Tumgik
#penyelamat
kbanews · 1 year
Text
Islam itu Penyelamat bagi Kaum Hawa
Minggu kemarin ini di Kota New York, persisnya di PBB New York berlangsung konferensi tentang wanita. Acara tahunan ini menjadi salah satu ajang penting PBB untuk membicarakan tentang kaum wanita, khususnya dalam konteks hak kaum hawa untuk memainkan peranan dalam kehidupan manusia. Isu wanita memang selalu hidup. Karena diakui atau tidak, dunia akan sepi tanpa wanita. Wanitalah yang menjadikan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
tangerangraya · 2 years
Text
Hilangkan Politik Identitas, Suharso Monoarfa Didemo Kader Penyelamat PPP
Hilangkan Politik Identitas, Suharso Monoarfa Didemo Kader Penyelamat PPP
TANGERANGRAYA.NET, Jakarta – Front Kader Penyelamat Partai (FKPP) kembali melakukan aksi di depan Gedung Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Mereka menyebut, aksi kali dilakukan untuk menyikapi pernyataan Ketua Umum PPP Suharso Monoara yang akan meninggalkan politik identitas partai. “Pernyataan yang dikatakan Suharso ini sangat bodoh terkait ingin meninggalkan politik identitas. Ini artinya sama…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
ameliazahara · 6 months
Text
Kenapa seseorang bisa meninggalkan solat?
Bahkan dengan sengaja menyadarinya, tanpa cemas atau gejolak bathin yang terasa janggal–meninggalkannya.
Gue bisa memahami bahwa solat adalah lekat dengan mereka yang berani terus bermimpi dan berjalan di jalan juang dengan menyadari bahwa kekuatan dirinya lemah, butuh penolong, penguat, dan penyelamat dikondisi berjuang yang sulit ditakar.
Namun, ketika manusia merasa bisa menakar hidupnya, merasa bisa mengontrol segala apapun yang terjadi dalam hidupnya, punya kekuatan kontrol seperti uang, kerabat berkedudukan, dan dalih mahir bercerita–merangkai narasi sebagai senjata, juga mereka yang tidak mau atau berani keluar dari zona yang telah diterima, atau bahkan mereka yang tidak mau berjalan lebih jauh. Bisa dibilang, mereka angkuh. Mereka tidak merasa butuh Allah yang telah menciptakan, tidak perlu Allah dalam memudahkan urusannya, dan merasa tidak perlu Allah dalam hari-hari yang dijalani.
Apakah Allah marah? Tentu tidak. Mereka tetap diberi jabatan dan kedudukan yang baik di masyarakat. Mereka tetap diberi capai atas apa yang mereka kejar. Mereka diberi rejeki dan terkadang kelimpahan rezeki juga. Apakah Allah adil terhadap mereka daripada mereka yang melaksanakan solat? Tentu Allah maha adil dari segala sisi.
Tidak ada yang mengajari awalnya perihal, mengapa kita harus solat, selain karena meninggalkan solat itu adalah dosa. Dan apa itu dosa? Toh dosa seperti tidak memberi pengaruh apapun di dunianya seorang hamba. Padahal hakikat mengapa kita solat bukan semata-mata hanya menghindari dosa, atau perbuatan–ritual ibadah yang harus dipenuhi saja karena wajib.
Melainkan dalam pelaksanaan solat adalah bentuk kerendahan hamba dihadapan rabb-Nya. Allah tidak menciptakan hamba-Nya sembarangan. Allah tau kita semua manusia tidak minta dilahirkan ke bumi, tidak minta jadi penduduk bumi, tidak minta diberi ujian-ujian yang tidak berkesudahan. Allah tau segala duka-keluh sebagai manusia: yang beragama.
Untuk itu, Allah minta kita solat. Allah seolah bilang, ada Aku di sini selalu bersamamu, dalam rintangan hidup yang kau lalui. Solatlah, di sana kau akan bertemu dengan-Ku, ku dengarkan segala keluh-kesah dan takutmu akan dunia yang begitu menguji. Semua ada di-tangan-kehendak-Ku. Aku bersamamu, dan aku akan membuat kau menjadi hamba yang kuat.
Semua orang di dunia ini akan mendapat satu ditambah satu sama dengan dua. Namun beda hitungannya, jika kita solat dan meniatkan hal baik disetiap perbuatan. Allah mungkin tidak akan mengabulkan permintaan si mereka yang solatnya lebih rajin dibanding yang tidak. Mungkin Allah punya rencana baik yang tidak bisa diketahui saat itu. Harusnya sebagai hamba beragama, solat tidak selalu jadi korelasi antara pengabulan doa:’) dan semoga amalan solat benar-benar ikhlas dilakukan sebagai wujud penghambaan pada-Nya.
Jangan menakar solatmu dengan neraka orang lain, atau dengan surgamu sendiri.
Dan gue merasa takaran bagaimana seseorang bisa dipercaya di lingkungan masyarakat (khususnya muslim) adalah dengan bagaimana ia menjaga solat / shalatnya. Ini penting. Bagaimana seseorang berkomitmen dengan hidup yang dijalani beserta orang-orang yang dia hadapi adalah dengan solatnya. Jika solatnya saja demikian, tolong jangan berekspektasi banyak padanya. Di sini lah letak solat sebagai tiang agama: landasan komitmen. Tuhannya saja dia abaikan, apalagi kamu:’)
Mau tidak mau, jangan pernah mengandalkan apalagi bergantung sama manusia. Andalkan dan bergantunglah hanya pada-Nya: dengan teguh menjaga solat.
8 notes · View notes
shipsintheswamp · 28 days
Text
Tumblr media
"Dwi Beyoncé Ratnaningsih, Sang Penyelamat Pangeran Diponegoro dari penangkapan Pangeran Dipongeoro oleh VOC" by mireselle.
5 notes · View notes
hmnlatudiza · 2 months
Text
ternyata bener ya? hal yang gak baik akan mendatangkan hal gak baik yang lain. awalnya aku kira hal yg gak sesuai espektasi adalah hal yg datang dari luar sebagai cobaan hidup, tp setelah introspeksi, justru hal buruk dari luar adalah penyelamat dari hal buruk dari dalam yang bisa menarik hal buruk lainnya.
maafkan Hamba YaRobb sudah serakah dalam menghadapi cobaan hidup tahun lalu. hamba yang mulai serakah, meginginkan dia, posisi lebih, hingga jalan yang lebih jauh,- sedikit lupa juga bahwa awalnya jalan ini adalah jalan pelarian, meskipun niatnya baik, tapi ia bukanlah tujuan awalku, lalu benar, hamba yang mulai serakah mengingkan lebih. hingga akhirnya sadar bahwa memang yang baik adalah kembali ke jalan awal, niat awal, dan tujuan awal. meskipun ada sakitnya krna terpaksa "dipindahkan oleh Allah", tapi ternyata Allah hanya mengembalikan ku ke jalan yang baik yang sudah seharusnya.
apapun, percaya saja. Allah perencana terbaik :)
3 notes · View notes
mutiasha · 2 months
Text
Kita sedang berduka
Melihat Indonesia sedang sekarat, tak ada yang merawat baik-baik, perlahan denyut nadinya makin tidak bisa terasa lagi..
Ada beberapa pihak yang ingin menyelamatkannya segera, membawakan segala obat yang diperlukan, tapi secara mudah dihalangi dengan mengatakan obatnya rusak, orangnya tak berkapasitas. Makin tak bisa lagi diselamatkan kekritisan yang sedang dialami oleh Indonesia..
Banyak orang lain yang hanya bisa melihat, hanya bisa berteriak, hanya bisa menangis dalam diam, hanya bisa mengetuk-etuk pintu ruangan, layaknya penjenguk yang hanya bisa menunggu di luar, tak pernah bisa benar-benar hadir di samping nya. Indonesia terasa sendiri berjuang di dalam sana..
Sedangkan pihak lainnya, di kondisi Indonesia yang segawat ini, masih bisa-bisanya meraup harta Indonesia sebanyak-banyaknya, dikira dia akan benar-benar mati, sehingga tak salah memanfaatkan hartanya sekarang juga.. Makin miskin lah Indonesia untuk mendapatkan perawatan yang layak..
Kasihan sekali Indonesia, negeri indah serta kaya raya sedang dirampok dan diperdaya hingga jatuh sekarat :")
Kita, demokrasi Indonesia, sedang berduka
Demokrasi, yang berarti dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat, sedang diperkosa sekeji-kejinya.. Diminta untuk hadir agar memenuhi ambisi sebagian saja, tidak benar-benar mewakili seluruh rakyat Indonesia. Harga dirinya benar-benar sudah ditanggalkan begitu saja..
Kemampuannya untuk bebas berbicara, untuk bebas menampilkan segalanya digunakan dengan begitu mudah untuk menghalangi pihak² penyelamat Indonesia hanya dengan satu kata "fitnah" atau frasa "pasti dibayar". Hanya karena mereka "bukan rakyat biasa" merasa mudah mengatakan hal itu dg lantang.
Mimpi akan keindahan demokrasi yang diperjuangkan oleh seluruh mahasiswa tahun 1998, oleh seluruh aktivis yang hilang atau meninggal, oleh seluruh manusia yang bertahan.. Mahal harganya, kini bisa dihancurkan hanya dengan tanda tangan pada sebuah putusan pusat..
Suasana sedih, marah, geram, dirasakan oleh seluruh warga Indonesia
yang paham, yang peduli, yang sadar, yang menghargai harga mati dari demokrasi yang sekarang ada di negeri ini..
Apakah kita salah satu di antaranya?
Cintakah kalian pada Indonesia yang diperjuangkan oleh seluruh pahlawan-pahlawan kita? Relakah apabila seluruh perjuangan itu kebaikannya hanya dipegang sebagian saja? Tak cemburukah kau?
Tolong selamatkan Indonesia :"
2 notes · View notes
harmonisehati · 6 months
Text
Simfoni harmoni melodi yang murni untuk Tuhan bergemalah sampai ke ujung bumi.
Dalam segala sesuatu penyertaan Tuhan teramat baik dan indah.
Cinta kasih sayangnya melebihi apa yang ditawarkan dunia.
Haleluya Imanuel Hosana bagi Tuhan Yesus Kristus, Raja segala raja, Bapa yang kekal, Raja Damai, Penasihat Agung, Sahabat yang Setia, Tabib yang Ajaib, Penebus dosa umat manusia, Penyelamat setiap yang beriman.
Terima kasih kuucapkan syukur dengan pujian setia dan dalam pimpinan Roh Kudus-Mu.
Ku berserah ya Yesusku.
Senandung sayang kunyanyikan untukmu ya Yesusku pujaan hatiku.
Aku mengasihi-Mu.
Ku percaya pada-Mu dengan segenap hatiku.
Biarlah hidupku dalam-Mu selalu dan Engkau dalamku.
Senandung sayang simfoni harmoni melodi ini kunyanyikan untukmu dari dasar aksara hatiku.
Kupersembahkan tulus untuk-Mu.
Haleluya, Haleluya, terpujilah nama-Mu selalu ya Yesus kekasih hatiku.
Biar urapan-Mu terus mengalir dan kasih setia-Mu menyertaiku seumur hidupku.
Dengan senandung sayang ini kulagukan sebagai Kidung Agung yang mulia dan kudus untuk-Mu.
Harmoni sehati senandung sayang untukmu Kasih Sejati.
Luwuk, Banggai, 1 September 2023
By Prasetyo Peuru Henry Putra
3 notes · View notes
syncedforjune · 1 year
Text
The tale of salmon.
Tumblr media
Shankara.
Pukul sebelas siang. Dan keadaan langit sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kemurungan. Siang hari ini mendung, aku harap hujan tidak akan menyambut kami cepat-cepat di rumah kaca nanti. Ada beberapa hal yang ingin aku tunjukkan kepada Sena soalnya.
“Halo, Tante. Senang bisa bertemu,” sapa Sena dengan ramahnya kepada ibuku yang sudah selesai mengunci seluruh area rumah hingga pagar. Ayah sudah pergi bekerja sedari pagi. Rumah sakit sedang penuh-penuhnya akibat perubahan cuaca ekstrem akhir-akhir ini.
“Oh, iya. Senang bisa bertemu juga, Nara. Wah, kamu tinggi juga ya ternyata,” sahut ibu. Matanya berbinar-binar ketika melihat laki-laki tersebut. Wajar saja, Sena memang memiliki aura percaya diri yang amat kuat. Ditambah dengan setelannya yang rapi dan juga manis—maksudku, manis di sini karena dia memakai sweater rajut dengan pola motif yang unik. Apa itu sweater buatan tangan?
Sena kemudian menyapaku lalu kami pun langsung masuk ke dalam mobil jeep kesayangan ibu. Sementara aku kembali ke rutinitas sampinganku—membaca buku yang sengaja aku bawa karena enggan terlibat percakapan dengan Sena di sepanjang jalanan nanti.
Aku masih terlalu malu untuk terbuka.
Mobil mulai melaju. Ibu kemudian memutar lagu-lagu kesukaanku agar suasana tidak terlalu terasa sepi. Dia memutar lagu jadul seperti lagu-lagunya Green Days, Bon Jovi, Backstreet Boys, atau bahkan Oasis. Aku suka lagu-lagu yang seperti itu. Tipikal lagu yang bisa menenangkan perasaan di situasi apapun.
“Kamu suka baca buku novel juga ya, Ra?” tanya Sena tiba-tiba. Aku terkejut ketika mendengar pertanyaan tersebut. Ternyata ada yang memperhatikanku sejak mobil ini mulai berjalan. Terlebih kami memang duduk di jok belakang, bersebelahan pula.
“Ini bukan buku novel,” jawabku.
“Terus?” Aku pun menunjukkan sampul depan buku yang aku bawa. Sena mengerutkan dahinya, merasa bingung.
“Buku kumpulan teori biologi? Buat apa?” tanya dia lagi. 
“Jenaka itu memang suka baca-baca buku yang berkaitan dengan mata pelajaran di sekolahnya, Nara. Udah kayak lagi baca koran di pagi hari saja memang,” sahut ibu sambil tertawa kecil. Huh, syukurlah. Ibu memang penyelamat hidupku.
“Rajin banget… kamu kelewat rajin, Ra. Ini kan weekend,” protesnya.
“Terus kenapa kalau weekend? Memangnya gak boleh ya nambah-nambah wawasan dari baca buku kalau lagi weekend begini?” sahutku dengan nada santai.
“Enggak begitu, maksudnya, weekend tuh kan enaknya dipake buat senang-senang. Misalnya tidur seharian, liburan, or something else gitu. Bukannya dipake buat belajar,” jawabnya sambil melipat tangannya di depan dada.
“We will always learn something new disetiap harinya, Sen. Bakal ada sedikitnya pembelajaran yang kita lalui bahkan tanpa kamu sadari, tahu gak?” ucapku membela diri.
“Jadi?”
“Jadi, gak apa-apa dong kalau weekend dipake buat baca buku pelajaran. Setiap hari kita pasti bakal belajar sesuatu. Entah dari buku atau pola hidup. Do you get it?”
“You don't understand what I mean,” gumamnya. Aku menggerutu dalam diam, memilih mengalah dan enggan memperpanjang pertikaian kecil ini karena ibu terlihat sudah mengeluarkan ekspresi terheran-heran dari pantulan kaca mobil.
Maka aku putuskan untuk kembali melanjutkan aktivitas kecilku. Sesekali aku mencuri-curi pandang kepada lelaki yang kini tengah fokus dengan jalanan. Dia benar-benar fokus ketika mobil kami sudah mulai memasuki area perbukitan. Badannya membeku, terpana dengan hehijauan yang terhalang oleh kaca gelap mobil tersebut.
“Tante, boleh buka kunci jendelanya enggak? Aku mau hirup udara segar,” tanya Sena yang langsung dibolehkan oleh ibuku. Rambutnya yang gondrong mulai tidak beraturan karena angin baru saja menyapa. Mungkin setelah acara bermain ini selesai, aku akan memintanya untuk memotong rambut. Bahaya kalau sampai Pak Remi tahu jika murid baru pindahan ini sudah melanggar peraturan sekolah di hari pertamanya besok.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Narasena.
Hal yang paling aku takutkan ketika berteman dengan orang baru adalah: aku takut orang tersebut mempunyai hewan peliharaan yang tak lain dan tak bukan adalah seekor kucing. Atau mungkin dia punya dua sampai tiga ekor kucing? Terserah.
Menurut kabar burung, binatang berbulu itu rata-rata selalu dipelihara oleh keluarga yang memiliki anak perempuan. Dan ternyata kabar burung tersebut memanglah nyata adanya.
Kara memelihara seekor kucing. Kucing berwarna hitam legam yang tidak terlalu gendut. Aku mengetahui fakta itu ketika kami sudah sampai di tempat tujuan. Ada banyak villa mewah yang disewakan di atas lahan hijau. Tempat ini benar-benar dingin dan membangkitkan semangat hidupku. Sungguh.
“Pistachio enggak nakal semalaman tadi, dia banyak tidur, Ra,” ucap seorang wanita dengan penampilan sangat rapi ketika kami menghampiri salah satu villa. Mungkin itu kenalan dekatnya keluarga Kara karena mereka terlihat sudah akrab sekali. 
“Kamu baru pulang dari klinik hewan ya, June? Maaf kalau kami menganggu waktu kerja kamu,” tanya ibunya Kara. Oh… wanita itu ternyata adalah seorang dokter hewan. Tapi pertanyaannya, kenapa dia tiba-tiba bisa nyasar di area perbukitan begini?
“Ah, gak masalah. Shift-ku masih nanti sore, kok. Aku minta janjian di sini sekalian pengen cek villa tua ini aja. Pistachio juga pasti udah kangen banget sama Kara,” jawabnya. Aku hanya diam, membuat jarak dengan Kara yang sudah menggendong makhluk berbulu tersebut.
“Eh, ada teman baru ya ternyata di sini?” ucap wanita itu yang baru menyadari akan kehadiranku. Padahal sedari tadi aku sudah tersenyum ramah kepadanya. Aku rasa dia hanya menganggapku sebagai salah satu dari banyaknya pohon pinus atau pohon ek spesies quercus argentata yang banyak tumbuh disekitar sini.
Hah. Cukup tahu deh.
Ibu Kara pun kemudian memperkenalkanku kepada wanita tersebut. Kami pun berkenalan. Dan dia memintaku untuk memanggilnya dengan namanya saja—June. 
“Aku pemilik dari semua villa ini, aku juga bekerja sebagai dokter hewan di klinik yang ada di pusat kota. Pistachio ini adalah pasien langgananku. Senang bisa berkenalan denganmu, Nara,” ucap June. 
“Pasien langganan?” sahutku.
“Pistachio enggak bisa melihat, Sen. He's blind. Lambungnya juga sering bermasalah akhir-akhir ini. Jadi memang sering bolak-balik ke klinik Dokter June. Semalem aja dia muntah lagi, jadi mau gak mau aku bawa aja deh ke kliniknya Dokter June untuk pemeriksaan lebih lanjut,” jawab Kara. Jawabannya membuatku terkejut. Apa? Kucing itu tidak bisa melihat katanya? Apa dua bola mata yang sedang mengintimidasiku saat ini hanya sebuah mainan? Eh, bagaimana sih?
“Jadi dia enggak bakal bisa gigit aku, kan?” tanyaku yang entah kenapa mengundang tawa mereka. 
“Kamu takut sama kucing?” tanya June. Aku mengangguk, sedikit malu untuk mengakui hal tersebut. Pasti sehabis ini Kara akan mengejekku.
“Tapi jangan salah paham dulu, aku ini bukan laki-laki cemen. Aku takut soalnya lenganku pernah digigit sama kucing dewasa. Lihat, bekasnya masih ada sampai sekarang. Udah kayak bekas gigitan vampir aja,” jawabku sambil menunjukkan bekas luka gigitan yang berada di lengan kiriku. Mereka kembali tertawa. Tapi menurutku itu bukanlah sebuah bentuk hinaan atau merendahkan. Mereka tertawa karena aku sadar, kalau aku sudah terlihat konyol di depan ketiga perempuan tersebut.
Tapi aku benar-benar takut dengan kucing semenjak insiden gigit menggigit itu terjadi. Sungguhan.
“Pistachio enggak bakal ngigit kalau kamu gak ngeluarin bebauan yang dia suka,” ucap Kara.
“Bebauan kayak apa contohnya?”
“Bau daging, tulang ayam, dan makanan kucing lainnya,” jawabnya sambil tertawa kecil. Oh, aku kira apa tadi.
“Bagus deh kalau gitu. Untungnya badan aku cuma bau daun eucalyptus.”
“Nah, kalau bau itu biasanya Pistachio malah pengen deket-deket,” ucap Kara lagi. Sialan.
“Kalau gitu besok aku ganti parfum.”
Ibu Kara dengan sabar mengusap-usap pucuk kepala kami karena gemas. Kami pun akhirnya berpamitan dengan June karena rumah kaca tujuan kami ternyata berada sedikit jauh dari area villa. Mobil sudah terparkir di tempat semestinya dan kini, kami harus berjalan dulu melewati jalanan setapak yang dikelilingi oleh banyaknya pohon-pohon besar.
Aku sempat bergumam sambil tertegun melihat sekitar—mengatakan kalau aku merasa bahagia karena sudah diajak kesini dalam bahasa Jepang yang membuat Kara menoleh kearahku. 
“I'm pleased,” ucapku mengulang gumaman tersebut dalam bahasa yang dia mengerti.
“Terima kasih udah ngajakin aku kesini,” ucapku lagi sambil melirik ke arah Kara yang ada di sebelahku. Kami saling menatap satu sama lain sampai Pistachio mulai mengendus-endus sweater-ku karena jarak kami terlalu menempel, aku pun kabur menjauh.
“How dare you!” pekikku yang langsung berlari meninggalkan Kara dan memilih untuk berjalan sejajar di dekat ibunya saja karena takut jika kucing itu akan merayap pindah ke tubuhku. 
Akan aku nobatkan Pistachio sebagai musuh abadiku mulai detik ini.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Shankara.
Sedari tadi Sena enggan dekat-dekat denganku ketika kami akhirnya sampai di depan rumah kaca. Dia lebih memilih untuk melihat pemandangan yang disajikan—ada sungai yang bercabang mengalir menuju danau di hadapannya dan juga hehijauan yang amat menawan. 
Aku pun memutuskan untuk menitipkan Pistachio kepada ibuku yang sedang merawat tanaman. Kucing hitam itu tampak masih lemas, dia malah rebahan dan tidak meracau. Baguslah.
“Naka, coba kamu ajak Nara jalan-jalan disekitar sini. Pasti dia suka,” titah ibu yang langsung dibalas oleh anggukanku.
Aku pun bergegas pergi mendekat ke arah lelaki itu. Lelaki tinggi dengan bahu yang lebar. Porsi tubuhnya bagus, sepertinya Sena adalah remaja yang sangat rajin berolahraga.
“Kucingnya kemana?” tanya dia yang sudah menyadari kehadiranku sebelum aku memanggil namanya.
“Tidur,” jawabku. Dia ternyata sedang asyik memandangi sungai yang mengalir tenang. Airnya jernih hingga bebatuan berlumut yang ada di dalamnya pun sampai terlihat transparan. Aku tidak pernah memperhatikan lebih jauh sungai kecil ini sebelumnya. Ternyata indah juga.
“Ra,” panggil Sena tiba-tiba. Aku berjalan mendekatinya, berdiri di sebelah dia yang masih fokus memandangi aliran air sungai.
“Ya?”
“Kamu tahu cerita soal perjuangan hidup ikan salmon, gak?” tanya Sena. Aku mengerutkan dahiku tanda bingung.
“Apa hubungannya sama kamu yang lagi mandangin aliran sungai kayak begini?” tanyaku balik.
“Ada, ada hubungannya.” Dia kemudian berjongkok di pinggiran sungai, mencelupkan tangan kanannya ke dalam air yang jernih.
“Ikan salmon berenang puluhan bahkan ratusan kilometer dari lautan menuju ke hulu sungai cuma untuk bertelur. Bisa aja sungai ini pernah dilewati sama mereka. Sungai ini mengarah ke laut kan?” tanya Sena lalu kubalas dengan sebuah anggukan. Aku pun ikut berjongkok di sebelahnya.
“Terus apa yang terjadi sama ikan salmonnya?” tanyaku mulai mencelupkan dua tanganku ke dalam air. Ternyata air sungai ini dingin dan terasa segar sekali.
“Nah, ternyata, waktu telur-telur mereka menetas jadi salmon-salmon kecil, nantinya para salmon kecil itu bakal berenang ke laut lepas sampai dewasa, terus kembali ke hulu sungai untuk bertelur lagi. Sama kayak orang tuanya. Siklus ini terus berputar.”
Oke, sekarang aku mulai tertegun mendengar penjelasannya.
“Kamu tahu, yang bikin terharu itu perjuangan mereka menuju ke hulu sungainya, Ra. Soalnya, perjalanan mereka dari laut menuju kesini itu enggak mudah. Begitu juga dengan perjalanan mereka dari hulu sungai menuju ke laut sama susahnya. Dan hal yang menyedihkannnya adalah, setelah bertelur, salmon-salmon dewasa gak akan bisa kembali ke laut lepas lagi,” ucapnya.
“Kenapa?”
“Itu karena siklus pertumbuhan mereka memang berhenti disitu, masa mereka udah habis. Walaupun biasanya ada aja yang bisa kembali lagi ke laut lepas, tapi, itu kebanyakan cuma jenis ikan salmon atlantik. Jenis ikan salmon pasifik yang udah selesai bertelur kebanyakan bakal mati dan jadi bangkai di sungai. Cuma, perjuangan mereka enggak sia-sia. Bangkai mereka bakal tersebar dan jadi nutrisi alami bagi ekosistem sekitar. Keren, kan?” Klimaksnya yang membuat hatiku terenyuh. He's well spoken… oh God. Aku benar-benar terharu. Aku bisa langsung paham apa makna yang dia selipkan di dalam cerita tiba-tibanya tersebut.
“Kematiaan yang tidak sia-sia akan datang kepada siapapun yang mau terus bekerja keras di dalam hidupnya. Cerita ikan salmon ini selalu terngiang-ngiang dikepalaku, really. Aku tahu cerita ini dari ibu. Dulu kami sering berkunjung ke hulu sungai yang ada di pelosok Fukuoka. Kebetulan, kami pernah nemuin satu koloni ikan salmon yang lagi berenang menuju lautan—” ucap Sena menghela napasnya sesaat.
“Dan kamu juga harus tahu soal cerita ini, Ra. Semua orang harus tahu, harus paham kalau kematian akan selalu datang kalau memang usahamu udah begitu keras di dunia ini. Mereka enggak bakal mengkhianati kehidupan yang udah diberikan sama Tuhan,” lanjutnya. Entah kenapa mataku mulai terasa perih sekarang.
“Jadi, semangat hidup, Ra!” serunya menatapku. Namun, raut wajah cerianya mendadak tertekuk kembali ketika melihat reaksiku.
“Kara?” panggil Sena. Kami berdua pun kembali berdiri, saling berhadapan.
“Wah, ceritaku tadi terlalu dalam ya? Maaf deh—”
Aku sontak membungkuk hingga sembilan puluh derajat ketika mendengar apa yang barusan Sena ceritakan kepadaku. Lelaki itu malah bergeming, shock dengan reaksiku yang sebenarnya.
“Senang bisa berteman denganmu, shisho!” sentakku.
“Shisho?”
“Iya. Tolong ajari aku hal-hal yang lainnya lagi sehabis ini, shisho.” Lagi-lagi dia bergeming, namun kali ini tangan kirinya sibuk menggaruk tengkuk yang aku rasa tidak terasa gatal sama sekali.
“Kamu tahu arti shisho itu apa kan, Ra?” tanya dia sambil tertawa cekikikan. Aku mengangguk dengan semangat. Pokoknya aku harus menjadi anak muridnya mulai dari sekarang!
“Hmmm. Memangnya aku ini master dalam bidang apa kata kamu?” tanya Sena. Aku terdiam berpikir sejenak.
“Master dalam bidang menjelaskan kisah perjuangan ikan salmon, kayak tadi. Itu termasuk perbincangan yang keren, tahu? Otak kamu cerdas juga ternyata,” sahutku.
“Masa sih?” tanya dia lagi sambil mengelus-elus dagunya dengan raut wajah yang sedikit menyebalkan.
Waduh, ada yang mulai kepedean rupanya. Ga-gawat.
“Ah, itu bukan apa-apa kok. Udah, yuk, kita bantuin ibu kamu aja sekarang, kasihan dia malah beres-beres sendirian.” Sena kemudian pergi meninggalkanku di tepi sungai. Aku terdiam memandangi alur sungai itu untuk beberapa saat.
“Kara! Ayo! Kok malah bengong?” teriak Sena. Aku pun tersadar dari lamunanku lalu akhirnya berlari menghampirinya.
“Kira-kira sungai itu beneran pernah dilewati koloni ikan salmon gak ya?” tanyaku.
“Bisa jadi. Tapi gak tahu pasti, sih. Soalnya aku kan bukan ikan salmon,” jawabnya lalu tawa kami pun pecah begitu saja. Tawa itu... lepas sekali. Begitu lepas dan juga sangat membahagiakan.
Aku rasa Sena memanglah orang yang baik. Tidak ada alasan bagiku untuk menjaga jarak dengannya. Mungkin memang tidak untuk sekarang.
9 notes · View notes
l-edelweis · 10 months
Text
Qué será, será
What ever will be, will be
Ingin kutanyakan kepada banyak orang tua, atau orang paling tua di dunia, "Bagaimana rasanya dahulu saat menghadapi masa depan? Dan bagaimana rasanya sekarang saat sudah bisa melewatinya?"
Siapa di dunia ini yang tidak pernah merasa khawatir dan cemas? Sepertinya tidak ada. Siapa yang tidak pernah khawatir dengan masa depan? Mungkin hanya kucing dan kupu-kupu, juga bangsanya saja.
Pada suatu interaksiku dengan bapak, pernah terbesit kalimat dari beliau, "Waktu kamu lahir, saat itu bapak merasa khawatir akan kesulitan saat membesarkanmu." yang kemudian dilanjutkan dengan tapi-tapi-tapi-tapi-tapi penyelamat.
Tapi bapak percaya, Allah pasti hadir membersamai setiap perjalanan. Tapi bapak percaya, rezeki udah ada yang mengatur. Tapi bapak percaya, karena anak adalah titipan Allah, kamu adalah titipan Allah, dan Allah nggak mungkin menitip sekedar menitip tanpa ada tindakan lainnya.
Yah, pada orang dewasa pun, masih sering hinggap rasa khawatir.
Hidup adalah perihal merangkai rencana dan berdamai dengan takdir. Manusia pada dasarnya adalah aktor kehidupan dan Tuhan menjadi sutradaranya. Abraham Lincoln pernah bilang, Cara terbaik meramal masa depan adalah dengan menciptakannya. Tapi tidak serta-merta semua akan berjalan sesuai rencana kita. Pada akhirnya, Allah yang Maha Mengetahui Segalanya.
Qué será, será. Apa yang akan terjadi, maka akan terjadi. Biarkanlah yang terjadi, biar demikian adanya. Yang sudah terjadi, lepaskanlah. Dan yang akan terjadi, terjadilah.
Semua tentu punya maksud dan makna. Menyimpan pesan-pesan yang barangkali baru bisa kita pahami saat kita benar-benar melihatnya sedekat mungkin. Suatu hal yang tidak kita sukai, yang tidak kita inginkan, tapi terjadi dan kita alami, mungkin menyimpan pesan dari Allah yang begitu besar maknanya.
Allah bilang, Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah, 216)
Lagi-lagi, kita hanya aktor di kehidupan ini.
Bukan berarti rencana dan cita-cita dan harapan dan mimpi-mimpi tidak penting. Tapi bagaimana kita bisa menyatukan antara rencana dengan takdir dan keputusan Allah. Menerima dengan lapang dada.
(I talk to myself wkkk. Memang sulit berdamai dengan takdir. Tapi sulit bukan berarti tidak bisa)
Kalau Allah sudah bilang, kun fayakun. Mau bagaimana lagi,,
Lihatlah segala hal lebih dekat. Menyelamlah lebih dalam.
hingga pada akhirnya nanti, kamu menjadi bijaksana.
3 notes · View notes
tangerangraya · 2 years
Text
Ratusan Kader Berdoa di Depan Gedung PPP: Minta Suharso Monoarfa Mundur dari Jabatan
Ratusan Kader Berdoa di Depan Gedung PPP: Minta Suharso Monoarfa Mundur dari Jabatan
TANGERANGRAYA.NET, Jakarta – Ratusan massa aksi yang tergabung dalam Front Kader Penyelamat Partai (FKPP) melakukan aksi dan doa bersama di depan Kantor DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Menteng, Jakarta Pusat. Ketua Majelis Pertimbangan PPP Jakarta Selatan, Muchbari mengatakan aksi hari ini dilakukan dengan bermunajat agar Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa segera mundur dari…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
yonarida · 11 months
Text
7 Juni 2023 Dari Anas ra, ia berkata, Nabi SAW bersabda: "Ada 3 penghapus dosa & 3 derajat yg meninggikan seorang Muslim. Serta ada 3 penyelamat orang & jg ada 3 yg menghancurkan kehidupan seorang Muslim. Adapun 3 yg menghapuskan dosa: - menyempurnakan wudhu - menunggu datangnya waktu shalat - dan pergi berjalan kaki ke masjid untuk shalat Jumat 3 derajat yg meninggikan seorang Muslim: - memberi orang2 makan - mengucapkan salam - shalat malam ketika orang2 terlelap tidur 3 yg menyelamatkan: - berlaku adil ketika senang atau pun emosi - budaya hemat baik ketika kaya maupun miskin - takut kpd Allah baik saat sendiri maupun bersama orang 3 yg menghancurkan: - kikir yg terus diikuti - hawa nafsu yg mengekang - bangga terhadap dirinya sendiri" ~ HR. Bazzar & Dar Quthni
3 notes · View notes
kokomeong · 1 year
Text
Tentang Masa Depan Tanpa Prospek
Tumblr media
Menulis masih jadi hal yang gratis dan menyembuhkan. Saya ingat betapa mengasyikannya tidak memiliki rasa takut –biarpun juga tak memiliki kebebasan finansial dan sekoci penyelamat sama sekali– ketika ditantang masa depan yang tidak pernah terlihat jelas atau menjanjikan. Dulu saya berpikir sepulang dari Australia saya akan bekerja jadi pegawai kantoran yang mengerjakan tugas-tugas administrasi untuk seumur hidup dengan gaji pas-pasan. Saya takut jadi dosen, sebab bagi saya, secara akademis standar terendah dosen seharusnya minimal sepintar mantan teman saya sekelas yang sedang S3 di Melbourne itu – dan saya tidak (atau belum). 
Di luar dugaan, saya menikmati pekerjaan sebagai dosen: berbagi banyak hal di kelas dan menentukan topik penelitian yang membuat kita menderita sendiri. Bertemu orang-orang baru setiap tahun yang tidak harus saya panggil ‘adik-adik’, lalu menemukan satu-dua di antara mereka yang bisa diajak membahas kombucha. Itu tiga bagian terbaik dari pekerjaan ini sehingga saya selalu heran ketika ada dosen yang lebih memilih meninggalkan jadwal mengajar dan menelantarkan penelitian demi menghadiri rapat yang tidak pernah efektif karena seringkali orang yang lebih bodoh dari kita yang bersuara atau memerintahkan apa yang harus kita lakukan, bahkan mengomentari apa yang kita kenakan. Diminta melakukan sesuatu yang konyol oleh orang yang lebih bodoh dan lebih tidak kompeten baik secara akademis atau manajerial adalah sebuah penderitaan. 
Jadi dosen sekarang terasa menjemukan. Lebih banyak laporan-laporan formalitas doang yang harus diisi ketimbang dedikasi untuk membuat materi kuliah yang bisa membuat orang berpikir. Kata seorang kolega senior, tunjangan akademis yang satu bulannya 375.000 rupiah dipotong pajak belum pernah naik sejak 1990-an. Sementara itu laju tunjangan jabatan naik melebihi kecepatan inflasi. Tak heran lebih jarang ada orang yang berniat jadi profesor beneran dibandingkan jadi profesor formal. 
Masa depan selalu terlihat muram. Memikirkan masa depan sendiri saja tak pernah ada ujungnya, apalagi kalau kita bertanggung jawab atas nasib seorang-dua orang anak di dunia. “Dunia tak pernah menawarkan apapun kecuali masalah”, kata Arswendy Beningswara di adegan aborsi Pintu Terlarang yang kutonton di bioskop bersama mantan teman sekelas yang pintar itu. Itu memang saat-saat kita masih bisa menertawakan dunia dan bukan sebaliknya.
3 notes · View notes
mutiarafirdaus · 1 year
Text
Harapan Hari Keenambelas
Anak manusia, tidak semuanya dibesarkan dengan keteladanan. Tidak semuanya dididik dengan kelembutan. Tidak semuanya mendapat potret keluarga utuh yang menenangkan.
Satu dua tumbuh di keluarga, yang hidup disana bak berdiri di atas bara, menahan pedih mengoyak luka. Satu dua tumbuh dengan caci maki yang ringan terlontar mengusik telinga. Satu dua tumbuh di tempat yang ketika bungkam bisa jadi penyelamat.
Pun bapak dan ibu, tidak semuanya menjalani ikatan pernikahan dengan keridhaan diantara mereka. Tidak semuanya kompak memiliki visi Rabbani yang mengerdilkan permasalahan rumah tangga yang mendera. Tidak semuanya mendapat dukungan keluarga yang dengan ringan tangan membantu sesama.
Idealisme yang terangkai dalam ragam tulisan, tersajikan dalam banyak reka adegan, digaungkan dalam not nada kehidupan, terasa memuakkan dan pedih bagi mereka yang jatuh bangun dihajar oleh hikmah kehidupan.
Satu yang masih membuat bertahan dari tuduhan mata orang orang yang muak pada kita, dikarenakan keyakinan bahwa masih ada Tuhan yang Maha Mencintai hambaNya.
Yang Menguatkan meski memberi ujian. Yang Menaikkan Derajat meski meminta hambaNya mencicipi keterpurukan. Dan sujud panjang dengan air mata yang berderai, terasa begitu nikmat lagi tak ingin berkesudahan.
Allah, Jumat di Ramadhan ini berlimpah ruah nikmat yang Kau sajikan, hikmah hidup yang Kau hamparkan, maafkan kami yang masih beribadah dalam remahan amal yang bernilai recehan, juga masih saja memelihara ruang di hati untuk ghill yang tak berkesudahan.
Diri ini, tolong bilas ia dengan rahmat dan ampunanMu ya Rabb :"
#RamadhanPenuhHarapan!
3 notes · View notes
teman-perjalanan · 11 months
Text
Tanpa sadar, kita hidup dan bertahan setiap hari hanya dengan saling menenangkan.
"Tidak apa-apa, jalani saja. Nanti juga berlalu, nanti juga selesai, nanti juga pasti sampai."
Terdengar seperti omong kosong, tapi itulah mantra penyelamat ketika hidup tidak lagi baik-baik saja.
3 notes · View notes
pakertys · 11 months
Text
Orangtua, Anak, dan Manusia.
Belakangan ini lagi kepikiran, gimana ya nanti kalo punya anak, kepikiran juga bahwa segala hal baik yang bisa ku lakukan untuk berbakti kepada suami itu juga hasil belajar dari orang tua
Misalnya, masak. 
Bisa masak, bisa punya lidah yang bisa ngerasain standar makanan yang cocok dan enak, itu juga berkat mamah yang ngajarin. Kalo suamiku seneng, berarti ini juga jariyah ya buat Mama.. dan lain sebagainya.
Kepikiran dan jadi semakin berdoa untuk orang tua, Ya Allah jadikanlah segala kebaikan yang ku lakukan itu juga karena kebaikan orang tuaku, maka jadikanlah ini sebagai penyelamat orang tua ku di akhirat, jadikanlah segala kebaikan ku amal jariyah untuknya. Baiknya aja ya Allah, kalau ada keburukan, itu keburukanku. Tapi kebaikan ku, semoga bisa mengalir untuknya, aamiin.
Kepikiran lagi,
Pantesan ya, anak yang shalih shaliah itu amal jariyah untuk orangtua, ya gimana ngga mendidiknya aja susah. Anak diminta untuk berbakti kepada orang tua dalam islam, bahkan ibu telapak kakinya adalah surga anaknya. 
Iya, sebagai orang tua punya kewajiban untuk memenuhi kebutuhan anak, membuat dia hidup dengan baik, dan lain sebagainya. Ketauhilah bahwa, jika berhasil hadiahnya penyelamat sepanjang hidup dan mati sampai nanti dibangkitkan kembali (amal jariyah). 
Sebagai anak mungkin beberapa kali membandingkan diri dengan anak lain yang orang tuanya gak seperti orang tua kita, membahas ada luka pengasuhan orang tua yang bikin diri jadi ((kurang baik)), meletakkan kesalahan pada orang tua bahwa gue rusak karena didikan ortu gue. or else
Di kepala gue.. lah dia sadar, kenapa ga coba obatin luka, sembuhin diri biar jadi diri yang lebih baik?
Well, iya udah itu ulah didikan, tapi yang perlu kita sadar, yang tanggungjawab kelak di akhirat itu diri kita sendiri lho. Seiring hadirnya dan tumbuhnya kedewasaan, kebaikan atau keburukan kita itu ulah kita sendiri, keputusannya ada di kita. Toh yang disebut dewasa itu termasuk tau mana baik buruk.
Manusia diciptakan pada dasarnya berdaya, kita berdaya, anak-anak berdaya. Bahkan disebut “anak-anak” aja ada periode-periodenya, gak selamanya anak-anak. Kita juga bakal jadi dewasa, dewasa yang nantinya kudu mandiri dan membesarkan anak juga kalo Allah amanahkan.
"Kan ada akal. Jangan kayak manusia ga punya akal, apa-apa yang terjadi dalam hidup kok ga bisa dimaknai dan diproses dengan baik.”
- ini kata ust. Aad, diceritain mba Esty heheh.
Hati gue jleb bangettt, apalagi hal ini diucapkan oleh orang yang punya luka dalam, hidup sulit dari kecil, heu..
“luka pengasuhan bisa ditutupi oleh karunia pengasuhan, 1 luka ada 10 karunia Allah, 1 luka ada 20 karunia Allah”
Itu. 
Itu yang perlu kita sadar betapa banyak karunia yang bisa kita sadari, dan karunia yang bisa kita jemput atau bahkan simply tinggal terima aja. setiap luka ada obatnya, tinggal kitanya yang kudu mau diobatin, kudu sadar juga kalo obat itu banyak caranya dan jenisnya. Bahkan menyadari bahwa, bisa jadi kalo ternyata sekarang banget kita lagi diobatin loh, tinggal kitanya aja yang mau buka mata atau ngga, mau mensyukuri atau ngga, mau growth atau nggak. Caranya urusan Allah, itu karunia.
Intinya, let’s be hopeful, be aware, kalo kita bisa sadar ada luka, bukan berarti kita bisa dan boleh membiarkan diri kita merugi, justru kita harusnya bisa lebih paham, bisa gak membiarkan itu terjadi ke diri kita, ke orang lain, dan ke anak kita kelak.
Konflik dengan orang tua itu, bisa dibilang ya gapapa loh, AS LONG AS kita resolve, kita selesaikan konfliknya, dibicarakan, bukan dibiarkan, dihindarkan, dan seakan ditiadakan. No.. we grow dari situ.
Hubungan kita dengan manusia, grow dari situ.
Well, semoga kita bisa menjalani kehidupan kita dengan baik, menyadari hal yang bisa diperbaiki, dan menjadi sebaik-baiknya manusia yang telah di karuniai akal yang sehat.
hehe sampai bertemu lagi, cheers!
4 notes · View notes
penulistakberupa · 11 months
Text
Kenapa sampai sekecewa itu pisah sama dia??
Kamu hilang di waktu yg tidak tepat. Sangat tidak tepat. Aku tidak pernah merasa sepatah ini. Aku tidak pernah menyangka orang yang membuat aku jadi macam ni justru orang yang pernah membuat aku ada dititik terutuh. Love hurts, I know. Tapi di kamu, hurtsnya berkali-kali lipat. Datang sebagai penyelamat, pergi membuatku tersesat di dalam pertanyaan yang kamu sendiri tidak bisa menjawab. Tidak bertanggungjwab kamu!! Main hilang begitu saja. Kamu ingat ini taman bermain?? Kamu fikir kamu saja yang ada hati?? Hah? Oh atau waktu sama aku memang aku saja yg pakai hati, kamu hanya main-main. Sebab itu kamu bisa semain-main dengan perasaanku. JAHATT!!
2 notes · View notes