Tumgik
#waktu
diksi-faa · 2 months
Text
Berhentilah dari ratapan salah yang berkepanjangan. Sebab hidup memang berdampingan dengan kesalahan. Nyatanya, selalu ada ruang-ruang perbaikan di tiap kesempatan.
Menepilah sejenak untuk mendamaikan nurani yang terbelenggu dosa. Bukan berlari sejauh mungkin dari segala masalah yang telah tercipta.
Sebentar saja, jiwa hanya butuh hening. Berdiam diri dan merenungi tiap-tiap luka yang menganga, dan tiap perasaan bersalah yang menderita. Juga merombak hati dari desahan pilu yang kian menggerogoti seisi raga.
Pada akhirnya, hidup tetap dilanjutkan. Dan kita telah meraih penerimaan yang utuh, hati yang membaik, jiwa yang pulih, dan ketenangan untuk memperbaiki semua salah dan berusaha tak mengulanginya lagi.
~Faa
52 notes · View notes
sepertibumi · 4 months
Text
Tertinggal hanya tentang waktu. Tentang siapa yang telah lebih dulu dan baru akan memulai. Tapi selama kamu masih punya semangat untuk tumbuh dan belajar hal-hal baru, kamu akan tetap hidup dan bestari.
— @sepertibumi
27 notes · View notes
somberpierrot · 1 year
Text
Tumblr media
yugo!!
110 notes · View notes
abidahsy · 4 months
Text
Merayakan Hitam, Putih, Abu-Abu
Entah siapa yang lebih dulu pergi dari ruang tunggu.
Beralih, pindah, menempuh hidup yang baru.
Aku akan berbahagia atasmu,
menghujani dengan doa-doa terbaik semampuku.
Aku tidak akan menangis tersedu,
seperti diri yang lalu.
Tapi jika yang lebih dulu itu aku,
jangan pernah ragu mengganggu,
teruslah bercerita dan mengadu semaumu.
Tentang tawa, cinta, bahkan hari yang sendu.
Apapun itu, mari kita rayakan temu dan waktu,
berdetik hitam, putih, atau mungkin abu-abu.
Dariku, untukmu, kuusahakan selalu.
-Bid
14 notes · View notes
kata-renjana · 9 months
Text
Memutuskann untuk membuka diri kita seluruhnya ke seseorang adalah tindakan yang sangat berbahaya, kita tidak menyadari awalnya, tapi kapan waktu itu tiba, kita tidak menyangka bahwa orang yang begitu mengenal kita bahkan mungkin lebih dari kita sendiri akan berubah menjadi orang asing.
Membayangkannya saja membuat takut dan sakit, bagaimana bisa orang yang menjadi pendengarmu dan kau dengarkan setiap hari, orang yang tanpa henti menjadi bagian dari hidupmu, kadang dia juga bisa menjadi penentu senang atau sedihmu, tapi tiba-tiba semua itu berubah menjadi seperti sebelum kamu bertemu dengannya; orang asing.
Itu kenapa ada orang-orang yang menyesal karena telah mengenal dan membiarkan seseorang masuk terlalu jauh didalam hidupnya, memberi ruang terlalu dalam didalam hatinya, karena pada akhirnya semuanya akan selesai, kapanpun, dimanapun, dan oleh apapun.
30 notes · View notes
esbatubulet · 2 days
Text
Aku masih percaya nanti akan ada waktunya kita dirayakan..
9 notes · View notes
dhon-romadhon · 8 months
Text
Ngobrolin masa depan dengan orang yg masih terjebak di masa lalu. Rasanya buang-buang waktu.
26 notes · View notes
selaksasenja · 2 months
Text
waktu adalah hal yang tak mungkin terulang. apakah itu manis ataupun pahit tetap tidak akan bisa diulang waktu mengajarkan kita untuk berhati-hati, jangan sampai mengulang kesalahan yang sama. waktu mengajarkan kita untuk selalu memperbaiki diri, berbenah waktu pula yang mengajari kita tentang pentingnya proses di setiap perjalanan hidup kita maka, hargai waktu dan teruslah belajar untuk memperbaiki diri
7 notes · View notes
duniapetualangkata · 2 months
Text
Egois memang bagi kebanyakan orang yang tidak mengenamu, tapi kita perlu waktu untuk memikirkan diri sendiri, waktu untuk berdamai dengan diri sendiri, waktu untuk merencanakan segalanya dan waktu untuk memikirkan semuanya.
9 notes · View notes
susanneinsane · 1 year
Text
Mencintai seseorang memerlukan keberanian untuk menitipkannya kembali pada Tuhan yang sedari awal telah mengatur pertemuanku dengannya. Aku selalu ingin menulis tentangmu berlembar-lembar karena setelah kita sepakat untuk mengalah pada waktu, setiap detik di antara kita menjadi serupa benang yang menenun banyak sekali kejadian yang akan kita rindukan, bahkan hanya berselang di satu jam berikutnya. Kita menerima bahwa waktu akan terus menarik kita ke masa depan dengan dua pilihan: kita hargai bersama dengan perasaan yang menerawang atau kita hamburkan dengan kata-kata yang hanya berasal dari permukaan?
Aku merindukanmu. Kata-kata yang aku sampaikan sangat transparan dan spontan, karena kita telah sepakat untuk mengalah pada waktu. Biar waktu yang menyeret kita berdua ke masa depan dan memperlihatkan bagaimana bentuk keberanian kita masing-masing, yang telah kita ceritakan sedari awal. Aku ingin tahu bagaimana bentuk keberanian yang kamu miliki untuk menjebakku supaya mimpi-mimpi kita jadi melekat satu sama lain. Kita telah mengalah pada waktu. Kita akan tahu. Waktu yang memberi tahu.
S.Santika
30 notes · View notes
lembarkertas · 1 year
Text
لست أحبك بقوة الدعاء
بل بقوة الشوق
لست أحبك بقوة الإيمان
بل بقوة الذاكرة
لست أحبك بقوة الفكر
بل بقوة الروح
أحبك بطريقة لا يستطيع التعبير عنها بالكلمات
ولا يستطيع قبولها العقل
ولا يستطيع رفضها الفكر
ولا يستطيع إزالتها الزمن
ولا يستطيع قتلها الموت
"Aku tidak mencintaimu dengan kekuatan doa tetapi dengan kekuatan kerinduan.
Aku tidak mencintaimu dengan kekuatan iman tetapi dengan kekuatan ingatan.
Aku tidak mencintaimu dengan kekuatan pikiran tetapi dengan kekuatan jiwa.
Aku mencintaimu dengan cara yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, dengan cara yang tidak dapat diterima oleh akal, dengan cara yang tidak dapat ditolak oleh pikiran, dengan cara yang tidak dapat dihilangkan oleh waktu, dengan cara yang tidak dapat dibunuh oleh kematian."
Nizar Qabbani
53 notes · View notes
diksi-faa · 3 months
Text
Tidak Selamanya...
Pernah patah bukan berarti selamanya patah. Meski perlahan, seseorang berhak meregulasi jalan hidupnya untuk bangkit dan melaju hingga puncak mimpi.
Pernah jatuh bukan berarti selamanya jatuh. Bangun adalah satu-satunya pilihan bagi ia yang tak mau menelan pahitnya kehidupan seumur hidup. Ia akan bangun memulai kembali asa baru menapaki setiap langkah yang telah tertunda.
Pernah sakit bukan berarti selamanya sakit. Usia yang masih dimiliki adalah kesempatan berharga dari Tuhan sebagai mandat manusia meneruskan hidup. Sembuh adalah hal yang pasti bagi ia yang yakin pada takdirNya.
Pernah tersesat bukan berarti selamanya sesat. Pintu hidayah selalu terbuka pada hati-hati yang terbuka pula. Juga jalan lurus selalu menerima setiap kandidat baru yang lama tersesat. Kembali ke jalan benar adalah sesuatu yang sangat mahal bagi orang-orang pilihan Tuhan.
Setiap manusia pernah mengalaminya, dan bangkit ialah hal yang diharapkan Sang Khaliq terhadap hambanya. Ini semua ujian, para hamba hanya sedang ujian kenaikan kelas. Mampu kah ? Atau tidak ?
~Faa
30 notes · View notes
guratpena · 9 months
Text
layu
mungkin memang aku sudah layu. karena merasa telah banyak berupaya namun belum mendapat. meski besaran upaya lagi-lagi tergantung sudut pandang.
mungkin memang aku sudah layu. karena merasa telah banyak waktu terlalui namun belum melangkah maju. meski besaran waktu sebetulnya hanya penilaian manusia.
mungkin memang aku sudah layu. karena merasa telah banyak meratap namun belum dikasihani. meski besarnya ratapan tidak menggambarkan kepasrahan.
mungkin sebenarnya aku belum berserah.
15 notes · View notes
satriautama · 1 year
Text
Perpisahan datang mendadak, namun selalu tepat waktu... nggak ada orang yang siap dengan perpisahan. Jadi, ya lebih baik perbanyak kenangan baik biar suatu saat tidak ada penyesalan.
22 notes · View notes
nidzomizzuddien · 8 days
Text
Iedul Fitri
Ramadhan menjadi hari penyucian sekaligus pengisian kembali energi spiritual yang terkikis dan mulai membusuk. Hari-hari itu menjadi tempat kontemplasi terbaik, namun tidak untuk semua orang, hanya bagi mereka diantara orang-orang yang khusus.
Namun Ramdhan yang begitu istimewa itu, dengan kediaman hari-harinya, gairah masyarakatnya serta kesibukan² khas dari setiap orang, tidak akan sempurna tanpa Iedul Fitri.
Dikalangan kita, Iedul Fitri disambut gembira dengan budaya "mudik". Sebuah tradisi untuk kembali ke kampung halaman, berkumpul, mengenang masa lalu dan menikmati kedamaian setelah berjibaku dengan kehidupan kota yang sesak.
Mudik mungkin gambaran Ruhani kita yang penuh, berdebu, berpolusi dan berisik. Akibatnya seringkali kita kehilangan kesadaran untuk berlaku seperti manusia. Kerapkali kehilangan empati dan kasih sayang. Penuh amarah dan kebencian.
Ruhani kita yang keruh membuat kita sulit menikmati hidup. Akibatnya kita dilanda gelisah, kekhawatiran yang berlebih juga penderitaan yang tak pernah selesai. Kerinduan pada kampung yang damai itu seperti kerinduan pada fitrah kita yang suci.
Di dalam bathin kita terdapat cahaya yang menerangi seluruh indera kita agar dapat melakukan kebaikan, sekaligus cinta pada sesuatu yang baik dan benar. Namun seringkali cahaya itu tertutup oleh dosa dan maksiat. Betapapun tertutup nya cahaya itu, panggilan untuk kembali selalu terdengar, namun tak semua kita menghiraukannya.
Begitulah Iedul Fitri, ramadhan adalah perjalanan mudik, dan fitrah adalah kampung halaman. Selama kurang lebih 30 hari kita berada dalam perjalanan. Tidak semua orang berhasil selamat sampai tujuan; ada yang gagal dalam perjalanan, ada yang sampai namun babak belur atau tidak membawa oleh-oleh sama sekali, dan ada pula yang berhasil sampai dengan selamat dan membawa oleh-oleh kebahagiaan.
Fitri adalah kesucian. Allah menjanjikan mereka yang sukses dalam ramadhan akan menjadi manusia yang suci (taqwa).
Semoga ramadhan ini, berhasil mengantarkan kita pada rumah bathin kita, dan dapat menjadikan kita manusia yang jernih, tidak dikuasai oleh kebencian dan syahwat yang merusak.
Akhirnya ramadhan telah berlalu, ia menjauh sejauh-jauhnya, tidak akan kembali, dan tak akan mungkin diulang. Jika kita masih gagal dalam ramadhan ini, mari kita berdoa agar dipertemukan dengan Ramadhan berikutnya. Berdoa dengan penuh penyesalan, semoga itu menjadikan kita manusia yang lebih baik dari hari ini sampai ramadhan berikutnya.
Ramadhan Karim.. kau pergi sambil tersenyum, kepergianmu seindah hilal yang nampak di malam ini, 1 Syawal 1445 H.
Taqabbalallahu Minna wa minkum taqabbalya kariim.
.
.
@nidzomizzuddien
4 notes · View notes
abidahsy · 7 months
Text
Perasaan yang Cepat Sekali Berubah
Sebenarnya kami sudah saling tahu apa bahasa cinta masing-masing. Aku menghindari berkata-kata yang berlebihan dengan maksud menjaga agar perasaan -yang belum pada waktunya- tidak tumbuh lebih cepat. Tapi, saat kejadian berlaku sebaliknya, aku lebih merasa tersinggung alih-alih tidak merasakan apa-apa.
Jadi ceritanya, 'pengorbanan' yang selalu kulakukan setiap mengobrol melalui telepon dengan Si Beruntung adalah aku memberikan telingaku untuk mendengarnya bercerita berjam-jam. Tanpa sering menyela atau bertanya sesuka hati, khasku saat berdiskusi dengan orang lain. Entah mengapa aku kesulitan untuk melakukan dua hal tersebut pada orang ini. Dugaanku, karena aku tidak terlalu penasaran dengan hal-hal yang dia ceritakan, biasa-biasa saja.
Bagiku, waktu adalah bahasa cinta. Memberikan waktu pada seseorang artinya aku menghormati dan menghargainya. Tidak melulu karena aku jatuh hati.
Tapi ternyata, perasaan yang tenang bagai air yang dalam itu seketika beriak.
Hari ini, di saat aku minta waktunya 'hanya' untuk membalas pesan, ternyata dia tidak memberikannya sedermawan aku memberikan waktuku. Transaksional memang, tapi begitulah aku memperlakukannya sejauh ini. Alih-alih merasa tenang karena (kupikir dengan begitu) aku bisa menjaga perasaan, aku malah lebih merasa terganggu, tersinggung, dan anehnya, penasaran.
Si Beruntung ini memang berbeda dan tidak mudah ditebak.
Sejak awal, di saat yang lain lebih banyak minder dan mundur teratur karena merasa aku sulit untuk diraih dan berat untuk diimbangi. Orang ini malah bilang bahwa aku masih punya banyak potensi. Kapasitas yang kugunakan selama ini baru 15-20% saja, masih banyak kesempatan untuk dibentuk.
Sebenarnya aku cukup kaget mendengarnya. Jadi, selama 28 tahun aku hidup -banting tulang, jatuh bangun, ambisius- untuk menjadi diriku yang sekarang, ternyata itu belum ada apa-apanya?
Di sisi lain, aku merasa tertantang. Perasaan yang cukup unik seperti layaknya adonan tanah liat yang masih punya banyak peluang untuk melakukan transformasi, menjadi apapun itu.
Parahnya lagi, dia hari ini bilang padaku bahwa aku orangnya lugu.
Makin (kesal) penasaran aku dibuatnya.
"Kalau dek abidah yang saya lihat masih lugu dalam beberapa hal, jadi mungkin harus ada komunikasi intens" begitu katanya saat aku bertanya apa ada kekurangan diri ini yang mungkin akan sulit dia toleransi.
"Lugu dalam artian fleksibilitas komunikasi dan juga pemahaman-pemahaman yang sifatnya belum dikuasai," begitu tambahnya. Bukannya membuat aku paham, jawabannya malah menambah rasa penasaranku.
Tapi, dengan menyebalkannya, saat aku tanya beberapa pertanyaan yang lebih rinci terkait hal tersebut, dia malah menghilang dan bilang kalau sedang menyambi pekerjaan lain. Tidak seperti dia biasanya yang selalu cepat tanggap membalas setiap pesan.
Tidak hanya itu, aku yang tadi siang mencoba mencari tahu tentang dirinya melalui sebuah akun sosial media dengan mengirimkan permintaan pertemanan, ternyata tidak serta-merta dia terima, sampai detik ini.
Aku pikir karena dia tidak aktif menggunakan sosial media itu, jadi aku tidak begitu ambil pusing. Nyatanya, malam hari saat aku menulis tulisan ini, aku malah menemukan namanya dari ratusan viewer story-ku. Dalam arti kata lain, dia 'memata-matai'-ku tapi menolak untuk aku 'mata-matai'.
Sebenarnya apa yang dia pikirkan? Apa sih yang dia mau? Apa alasannya tidak menerima permintaan pertemananku?
Karena tumpukkan rasa penasaran (kesal) itu, hari ini aku bertransformasi menjadi sosok yang berbeda dari sebelumnya. Semoga besok aku sudah kembali lagi seperti sediakala.
7 notes · View notes