Tumgik
#terabaikan
kbanews · 10 months
Text
Bisnis, Sunnah Rasul yang Terabaikan!
Sunnah itu artinya jalan hidup. Mengikuti sunnah berarti mengikuti jalan hidup. Dengan demikian mengikuti sunnah Rasulullah artinya mengikut kepada jalan hidup Rasulullah SAW. Kata “mengikuti” menjadi penting karena esensi sunnah ada pada kata “ittiba’l” (mengikut). Sebagaimana difirmankan Allah SWT: “katakan jika kalian cinta Allah maka ikuti aku (Muhammad). Niscaya Allah akan cinta padamu dan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
detikindo24-com · 7 months
Text
Ancam Keselamatan Guru dan Murid, Gedung SDN 02 Karangpatihan Ponorogo Terabaikan
PONOROGO,detikindo24.com. Miris sekali dan nyaris roboh, itulah Bangunan gedung Sekolah Dasar Negeri 02 Karangpatihan, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo. Namun sampai berita ini diunggah Selasa (3/10/2023) belum juga mendapat perhatian dari Pemkab Ponorogo melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat. Terhadap kondisi sekolahnya yang memprihatinkan ini, Kepala Sekolah mengaku sudah mengadu…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
haikalakmala · 4 months
Text
Hambamu tidak memiliki siapapun selain dirimu ya Allah.
Menjadi rasional dalam setiap saat pada akhirnya melelahkan. Ketidakmampuan manusia seharusnya menjadi kesadaran bahwa ada kekuatan di atas segalanya.
Di awal tahun ini menjadi terasa berat, karena hal dahsyat ini baru terjadi seumur hidupku. Tapi ini jalan Mu supaya hamba Mu itu bersabar, merasakan kenikmatan hati yang selama ini terabaikan. Ya Allah, hambamu ini sendiri, hanya engkau yang dapat menguatkan hambamu yang tak berdaya ini. Kuatkan ya Allah, kuatkan.
123 notes · View notes
kayyishwr · 5 months
Text
Memberi Dampak
Seringkali muncul pertanyaan sederhana tapi berat "Apa dampak yang kamu berikan?"
Ya, dampak ini adalah soal pengaruh. Dia tidak perlu terlalu besar atau rumit, sederhana tapi kecil itu sudah luar biasa.
Dampak, sebagaimana saya ikut sebuah pelatihan yang saat itu disampaikan oleh Bang Ivan Ahda, punya makna adanya 'perubahan' dan yang paling penting adalah 'improvment atau peningkatan'
Maka, pertanyaan "apa dampak yang kamu berikan, bermakna, keberadaanmu itu apakah membawa perubahan dan peningkatan atau sebaliknya?"
Mengapa ini penting untuk dibahas? Karena hari ini kita hidup dalam dunia yang penuh glorifikasi berlebihan dan terkadang semu; walaupun tidak semuanya seperti itu.
Orang-orang hanya menghargai jika yang berbicara adalah akun centang biru, yang dilakukan hal-hal besar dan rumit, atau ya yang terlihat keren saja; tapi saat ditelisik lebih dalam, ternyata cuma gimmick tanpa adanya dampak disana
Lebih lanjut soal dampak atau kerennya adalah impact, sebenernya adalah level yang perlu kita definisikan, supaya juga tidak bingung; dampak kita itu mau sampai dimana levelnya, ada macro, micro, sampe meso *klo kepo kita diskusi
Nah, untuk mencapai sebuah dampak, selain level, kita bisa memulai dari cara berfikir (system thinking), dan mungkin ini yang kadang terlewat atau terabaikan; yang penting, yang butuh kelihatan hal-hal besar atau rumit, padahal tadi cukup hal sederhana atau bahkan kecil, tapi mengandung dua hal perubahan dan peningkatan
Ya, soal cara berfikir ini, banyak toolsnya, tapi di pelatihan itu saya diajari dengan menggunakan TOC (Theory of Change) atau juga bisa menggunakan system Iceberg Phenomena *klo kepo juga kita diskusi
Yak, sudah panjang, dan gak lama nulis tema beginian, mungkin kalau nanti ada niat lebih dalam bakal lebih rapih sekaligus ada contoh penerapannya; entah di wordpress atau postingan IG, sekian
Oh ya kalian tau, Syaikh Ahmad Yasin, tokoh dari Palestina yang dibunuh harus dengan Apache padahal beliau hanya seorang kakek tua yang duduk di kursi roda, telah menciptakan impact untuk hari ini; sederhana saja, beliau membina generasi saat itu dengan Al Quran, hanya dengan Al Quran, sederhana dan bahkan disepelekan tapi begitulah dampak, yang terpenting ada perubahan dan peningkatan
Al Fatihah untuk beliau, kita doakan selalu saudara kita di Palestina, from river to the sea, Palestine will be free
Gambar diambil dari Google
Tumblr media
76 notes · View notes
coklatjingga · 1 year
Text
Tumblr media
Mungkin jeda waktu penantian panjang yang Allah bentangkan saat ini adalah sebuah hadiah dan kesempatan. Kesempatan untuk berbakti kepada orang tua yang selama ini sering terabaikan karena kesibukan (duniawi).
Saat masih kecil belum bisa banyak membantu. Beranjak remaja sibuk dengan teman-teman dan hobi baru. Memasuki dewasa dituntut ini itu hingga tak punya waktu.
Bakti hanya tinggal janji atau saat temu sesekali.
Begitulah akhirnya, orang tua membesarkan dengan sabar namun diri sering lupa memeriksa kabar.
Maka, mungkin dengan inilah Allah ingin diri ini belajar. Membuktikan bakti yang selama ini sadar harus dipenuhi. Bukan berarti setelah berpasangan bakti itu tak lagi mesti. Hanya ada prioritas yang kemudian harus ditimbang hati-hati.
Selagi masih sendiri, semoga bakti benar-benar bisa ditepati meski tak akan bisa membalas segala yang telah diberi.
150 notes · View notes
fake-protagonist · 8 months
Text
Tumblr media
“Jangan biarkan anakmu, selalu sendiri dan diabaikan, nanti manisnya hilang, lembutnya hilang, manjanya juga turut hilang”.
Namun lupa, yang dibiasakan sendiri dan terabaikan itu akan sampai pada titik dimana dia akan merasakan, adanya figura itu ataupun tidak dalam hidupnya, takkan merubah apa pun.
61 notes · View notes
terusberanjak · 1 year
Text
Ada yang berusaha keras setiap harinya mengubur dalam-dalam apa yang ada dalam pikirannya hanya karena khawatir orang lain menganggapnya sebagai keluhan, sepele, tak begitu penting atau bahkan khawatir orang menganggapnya berlebihan.
Tak jarang ia menemukan titik lelah namun tetap melalukannya agar terabaikan oleh perbincangan panjang yang menyisakan pelik
Ada yang merelakan ketenangannya pergi untuk menenangkan orang lain.
@terusberanjak
301 notes · View notes
langitawaan · 2 years
Text
81.
Kini, boleh jadi keberadaannya tidak terlihat oleh matamu padahal diam-diam ia merayu pemilik hatimu—meminta dengan sungguh.
Esok, boleh jadi yang telah tertulis untukmu bukanlah ia yang pernah kamu semogakan di hadapan Tuhan, bukan pula ia yang paling mengenalmu.
Esok, boleh jadi ia yang diizinkan untuk menggenggam erat jemarimu adalah seorang asing yang terabaikan, yang kedatangannya pernah berkali-kali tertolak oleh banyak pintu.
Esok, boleh jadi ialah yang berhasil meyakinkanmu juga Ayah dan Ibu sehingga kamu berani mengambil langkah maju; seseorang yang belum pernah berbicara langsung kepadamu sebab telah tertunduk malu lebih dahulu kala berpapasan denganmu.
Ia, seseorang yang terbersit saja tidak di dalam kepalamu namun entah bagaimana hatimu dibuat-Nya mau.
Malam teduh, 22.12 | 25 Oktober 2022.
196 notes · View notes
yunusaziz · 1 year
Text
"Percayalah bahwa ada sesuatu yang Allah telah siapkan selepas banyak kesabaran dan kepedihan yang kau alami sampai detik ini. Hingga pada akhirnya ketika waktu itu tiba, kau akan terpana betapa Maha Penyayangnya Dia kepadamu."
Sering kali manusia lupa, ada Dzat yang Maha Penyayang yang perhatian-Nya tiada pernah lengah, sekalipun seringkali justru Dia terabaikan.
Dalam keadaan susah, lapang, sedih dan bahagia, perhatian-Nya tiada pernah abstain sekalipun membersamaimu. Dia selalu ada, akan tetapi justru terkadang seakan kamu tidak menyadari kehadiran-Nya.
Dia selalu Melihat, segala apapun pahit getir yang kamu alami. Dia selalu Mendengarkan apapun yang kamu pinta, pun Dia Maha Mengetahui segala sakit yang tersimpan rapat di dalam hatimu.
Adalah Allah Subhanahu wa ta'ala, Sang Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Mengetahui dan Maha Adil.
Jika tiada seorang manusiapun yang mau mendengarmu, berlaku tidak adil padamu, maka percayalah mengadu pada-Nya, adalah hal yang tidak akan mengecewakanmu.
Setiap tengadah yang kamu pintakan pada-Nya, niscaya tiada kehampaan yang akan kembali padamu. Percayalah. InsyaAllah.
122 notes · View notes
teguhherla · 2 months
Text
Aku sekarang terlihat seperti seorang kesatria lumpuh yg penuh dengan kesetiaan kepada ratunya, namun karena sebuah janji akan kemenangan untuknya dalam peperangan, nyatanya yg kubawa adalah kabar kekalahan telak, dan aku menjadi satu-satunya korban perang yg terabaikan dan menanggung semua tanggungjawabnya, sedangkan sang ratu dalam situasinya masih bisa bersenang-senang bersama raja barunya, saat dia sakit dia pun tidak akan memanggil raja karena pelayan atau kesatria setianya yg pertama akan dia panggil..
Sungguh kisah yg ironis bukan?
Salahnya aku dalam pemilihan tokoh ceritanya sejak awal yg kupilih adalah menjadi seorang kesatria serta pelayan bukan seorang raja
Karena kesatria disumpah harus setia meski kita sempat menaruh hati terhadap ratu, semua akan berakir tragis sebab tugas kita hanya melindungi, menuruti dan melayani sang ratu dalam keadaan apapun..
11 notes · View notes
segudangpikiran · 4 months
Text
Lebih baik aku tidak pungut kertas itu sejak awal. Sedih ketika membaca tulisan yang ada pada sehelai kertas itu. Entah siapa yang menuliskan tulisan-tulisan ini. Kuharap dia baik-baik saja.
Maafkan aku yang terlalu berpikir berlebihan. Itu semua bukan karena kamu, bukan karena dia dan bukan juga karena mereka, melainkan karena diriku sendiri. Maafkan aku yang telah lalai dalam mengelola diriku. Kini, aku pantas untuk ditinggalkan dan bergerak dalam kesendirian. Rasanya sakit, sakit sampai menyayat hati. Apakah mungkin diriku ini sudah ditakdirkan untuk berjalan dalam kesendirian? Mencoba untuk bergaul dengan orang, namun nyatanya diriku tetaplah terabaikan. Mungkin aku memanglah manusia yang sudah sepantasnya hilang dari dunia ini.
9 notes · View notes
zhriftikar · 1 year
Text
Bahagia dalam Taat
“Bunda, aku nggak suka memuliakan tamulah. Aku nggak mau belbagi”
Mendapati Rafika berkata seperti itu, jujur saya hanya diam. Bingung harus menanggapi bagaimana. Dan bingung pula kenapa tiba-tiba saja ia berkata demikian. Setelah direnungi berhari-hari, akhirnya saya paham. Barangkali Rafika saat itu teringat memori ketika kami sedang bersiap-siap hendak kedatangan tamu. Seperti biasa, kalau hendak ada tamu, suasana jadi agak hectic karena harus membereskan banyak sisi rumah dan menyiapkan suguhan dalam waktu singkat. Kesibukan kami mungkin membuat anak-anak merasa terabaikan. Sehingga ketika mereka mengajak bermain atau meminta bantuan, respon yang keluar adalah,
"Sebentar ya, kak. Kita kan mau memuliakan tamu. Diperintah sama Allaah. Bunda pekerjaannya masih banyak nih"
Sometimes kata-kata itu berhasil saya katakan dengan lembut. Tapi ada pula saat di mana hati tidak tenang dan grusa-grusu yang membuat saya agak ngegas. Sehingga, bagi Rafika, momen kedatangan tamu bukanlah momen yang menyenangkan. Karena membuat Bunda sibuk dan marah-marah. Belum lagi kalau yang datang adalah anak-anak dan dia dipaksa untuk berbagi. Lipat-lipatlah imaji negatifnya tentang 'memuliakan tamu' ini. ***** Dalam buku The Whole Brain Chils, Daniel Siegel dan Tina Bryson mejelaskan, kalau anak-anak seringkali menyatakan perasaan mereka tapi dengan kata-kata yang tidak 'relate' dan terasa menyakitkan bagi orangtuanya. Bukan berarti mereka berniat menyakiti, hanya saja kata-kata mereka masih amat terbatas dan kemampuan berkomunikasinya masih perlu diasah. Memori yang mereka ingat seringkali lebih ke 'tidak enak'-nya, sehingga gambaran besar tentang keseluruhan memori tersebut seringkali tertutupi. Yang kemudian, ketika merefleksikan teori ini, saya jadi paham kenapa dalam beberapa hal saya sulit sekali melakukan ketaatan. Barangkali karena dulu ketika masih kecil, 'ajakan' untuk melakukan ibadah tersebut dilakukan dengan cara tidak enak sehingga yang saya ingat adalah ibadah tersebut menyebalkan. Maka, yang kemudian menjadi PR untuk kami adalah menghadirkan imaji positif terkait segala hal tentang ketaatan pada Allaah. Sehingga kemudian, ibadah yang sebenarnya 'berat' jadi menyenangkan di mata mereka. ***** Dalam hal memuliakan tamu ini, akhirnya saya mulai berbenah. Setiap ada tamu, saya  men-sounding anak-anak jauh-jauh hari atau sejak pagi kalau kami akan kedatangan tamu. Dengan wajah bahagia, saya ceritakan keutamaan memuliakan tamu. Saya rundingkan dengan mereka hendak menyiapkan suguhan apa sekaligus menonton tutorial bersama-sama. Saat beres-beres pun saya lakukan dengan ceria dan ajak mereka ikut beres-beres dengan gaya yang playful. Saya ajak mereka berbelanja sekaligus jalan-jalan ke tempat yang mereka suka. Ketika memasak, saya ajak mereka dan bebaskan mereka bereksplorasi sesuka hati mereka. Ya, meski kemudian saya jadi punya PR untuk membereskan 'kerusuhan' mereka, cara ini Alhamdulillaah membuat anak-anak suka memuliakan tamu. Hingga ketika hendak ada tamu, atas pertolongan Allaah, anak-anak selalu excited sejak hari sebelumnya dan menunggu-nunggu sang tamu datang dengan gembira. Alhamdulillaah 😭 ***** Somehow, hal ini berlaku atas bentuk ibadah yang lain. Shalat, tilawah, puasa, sedekah, beres-beres rumah, dll, apabila kita menampilkan 'wajah' yang buruk rupanya amat berpengaruh pada jiwa anak-anak. Sehingga sebisa mungkin ketika kita melakukan ketaatan, wajah yang kita tampilkan haruslah wajah bahagia karena kita melakukannya untuk Allaah. Semisal ketika akan shalat, katakan, "Bunda shalat sebentar ya. Waaah, Bunda ingin segera bertemu Allaah dalam shalat Bunda." Selesai shalat, "Alhamdulillaah, Bunda seneng banget habis shalat jadi tenaaang hatinya. Terimakasih ya tadi kakak sama adek tenang waktu Bunda shalat" Atau ketika berinteraksi dengan Quran, kita katakan, "Bunda ngaji dulu ya. Soalnya Bunda pingin dengerin firman Allaah. Bunda pingiiiiin banget jadi Ahlul Quran biar kita besok disampaikan ke surga tertinggi sama Rasulullaah " Dan ketika beres-beres rumah yang seringkali membuat kita merasa lelah, kita usahakan untuk melakukannya dengan gembira dan meminta mereka membantu dengan gaya yang playful, "Kakak, sepertinya legonya ingin pulang ke rumahnya. Yuk kita anter mereka pulang." Dan ketika sudah rapi, kita apresiasi, "Wah, maasyaAllaah, rumah kita jadi bersih dan nyaman ya. InsyaaAllaah setan jadi nggak betah di rumah kita, diganti sama malaikat yang baik-baik yang dateng ke sini" Waaah, maasyaAllaah ya kalau kita senantiasa bisa istiqomah menampilkan wajah baik agama kita. Yang kemudian menjadi PR adalah diri kita sendiri. Untuk betul-betul melakukan ketaatan tersebut dalam kebahagiaan. Sudahkah? Sebuah pertanyaan tajam untuk diri saya sendiri :( Semoga kita semua senantiasa Allaah mudahkan untuk ridho dalam ketaatan pada-Nya
68 notes · View notes
kikyamci · 5 months
Text
Menjahit Syukur (Part 1)
Ini ceritaku. Cerita tentang tetes hujan yang jatuh terus menerus hingga membuat lubang pada tanah itu. Tanah yang sudah lama keras dan retak oleh jahatnya terik matahari. Hujan di sore itu membawakan pelangi datang menjemput senja, memberi harapan baru pada tanah tempat kami berpijak.
Bersamaan dengan rintik yang membasahi bumi, aku menyelipkan satu pinta. Hanya satu pinta dari sekian banyak yang ingin aku utarakan, "Yaa Allah, luaskanlah hatiku dengan syukur",, itu saja, "Yaa Allah, luaskanlah hatiku dengan syukur".
Perasaan ingin itu masih saja menghantui hati ini. Ingin sejenak rehat dan menikmati secangkir lemon tea hangat dengan sepiring pisang goreng yang menemaniku mengkhatamkan buku yang sudah lama jadi waiting list. Ingin bisa seperti teman-temanku yang lain, pergi nongki atau nonton film terbaru di bioskop. Atau sekedar ke toko pakaian membeli rok dan jilbab yang sudah itu itu saja. Bisa ikut kegiatan kumpul-kumpul se-provinsi, bertemu teman-teman lama dari kabupaten/kota lain, bisa haha hihi dan bertukar cerita. Atau seperti mereka yang bisa jalan-jalan ke tempat wisata terbaru. Hati ini, masih saja diliputi rasa ingin, rasa iri, rasa yang barangkali hadir dari was-was syaithan.
Allah, Allah itu lebih tahu kemampuanku dan apa yang aku sanggup menjalaninya. Tapi konsep itu sering saja terabaikan oleh rasa ingin seperti ini dan seperti itu. Mata ini, mata yang sering melihat yang jauh tanpa sadar begitu banyak keindahan pada yang dekat. Hati ini, hati yang merindukan turunnya hujan. Melunturkan segala hayal yang tak berujung, menggantikannya dengan hamparan permadani luas tempat syukur membentang. Hati ini butuh syukur tanpa harus membandingkan, hati ini butuh syukur yang tanpa syarat.
Allah. Bersamaan dengan turunnya hujan sore ini, hamba hanya minta satu,
"Yaa Allah, luaskanlah hatiku dengan syukur"
Aamiin
-kikyamci
9 notes · View notes
hanannasyita · 2 months
Text
#14
Pernah tidak merasa berada di titik tersulit dalam hidup? Bingung dengan solusi dari permasalahan yang sedang terjadi, yang dirasakan hanya ingin menyerah dan menangis. Seolah menjadi jiwa yang paling berat beban hidupnya.
Memang begitu seorang manusia, hidupnya ada saja rasa takut yang menyelimuti, kekhawatiran menghantui terhadap masa depan atau untuk segala urusan yang memang belum tampak kejelasannya. Kemudian muncul perasaan sedih, saat yang diharapkan tdk berbuah menjadi nyata dan luka berhasil menyayat hati.
Padahal, sekarang ini kondisi mu tetap baik-baik saja bukan? Masih dengan mudah menghirup lega udara segar, menikmati lezatnya makanan yang terhidang, dan beraktifitas tanpa menyisakan rasa takut di tiap detik menitnya.
Dari satu titik permasalahan berat dlm hidup yang pernah hadir, ternyata masih begitu banyak ruang-ruang nikmat dariNya yang sering terabaikan oleh pendengaran, penglihatan dan juga hati kita. Seolah-olah semuanya padam dan gelap. Tidak menyisakan kesempatan untuk kita mengucap syukur atas kebaikanNya yang tidak pernah pamrih.
Dengan Rahman dan Rahimnya Allah, Ia jadikan bumi ini bukan hanya sebagai tempat ujian dan kesulitan. Namun tempat untuk kita tinggal dan hidup, yang segalanya telah terjaminkan dengan baik. Urusan rezeki finansial, keluarga, pasangan, pendidikan, anak dan keturunan. Tidak ada satupun yang luput dari pengaturan dan pengawasanNya.
Maka seharusnya, bahagianya seorang hamba itu saat tidak lagi mengenal takut dan sedih. Hatinya sepenuhnya percaya bahwa hidup yang sedang dijalani itu tidak pernah bergerak dengan sendirinya, tidak pula digantungkan pada seorang manusia. Hidup seorang manusia itu sudah terjamin siapa penolongNya saat masalah itu hadir. Pengatur takdir hidup yang mungkin saja belum terpikirkan oleh kita. Kemudian Ia melengkapi semua itu dengan kebaikan dan keindahannya yang telah terukur dengan sempurna.
Tapi ternyata, tidak semuanya hadir dengan dengan instan dan sesaat, Allah katakan dalam surat As-Sajdah ayat 4, penciptaan langit dan bumi itu menghabiskan waktu selama 6 masa. Bukan tanda ketidakmampuan Allah menjadikan semua itu "jadi maka jadilah." Melainkan pengajaran dariNya, bahwa segala sesuatu itu berproses termasuk hidup ini. Tumbuhkam sikap tenang, bijaksana dan tidak tergesa-gesa yang harus dibiasakan seorang manusia.
Tugas kita sebagai seorang hamba itu satu, penuhi hak-hak Allah dengan baik dan benar. Tanamkan perasaan yakin dalam diri, hingga nanti di setiap urusan hidup yang dilewati, sudah mudah bagi kita tunduk kepadaNya. Percaya dengan apapun takdir yang diberi atas kuasaNya dan mengembalikan semua itu kepad Allah tanpa prasangka buruk kpdNya.
27/02/2024
6 notes · View notes
yustrialubna · 1 year
Text
Tumblr media
Besar dengan keraguan, membuatnya tumbuh demi pembuktian. Namun sayang, kenyataan membiarkannya terhanyut dalam rasa terabaikan.
-na
24 notes · View notes
coklatjingga · 5 months
Text
Setiap malam, aku bergelut di kesunyian, menggali kata-kata yang tenggelam usai ditangguhkan. Mungkin, bisa kutemukan sekeping nama yang sempat kusemogakan tapi kemudian terabaikan.
Mungkin saja, bukan?
Batusangkar, 08122023
7 notes · View notes