Tumgik
#pasangan
taufikaulia · 3 months
Text
Ridha Tidak Bisa Dipaksa
Ridha itu seperti mata air yang datang dari kedalaman hati. Sedangkan maaf itu ada di permukaan.
Seseorang bisa saja memberi maaf sekalipun ada luka yang belum sembuh, tergantung seluas apa hatinya. Lisannya bisa saja berkata ia ridha, tapi jika ridha itu ada di hati yang paling dalam, maka bagaimana mungkin orang yang sedang terluka bisa ridha begitu saja?
Ridha adalah perasaan itu sendiri dalam wujudnya yang paling murni. Sedih, senang, puas, atau kecewa. Ridha ada di dalam rasa-rasa itu yang saling berkelindan.
“Ridha itu diraih dengan susah payah, tidak seperti maaf yang bisa diminta kapan saja.”
—@taufikaulia
420 notes · View notes
penaimaji · 9 months
Text
Perempuan Dominan
Sebenernya pengen bahas ini dah lamaaa banget, tapi bingung nulisnya kayak gimana. Sampai akhirnya aku terpantik dari story tehdin sekitar minggu lalu, yangmana belio dapat nasihat jangan terlalu dominan
Aku agak gemes, karena dominan seringkali konotasinya negatif. Padahal tidak selalu seperti itu
Oh iya, sebelum menulis ini, aku tanya dulu sama suamiku, "Aku ini dominan nggak sih mas?". Dia jawab, "Iya".
"Definisi dominan menurut mas itu kaya gimana?", tanyaku. "Unggul, kuat", jawabnya
"Hmm masa? Kayanya lebih ke berpengaruh gitu nggak sih mas?", tanyaku. "Hmm gak juga. Tapi iyasih, membawa pengaruh", jawabnya
"Akupun juga terpengaruh beberapa hal dari mas. Buktinya aku sekarang lebih calm dan gak se-sangar dulu", kataku. "Trus mas nyesel gak nikah sama aku? Aku kan dominan. Biasanya cowo-cowo gak mau tuh sama cewe yang suka ngatur", tanyaku
"Enggak. Meski kamu sering reaktif, bawel, tapi itu kan juga perhatian. Aku suka sama orang yang bisa diajak diskusi dan ngasih saran. Trus kadang kalo aku sudah maunya A, kamu juga gapapa, bisa terima aja", jawabnya
Perempuan dominan memang cocok sama laki-laki yang perlu dukungan dan validasi; yang perlu diajak negoisasi dan diskusi. Dominan seringkali dianggap negatif, padahal bukan berarti angkuh dan berkuasa, justru dominan itu memiliki kontrol kuat dalam dirinya, sehingga mudah menempatkan diri pada kondisi
Namun bukan berarti nantinya tidak ada konflik, pasti ada karena dua individu berbeda. Biasanya kita mencari yang minim potensi konflik
___
Dulu sebelum menikah, yang paling khawatir ialah mamaku, karena beliau tau aku orangnya dominan, tidak mau diatur, kuat pendirian dan keras kepala. Padahal aku merasa diriku gak semenakutkan itu. Terbentuk seperti itu karena keluargaku memang keras, ceplas ceplos, no baper-baper. Aku merasa diriku ini diplomatis, gak saklek, tapi ketika orang-orang menilai berbeda. Ya slow aza
Kayanya udah biasa ya, cewe-cewe dominan dan independen selalu dapat nasihat dari orang lain yang intinya jangan terlalu dominan. Tapi aku selalu skeptis. Why? Ya nggak apa-apa dong, asalkan paham dengan kapasitas diri, paham dengan peran berdasarkan prinsip masing-masing, bisa mengatur ego
Gak masalah menjadi perempuan yang dominan, strong, independen atau apa lah sebutannya. Justru itu harus, daripada nggak punya pendirian, gak tau tujuannya apa, cuma ngikut alur dan mudah terwarnai. Manut-manut ae, dikon nyemplung kali moro gelem sisan wkwk candaa ini perumpamaan aja
Kalau istri cenderung dominan dari suami, tetap harus bisa menghargainya sebagai kepala keluarga; juga sebagai suami. Beri ruang, dan turunkan ego. Pahami love language pasangan. Dua tahun ini, aku juga akhirnya belajar, bahwa memang benang yang mbulet itu harus diluruskan (dibicarakan baik-baik dan belajar memvalidasi apa yang sedang dirasakan)
Sekalem-kalemnya suami, tentu ia tetap ingin diperlakukan sebagai kepala keluarga yang punya andil besar dalam setiap keputusan. Istri mendampingi, menemani dan keduanya saling support
Jadi.. pasangan itu bukan saingan, justru saling mendukung. Siapapun yang lebih dominan, sebisa mungkin mau memposisikan diri dalam hal satu atau hal yang lainnya. Kedudukan suami di atas, dan istri di bawah suami, bukan berarti ada penindasan atau sebagainya. Dikarenakan suami memiliki peran dan tanggungjawab paling besar di dalam keluarga
Semoga Allah lembutkan hati kita untuk terus berbaiksangka, juga saling mendukung orang-orang di sekitar kita
Jakarta, 1 Agustus 2023 | Pena Imaji
257 notes · View notes
primagitaabudhi · 3 months
Text
Nyatanya setelah menikah, menulis tentang cinta jadi susah
————
Perjalanan cinta yang sudah menemukan muaranya, ternyata membuat hidup seakan lupa akan kegundahan jaman remaja.
Bagaimana tulisan akan cinta mulai muncul di masa-masa menjelang remaja, mungkin berawal di akhir masa SD jika aku tak salah ingat.
Tulisan akan cinta, kegundahan tentang kagum terhadap orang lain, menduga apakah dia the only one, lagu pupus dan memulai harap baru terhadap yang lainnya.
Masih ingat bagaimana gusarnya saat berada di ujung pilihan, saat harus menentukan hal yang penting dalam hidup yaitu mencari pasangan.
Lagu-lagu galau yang mengiringi, dan pertanyaan tentang siapakah jodohku? Seperti apakah dia? Apakah dia juga sedang berjuang untuk saling menemukan?
Kini saat jawaban itu sudah ada, perasaan gusar itu ternyata turut hilang, hanya mengingat bagaimana tapi tak lagi ingat rasanya.
Ternyata menggalau jodoh yang bertahun-tahun lamanya kemarin itu, jadi terasa sebentar kala kita sudah menemukan.
22 Januari 2024
52 notes · View notes
monicaftr · 1 month
Text
Kriteria Pasangan
"… Ya Allah, berikanlah hamba pasangan yang bukan hanya menerima kekurangan, tapi juga mau bersama-sama memperbaiki kekurangan. Pasangan yang bukan hanya mau hidup bersama, tapi juga mau menghidupi mimpi satu sama lain. Jadikan kelak pasangan hamba penyejuk hati hamba dan keluarga hamba, dan jadikan hamba penyejuk hati pasangan hamba serta keluarganya. Yang dengannya jalan ke surga menjadi lebih mudah dan lebih terarah …"
Pagi tadi aku melihat salah satu postingan Mas @svatria dengan judul dalam reelsnya "Menikahkan Mimpi". Aku teringat kepada salah satu doa yang aku lafalkan terkait pasangan yang bunyinya seperti kalimat di awal. Dulu aku sempat berpikir bahwa perempuan yang menikah seperti masuk dalam penjara. Banyak sekali keterbatasan dalam hidupnya dan banyak sekali pekerjaan yang harus dikerjakan perempuan dan tidak bagi laki-laki. Pandangan patriarki dalam menjalani rumah tangga. Hal tersebut membuat ketakutan muncul untuk memulai kehidupan berumah tangga. Namun, setelah mencari tau lebih dalam dan bertemu dengan pasangan-pasangan yang menginspirasi, aku mencoba meyakinkan diri bahwa suatu saat aku akan menemukan seseorang laki-laki yang bisa melengkapi kekosongan puzzleku.
"Semoga nanti ketemu pasangan yang bisa menerima apa adanya, ya" Ucap beberapa orang kepadaku bermaksud mendoakan agar segera mendapatkan pasangan. Aku merasa bahwa menikah bukan hanya tentang menerima segala kekurangan, tetapi juga berusaha untuk memperbaiki kekurangan. Bukan menuju sempurna, tetapi bukankah manusia memang terlalu banyak kekurangan? Mau belajar, ini adalah maksud dari memperbaiki kekurangan. Kita terlalu banyak tidak tahu, tetapi banyak jalan untuk mencari tahu. Dengan kemauan belajar yang tinggi, perjalanan rumah tangga akan lebih terarah untuk sampai tujuan. Kalau kata Tulus, "jangan cintai aku apa adanya"
Lain lagi kata Nidji, "mimpi adalah kunci untuk kita menaklukan dunia" Dengan mimpi, manusia hidup. Dengan mimpi, manusia mempunyai semangat juang. Sadar bahwa semua mimpi tidak harus tercapai, tetapi mimpi yang diremehkan, diabaikan, apalagi dimatikan adalah rasa sakit yang rasanya tidak akan pernah dilupakan. Menikahi mimpi, ya aku setuju dengan reels inluencer tersebut bahwa ketika seseorang mau menikah, berarti ia juga mesti menikahi mimpi-mimpi atau cita-cita pasangannya. Mendukung, mengarahkan, serta merealisasikan cita-cita tersebut bersama. Kalaupun cita-cita tersebut sulit rasanya untuk dicapai, aku yakin dengan saling berdiskusi dan berkompromi, nilai dari cita-cita tersebut tetap dapat diselaraskan dengan kehidupan berumah tangga.
Dan tentu saja tujuan akhirat, ini adalah yang utama. Ujung dari segala ujung tujuan kaum muslim di seluruh dunia adalah surga. Menikah adalah proses ibadah terpanjang. Jika tujuan akhirat bukan dijadikan yang utama, berkeluarga akan menjadi sia-sia.
25 notes · View notes
rihladni · 6 days
Text
Akan selalu ada orang yang mencintaimu dengan tulus. Tanpa tapi, tanpa perlu kau jelaskan ini dan itu.
Akan selalu ada orang yang menerimamu secara penuh, mengisi semua relung yang pernah terpikirkan olehmu.
Akan selalu ada orang yang memeluk segala kurangmu dan melengkapinya. Ia mencintai semua tentangmu.
Akan selalu ada orang yang mendoakanmu. Tanpa kau tahu, tanpa kau minta. Air matanya menetes untukmu, peluhnya, semua doa dalam sujudnya.
Kau adalah dunianya.
Maka jangan bersedih atas apa yang kau jalani saat ini, apalagi jika itu keluar dari orang lain yang tidak benar-benar tahu segala tentangmu.
Sebab akan selalu ada orang yang menunggu kehadiranmu. Tersenyum padamu, bahagia, sebab kau hadir di dunia untuk bersamanya.
15 notes · View notes
duniapetualangkata · 4 months
Text
Tidak usah begitu menghawatirkan perihal jodoh yang sampai saat ini belum berrjumpa, mungkin terbilang sulit atau seringkali terasa rumit.
Memilih sendiri bukan berarti ingin sendiri, memilih menjauh bukan berarti menolak yang hadir.
Perkara hati sudah banyak waktu yang telah diperjuangkan terbuang sia-sia, bukan kita tidak berarti.
Kita mungkin lelah menunggu, kita takut memutuskan apalagi usia melaju begitu cepat.
Kita mungkin percaya akan sebuah kepastian karena semua punya waktunya sendiri dan waktu cenderung memberikan semua jawabannya di waktu yang tepat.
28 notes · View notes
ruanguntukkita · 1 year
Text
Dear, My Future Husband
Aku menuliskan ini dalam keadaan tidak memikirkan siapa pun. Teruntuk seseorang yang bahkan belum aku ketahui sosoknya seperti apa. Hai, perkenalkan, aku anak pertama dari dua orang bersaudara. Aku tumbuh dan besar dari keluarga yang utuh dan sepertinya normal layaknya keluarga lainnya. Saat menuliskan ini, usiaku 26 tahun 4 bulan 4 hari. Orang-orang mengenalku sebagai sesosok yang ceria, hangat, dan pendengar yang baik. Tapi mungkin nantinya, semakin kau mengenalku, justru kau menemukan aku berbeda dari apa yang orang-orang sampaikan.
Impian terbesarku dalam pernikahan hanya satu. Kita bisa “saling”. Aku selalu memimpikan pernikahan yang di dalamnya terdapat kerja sama. Kita adalah dua orang yang sedang berjuang untuk mendapatkan tujuan yang sama, bukan dua orang yang sedang bersaing untuk mendapatkan pemenang.
Aku adalah orang yang memiliki banyak trauma. Salah satu trauma yang aku punya adalah soal rasa percaya. Mungkin toxic yang aku punya adalah; aku tau bagaimana caranya mencintai, tapi aku gak tau gimana bisa percaya kalau orang lain mencintaiku. Aku tau, trauma ini adalah tanggung jawabku untuk mnyembuhkannya. Tapi kalau boleh aku minta bantuan, tolong yakinkan aku setiap harinya bahwa kau mencintaiku. Aku butuh kalimat yang tersampaikan.
Aku bukan wanita yang senang mengekang. Kau boleh bertemu dengan teman-temanmu. Bahkan mungkin aku juga bukan wanita yang pencemburu. Kau boleh memiliki rekan kerja perempuan. Aku menghargai apa pun yang kau lakukan, selama kau tidak menutupi apa pun yang memang seharusnya aku ketahui dan kau tau batasan.
Aku senang mempelajari hal baru, aku senang bertanya tentang banyak hal. Aku harap kau adalah orang yang bisa aku ajak berdiskusi tentang banyak hal di dunia ini. Tidak perlu berdebat, cukup sampaikan apa yang ingin kau sampaikan atau hal yang kau ketahui, dan aku akan melakukan hal yang sama. Di akhir diskusi, mari kita tutup dengan pelukan yang hangat dan tertawa bersama.
Aku menyukai hal-hal sederhana, sesederhana menikmati teh hangat di kala hujan, menertawakan hal-hal konyol, atau bahkan bernyanyi di atas motor. Kau boleh untuk ikut serta, akan aku kenalkan kau pada hal-hal indah nan sederhana yang ada di dunia ini.
Terakhir, aku ingin mengucapkan banyak terima kasih. Dari banyaknya wanita di dunia ini, terima kasih sudah memilih aku dan membuat aku yakin untuk memilihmu. Mari sama-sama kita wujudkan hubungan sehat dan terus bertumbuh menjadi manusia yang lebih baik lagi kedepannya. Mari kita saling berbahagia hingga ke syugra, suamiku..
 - Pekanbaru, 17 Desember 2022
161 notes · View notes
Text
PASANGAN YANG BAIK, adalah yang seimbang, seiman, setujuan.
Ego adalah hal yang harus bisa dikendalikan, di diskusikan, dan memilih jalan tengah yang tanpa melukai satu pihak.
Ketika kamu masih sendiri dan banyak disekitamu yang membicarakan kesendirian mu, tetaplah tenang. Menemukan pasangan yang tepat bukan perkara mudah. Pertimbangkan banyak hal dari awal perkenalan, karena SEUMUR HIDUP ITU, SELAMANYA.
▪︎☆《axcy》☆▪︎
7 notes · View notes
yustrialubna · 9 months
Text
Berada dalam satu hubungan, bukan berarti segalanya mesti dilakukan bersamaan, ada kalanya kita perlu waktu masing-masing untuk sekadar jalan-jalan atau melakukan satu-dua kegiatan favorit yang cukup lama terlupakan.
Kalau kata Tulus, "Kita tetap butuh ruang sendiri, untuk menghargai sepi. Percayalah, rindu itu baik untuk kita."
-
23 notes · View notes
temen-ngopi · 4 months
Text
Semacam life paradox..
Saat kita bersama dan merasa saling memiliki, kadang malah dipisahkan. Oleh masalah, perbedaan keadaan, salah paham, lain keinginan, ego pribadi, kerjaan, atau hal lainnya. Pikiran kita tak bertemu untuk menikmati kebersamaan, hati saling menjauh.
Saat kita tak seatap, (anehnya) kadang malah saling mencari, saling merindu ingin bertemu. Oleh rasa yang entah datangnya dari mana, dari hati yang telah mampu mengalahkan diri. Ada jarak yang terasa dilipat.
Apakah aku ini orang harus jauh darimu tuk sadar bahwa aku menginginkanmu?
8 notes · View notes
cnandini · 3 months
Text
Setara dalam Berpasangan
Gw selalu berpendapat bahwa kita harus setara dalam berpasangan, biar gak terasa berat sebelah.
Gw tahu ada beberapa teman wanita yang berharap mendapatkan pasangan yang lebih baik daripada dia, agar dia dapat bersandar padanya. Entah lebih baik dari segi harta, segi kepintaran, daaan lainnya ntah gw gak tau..
Tapi sadar gak keadaan jadi akan berat sebelah karena pihak yang levelnya lebih tinggi harus selalu memberi dan pihak yang levelnya lebih rendah selalu menerima.
Akan jauh lebih baik jika pasangan itu setara, sama-sama take and give... Dia bayar sekali dengan nominal 50rb, kita balikin dengan bayar sekali/ memberi barang dengan nominal yang sama. Dia kasih kita perhatian sebesar Gunung Pangrango, yang gak perlu kita kasih perhatian sebesar Gunung Himalaya - cukup dengan besaran gunung yang sama.
Jika selalu berat sebelah, yakinlah yang memberi lebih kelamaan akan kelelahan.. dan tidak mungkin akan 'menagih' balik. Dan lalu bisa jadi pihak yang selalu menerima, tidak mampu mengembalikannya karena memang tidak mampu.
Lalu bagaimana keberlangsungan hubungan itu menjadi renggang dan tingga menunggu kandas saja.
Beda halnya jika kita memang ingin mendapatkan pasangan dengan level tertentu dan kita membuat diri kita level up juga ke level tersebut. Tidak jarang, Allah biasanya mempertemukan kita dengan pasanga tersebut justru ketika kita sedang berproses untuk level up.
Intinya gw mau bilang, pilihlah pasangan yang setara. Kalau pun kamu punya mimpi untuk level up dalam hidup melalui pasangan, jangan lupa kamu juga perlu berusaha untuk berada pada level tersebut.
7 notes · View notes
ranianawra · 7 months
Text
Panti Rehab
About that 'future partner' things yang sebenernya masih sangat abstrak bentuknya untukku, one thing for sure yang akan slalu kucoba ingat dan terapkan adalah:
"Aku Bukan Panti Rehab. Kalo ada hal-hal (terutama yang terkait aspek penting dalam relasi rumah tangga) yang menurut kamu perlu diperbaiki dari diri kamu, silahkan berusaha memperbaiki itu sendiri. I will support, but I won't take the responsibility"
Sounds harsh, tapi menurutku, memang harus begitu. Dan tentu saja supaya fair, hal tersebut juga yang sedang kulakukan. Setelah melakukan 'self audit' di awal tahun ini, aku sedang berusaha untuk memperbaiki segala findings yang kutemukan dengan due date yang kususun (hehe).
Aku pertama kali dapet point of view ini waktu baca buku Sabtu Bersama Bapak jaman SMA (sekaligus nonton film nya juga). Quotenya kurang lebih gini
"Membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang yang solid. Yang sama-sama kuat. Bukan yang saling ngisi kelemahan. Karena untuk menjadi kuat adalah tanggung jawab masing-masing orang. Bukan tanggung jawab orang lain"
-Adhitya Mulya, Sabtu Bersama Bapak-
Tentu saja, ini bukan berarti kamu dan aku harus jadi "Mr and Ms Perfect" sebelum kita menikah, karena kan memang gaada manusia yang sempurna?.
Kalau istilah panti rehab, adalah istilah yang sering digaung-gaungkan di sesi career class untuk menampar kami-kami yang kadang merasa ingin dan bisa merubah seseorang yang seringkali, belum ingin berubah.
(Salah satu prinsip menolong: Tolonglah orang yang mau ditolong)
Padahal Allah saja ga merubah nasib suatu kaum hatta yughayyiru maa bianfusihim-sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.
"Iya, insyaallah aku bakal berubah setelah nikah" adalah sesuatu omongan yang bisa jadi hanya lip service aja. Nyatanya, walopun ada yang emang beneran berubah setelah nikah (atas bantuan pasangannya), berapa banyak yang tetep gitu-gitu aja?
Some of the people might choose that choice, tapi itu bukan aku. At least, bare minimum buatku adalah:
Kita sudah sama-sama mengenal diri sendiri, tau apa plus minus diri kita dan apa yang harus kita lakukan, berNIAT dan tentu saja berUSAHA untuk memperbaikinya. Berusaha untuk menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.
Ga mudah memang, menghilangkan hal2 atau kebiasaan negatif diri yang sudah terbentuk sekian lamanya (I mean, dari kita kecil kan?). Tapi, bukan berarti gabisa (ini sih sedang mengingatkan diri sendiri buat berjuang heheee).
Doaku, semoga kita dipertemukan pada keadaan yang lebih baik, sudah mengenal diri sendiri, jiwa yang telah sembuh, emosi yang lebih matang, dan ilmu yang cukup untuk memulai perjalanan baru.
Aku mendoakanmu. Siapapun kamu, dimanapun dirimu saat ini.
Sumbawa, 12 September 2023
7 notes · View notes
penaimaji · 1 year
Text
Pasangan itu Saling Berpengaruh
Sudah lewat satu tahun, ada pengaruh besar dari pasangan yang aku rasakan antara sebelum dan sesudah menikah, yaitu tidak terlalu reaktif
Di tempat kerja sebelumnya, aku mungkin terkesan kritis, vokal dan reaktif. Aku selalu memberi masukan dan saran, meski tujuanku baik, sering juga disalahpahami. Kalau bahasa suroboyoan nya, sek cilik wes ngelamak wkwk. Kalau kata teman dekatku, kadang2 argumenku ini terlalu to the point, sehingga membuat orang lain yang mendengar merasa terintimidasi
Bahkan kebiasaan di kampus dulu, aku terlalu berani untuk meminta hak/keadilan, tanpa melihat siapa yang sedang aku hadapi. Sempat juga cekcok dengan pegawai perpustakaan yang memblokir kartu tanda mahasiswaku selama satu semester terakhir saat proses skripsi, karena aku ketahuan membawa KTM teman ketika di perpustakaan
Jujur saja, aku tidak tahu menahu soal KTM yang ternyata tidak boleh dipinjam orang lain. Karena selama ini tidak ada peraturan hitam di atas putih. Aku bahkan sudah tamat membaca tatib dan katalog kampus
Saat itu, aku meminta bukti mana yang merupakan peraturan secara tertulis pada petugas perpustakaan. Saat itu, petugas yang bersangkutan tidak bisa menjawab, ia hanya bilang kalau peraturan sudah sering diumumkan di speaker setiap pagi
Tapi aku mengatakan, tidak semua mahasiswa datang ke perpustakaan pagi-pagi, bagaimana bisa tahu peraturannya? Aku dibilang minim literasi, padahal di buku pedoman kampus juga tidak ada peraturan tersebut. Rasanya kesal. Kalau tidak sedang skripsi, mungkin bukan jadi masalah buatku. Namun, saat itu aku sedang menjalani masa hectic skripsi
Setelah kejadian tersebut, kulihat terpampang di mading depan perpustakaan tertulis peraturan-peraturan yang sudah dilengkapi kop surat, cap dan tanda tangan kepala. Aku tersenyum kecil dan bergumam, ternyata berguna juga aku protes kemarin wkwk
Ada banyak cerita, yang mungkin menurut orang lain aku terlalu berani. Namun semenjak menikah, rasanya lebih berhati-hati. Tidak mudah angkat suara, atau berkomentar
Beberapa hari yang lalu, aku kesal ketika antri di RSUD; yang merupakan satu-satunya rumah sakit di daerah tempat tinggalku. Suami sudah mengambil urutan awal, tapi tidak dipanggil di poli, sampai tersisa tiga pasien
Aku yang sudah dongkol rasanya ingin marah, karena sebelumnya suamiku sudah kusuruh bertanya ke petugas poli anak, kenapa nama anakku ini belum dipanggil. Katanya disuruh sabar wkwkwk hash, mana gak jelas juga antriannya. Asli, buruk banget pelayanannya sekelas RSUD. Aku sudah bersiap-siap mencari kontak pengaduan pelayanan RS ini
Kaya uda nggak bisa berkata-kata lagi. Sesak rasanya lihat anakku yang sudah lemas, hampir kejang saat itu. Ternyata memang ada miss komunikasi dari pihak administrasi ke poli. Alasannya gak logis dan aneh. Dengan enaknya kaya gitu, rasanya pengen memaki-maki, masa gak ada sistem sih disitu? Gak ada bedanya juga antara pasien bpjs sama umum
Aku sampai nangis, bukan sedih, tapi marah buanget, sampai suamiku berusaha menenangkanku
Sampai rumah, aku jadi heran sama diri sendiri, kenapa aku nggak bisa bersuara saat itu? Wkwkwkwk
Bisa habis petugas di ruangan poli itu kalau aku sudah bersuara, tapi sekali lagi, aku benar-benar menimbang baik tidaknya, untuk angkat bicara di tempat umum
Kini, jtustru sebaliknya dengan suamiku yang people pleaser dan banyak ga enakannya sama orang lain. Aku membuat dia berani berkata tidak; membatasi apa yang tidak sesuai dengan kesanggupan dia, juga berani menyampaikan pendapat dan bersuara
Aku yakin dia tentu lebih tertata rapi bahasanya, karena memang bawaan dia yang calm. Sampai dia pernah dipuji dengan kepala kantor provinsi, kalau public speaking dia sudah sangat bagus. Gak kaya aku🤣
Aku pikir, yang namanya jodoh tentu akan selalu tarik-menarik; saling mengisi; saling menyeimbangkan. Semoga kita semua bersyukur, bahwa pasangan kita memang bagian dari rezeki kita. Tiada manusia tanpa cela, tinggal kita aja bagaimana banyak-banyak melihat kelebihannya, dan berusaha memaklumi kekurangannya, saling bekerjasama, menyelaraskan dalam satu titik menuju jalan yang diridhoi-Nya
Buntok, 2 November 2022 | Pena Imaji
75 notes · View notes
Text
Jangan jadi calon istri dari orang yang tak memiliki power untuk memilih jalannya sendiri.
Prinsip bagi seorang laki-laki adalah harga diri
Jika semua dikontrol oleh orang lain maka dia tak bisa menjadi pemimpin. Karena menjadi seorang pemimpin dimulai dari memilih dan mengerti konsekuensi pilihannya.
19 notes · View notes
aiyustarlight · 3 months
Text
Berhenti Posting
Entahlah, beberapa hari terakhir ini rasanya enggan untuk sekedar posting apapun baik story maupun feeds. Terutama tentang kehidupan pribadi. Semisal, jalan-jalan kemana, makan dimana, sedang bersama keluarga atau teman, sudah melakukan kegiatan apa.
Rasanya selalu muncul pertanyaan, "Buat apa sih? Pentingkah? Bermanfaatkah? Apa yang kamu cari? Perhatian atau Validasi?"
Walau kadang sesekali akhirnya posting sesuatu, hanya untuk mengabarkan, "I'm here and I'm still alive!". Namun, itu juga sering tidak bertahan lebih dari 24 jam. Karena berpikir itu aneh, atau takut jadi penyakit 'ain. Dan seringnya tidak membuat batin tentram ketika memposting hal apapun tentang diri. Akhirnya, aku coba untuk jeda dari posting apapun. Ternyata rasanya damai juga ya. Rasanya lebih bahagia ketika aku bisa menikmati suatu momen tanpa harus posting apapun. Ah, semoga bisa begini terus lebih lama.
(Yuree, 060124)
2 notes · View notes
leadmetojannah · 1 year
Video
Perempuan-perempuan Mandiri: Renungan Untuk Para Lelaki
Kemaren teman saya mengirimi saya video di atas via WhatsApp. Saya disuruh nonton sampai akhir. Kalo kamu/kalian kebetulan baca post ini, simak juga video di atas sampai akhir. Lalu, apa yang ada di pikiran kalian saat mendengar frase “independent woman” atau “perempuan mandiri”?
Setelah saya coba ‘observasi’, ternyata sampai sekarang masyarakat kita (terutamanya kaum hawa) sering mendefinisikan “perempuan mandiri” hanya dari satu sisi/satu bentuk aja, yaitu “mandiri secara finansial”. Jadi yang dikatakan sebagai “perempuan mandiri” adalah perempuan yang sudah secure dan stabil secara finansial, atau perempuan yang pekerja keras, atau perempuan yang sudah punya tabungan banyak. Padahal ada beberapa bentuk/macam kemandirian, yaitu:
1) Mandiri secara emosinal (kemandirian emosional): Kemampuan mengontrol emosi sendiri dan gak tergantung kebutuhan emosi orang lain. Ini banyak contoh-contohnya seiring dengan perubahan/perkembangan zaman, apalagi sejak mental health jadi issue yang sering dibahas.
2) Mandiri secara finansial (kemandirian ekonomi): Kemampuan mengatur ekonomi sendiri dan gak tergantung pada kebutuhan ekonomi orang lain. Ini yang sering jadi ‘momok’ bagi para lelaki dan membuat mereka insecure/minder untuk mendekati si perempuan, terutama perempuan pebisnis dan sudah sukses dalam bisnisnya.
3) Mandiri dalam berpikir (kemandirian intelektual): Kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Kemandirian intelektual ini ada banyak macamnya, salah satunya adalah dari segi pendidikan. Ini juga yang sering ditakuti oleh para lelaki. Minder/insecure untuk mendekati perempuan yang berpendidikan tinggi, atau perempuan yang pendidikannya di atas dirinya. Padahal belum tentu gelar sebanding dengan intelektualitasnya. Gelar juga belum tentu cerminan kompetensi. Bisa jadi meskipun pendidikan seorang laki-laki gak begitu tinggi, dia punya beberapa kelebihan yang gak dimiliki oleh perempuan yang berpendidikan tinggi.
4) Mandiri secara sosial (kemandirian sosial): Kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan gak bergantung pada aksi orang lain. Ini mah “gue banget” sejak SD, wqwqwwq.
5) Mandiri dalam tingkah laku (kemandirian bertindak): Kemampuan untuk melakukan banyak aktivitas/tindakan dan juga kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan tanpa tergantung pada orang lain dan melakukannya secara bertanggung jawab. Ini juga cukup ditakuti oleh para lelaki. Contoh sederhananya, cukup banyak perempuan yang gak diizinkan untuk belajar mengemudi mobil oleh suaminya, khawatir nanti jadi doyan pergi kemana-mana kalo sudah bisa nyetir mobil sendiri, wqwqwq. Jadi kalo kemana-mana biarkan diantar oleh suaminya aja.
Menurut saya, nyaris gak ada perempuan yang mandiri dalam berbagai hal, karena mereka pasti masih membutuhkan (seorang) laki-laki—at least, laki-laki dibutuhkan sebagai partner diskusi dan brainstorming.
Kalo kita mau mengambil contoh atau role model sosok perempuan yang mandiri, gak perlu jauh-jauh. Tengok saja Bunda Khadijah. Beliau adalah pebisnis yang sukses. Dan kalo kita mau mengambil contoh atau role model sosok laki-laki yang ber-VALUE, gak perlu jauh-jauh juga. Tengok saja Rasulullah Saw.. Nabi Muhammad gak minder dengan kesuksesan Bunda Khadijah sebagai pebisnis dan jelas-jelas mapan secara finansial.
Dan kalo kita mau mengambil contoh atau role model sosok perempuan yang mandiri dan intelek, tapi bisa menundukkan egonya sehingga gak membuat sisi qawwam suaminya jatuh, ya tengok lagi aja Bunda Khadijah. Perbedaan usia yang terlampau jauh dengan Rasulullah Saw. gak menjadikan Bunda Khadijah ‘semana-mena’ dan mengungguli Rasulullah Saw.. Beliau justru merupakan perempuan yang paling tunduk pada suaminya.
“Jadi perempuan jangan terlalu mandiri. Nanti gak ada cowok yang mau deketin. Nanti susah dapat jodoh.” — Begitu kata kebanyakan warga +62. (Lah, kok jatuhnya malah nyalahin perempuan, ya??? Itu mah problem-nya laki-laki yang insecure. Wqwqwq.)
Perempuan-perempuan yang mandiri hanya untuk laki-laki yang ber-VALUE. Dan laki-laki yang ber-VALUE hanya untuk perempuan-perempuan yang mandiri (juga). — Bukan dalil Quran maupun Sunnah, wqwqw.
Opini kita mungkin berbeda. Tapi kalo saya pribadi memandang bahwa laki-laki yang paham makna ‘mandiri’ pasti akan merasa sangat beruntung mendapatkan pasangan hidup berupa perempuan yang mandiri, tanpa merasa tersaingi atau diungguli. Mereka justru bersyukur dan bangga karena sudah dipilih dan dipercaya oleh perempuan yang picky (pilih-pilih pasangan/selektif banget). Mereka juga justru bangga terhadap perempuannya dan menghargai perempuannya. Sebab menjadi individu yang mandiri itu butuh proses dan perjuangan, dan seringkali mereka terbentuk seperti itu karena tempaan hidup atau ujian hidup. Mereka adalah perempuan strong, tapi juga butuh seorang lelaki yang bisa mereka percayai.
Dan kamu, kamu termasuk perempuan/laki-laki yang seperti apa?
Mari merenung.
Jember, 30 Januari 2023
12 notes · View notes