Tumgik
#sajakpatah
journeyofrskaul · 23 days
Text
Ikhlasku belum utuh.
Bu, rasanya sudah cukup aku menghitung tahun demi tahun yang terlewatkan tanpa engkau. Semua kenangan itu masih terputar, namun yg terlihat hanya abu-abu tanpa warna, tanpa suara, dan senyuman indahmu kini yang terlihat semakin samar.
Katanya, hidup tanpa seorang ibu berat. Bu, aku kian mengusahakan segala hal yang aku inginkan dalam hidupku, tertatih-tatih aku mengusahakannya, bu. Aku harus berusaha lebih keras dari kebanyakan yang lain, karena penyambung doaku dengan tuhan tak sekuat dulu.
Bu, kata orang kebanyakan, kini kau sudah berada pada pangkuan tuhan. Bolehkah aku meminta kau untuk merayu tuhan untuk satu saja keinginanku teramini, bu? Bolehkah aku meminta, bu. Untuk kali ini datanglah menjenguk walau sebatas mimpi, aku ingin bercerita perihal aku dan duniaku sekarang.
Bu, jujur aku hampir putus asa, aku kehilangan arah setelah kepergianmu. Aku ingin cukupkan semua, bu. Aku tak tahu arti kata pulang itu apa semenjak kau tiada. Tentang kepergianmu, ikhlasku belum sepenuhnya utuh.
______
8 notes · View notes
merliann · 2 months
Text
Aku mencintaimu tanpa tapi dan karena, dan kamu meninggalkanku tanpa satu parah kata. Jika Adilmu adalah sebuah kebenaran sayangnya sampai saat ini masih tak bisa ku cerna dengan logika
2 notes · View notes
Text
Orang-orang patah hati membeli buku puisi, untuk sembuh dari sunyi.
8 notes · View notes
ruang-bising · 2 years
Text
Sepenggal tulisan "Menikah dan Menjadi Orang Tua"
Tumblr media
Apa yang kamu bayangkan tentang pernikahan?
Indah, bahagia, senang selama-lamanya? Mungkin itulah yang terbayang oleh gelombang muda-mudi hari ini.
Menikah, sama saja memulai hidup baru, menjalani peran baru, menambah daftar kewajiban hidup, melewati tantangan yang berbeda dengan masa sebelum pernikahan. Memahami karakter partner hidup kita, seseorang yang menjadi sosok yang pertama kali kita lihat saat kita bangun dan menjadi yang terakhir kita lihat sebelum kita terlelap.
Menikah, sama saja dengan menaiki tangga fase kehidupan selanjutnya; yang berarti kembali mendefinisikan skala prioritas dalam hidup. Belum lagi hadirnya "Anak"; inilah fase dimana kita bertemu "wajah realita" dari pernikahan, kita tak bisa lagi bersandiwara; menjalani hidup dengan egois berkedok hedonisme. Inilah masa dimana kita harus mengesampingkan idealisme,
Tak heran 'Tan Malaka' berpendapat bahwa kekayaan kita terletak pada idealisme kita. Terlepas dari itu, menikah dan menjadi orang tua pun bukan berarti kita harus menidurkan mimpi-mimpi kita karena ditikam kenyataan, bukan. Kita hanya mencurahkan lebih banyak pengorbanan. Pengorbanan yang paling besar; pengorbanan perasaan untuk anak kita. begitu kata Kurniawan gunadi dalam buku 'Bertumbuh'nya.  Kita akan mengorbankan banyak rasa; cinta, sayang, rindu, cemas, khawatir, dan segala rasa yang ada di dunia ini.
Terlepas dari semua kalimat diatas, lihatlah putihnya rambut dan kulit keriput orang tua kita; ia yang mungkin tidak memiliki runtutan legalitas seperti yang kita punya, ia yang dahulu tidak memiliki kemudahan akses menuntut ilmu secara penuh dan utuh seperti kita hari ini, ia yang menurut kita tidak memiliki pandangan yang jauh. Lihatlah mereka, mereka berkorban lebih banyak untuk kita yang mungkin saat ini terlihat angkuh,  dan tak acuh. Kita yang saat ini jauh dari mereka, sibuk mengejar standar kesuksesan dunia dengan gaduh. Lihatlah kembali mereka; di matanya yang teduh seakan membasuh segala gemuruh, di dahinya yang peluh seketika melumpuhkan segala keluh menumbuhkan dan merengkuh semangat yang mulai rapuh.
Jangan ajarkan kepada mereka tentang pengorbanan, karena mereka telah lebih dulu fasih mengeja kosakata itu, mereka sudah lebih dulu berletih saat kita baru mulai berlatih. Ah mungkin kita hanya setengah hati saat mereka telah setengah mati, terlalu banyak berdalih saat mereka sudah berjerih.
Menikah dan menjadi orang tua adalah gerbang untuk menaiki tingkatan selanjutnya kehidupan. Hari ini kita belajar tentang pengorbanan, tentang keikhlasan. Menikah dan menjadi orang tua pun adalah cobaan, ibarat nahkoda kapal; sejauh mana kita bisa mengendalikannya ketika terkena terpaan. Jangan, jangan takut. Selagi niat baik tanpa sedikitpun bulus tertancap di dalam  bronkus dan bronkiolus, Allah pun akan menolong kita dengan Tulus.
Menikah dan menjadi orang tua, Siapkah kita?
36 notes · View notes
katarsis1789 · 10 months
Text
Kisah Ini
Saya begitu penasaran tentang kisah ini. Apakah akan berujung pada satu titik pasti atau tidak? Apakah Tuhan akan menjawab keresahan dalam hati Saya pada dirinya yang kembali muncul dalam kehidupan Saya? Apakah kami akan berakhir dengan bahagaia atau mengganjal? Disini, Saya sedang mempertaruhkan hati Saya lagi. Menjual waktu, perhatian, dan kesempatan yang Saya berikan.
Pada Akhirnya, Kita tidak akan bertemu di tengah. Dari awal Aku sudah mengatakan bahwa Aku tidak bisa memenuhi semua ekspektasi yang Kau bangun. Karena selamanya Kau akan memandang orang lain sebagai dirinya yang terlalu sempurna untuk Kau miliki.
Perkataan terakhirmu akan selalu kuingat. Semoga Tuahn telah menutup batin dan pikiran Saya untuk Kamu Kamu baik-baik ya, dalam menjalani hidu dan mimpi Kamu
Dan terimakasih.. Sudah pernah meluangkan waktu, perhatian dan berusaha mencintai Saya di waktu yang singkat itu. Aku sudah merasa di cintai kok, walaupun tidak bisa memiliki seterusnya..
RZA
4 notes · View notes
semburatsore · 1 year
Text
PANTASKAH AKU?
Kau tarik tanganku,
Saat aku ingin berlari dari kenyataan,
Sedang aku menusukkan duri disetiap genggaman tanganmu.
Masih pantaskah aku hidup?
Masih pantaskah aku bersanding padamu?
Aku yang selalu berpikir, emas yang tertimbun biar lah jadi harta karun abadi,
Namun kau bersikukuh untuk memurnikanku.
Katamu emas dalam kubangan lumpur tetaplah emas.
Pantaskah aku?
Kau bahkan rela jadi bidan untuk mengeluarkanku,
Hanya menjadi batu loncatan lalu ditinggalkan
Sekali lagi,
Pantaskah aku?
Semburat sore,
18.04.23
4 notes · View notes
cindyalfita · 2 years
Text
Tidak apa-apa jika kita memulai dengan saling membaca luka. Izinkan aku masuk ke dalam dirimu, mencari-cari letak lebam yang membuatmu tercekat dan kesakitan.
Seiring kita berjalan, kamu juga boleh membaca aku. Kenal seluk-beluk dan bagaimana bentuk cinta yang membuat aku menjadi aku yang sekarang.
Kita tidak perlu memaksa agar kita saling mengerti. Baiknya, kita lalui dengan mengalir. Jika hari berganti dan hati kita saling membutuhkan, semoga luka itu sudah tidak sekarat dan sudah terhapus setiap inci rasa sakit yang membuat kita tidak pernah yakin dan layak untuk memulai lagi.
Semoga aku orangnya, semoga kamu orangnya. Semoga memang inilah tujuannya. Semoga kita layak berjalan beriringan, dan menulis berbagai kisah mengenai kita yang dimulai dari cara merawat luka.
12 notes · View notes
lantai-kampoeng · 2 years
Photo
Tumblr media
Alhamdulilah hirobil alamin 🤲 • • • 🎨 @yaimsa_quotes ⠀ Barakallahu fiik.. 🌻 Agar jangkauan postingan ini bisa meluas, jangan lupa untuk selalu like setiap postingan kami dan juga tinggalkanlah komentar meski hanya sekedar emoticon. Syukron ☺ 🌷 Follow @yaimsa_quotes ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ #sajakcinta #sajakrindu #sajaksenja #sajak #puisimalam #puisisenja #puisirindu #puisi #puisipendek #puisicinta #yaimsa_quotes #melodaydalampuisi #deepthoughts #katabijak #kutipan #katarindu #kutipancinta #puisihati #puisilover #sajakpatah #sajakpagi #inspirasi #spreadlove #tarbiahsentap #muslimahhijrah #menulisuntukummah #selfhealingquotes #muslimah (di Yaimsa.Berbagi) https://www.instagram.com/p/Ch7g7OyPZGI/?igshid=NGJjMDIxMWI=
4 notes · View notes
syafiraoctafiani · 1 month
Text
Tumblr media
KEMBALI
Kemarin, kulihat seorang wanita berdiri di lorong stasiun kereta
Dengan ransel yang terlihat usang di pundaknya
Berdiri dengan rona bayangan yang tak semua orang bisa melihatnya
Ia diam dalam sunyi, dengan gaduhnya cakrawala
Disini dan disana
Kulihat beberapa manusia berjalan, berlari, dan berlari lagi
Riuh sekali dengan panorama yang terasa sempit dalam megahnya dunia
Wanita itu tetap diam dengan imaji nya
Menatap dalam hampa seolah lupa bahwa ibu kota begitu riuhnya
Tanpa sadar, akupun tenggelam dalam diam bersamanya
Dalam emosi yang terasa dingin, menelanjangi ruang pikir yang hampa
Aku terkadang ingin tahu apa yang ia rasa
Tapi ternyata aku sudah lebih dulu mendalami apa yang dikira fatamorgana
Siapa ia?
Sosoknya adalah refleksi dari cermin raksasa di belantara dunia
Tertunduk dengan tangan memangku harapan dalam rapuh dan hancurnya kisah romansa
Yang telah dirajut dengan sutra
Lalu kemudian terbakar dan hanyut dalam realita
Cahaya semakin berlalu,
Gelap, gelap sekali
Dimana wanita itu? Apakah dia baik baik saja?
Bisakah ia berlari dalam gelap?
Tidak, ia tak sekuat itu
Aku mencarinya dalam riuh redam gemerlap
Dalam keheningan malam
Tersungkur
Jatuh
Dan terperanjat
Rupanya, aku pun tidak sama baiknya
Rupanya, aku lebih buruk darinya
Rupanya, aku diikat oleh sekat memoriku sendiri
Yang membelenggu seluruhnya
Sesak, sesak sekali
Kemana wanita itu pergi?
Aku masih akan tetap bermalam disini
Dalam lintas dimensi ini
Rupanya aku pun terbangun dari mimpi
Tapi rasanya tetap begini.
Kembali.
Ruang imaji, 210324
00:38
0 notes
rose-derp · 9 months
Text
Rose, kamu kenapa?
Patah hati pada hal-hal
yang tidak perlu?
0 notes
ayasajak · 2 years
Photo
Tumblr media
Ada yang sefaham :') . . . Follow : @ayasajak . . . #sastra #sastraindonesia #sastracinta #katapuitis #storywa #katapuitis #sajakpatahhati #katasenja #senjabercerita #sajak #katasendu #kodebaper #senjabercerita #katamotivasi #quoteshariini #puisihariini #quotesgalau #sendu #kopi #sajakdetik #semangat #sajakliar #storywatsapp #katamalam #katasenjaquotes #puisimalam #sajakmalam #sajakpatah #sindiran #TulisanNetizen (di Wana Wisata Curug Citambur) https://www.instagram.com/p/Cc2J47Svt2m/?igshid=NGJjMDIxMWI=
1 note · View note
journeyofrskaul · 5 months
Text
Hujan turun di sudut mata
22/11/23
_____
Dalam selasar kegelisahan, kamu datang menawarkan uluran tangan yang aku harap menawarkan peluk dan pundak. Tersenyum seolah mengatakan bahwa dunia sebetulnya baik-baik saja.
Aku hampir menyerah saat itu, sebelum kamu datang dan sebelum kamu menyadarkan, aku hampir kehilangan arah dan hampir merelakan diriku masuk ke dalam belenggu dosa yang tak berujung.
Hujan yang seketika turun dimataku saat itu, seolah menandakan bahwa aku cuma butuh peluk dan telinga untuk mendengarkan keluhku. Ternyata menangis tidak seburuk itu.
Katamu, dunia akan selalu baik-baik saja tanpa adanya aku, waktu akan terus berputar tanpa aku di dalamnya, dan orang-orang kemungkin akan menangis tetapi akan melakukan hal seperti biasanya dan aku terlupakan dan dimakan oleh waktu.
Aku kira akan berlanjut, kamu akan terus menjadi pundakku, kamu akan terus dengan rela aku jadikan rumah. Namun terpatahkan, setelah semuanya selesai, kamu pergi dan hilang bagai ditelan fatamorgana.
Tapi aku ingin berterimakasih padamu. Berkat pundakmu kala itu, aku gagal meramu dosa yang bisa membuat aku keracunan sendiri. Aku cukupkan, meskipun hujan yang keluar dari mataku terus membasahi pipiku dikala aku butuh pundak dan telinga untuk bersandar dan didengarkan.
Tertanda,
Jstjiwa
______
16 notes · View notes
surat-pendek · 3 years
Text
Ada beberapa melodi yang sengaja kuhindari karena mereka berikatan erat dengan sebuah memori.
Andira Wu
164 notes · View notes
Text
Suatu hari, kamu akan menemukanku mati di antara kesunyian. Busuk di antara reruntuhan perasaan yang telah terbakar oleh waktu.
7 notes · View notes
kaatyah · 3 years
Text
Aku sepuluh tahun yang lalu pernah menyangka tidak ya kalau aku akan tumbuh menjadi pengecut seperti ini?
Aku sepuluh tahun yang lalu pernah menyangka tidak ya kalau dewasanya aku tidak lagi berambisi untuk memiliki mimpi?
Aku sepuluh tahun yang lalu pernah menyangka tidak ya kalau sepuluh tahun kemudian aku akan menulis hal seperti ini hanya karena aku merasa bersalah pada diriku sepuluh tahun yang lalu, bahwa alih-alih menjadi kuat dan berani aku malah menjadi pengecut dan penakut, bahwa alih-alih aku bermimpi setinggi langit aku malah tak punya nyali untuk memikirkan hal baik di depan sana
106 notes · View notes
katarsis1789 · 7 months
Text
Sudah Mati Dari Lama
Aku adalah tubuh yang haus akan perkataan halus Aku adalah raga yang menginginkan belaian lembut, saat takut menggenggam erat. Aku adalah manusia yang hampir kehilangan siapa diriku, saat dihajar habis-habiskan oleh kehidupan.. Mati suri, jiwaku..
0 notes