Tumgik
tyanara · 2 months
Text
Apa yang Dicari Kalau Bukan Ketenangan?
Sebuah refleksi.
Memang ya, momentum saat ada di titik terendah itu bisa membangunkan semangat kita untuk berdekatan dengan Tuhan. Yang tadinya jarang sekali bisa khusyuk, saat sedih berusaha untuk bisa khusyuk. Yang tadinya jarang baca Quran, tapi kalau sedih bisa meluangkan waktu buat sekalian baca artinya. Sampai ketemu ayat ini:
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar”, (QS. Al-Baqarah: Ayat 155).
Beberapa bulan terakhir sedang merasa ada di tahap lelah dan ingin berhenti berharap dengan sesuatu yang sudah diperjuangkan sedari lama. Tapi, setelah aku coba menjelaskan ke diri sendiri dengan menulis tentang apa masalahnya, akhirnya menemukan beberapa poin yang harus aku pegang untuk waktu yang lama. Kenapa untuk waktu yang lama? Karena aku sadar yang sebenarnya aku cari bukan hal-hal eksternal yang biasanya akan singgah hanya dengan rentang waktu sebentar, melainkan sesuatu yang aku dapatkan secara internal dan bertahan cukup lama, yaitu ketenangan, kedamaian, dan kebahagiaan. Dan ini akan sulit didapat kalau tidak berdekatan dengan Tuhan.
Jadi poin-poin apa yang harus dipegang dalam kurun waktu yang lama?
Lakukan semua hal karena Allah mulai dari niat, cara kita ambil keputusan, cara mengeksekusi keputusan tersebut, sampai solusi yang kita pilih apabila keputusan yang diambil keliru.
Setiap waktu yang kita habiskan akan dimintai pertanggungjawaban. Maka setiap detik yang dilewatkan akan selalu dihisab.
Semua hal (apa yang dipikirkan, apa yang dirasakan, apa yang dilihat, apa yang didengar, apa yang diucapkan, dan apa yang dilakukan) harus berorientasi ke Allah.
Pahami betul tentang apa yang Allah suka dan tidak. Biasanya yang Allah suka itu jauh lebih sulit daripada yang Allah nggak suka. Contohnya, bersyukur ketika ditimpa musibah besar, bangkit dan optimis setelah berpuluh-puluh kali jatuh di lubang yang sama, tetap terhubung baik ke Allah setelah dikasih nikmat dan musibah bergantian, etc.
Jalan hidup itu adalah pilihan. Dan yang harus diingat, setiap jalan yang diambil tidak ada yang tidak sulit, semua punya kesulitan masing-masing. Tugas kita adalah mengambil keputusan untuk memilih jalan mana yang akan dipilih, lalu bekerja keras dan berpikir cerdaslah untuk bertanggung jawab terhadap pilihan yang diambil dalam mengerjakan prosesnya. Kemudian pasrahkan semua hasilnya ke Rabbul’alamin. Kalau sesuai harapan ya bersyukur, kalau nggak sesuai ya sabar juga berlapang dada.
Jika ada kesulitan di tengah jalan, selalu minta tolonglah ke Allah. Pertolongan Allah itu selalu ada, tapi penting dipahami bahwa pertolongan tersebut tidak selalu datang dalam bentuk yang kita harapkan.
Kalau lelah, berhenti sebentar ingat lagi tujuan (Allah). Jangan pernah kehilangan harapan apapun situasinya karena Allah nggak ridho sama orang yang berputus asa, tapi juga jangan bersembunyi dari realitas situasi saat ini. Jangan berpura-pura atau berpegang pada delusi positif. Terimalah kenyataan dari situasi sekarang (sabar), sementara pada saat yang sama jangan pernah kehilangan harapan bahwa keadaan akan menjadi lebih baik.
Dunia dan semua urusan di dalamnya yang kita kesulitan menghadapinya ini ternyata kecil di mata Allah. Bagi Allah, nikmat dunia itu ibarat tetesan air dari jari yang kita celupkan di laut, sedangkan seluruh air dalam lautan itu adalah nikmat akhirat. Jadi, mau sekaya raya apapun atau sefakir miskin apapun kalau nggak ada iman dan ketauhidan dalam diri ya sama saja, ujung-ujungnya neraka akan jadi rumah singgah. Kehormatan, jabatan, kedudukan, status, uang, karir, bisnis, keluarga, jodoh, pertemanan, dll itu boleh kita kejar dan kadang memang harus dikejar, asalkan tetap di dalam koridor iman dan menjadi alasan bertambahnya ketaatan.
Kebaikan itu harus dipaksakan. Allah sudah berbaik hati beri kita kesempatan nafas sampai detik ini, artinya ada kebaikan yang masih perlu kita kerjakan. Masih ada ruang untuk kita mohon ampun atas kesalahan masa lalu dan masih ada ruang untuk melakukan hal-hal baik. Kalau sedang diproses berjuang, lanjutkan! Kalau sedang bahagia, tularkan ke orang lain! Kalau sedang dikondisi lapang, bantulah yang sedang dikondisi sempit! Kalau sedang dikondisi sempit, berjuanglah untuk keluar dari kesempitan! Semua tidak ada yang sederhana, karena butuh melibatkan Allah dalam prosesnya. Ini nggak mudah, tapi tetap harus dikerjakan karena kesempatan bisa berakhir kapan saja.
Pahami mana yang menjadi ranah kendali kita dan mana yang bukan. Apa yang kita lakukan atau sikap kita ke diri sendiri maupun orang lain merupakan suatu hal yang bisa kita kendalikan. Tapi tentang respon mereka, sikap mereka, ataupun hasil dari sebuah ujian sudah bukan menjadi ranah kendali kita. Berjuanglah, bekerja dan berpikir keraslah untuk sesuatu yang bisa kita kontrol sepenuhnya, selain itu pasrahkan sesuatu yang bukan menjadi ranah kita ke Rabbul’alamin.
Aku tahu ini nggak akan mudah, tapi aku yakin kalau kita berhasil terapin ini semua kita akan dimampukan untuk tenang dan bahagia dalam waktu yang lama.
4 notes · View notes
tyanara · 5 months
Text
Setiap urusanku adalah baik. Apapun yang datang atau pergi dariku adalah baik. Dan apapun yang sedang aku jalani saat ini juga baik. Semuanya tidak ada yang luput dari sepengetahuanNya. Dan detik ini aku memutuskan untuk menulis juga ada di dalam bagian dari keputusanNya.
Ilmu Allah sungguh luas, pun dengan kasih sayangNya. Dan kita, sebagai manusia yang punya lebih dari segudang keterbatasan, tidak berhak untuk mengeluh atas kasih sayang dan semua pemberian dariNya. Kita ini diberi, bukan membeli.
Mungkin benar, apa yang sedang terjadi hari ini adalah sebuah kesialan. Tapi ini menurut kacamata kita, sebagai manusia yang lagi-lagi punya banyak keterbatasan. Tentu, kita nggak akan tahu apa yang ada di balik sebuah kesialan hari ini. Kita mungkin akan paham setelah apa yang menurut kita "baik" yaitu tentu saja yang membuat kita nyaman dan menyenangkan itu datang. Baru kita merasa, "Oh, ini toh ternyata". "Oh, jadi kayak gini maksudnya". Atau, "oh, mungkin kalau aku nggak ngalamin kejadian waktu itu, hari ini aku nggak akan sebahagia ini." Dan oh, oh lainnya.
Sekali lagi, apa yang datang dan apa yang hilang dari kita semuanya adalah baik. Apa yang baik menurut kita, jelas belum tentu baik menurut Allah. Dan apa yang baik menurut Allah, juga bisa jadi belum tentu baik menurut pandangan kita hari ini. Tapi itu pasti akan menjadi baik ketika kita sudah paham apa yang ada di baliknya.
Jangan sampai su'udzon ke Allah, berbaik sangkalah karena Dia sebaik-baik pemberi. Tugas kita sebagai manusia hanya dua, yaitu sabar ketika mendapat musibah dan syukur mendapat nikmat. Dan kedua-duanya adalah baik untuk kita.
Allah menurunkan kita di bumi bukan tanpa sebab. Dia menjadikan kita sebagai manusia juga bukan tanpa alasan. Pun dengan aku yang lahir dari kedua orangtuaku, menjadi anak dari ayah ibuku, menjadi adik dari kakakku, dan tinggal di sebuah rumah yang nyaman juga bukan tanpa alasan. Peranku sebagai seorang manusia sungguh besar, menjadi anak, adik, teman, murid, pekerja, juga memiliki peran yang tidak kalah besar dengan pemimpin negara. Ya, walaupun yang membedakan aku dengan pemimpin negara adalah salah satunya tanggung jawab. Tapi, kita sama-sama sedang diuji dengan peran kita masing-masing.
Sebenarnya perbedaan antara seseorang dengan orang lain bukan tentang status, jabatan, karir, gelar, kekayaan, kecantikan, kepintaran, sorot lampu, atau apapun itu yang sifatnya sementara. Melainkan yang membedakan adalah ruhnya, imannya, takwanya pada Allah dan Rasulullah. Sesuatu yang nggak bisa kita lihat. Dan kalau kita mampu sabar dan syukur dalam merespon ujian dariNya, insyaAllah baik dan kita akan tenang menjalani semua skenarioNya Allah hari demi hari.
Jadi, tetaplah berusaha menjaga hubungan baik ini dengan Allah dan Rasulullah. Berusaha untuk terus mengingatNya, dan jadikan Allah dan Rasulullah sebagai fokus kita dalam perjalanan hidup. Karena hanya dengan izinNya kita mampu menjadi seorang yang sabar dan syukur setiap saat.
0 notes
tyanara · 6 months
Text
Renungan malam ini, tiba-tiba aku kepikiran gini,
Dari Palestina aku belajar, menurutku bukan sekadar tentang menang atau kalah konflik yang terjadi di sana. Kita sebagai muslim juga sudah tau endingnya seperti apa. Siapa yang menang dan siapa yang kalah. Tapi menurutku konflik itu merupakan bentuk representasi tentang surga dan neraka yang sedang Allah buka tirainya lebar-lebar untuk tunjukin ke kita. Mudah sekali bagi Allah untuk menyegerakan akhir dari konflik ini, seperti menenggelamkan Israel seketika. Tapi bukan itu caranya. Pun mudah bagi Allah mematikan Fir'aun dan bala tentaranya sesegera mungkin. Tapi juga bukan sekonyong-konyong Allah matikan mereka. Ada proses yang Allah mau tunjukan ke manusia. Ada jalan yang Allah mau kita sebagai manusia bisa mengambil pelajaran dari itu semua. Makanya Allah datangkan Nabi Musa as, Allah perintahkan Nabi Musa yang punya keterbatasan dalam kemampuan komunikasinya untuk mendakwahkan Islam ke seorang raja kala itu. Allah mau nunjukin prosesnya ke kita agar kita semua paham.
Sama seperti yan terjadi hari ini. Allah sedang membuka tirai pembelajaran ke kita selama 70th terakhir. Agar kita paham. Agar kita bisa mengambil pelajaran dari itu. Mungkin kita memang nggak hidup di zaman nabi, yang tentunya ada tokoh yang bisa kita lihat secara jelas, menasihati kita secara langsung dan terang-terangan, tentang mana yang baik dan buruk, benar dan salah, mana yang harus dilakukan dan ditinggalkan. Ada sosok tokoh yang menginsipirasi kita secara nyata, yang kita bisa belajar darinya dengan mendengar, melihat, dan merasakan atmosfer ketika bersama nabi. Tapi sekarang kita memang nggak ada sosok tersebut dan kita hanya bisa belajar kisahnya dengan membaca lalu membayangkan tanpa mendengar suaranya, melihat rupanya, dan merasakan atmosfer kehadirannya. Makanya kita dihadirkan Palestina, konflik yang bisa kita analogikan sebagai representasi surga dan neraka. Pelajaran yang benar-benar ada secara real life. Bisa kita lihat perjuangan mereka, dengar tangisan mereka, dan merasakan penderitaan mereka.
Sekarang Allah sedang membuka tirainya untuk menunjukkan ke kita tentang, kamu mau surga atau neraka? Kalau mau surga maka lihatlah perjuangan Palestina, tiada tanding. Kalau mau neraka, lihatlah perilaku dan perbuatan Israel. Bengisnya juga tiada tanding. Kita bisa lihat sebaik-baik orang dan seburuk-buruk orang di muka bumi saat ini dalam satu frame kehidupan. Nggak perlu jauh-jauh bayangin gimana perjuangan orang-orang pada zaman nabi untuk perang membela agamanya dan bayangin jahatnya perlakuan orang-orang Bani Israil kepada Nabi dengan seburuk-buruknya perbuatan. Ngga perlu jauh-jauh bayangin kayak gitu. Sekarang kita cuma perlu buka mata hati kita lebar-lebar, kita bisa lihat langsung gimana licik dan bejatnya orang-orang Israel dan gimana sabarnya, yakinnya, taatnya orang-orang Palestina sama janjinya Allah.
Beruntungnya kita, sekarang masih dikasih kesempatan untuk berpikir dan memilih sebelum tiba hari persidangan nanti.
3 notes · View notes
tyanara · 9 months
Text
Ya Rabb, aku hanya tahu apa yang aku inginkan. Namun, aku tidak pernah tahu apa yang terbaik untukku.
Aku hanya seorang hamba, dan Kau Tuhanku. Aku lemah, sedangkan Kau kuat. Aku nggak berdaya, sedangkan Kau Maha Segalanya. Aku tidak akan kuat jika Kau tak memberiku kekuatan. Pun aku juga tak mampu sabar, jika Kau tak memberiku kesabaran. Aku memiliki banyak sekali kelemahan dan keterbatasan, karena memang Kau menciptakanku demikian. Kau yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk hambaMu. Kau yang jauh lebih tahu tentangku daripada diriku sendiri. Karena, Kau Penciptaku. Sedangkan aku adalah ciptaanMu. Maka, aku serahkan segala urusanku, dunia akhiratku, masa lalu, masa kini, dan masa depanku kepadaMu. Sekalipun yang datang banyak dari yang tidak aku suka. Aku tetap membutuhkannya. Siapa aku yang berani menolak pemberian dari penciptaku? Itu adalah pemberianMu, hadiah dariMu yang mungkin bukan sesuatu yang aku inginkan saat ini, bahkan mungkin adalah sesuatu yang aku benci. Tapi aku yakin, aku akan membutuhkannya nanti. Hati manusia mana yang tak akan pernah berubah?
Karena segala hal yang datang dalam kehidupanku adalah benar-benar yang terbaik untukku. Mungkin bukan untuk sekarang, atau besok. Tapi nanti, suatu saat nanti.
3 notes · View notes
tyanara · 9 months
Text
Hidup ini bukan tentang bagaimana dunia memperlakukan kita. Tapi tentang bagaimana respon kita terhadap kedatangan dan kepergian isi dunia.
1 note · View note
tyanara · 11 months
Text
Jika ada kata-kata yang melukai hati, menunduklah dan biarkan ia melewatimu. (Jangan dimasukkan hati agar tidak lelah hatimu)
-Ali bin Abi Thalib-
5 notes · View notes
tyanara · 11 months
Text
Bukan karena aku memiliki sesuatu yang membuatku merasa lebih unggul, melainkan sebaliknya karena aku mempunyai banyak sekali kelemahan yang membuat aku ingin sekali belajar. Aku ingin sesuatu itu adalah hal yang bisa men-trigger semangat ketika bangun pagi, melakukannya tanpa beban atau sekadar menjadi ritual.
Tidak pandai dalam berbagai hal adalah sisi baikku. Ya... karena jika aku mampu melakukan semua hal, maka semuanya hanya mampu aku hasilkan setengah. Oleh karenanya, punya semangat melakukan hal lain adalah satu hal yang membuat aku merasa cukup. Tuhan menurutku sudah sangat adil. Menciptakan dahaga dan lapar adalah sesuatu yang nikmat. Tanpanya kita tidak bisa merasakan lezatnya makanan dan nikmatnya meneguk minuman. Kita butuh lapar dan haus berkali-kali, untuk bisa merasakan kelezatan suatu makanan dan minuman.
25 tahun, ideal dikatakan muda tapi ideal juga dikatakan sudah tidak muda. Angka ini cukup menyadarkanku bahwa dengan angka saja perspektif orang bisa berbeda. Pada akhirnya, hanya diri sendiri yang cukup menjadi tour guide perjalanan masing-masing. Juga tidak luput dari “tangan” Sang Pencipta.
Melakukan hal baik tidak perlu menunggu waktu ketika jiwa dan raga sudah siap. Dunia nggak sebaik itu menunggu kita untuk menjadi baik. Dunia juga nggak akan mau berkompromi menunggu kita siap atau tidak. Dia terus berjalan selayaknya jarum jam yang terus berputar. Hari demi hari akan terus berjalan ke depan, tidak peduli betapa kacau atau bahagianya masa lalu. Hal ini juga berlaku dengan kesempatan, dia akan selalu datang di depan yang juga tidak akan membuat kesepakatan waktu denganku. Dia mungkin datang di saat emosi sedang labil, namun juga bisa jadi saat emosi stabil. Yang harus aku ingat, apapun itu, jangan menunggu semua sempurna. Jangan menunggu ketika emosi, kesempatan, dan waktu bisa selaras baru kita bergerak. Memaksa diri untuk selalu gerak terkadang perlu untuk mencapai keselarasan.
Jadi, berjalanlah! Bertahanlah! Terus berjalan, apapun rintangannya. Jangan berhenti, jangan pula putar balik ke belakang. Boleh sekali-kali lihat kaca spion untuk mengingatkan kalau ternyata sudah sejauh itu kita berjalan. Tapi, tetap fokus ke depan dan ambil pelajaran dari yang lalu untuk jadikan bahan berbenah.
1 note · View note
tyanara · 11 months
Text
Sebanyak apapun mereka membenci kita. Sekosong apapun kehidupan dan harapan kita. Bahkan mungkin nggak ada seorangpun yang sayang, peduli, dan memahami kita. Gapapa. Masih ada Allah.
Masih ada Allah yang Maha Cinta, yang sayang kita. Yang menerima kita apa adanya. Yang jauh lebih mengerti kita daripada diri kita. Harusnya itu cukup. Bahkan lebih dari cukup.
Karena tujuan kita hidup untuk menghamba kepadaNya, bukan? Tujuan kita hidup untuk mencari ridha dan kasih sayangNya, bukan? Terus buat apa kita merasa kesusahan, sedih, dan meratapi secuil masalah dari banyaknya masalah kehidupan saat ini. Buat apa? Bukankah hidup adalah ujian?
Ubah mindsetnya, yuk! Belajar buat apa-apa bergantung sama Tuhan. Andalkan Dia dalam setiap urusan. Atur tujuan akhir dan terbesar kita untuk tinggal di tempat yang jauh lebih baik dari kehidupan sekarang.
Hidup 24 jam sehari harus diubah porsinya. Banyakin fokus kejar kehidupan setelah hidup. Niatkan setiap aktivitas untuk dapetin ridhoNya. Mau itu kuliah, kerja, nongkrong, beberes rumah, ngurus anak, apapun itu buat ibadah. Jadi kalau ada masalah, baik masalah besar maupun kecil sekalipun, kita nggak akan kalang kabut. Karena sudah paham betul hakikat hidup yang benar.
2 notes · View notes
tyanara · 11 months
Text
Kalaupun suatu saat aku nggak bisa menjadi 'seseorang', ya gapapa.
Kalaupun suatu saat pada akhirnya mimpi-mimpi aku hilang karena keadaan, ya it's okay. Setidaknya aku pernah berjuang untuk mengejarnya.
Kalaupun suatu saat banyak sekali realita yang ada di bawah ekspektasi, ya gapapa juga. Namanya hidup pasti di setiap perjalanan, posisi antara realita dan ekspektasi sering tidak sama. Bermimpilah setinggi-tingginya, perkara hasil sudah bukan urusan kita.
Jadi, ya... gapapa. Karena hidup sama dengan ujian.
1 note · View note
tyanara · 1 year
Text
Dasarnya semua manusia itu tahu kalo dia nggak akan selamanya tinggal di sini. Mereka sudah tahu kok kalau dunia ini cuma tempat singgah sementara. Hanya saja buanyakkk sekali dari kita yang kalau udah disibukkan sama urusan masing masing jadi sering lupa sama tujuan akhirnya.
Kita seringkali berusaha merengkuh langit untuk urusan dunia, bukan merengkuh dunia untuk urusan langit, kan?
2 notes · View notes
tyanara · 2 years
Text
Gak apa-apa buat melepaskan apa yang disuka demi mengejar apa yang dibutuhkan. Karena, sesuatu yang disukai juga belum tentu baik buat diri sendiri, pun sebaliknya.
Berat memang, sudah makan banyak waktu, tenaga, pikiran, dan biaya untuk urusan 'kesukaan' kita tapi nyatanya feedback yang didapat nggak sebanding sama itu semua. Akhirnya melepaskan, putar arah mencari jalan baru.
Gak apa-apa, kita semua toh sama-sama seorang pejalan yang nggak tahu kapan sampai tujuan.
Gak apa-apa, banyak kok yang ngalamin hal yang sama.
1 note · View note
tyanara · 2 years
Text
Jika semua yang kita kehendaki terus kita miliki, darimana kita belajar ikhlas?
Jika semua yang kita impikan segera terwujud, darimana kita belajar sabar?
Jika semua doa kita terus dikabulkan, bagaimana kita dapat belajar ikhtiar?
1 note · View note
tyanara · 2 years
Text
Ganjaranmu tergantung kadar lelahmu.
1 note · View note
tyanara · 2 years
Text
Ya Allah, help me to always depend on You in every single matter.
1 note · View note
tyanara · 2 years
Text
Nanti pasti akan tahu, kalau segala hal yang kita lakukan, niat sekecil apapun selalu ada perhitungannya.
1 note · View note
tyanara · 2 years
Text
Terus belajar, ya! Belajar untuk selalu memperbaiki diri. Bukan karena orang lain. Sulit, kan? Nggak apa-apa, yakin deh hidup setelah hidup pasti akan jauh lebih sulit hingga banyak yang minta untuk dihidupkan satu kali lagi.
1 note · View note
tyanara · 3 years
Text
Sampai jumpa kembali
Hidup kita di dunia dibatasi oleh angka, hanya Sang Pencipta yang tahu di angka berapa itu nanti. Kita dikejar waktu. Semua hal yang kita dapatkan saat ini akan hilang dan tidak ada harganya sedikitpun, kecuali amal yang baik.
Hidup bukan hanya sekadar hidup. Kita dikasih batasan waktu yang tidak seorang pun tahu kapan batas akhirnya. Hari apa, tanggal berapa, jam berapa, tempatnya di mana. Suatu hari nanti akan datang waktunya perpisahan. Perpisahan dengan rumah, kebiasaan, dan orang-orang tersayang. Pada akhirnya kita akan tahu mana yang benar-benar paling berharga.
Sampai nanti! Semoga kita bisa bertemu lagi. Iya, walaupun nanti setelah kita sama-sama di tempat yang baru akan saling tak mengenal satu sama lain dan sibuk dengan urusan masing-masing, tapi semoga setelah itu kita dipersatukan di tempat yang sama dan saling melepas rindu di tempat yang seribu kali jauh lebih baik dari sini. Setelah aku atau kamu yang pergi lebih dulu, semoga kita tidak menunggu dengan waktu yang lama, ya!
Lantai yang kita pijak, rumah yang kita huni, kasur yang selalu buat nyaman setiap hari, buku yang selalu kita baca, kantor yang selalu kita datangi, handphone yang selalu kita pegang setiap jam, orang tua, istri, suami, anak, teman, kakak, adik, yang selalu bercerita setiap saatnya, tiba-tiba tanpa persiapan hilang semua tanpa aba-aba. Putus kebiasaan kita dengannya. Entah, apa yang kita rasakan sebagai seorang yang ditinggalkan. Pun dengan ia yang meninggalkan. Banyak penyesalan tentunya.
Semoga kita bukan termasuk mereka yang punya segudang penyesalan dan selalu menghargai setiap detik yang sudah diberikan.
4 notes · View notes