berangan-angan untuk kembali ke masa kanak-nya, dan lupa kalau waktunya terus berjalan, hingga yang tak dinikmati saat ini disesali di kemudian hari.
Sebenernya pengen kecil lagi tuh wajar ya gak sih? Karena memang beban kita dulu tak seberat yang kini harus dipikul. Tapi ya lagi-lagi, jangan sampai 'kepengen' itu bikin kita terlarut, sampai lupa menikmati realita, sampai lupa menyiapkan diri untuk kemudian hari yang memang pasti bebannya lebih keren lagi.
Jadi untuk diriku sendiri dan siapapun kamu yang baca, untuk kita, jangan lupa ya untuk nikmati apa yang ada di depan mata, kita pasti bisa👊
Jangan sampai penyesalan itu berputar terus menerus, dan saat kita sadar ternyata telah banyak waktu yang terlewat.
3 notes · View notes
alledaivon · 1 year
Text
Jejak Sepatu Tuamu
Serumpun rindu yang menjalar dalam hati, kini kembali melontarkan kenangan manis tentang dirimu tatkala aku melintasi jalanan yang dahulu sering kau lalui. Bayangmu menari nari dalam imaji laksana hujan di tanah tandus. Menyapu kerinduan, menyegarkan jiwa, namun menghujamku dengan sejuta kenangan yang sudah lama ku kubur di dimensi waktu yang tak singkat. Butuh usaha besar bagiku untuk bisa melupakanmu. Tidak, tidak, bukan melupakanmu, lebih tepatnya mengenangmu dengan cara yang berbeda. Dengan cara yang tak lagi membuatku tersungkur dalam gelapnya penyesalan hingga menciptakan setetes kesedihan di dalamnya.
Aku tak pernah menyesal jika Tuhan mempertemukan kita lalu kau melukiskan sejuta kenangan di dalamnya dengan akrilik dan kuas ajaibmu. Yang aku sesali hanyalah rasa yang tumbuh dalam hati. Aku menyesal, menyesal sekali. Bagaimana bisa hatiku jatuh pada kau yang sejatinya memang tak kan pernah bisa ku miliki? Berani sekali aku menentang takdir. Tapi apalah dayaku, aku tak bisa menentukan pilihan kepada siapa hati ini harus jatuh.
Aku memutuskan pergi membawa jutaan kanvas berisi kenangan tentang kau dan aku lalu menguburnya dalam dimensi waktu. Tak ada lagi sapa juga jumpa sejak saat itu. Hanya menyisakan beribu perasaan pilu juga rindu yang menyesakkan dada. Aku mencoba tegar tapi hati tak bisa dibohongi. Namun aku juga tak mau jika harus terjebak dalam rasa yang dulu pernah ada.
Bertahun tahun aku bertahan dengan hati yang setiap hari kuberi makan dusta. Dusta bahwa aku tak lagi mencintaimu namun masih tetap merinduimu. Perlahan rasa itu memudar ditelan waktu, namun masih menyisakan segenggam rindu yang tertanam dalam hati. Aku hanya bisa menitip rindu pada semilir angin di pagi hari. Berharap kau akan membalas salam rinduku. Rasa itu terus beranak pinak hingga menjadi serumpun rindu karena kau tak pernah membalas salam rinduku hingga detik ini.
Jejak sepatu tuamu yang kau ukir di jalanan bisa saja terhapus oleh angin. Namun bayangmu dalam pikiranku, tak bisa terhapus begitu saja. Dan sekarang saat aku melihat bayangmu berjalan menyusuri jalanan itu, rasa rinduku (sedikit) terobati.
Bogor, 17 juni 2018.
Ditulis beberapa saat setelah melintasi jalanan yang dipenuhi sejuta kenangan tentangmu.
4 notes · View notes
lukmanulhs · 2 years
Text
Udah lama banget gua ga nulis apapun, padahal isi kepala banyak yg pengen disampaikan.
Banyak hal-hal yang pada akhirnya ga kemana-mana, cuma berakhir di kepala aja. Kadang mikir, diutarakan pun buat apa, di ungkapkan pun biar apa.
Jadi akhirnya ya cuma di dalam kepala aja. Ga kemana-mana.
9 notes · View notes
dillangit · 1 year
Text
Di suatu kesempatan dalam hidupmu, akan dihadirkan seseorang yang menjadi support system terbaikmu, ia akan selalu ada untukmu ketika kau butuh, ia senantiasa memikirkan keadaanmu, ia rela melakukan dan memberikan apapun untukmu, dan ia sangat menyayangimu.
Tetapi kadang dirimu merasa tidak sadar akan hadirnya, kau selalu merasa belum cukup dan mencoba mencari orang-orang baru atau dengan keadaan baru yang menurutmu akan lebih menyokong dan mendukungmu, padahal yang bersamamu itu adalah ia yang sudah terlihat ketersediaannya menemanimu bagaimana pun kondisimu. Jangankan prihal yang lain, bahkan kabarnya pun kau tidak tahu.
Disuatu kesempatan dia membutuhkanmu, sangat butuh tapi enggan membuka suara hanya sekedar menjaga agar kau tak merasa terganggu...
Hingga ada saatnya, ia merasa diacuhkan, kehadirannya dianggap tak begitu penting, dan perlahan ia sadar bahwa sepertinya ia tak begitu diinginkan di dalam kehidupanmu. Dan mungkin pikirnya memilih untuk jauh bisa membuatmu sedikit lega sebab ia tahu hadirnya ia hanya sebuah kepercumaan.
3 notes · View notes
nomoonflo · 2 years
Text
Sepertinya puan sudah terlalu lama tenggelam dan melarutkan diri dalam memandang pencapaian orang lain.
-----
Kalau - kalau sedang dalam mood tidak baik seperti ini, antara pikiran positif dan negatif mencoba berebut posisi didalam otak.
" akh kenapa sih rasanya bete banget hari ini. Bawaannya cape kalo inget kejadian itu. Aku itu sebenarnya tersesat, bahkan terlalu jauh. Tapi tidak punya jalan keluar selain dengan ikut arus yang ada. Tumpangan yang kokoh untuk mempertahankan diri di tengah derasnya aliran arus akupun tidak punya. Bagaimana bisa aku bertahan dan selamat dengan kondisi terbaik jika begini? Minimal luka-luka disekujur tubuh efek tertabrak bebatuan. Aku tidak tau caranya berenang ke tepian. Karena sedari awal, aku tidak pernah mengharap pada liku hidup yang seperti ini. Ini begitu diluar kehendak ku."
Namun di sisi lain, afirmasi dalam diri justru menggema ...
" puan, sebenarnya segala sesuatu pasti akan ada hal baiknya. Tidak ada persiapan di awal, tidak berarti tidak pernah bisa siap. Bagaimanapun caranya, pasti bisa tertangani. Sekalipun jalan yang kamu lalui akan terasa menyiksa. Itu tandanya, bisa jadi Dia ingin tahu seberapa besar kemampuan kamu bertahan diri dari kesulitan. Atau yang lebih menyedihkannya, bisa jadi kamu sendiri yang memilih bertahan dalam kesulitan itu".
4 notes · View notes
hae-sunflower · 2 years
Text
Tumblr media
Ketika tengah sibuk ngoreksi penilaian akhir tahun (PAT) siswa, kulihat waktu sudah menunjukkan pukul 21.43 WIB. Tiba-tiba ingatanku terlempar pada habits saat kuliah dulu.
"Dulu, kalau jam segini kyk masih atau bahkan baru nyampe burjo. Ngobrol ngalur ngidul, ngereview tingkah laku manusia, atau sambat perkara masa depan" Ucapku pada diri sendiri.
Huft, waktu kayak cepet banget berputar. Aku yang masih sangat enjoy dengan habits masa muda yang menyenangkan, tiba2 sudah di fase yang mengharuskan segala serius. Walaupun sampai di fase ini pun tidak secara ijik-ijik (tiba-tiba) secara instan. Aku juga melewati proses yang panjang, cuma terkadang kehidupan masa lampau itu seperti lampu pijar yang terlalu terang hingga rasanya ingin menghampiri dan menggenggamnya lagi.
3 notes · View notes
suciningtyassukma · 2 months
Text
berpikir sebelum berbagi
seringkali pikiranku liar entah kemana, menuliskannya saat ini terasa tak lagi menarik. selalu dan selalu ku hentikan dan ku hapus cerita demi cerita yang rapi tersusun.
berkali-kali aku merasa, "untuk apa?".
di dunia yang setiap hari, semakin banyak orang menceritakan hidupnya, aku menarik diri. bukan karena tidak ingin berbagi, tapi aku terus saja berpikir tentang "apa yang ingin ku bagikan ? dan apakah ini penting ?".
aku masih ingat bagaimana seseorang berkata kepadaku dan terus menerus membahas apa yang ku ceritakan. aku masih ingat bagiamana ia menjadikan apa yang aku ceritakan sebagai bahan untuk memojokkanku.
ada juga yang menjadikan ceritaku bahan candaan bahkan gunjingan.
aku merasa khawatir itu terjadi lagi.
bahkan disaat terberatku tahun lalu, dalam media sosial ini aku khawatir, bahwa ceritaku membuat orang lain tidak nyaman.
suatu hari aku bercerita tentang apa yang kurasakan saat menemani suamiku, sebagian orang berempati dan mengirimkan doa. sejujurnya adakalanya saat itu muncul pertanyaan "apa yang kamu harapkan dari cerita ini ?", namun aku mengabaikannya. hingga suatu direct message muncul dan menuliskan kata-kata tentang upayanya menjalani hari-hari berat. tanpa berpikir panjang aku menghapus semua cerita yang aku bagikan. dan seseorang yang lain berkata "km berhak untuk bercerita dilamanmu sendiri".
tapi lagi-lagi aku khawatir. khawatir ini hanya hal untuk menarik simpati orang lain atas apa yang sedang terjadi padaku.
0 notes
the-humairah · 9 months
Text
Terimakasih pada hati yang selalu meyakinkan segala hal agar terlihat baik-baik saja.
Sementara dirinya, tidak sekuat itu.
68 notes · View notes
sasyhany · 5 months
Text
Revolusi Mencontek
Nostalgia bentar... saya dulu ....klo mau ulangan atau ujian itu dari semalem buat rangkuman..hurufnya kicil2...biar bisa buat nyontek di taro di kolong meja ( walopun kadang gk diliat sama sekali karena takut ketauan ). Atau sekedar bt dibaca inti materinya aja. Gak tau emang cm saya yg seperti itu atau gmn..
Bedaaa bgt sama anak2 zaman sekarang...
Boro-boro niat bgt buat rangkuman..
Effort mereka buat nyontek dicontekan itu bahkan gak ada sama sekali... gk ada..hellooo mereka lebih milih ngasal jawab terus salah dari pada harus usaha nyari jawaban dari buku biar jawabannya bener. Emang gk semua..tapi hampir semuanya kaya gitu.
Mungkin ya..mungkin..contekannya lebih canggih.. tinggal scroll di hp jg banyak..ya kaann...tapi aneh nya nilai nya tetep kecil...Google..catgpt...AI...
#nulissambilngawas #SASganjil
0 notes
pendongeng · 1 year
Text
Inginmu harus disandarkan sesuai dengan cara Nya
Tumblr media
Untuk tuan masa depan, tolong jangan salah arah :)
3 notes · View notes
asaltulisaja · 5 months
Text
Always Bon Jovi
Breakeven The Script
With me Sum 41
Heartache One Ok Rock.
Beberapa lagu sendu yang kudengar saat mengiringi waktu yang membawamu pergi jauh bersama hari esok.
Lirik tentang permohonan agar tetap menetap.
Lirik tentang agar memberikan kesempatan lagi.
Lirik tentang betapa sulitnya menyakinkan waktu agar tak membawamu pergi.
dan lirik tentang betapa hancurnya saat kau menghilang di persimpangan jalan.
Mereka menemani hari-hari ini untuk sekedar mengenangmu.
Tentang hari kemarin yang seperti bintang.
Lalu hilang dan menjadi gelap malam yang begitu hampa.
Penyesalan tak bisa lagi untuk merayu waktu untuk kembali saat itu.
Hingga akhirnya rasa rela menemaniku untuk membuka mata dan kembali melangkah.
Sendirian, tanpa harum rambutmu dan hal-hal menyenangkan tentangmu.
Padahal, aku masih tak bisa melangkah.
Karna, bila aku sudah bisa melangkah, aku takkan lagi mendengar lagu-lagu di atas.
0 notes