Tumgik
yugareksa · 2 years
Text
2022 Masih Israel Palestina: Membahas Normalisasi Israel-Indonesia
Politics is who gets what, when, and how
- Harold Lasswell
Isu normalisasi Israel-Indonesia Kembali mengemuka di awal tahun 2022. Di tengah riuh normalisasi negara-negara Arab dengan Israel di 2020 dengan adanya Abraham Accord yang digagas oleh Amerika Serikat, Indonesia Kembali diisukan akan mengikuti jejak negara-negara Arab tersebut. Abraham Accord sendiri adalah gagasan yang salah satu tujuannya adalah menciptakan stabilitas dan perdamaian di kawasan Timur Tengah dengan mengambil kata Abraham yang adalah seorang nabi yang menjadi muara dari agama-agama samawi, Islam, Kristen, dan Yahudi.
Dengan adanya tujuan tersebut, nampaknya Indonesia menjadi aktor yang diperhitungkan. Indonesia merupakan negara dengan populasi ketiga terbesar di dunia sampai tulisan ini dibuat dan mayoritasnya adalah muslim. Selain itu Indonesia juga merupakan negara muslim terbesar yang menganut demokrasi. Dua hal tersebut menjadi kartu As bagi Indonesia di tengah pandangan barat terhadap Islam di satu sisi dan penerapan barat terhadap demokrasi.
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Ibu Retno Marsudi, ditanya oleh Gita Wirjawan, mantan Menteri Perdagangan, dalam sebuah diskusi di kanal Youtube Gita Wirjawan terkait pandangan normalisasi negara Arab dengan Israel. Beliau sebagai Menlu menyampaikan bahwa ia tidak dalam posisinya untuk menyatakan sikap terkait keputusan negara Arab. Namun ia menyampaikan bahwa ia bisa menyampaikan sikap Indonesia bahwa “Kayanya untuk sekarang belum (bisa normalisasi), deh”. Kalimat tersebut diawali dengan disampaikannya bahwa masalah kemerdekaan Palestina belum terselesaikan. Di sisi lain Indonesia juga berpeluang membuka hubungan diplomatik dengan Israel, dengan syarat selesainya permasalahan antara Palestina dan Israel. Menurutnya, Solusi Dua Negara atau Two-state Solution adalah jalan keluar yang paling memungkinkan untuk masalah tersebut, hal ini diamini oleh Gita. Karena jika bukan itu, akan ada salah satu yang “dihapus”. Apakah Israel yang dihapus yang mana sulit karena sudah menjadi negara berdaulat dan memiliki power, ataukah Palestina yang juga bukan solusi karena akan sulit dilakukan karena akan banyak dan besar pertentangannya.
Dalam hal kemungkinan normalisasi hubungan Indonesia dengan Israel, hal ini sangat mungkin diwujudkan karena politik sendiri adalah siapa mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana dan hubungan antar negara selalu penuh dengan faktor politis. Di sisi Indonesia, akan terbuka besar keran-keran inovasi dan ekonomi dengan dibukanya hubungan dengan Israel. Sebaliknya, Israel akan mendapatkan pengakuan dari negara demokrasi muslim yang menjadi kartu As bagi Israel dalam melakukan manuver di Timur Tengah. Variabel tersebut perlu menjadi pegangan bagi Indonesia dalam menghadapi isu terkait Israel. Pandangan penulis melihat bahwa Indonesia berada di posisi yang menang pada isu normalisasi hubungan dengan Israel karena Israel yang membutuhkan Indonesia sebagai legitimasi negara muslim.
Dengan posisi Indonesia yang lebih kuat, Indonesia bisa memainkan peran ini untuk menjadi aktor utama penyelesaian konflik Israel-Palestina. Indonesia bisa membuka pintu kepada Israel untuk menempatkan wakilnya di Ibu kota hanya jika Palestina dan rakyatnya dapat hidup berdaulat dan merdeka. Jika Indonesia bisa menegaskan posisinya lebih dari sekadar pembela Palestina, lebih jauh bertaruh demi Palestina dengan usaha-usaha yang lebih berani, konkrit, dan terus menerus, bukan tidak mungkin Palestina akan benar-benar terwujud oleh peran penting Indonesia dan hubungan Israel Indonesia bisa dibicarakan lanjut setelahnya.
3 notes · View notes
yugareksa · 4 years
Text
Mau Nitip buat Mahasiswa Baru: 5 Hal yang Perlu Dilakukan sebagai Mahasiswa
...Masa kuliah tentunya masa untuk menjalani kuliah, tapi waktu kalian cukup fleksibel untuk eksplor banyak hal. Jadi, dengan kesempatan tersebut dengan kewajiban kalian yang melekat adalah kuliah, pasti defaultnya kalian akan kuliah. Dan main adalah sesuatu yang penting.
Sebelumnya saya mau mengucapkan selamat buat teman-teman mahasiswa baru di tahun 2020, angkatan mahasiswa yang berbeda dari biasanya karena tahun ini akan didominasi oleh kata daring karena Covid-19, jadi kehidupan mahasiswa pun akan berubah dari biasanya. Ucapan selamat ini tidak terbatas untuk keberhasilan teman-teman atas pencapaian kalian bisa masuk kampus favorit--atau setidaknya bisa merasakan bangku kuliah, tapi lebih dari itu, ucapan selamat atas datangnya kesempatan yang kalian dapat untuk belajar banyak hal dalam rangka meningkatkan kapasitas dan nilai tambah diri kalian. Mudahnya, kalian bakal jadi seseorang yang “naik kelas” “Naik kelas kan udah dari SD sampai SMA?” Betul, tapi ini sekarang berbeda. Kalian bisa naik kelas jadi orang yang pemalu menjadi berani berbicara di depan banyak orang, dari yang ikut-ikutan, menjadi orang yang memimpin dan menunjukkan jalan, dari orang yang sempit wawasan menjadi orang yang berwawasan luas dan terbuka. Kesempatan ini sangat terbuka ketika kalian menjadi mahasiswa karena menjadi mahasiswa adalah menjadi dewasa dan dengan kesempatan menghabiskan banyak “jatah salah” untuk belajar. Pokoknya masa mahasiswa itu masa yang mahal banget, deh! Nah, di sini saya ingin “menitipkan” beberapa hal yang rasanya perlu dibagikan sebagai panduan menjalani kehidupan kampus. Ada beberapa poin yang penting untuk merangkumnya: 1. Bikin rencana setelah lulus  Loh, baru masuk sudah disuruh mikirin lulus? 
Iya, bahkan menjadi nomor satu yang perlu dilakukan menurut saya sebagai mahasiswa baru. Kalian udah berhasil untuk mendapatkan masa belajar lebih lanjut, kalian juga berhasil masuk jurusan yang akan membentuk diri kalian akan bisa apa. Walaupun akan ada bahasan terkait passion versus jurusan, tapi yang mau saya sampaikan adalah ketika kalian masuk suatu jurusan, kalian pasti akan diajarkan sesuatu yang nanti ketika kalian lulus, setidaknya kalian akan memiliki satu kemampuan. Contoh, pengalaman saya yang lulusan Hubungan Internasional, mungkin tidak akan semua lulusan HI menjadi diplomat, tapi setidaknya selama kuliah kalian diajarkan untuk menganalisa peristiwa dan menuliskannya dalam sebuah artikel. Dan akhirnya banyak lulusan HI yang tidak menjadi diplomat, tapi banyak yang bisa menjadi seseorang dengan memanfaarkan skill tersebut seperti A. Fuadi, penulis novel Negeri 5 Menara, Philip J. Vermonte, direktur lembaga think tank CSIS, atau Ernest Prakasa, Stand Up Comedian yang harus menulis materi sebelum menampilkannya di depan orang.
Nah, lalu apa yang mau kalian jalani setelah lulus? Rencanakan sedini mungkin. Kira-kira apa cita-cita kalian, langkah apa yang bisa dilakukan, apa yang bisa didapat dari bangku kuliah untuk mencapai cita-cita itu, juga kegiatan-kegiatan apa yang dapat menunjang diri kalian untuk mencapai ke titik itu. Untuk cita-cita kalian, hanya kalian sendiri yang bisa merencanakan dan memutuskan bagaimana langkahnya.  Oh iya, untuk membuat langkah tersebut, kalian perlu baca sampai habis agar sempurna perencanaannya, ya! 
2. Jangan lupa main!  Saya mau bilang kalau ini penting banget. Masa kuliah tentunya masa untuk menjalani kuliah, tapi waktu kalian cukup fleksibel untuk eksplor banyak hal. Jadi, dengan kesempatan tersebut dengan kewajiban kalian yang melekat adalah kuliah, pasti kalian defaultnya akan kuliah. Dan main adalah sesuatu yang penting.
Tumblr media
Berkemah bersama teman-teman lintas fakultas di gunung belakang kampus (dok: Pribadi)
Mengapa main adalah pendamping kegiatan yang penting? Karena dari main ini kalian harus percaya bahwa kalian bisa naik kelas. Dari main ini kalian akan banyak tau tempat, banyak tau orang, bisa belajar bersikap, banyak tau kesempatan lain yang bakal membuka sudut pandang kalian dan wawasan kalian. Dengan begitu kalian akan menjadi orang yang kaya. Karena pengetahuan tidak hanya di kelas, tidak sebatas di buku, tidak cukup lengkap dari internet, tapi dengan main kalian akan bertemu dengan lingkungan dan melakukan barter nilai tanpa kehilangan nilai yang sudah kamu punya. Maka susun waktu kamu di sela waktu kuliah dan tugas untuk main!
3. Berteman dengan siapa saja Setelah kalian sudah menyusun waktu untuk main, jangan lupa ajak teman untuk saling berbagi kebahagiaan ketika kalian bermain. Selain kebahagiaan, kalian juga bisa menemukan sesuatu dari mereka apa-apa yang tidak kalian temukan di dalam diri kalian atau keluarga kalian. Sesuatu itu akan membuat kalian sadar bahwa dunia tidak sesempit yang ada di kepala kalian. Banyak hal yang tidak kita ketahui di dunia ini jika kita tidak memiliki cukup teman untuk bermain dan berbagi.
Tumblr media
bersama wakil ketua KPK, Laode M Syarif (tidak mengenakan almamater), dalam agenda penyerahan kajian strategis pemberantasan korupsi dari beberapa kampus tahun 2017 (dok: pribadi) 
Maka untuk menemukan banyak hal di dunia ini, kalian perlu berteman dengan siapa saja, dari fakultas mana saja, jurusan mana saja, angkatan mana pun, bahkan kampus mana pun. Hal tersebut akan membantu kalian menemukan apa yang tidak kalian temukan sebelumnya, akan membantu kalian melihat dunia lebih luas, dan akhirnya dapat membantu kalian untuk bersikap bijak dengan menerima keragaman dunia dengan prinsip yang kalian miliki. Selain itu semua, tentu kalian akan mendapatkan banyak jejaring sehingga kalian memiliki banyak jalan jika ditengah jalan kalian membutuhkan bantuan atau ketika menemukan ide dan butuh rekan untuk berkolaborasi.
4. Wajib magang Poin ini mungkin tidak semua pernah melakukannya ketika menjadi mahasiswa, termasuk saya. Bahkan mungkin ada juga jurusan yang belum mewajibkan. Tapi menurut pengalaman dan pengamatan saya, magang adalah poin penting dan wajib untuk diikuti. 
Pengalaman saya sendiri yang berkaitan dengan magang adalah ketika ditanya oleh manajer ketika wawancara kerja di suatu perusahaan. Beliau menanyakan “Kenapa ga ada pengalaman magang?” sambil melihat Curriculum Vitae saya lalu menatap saya dengan tatapan sinis. Hal itu saya nilai sebagai kekurangan saya sebagai lulusan baru walau pada akhirnya saya diterima di perusahaan itu mungkin karena saya menjawab saya fokus di organisasi. Terlepas dari itu, magang masih menjadi hal yang vital.
Selama kuliah mungkin kalian akan mengikuti kegiatan-kegiatan kemahasiswaan yang nuansanya “sangat mahasiswa”. Artinya, pengalaman tersebut akan menjadi bekal penting. Namun perlu ditambah wawasan bagaimana dunia profesional bekerja. Akan sangat berbeda dunia kampus dengan dunia profesional.
Panduannya, kalian perlu memetakan di tempat mana kalian akan magang. Pastikan tempat tersebut menunjang langkah kalian untuk mencapai apa yang ingin didapat selepas kuliah. Baik di lembaga pemerintah maupun swasta. Banyak informasi tersebar mengenai lowongan magang bagi mahasiswa. Kalian juga bisa temukan di Career Development Center atau Direktorat Mahasiswa dan Alumni kampus kalian.  
Dari magang ini, selain pengalaman, banyak juga yang akhirnya dipanggil kembali untuk bekerja di perusahaan tempat magangnya setelah ia lulus, biasanya hal ini terjadi di perusahaan swasta dan si mahasiswa memiliki reputasi baik dan rekomendasi dari seniornya baik di kampus atau di tempat magang. 
5. Mengikuti kegiatan yang variatif Poin ini mungkin sudah tidak asing bagi teman-teman. Ada yang ingin ikut UKM ini lah, itu lah, bahkan ada yang bercita-cita ingin jadi ketua BEM sejak maba. Jadi mungkin sudah umum bagi mahasiswa untuk mengikuti berbagai kegiatan. Namun saya tulis di sini untuk menekankan bahwa mengikuti kegiatan selama kuliah memang sepenting itu. Kegiatan ini tidak terbatas hanya di dalam kampus, banyak juga kegiatan ekstra kampus yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa. 
Di poin ini ketika demo Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) atau sejenisnya kalian mungkin akan menargetkan akan ikut di kegiatan apa. Apakah UKM kebudayaan, UKM bidang kajian trategis, UKM olahraga, UKM kepemimpinan dan manajemen organisasi seperti BEM, Himpunan, dan lain-lain. Hal yang ingin saya tekankan adalah ada baiknya kalian perlu mengikuti unit kegiatan yang beragam selama berkuliah. Misal kalian ingin belajar manajemen organisasi dan kepemimpinan kalian bisa ikut BEM atau ingin di bidang legislatif kalian bisa ikut BPM/DPM, lalu kalian ingin menyalurkan bakat atau hobi kalian di bidang olahraga, kalian bisa ikut UKM olahraga, atau passion kalian adalah berbicara atau ingin mengasah kemampuan debat, kalian bisa ikut UKM debat, atau kalian minat dengan lingkungan, kalian bisa mengikuti UKM pecinta alam. Kalian juga bisa ikut komunitas di luar kampus yang beragam bidangnya atau mengikuti kegiatan kerelawanan (volunteer). Jangan lupa tingkatkan cakupannya sampai ke tingkat internasional. Banyak sekali kesempatan ini yang beredar informasinya di internet. 
Tumblr media
Foto bersama mahasiswa volunteer Interpol General Assembly 2016 (dok: pribadi)
Dengan mengikuti kegiatan yang variatif, selain akan menambah jaringan, kalian akan memiliki beragam aktivitas sekaligus banyak ilmu-ilmu baru dari kegiatan-kegiatan yang kalian ikuti sehingga kalian menjadi mahasiswa yang banyak bisa dan menjadi pribadi yang kaya. Apalagi ketika kalian mau nyalon ketua BEM, bisa jadi modal buat dapet suara besar hehe
***
Dari beberapa poin di atas mungkin ada banyak lagi yang bisa diikuti oleh seorang mahasiswa. Tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi ketika menjalani waktu sebagai mahasiswa selama 5 tahun. Ya, saya telat lulus karena waktu itu di tahun terakhir mendapatkan kesempatan menjadi ketua badan legislatif tingkat kampus yang mana bukan bidang saya haha.
Semoga bisa menjadi panduan kalian yang baru masuk dunia kemahasiswaan, atau mungkin kalian mahasiswa tingkat atasnya yang masih punya waktu untuk eksplor lebih luas. Tentu dengan kondisi pandemi akan banyak penyesuaian yang terjadi di dunia kemahasiswaan, tentu hanya yang menjalaninya yang akan bisa menyesuaikan. Ini hanya sedikit pengalaman yang bisa menjadi panduan.
Sekali lagi, status mahasiswa itu sangat mahal, manfaatkan semaksimal mungkin untuk mendapatkan bekal untuk langkah selanjutnya.
13 notes · View notes
yugareksa · 4 years
Text
Amerika vs Cina di Laut Asia Tenggara
...akan sangat masuk akal jika ada keributan di wilayah-wilayah yang harusnya sudah jelas batasnya. Seperti ada orang asing berseragam militer tiba-tiba ada di depan pagar rumah kita, atau bahkan masuk ke teras. Tentu kita berhak bertanya bahkan bisa saja mengusir orang itu.
Mungkin isu ini tidak begitu menempel dikepala kita di masa-masa karantina Covid-19 ini. Sekadar lewat lalu sudah. Karena mungkin kita sudah masuk di fase penyesuaian, mencari berita yang lebih bersahabat dan menggembirakan, dan juga sepertinya sudah banyak yang tidak mengikuti berita tiap sore untuk tau update angka kasus Covid-19 di Indonesia.
Keributan di Laut Cina Selatan sudah berjalan sejak lama, di dalam beberapa laporan Cina mengklaim laut yang sebagian besar berada di wilayah negara-negara Asean itu sejak 1947 dengan menyebutkan adanya garis historis yang disebut Nine-Dash Line atau Sembilan Garis Putus-Putus. Garis itu melingkar dari selatan Cina ke arah Thailand dan sekitarnya, berbelok ke arah Filipina dan kembali ke utara. Garis historis itu menjadi dasar klaim Cina untuk bisa melakukan kegiatan di wilayah tersebut dan menjadi pemantik gesekan antara Cina dan negara-negara di Asia Tenggara.
Tumblr media
Peta Batas Negara-Negara Asia Tenggara yang Bersinggungan dengan Nine-Dash Line
Sumber: bbc.com
Lalu kenapa negara-negara Asean ribut? Singkatnya Cina mengganggu negara lain bahkan sampai pada level melarang kegiatan negara lain. Juga adanya klaim Cina terhadap beberapa wilayah kepulauan seperti kepulauan Spratly dan Paracel. Tentunya banyak yang bisa dibahas dari sengketa wilayah ini mulai dari apa yang dilakukan Cina di Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) beberapa negara Asean termasuk Indonesia termasuk pertanyaan apa itu ZEE, apakah dengan masuknya Cina ke ZEE Indonesia, Indonesia tersusupi dan terjajah. Hal ini bisa diurai dengan sangat panjang. Namun jika ada kesempatan akan penulis bahas lebih lanjut.
Dari cerita singkat di atas mungkin akan sangat masuk akal jika ada keributan di wilayah-wilayah yang harusnya sudah jelas batasnya. Seperti ada orang asing berseragam militer tiba-tiba ada di depan pagar rumah kita, atau bahkan masuk ke teras. Tentu kita berhak bertanya bahkan bisa saja mengusir orang itu. Tapi kalau tiba-tiba ada warga komplek lain yang tidak kita kenal ada depan pagar kita terus mau usir pedagang itu, “loh orang itu jauh-jauh ngapain ngurus rumah kita?” Itulah mungkin yang bisa tergambar Ketika Amerika Serikat jauh-jauh dari pasifik bermil-mil datang ke tiba-tiba ada di Asia Tenggara.
AS melakukan patroli di Asia Tenggara, tepatnya di kawasan kepulauan Paracel dan Spratly dengan menggunakan kapal USS Barry dan USS Bunker Hill di akhir April 2020. Mereka menamakan operasi tersebut dengan nama Freedom of Navigation and Overflight Operation atau FONOP. Dengan hadirnya mereka di sana, harapannya tercipta perairan yang bebas dilewati baik melalui laut maupun udara oleh siapa pun dengan ketentuan internasional. Letnan Nicole Schwegman, Jubir Pasukan AS di Indo-Pasifik menyatakan bahwa operasi tersebut bertujuan untuk menciptakan kebebasan dan kemakmuran wilayah. Ia juga menyatakan bahwa AS ingin terus mempromosikan ketentuan-ketentuan internasional terkait wilayah perairan. Perlu dicatat, di antara negara-negara yang tidak menandatangani UNCLOS 1982 atau hukum internasional terkait laut, AS menjadi salah satunya.
Tumblr media
USS Bunker Hill (kiri)
Sumber: voanews.com
Lalu kaitannya apa dengan Cina dan Kawasan Asia Tenggara? Sesuai dengan judul, penulis ingin sedikit menganalisis terkait geopolitik di kawasan dan keterlibatan AS di dalamnya.
Di luar pembahasan kekayaan alam Laut Cina Selatan, di setiap kawasan tentu ada pentolan-nya. Atau setidaknya ada yang berusaha ingin menjadi pentolan. Cina yang belakangan sedang kuat ekonominya ingin terus menjadi yang berpengaruh di kawasan. Bukan tanpa alasan, Asia Tenggara merupakan wilayah yang strategis secara geografis maupun secara demografis di setiap lini. Jika Cina bisa menanamkan pengaruh di kawasan, ia akan mendapatkan keuntungan setidaknya dari sisi ekonomi dan politik. Panggung politik global di kawasan bisa bergeser ke Cina sebagai pemimpin. Terlebih kepemimpinan Cina pada masa pandemi ini, Cina memberikan bantuan alat kesehatan dan beberapa hal lain untuk membantu penanganan di beberapa negara termasuk Indonesia. Namun dalam konteks Laut Cina Selatan, agaknya Cina ingin menanamkan pengaruhnya secara koersif yang menurut penulis cukup memunculkan kebingungan khususnya bagi Indonesia. Sehingga itu bisa menjadi alasan mengapa Indonesia tidak begitu keras memprotes kedatangan Cina di ZEE laut Natuna dan nampak senyap pada sengketa di laut Asia Tenggara. Ada tarik ulur yang dilakukan setidaknya untuk Indonesia dalam menjaga hubungannya.
AS yang saat ini sedang memiliki tensi yang panas dengan Cina tak ingin kehilangan keseruan. Dengan wajah berjudul kebebasan navigasi, ia mencoba masuk dalam permainan. Ada Vietnam yang menjadi mitra strategis AS selama beberapa tahun di kawasan juga ada pangkalan di Filipina. Ia ingin tetap menjadi yang nomor satu di dunia tak terkecuali di kawasan. Apakah AS menginginkan kekayaan yang ada di Laut Cina Selatan, sepertinya hal itu bisa jadi obrolan antara kawasan dengan AS jika kawasan stabil, dalam maksud terkontrol oleh AS. Juga AS ingin tetap terlihat menjadi super power sehingga dengan adanya kekuatan Cina di kawasan, AS mencoba untuk mengimbangi permainan. Singkat dari kesotoyan sarjana HI ini adalah Hubungan Internasional mencoba mengulik naik turunnya politik antar negara atau entitas internasional. Tidak akan serta merta AS jauh-jauh datang ke Asia Tenggara tanpa sebab. Dalam teori Realisme, tindakan sebuah negara mesti terukur dan rasional. Hitungan mereka dengan hadirnya di kawasan menjadi hitungan lain bagi Cina dan kawasan bagaimana Tarik ulur dan kerja sama-kerja sama akan terbangun ke depannya.
Jadi sebagai penutup, kita bisa sedikit menilai, AS bukan sekadar warga komplek sebelah, ia bisa jadi caleg yang berusaha merebut suara orang rumah kita lalu mendapat kursi. Ia ingin bilang ke kita, orang asing di depan pagar kita mengganggu kebebasan kita untuk beres-beres rumah kita dan mengeluarkan mobil dari garasi kita. Indonesia secara khusus atau negara-negara Asean pada umumnya tidak bisa terjebak pada dikotomi anti asing atau anti aseng. Sebagai sebuah entitas berdaulat, perlu ada hitungan terukur dalam hubungan internasional sehingga tidak terjebak dalam buaian kekuatan besar dunia.
0 notes
yugareksa · 4 years
Text
Memilih untuk Berkeliling Bandung dibanding Menyepi di Kamar Kost (Bagian Terakhir)
Terlebih besok adalah hari libur dan malam ini kita tak perlu khawatir memikirkan apa yang harus kita kerjakan besok. Kita nikmati malam ini, rehat dari semua masalah dan beban, agar nanti ketika sampai rumah kita bisa menjawab apa yang ditanyakan Baskara Putra kapan kita bisa tertidur tenang. Malam ini kita bisa tertidur tenang, besok tak ada apa-apa.
Gelap sudah menyelimuti semua yang ada di sekitar kita. Lampu-lampu temaram di sekitar cukup untuk mengantar langkah kita untuk pergi dari hutan kota ini. Baksil menjadi teman baik kita bercengkrama. Ia merespon cerita kita dengan melambaikan dahan-dahan dan mengangguk-angguk sampai jatuhnya pucuk-pucuk. Dan ini waktunya kita pergi.
Beranjak dari bangku kayu yang tidak cukup ergonomis, agak tegak, tapi tidak semuanya. Kita berjalan menuju tempat parkir. Menuruni jembatan kayu yang mengantar kita menapak tanah, lembar demi lembar kayu. Ada sebagian yang bolong, baik karena sudah umurnya atau ada yang sengaja dijadikan tempat pohon untuk tetap tumbuh sehingga perlu celah dari jembatan dan pohon tidak ditebang. Kita terus berjalan lalu kita tunggangi motor hitam. Mulai berjalan keluar dengan memberikan dua ribu rupiah untuk tukang parkir yang sudah menunggu. Kutancap gas menaiki jalan keluar komplek Baksil dan menyeberang belok kanan. Angin dingin Bandung yang kita kenal masih membelai telapak tangan dan baju hangat kita. Kita menuju masjid Al-Ukhuwwah seberang kantor walikota Bandung.
Kita memilih untuk melewati jalan Ganesha kembali, bukan jalan Taman Sari dengan mengambil jalan lurus. Kenapa? Saya tidak punya alasan selain itu adalah jalur yang punya rasa. Rasa senang bisa melewati masjid Salman, jalur yang cukup rapih dengan beberapa pedagang di trotoar dan pohon-pohon besar di dalam kampus ITB. Setelahnya berhenti sejenak melihat kanan kiri untuk menyeberang jalan Dago dan menurun ke arah selatan, terus menyusuri jalan dengan trotoar yang lebar. Ternyata banyak juga yang memilih untuk keluar rumah. Ada yang bermain papan selancar, sekadar duduk bersama kawan di sekeliling meja besi bundar yang kecil, atau duduk seorang diri di kursi panjang yang menghadap ke jalan. Semua rindu akan udara luar. Kita yang berada di jalan melihat-lihat sekitar. Ya, semua rindu udara luar.
Setelah melewati Unpad Training Center, BIP dan Gramedia, lalu sisi timur Taman Sejarah, Pascasarjana Unpar di sebelah kiri, dan SDN 113 Banjarsari, kita berbelok ke kanan lalu berbelok kanan sekali lagi mengitari komplek Balaikota. Dari kejauhan kita bisa melihat jembatan penyeberangan dengan billboard besar menggantung, lampu sein dinyalakan ke kiri dan sedikit demi sedikit mengarahkan motor ke sana. Masjid besar di kota Bandung ini sudah siap menyambut kita dengan barisan motor yang menyamping ke kiri, tukang siomay dan batagor di dekat tangga pelataran, dan sejumlah jamaah yang sama-sama terlambat untuk mendapatkan takbir pertama imam sholat maghrib. Kita berhenti sejenak untuk menikmati suasana petang. Aku menundukkan kepala ke tanah dengan bersujud, mungkin kamu juga melakukan hal yang sama.
Aku ingin mencoba menceritakan sedikit tentang masjid ini setelah selesai sholat. Al-ukhuwwah ini kalau tidak salah dulunya adalah bekas loji besar salah satu organisasi yang sempat di larang di Indonesia oleh Presiden Soekarno, Freemasonry. Setelah pelarangan itu bangunan ini sedikit diubah strukturnya dan dialihfungsikan menjadi masjid. Mungkin teman-teman bisa mengecek kembali cerita ini. Banyak yang menulisnya di internet. 
Bangunan ini ketika kita lihat sisi-sisi atasnya terdapat jendela-jendela berbentuk segitiga termasuk bentuk atapnya. Lantainya beralas kayu yang sudah dipernis yang membuat suasanya tenang semakin terasa di masjid. Di bawahnya terdapat tempat untuk parkir mobil dan ruang-ruang sekretariat. Masjid ini cukup banyak cerita, setidaknya untuk ku ketika harus pergi ke Bandung untuk seminar, sengaja pergi tarawih dari tempat kos kawan, mungkin tempat kos kamu, di Sekeloa, atau sekadar singgah untuk melaksanakan kewajiban.
Tumblr media
Masjid Al-Ukhuwwah, Kota Bandung
Sumber: ahmadmushofihasan.wordpress.com
Setelah melihat-lihat sekilas masjid ini dari dalam, rasanya sudah cukup dengan pengenalan awal masjid ini dan merasakan kembali tenangnya suasana di sekitarnya. Mari kita lanjutkan perjalanan. Aku ada usul dua tujuan. Pertama Taman Sejarah, lalu Alun-alun Bandung. Keluar tempat parkir kita belok kiri dan sekali lagi sedikit mengitari komplek Balaikota. Namanya juga berkeliling sehingga. Setelah itu sampailah kita dan berhenti di depan Bandung Planning Gallery di Jalan Aceh, di sana ada kafe Little Bandung yang tutup yang selama ini berlum pernah melihatnya buka. Tempat itu adalah usaha Kang Emil (Moh. Ridwan Kamil, Walikota Bandung 2013-2018) ketika masih menjabat untuk memperkenalkan Bandung lebih luas seperti hadirnya Little India atau Chinatown di beberapa negara.
Setelah berjalan sedikit dari tempat parkir, sampailah kita di Taman Sejarah. Secara umum taman ini berisikan informasi terkait sejarah Kota Bandung sejak jaman kolonial Belanda. Kita mencoba menyusuri relief cerita beralur masa sejak awal masuknya Belanda, masa Bandung Lautan Api, hingga berakhir dengan cerita di masa sekarang. Relief ini cukup solid dengan warna hitam keemasan. Untuk menyusuri keseluruhan relief, kita perlu berjalan melewati dua tembok panjang. Setelah kita membaca cerita sejarah Bandung, di sini kita bisa melihat beberapa kaca yang berdiri dengan tulisan-tulisan di dalamnya terkait pemimpin-pemimpin Kota Bandung dari mulai berdirinya kota hingga di masa sekarang, tidak jauh dari relief. Setelah membaca akhir relief di tembok Bandung Planning Gallery, kita menoleh ke belakang dan berjalan melewati beberapa anak tangga dan langsung dapat menemui kaca-kaca tersebut.
Taman ini cukup menarik. Selain informasi mengenai sejarah yang menambah wawasan kita juga pemahaman kita agar tak lupa akan jejak-jejak bangsa yang harus kita lanjutkan, ruang publik ini menawarkan kenyamanan di siang dan malam hari. Terdapat lampu-lampu di sekitarnya yang menambah indah pemandangan di malam hari, juga terdapat pohon yang sudah lama ada juga kolam yang tak jarang dipakai orang tua untuk membiarkan anaknya bermain air secara gratis di tengah kota di tempat terbuka yang membuat suasana cukup sejuk di tengah terik matahari di siang hari. Terlebih jika besok adalah hari libur dan malam ini kita tak perlu khawatir memikirkan apa yang harus kita kerjakan besok. Kita nikmati malam ini, rehat dari semua masalah dan beban, agar nanti ketika sampai rumah kita bisa menjawab apa yang ditanyakan Baskara Putra kapan terakhir kali kita bisa tertidur tenang. Malam ini kita bisa tertidur tenang, besok tak ada apa-apa. 
Tumblr media
Kaca yang berisi informasi terkait walikota Bandung dari masa ke masa
sumber: explorebandungbarat.com
Selain fasilitas, kita juga bisa melihat kumpulan anak SMA, atau mungkin mahasiswa, sedang melingkar dan membahas sesuatu. Kedengarannya kali ini mereka  membahas rencana pertunjukan teater yang bercerita tentang sebuah sejarah. Suasana yang tenang dengan suara halus kendaraan lewat yang sesekali terdengar suara knalpot racing motor namun tak begitu merusak suasana. Tenteram berteman temaram.
Setelah semuanya tadi, sepertinya kita harus lanjut menghabiskan destinasi kita sepanjang hari ini. Bergabung bersama kerumunan lainnya yang rindu suasana malam. Melewati Jalan Merdeka dengan Taman Vandanya, belok kiri ke Jalan Lembong dan mengambil jalur kanan dan berbelok ke Jalan Tamblong dengan Masjid Lautze II nya, lurus hingga sampai di persimpangan Jalan Asia Afrika. Terhias lampu-lampu jalan yang ikonik, bangunan-bangunan lama yang masih dipakai atau yang tidak terurus sampai lah kita di depan Alun-Alun Bandung, persis di depan tulisan tegak dan besar di dalam halte yang terkenal itu. Berjajarlah motor hitam yang kita naiki dengan motor-motor lain. Sangat rapat terpakir. Tak lupa lima ribu rupiah di muka untuk “penjaga motor” yang berebut pelanggan.
Tumblr media
Kawasan Alun-alun Bandung
sumber: qinanatour.com
Masuk ke lapangan, kita cari titik yang cukup renggang. Menenteng alas kaki yang sudah kita masukkan ke dalam kantong dan berduduk sila. Tidak, Ku memiliki untuk tidur terlentang. Akhirnya hari ini bisa kita habiskan dengan memberi makan ego kita. Rindu akan dunia luar, akan bercerita dengan kawan atau dia dengan menatap langsung wajahnya, melihat langit gelap dengan beberapa cahaya redup bintang yang dimakan terang Menara Masjid, Petronasnya Bandung. Mendengar celoteh semua orang, tua dan muda, melihat bola-bola yang melintas dari kanan ke kiri, depan ke belakang, hingga tak jarang melewati kita yang sedang membahas banyak hal. Anak-anak kecil masih riang terbangun hingga jam setengah sebelas malam dengan orang tuanya, ada juga mereka, bocah yang berjualan untuk membantu keluarga, hingga pasangan-pasangan yang mungkin sudah lama tak jumpa duduk bersama sekadar bercerita apa yang sudah dilalui ketika sedang tak bisa bersua. Kita juga sama, mungkin kita membahas apa yang kita lakukan dulu di kelas ketika perkuliahan termasuk diteriaki oleh dosen, atau masa-masa repot ketika harus masuk kelas bersamaan dengan agenda organisasi yang mana kita penanggung jawabnya, masa panjang perjalanan proker yang mengabiskan waktu, biaya, dan tenaga namun penuh dengan pengalaman dan cerita, hal yang akan dihadapi di depan atau bercerita tentang masa yang lebih jauh lagi ke belakang. Kita memakai waktu ini dengan sangat berkualitas, kita saling tahu kabar, kenangan di kepala, dan apa rencana ke depannya. Kita terhubung kembali di malam ini.
Setelah semuanya keluar, mungkin kita sudah terlanjur lelah. Waktunya kita pulang. Ke arah timur kita kembali berjalan lalu melewati Braga. Terima kasih atas semuanya. Hari ini kita berharap dengan apa yang sudah kita lewati menjadi pemberhentian sejenak. Ada cita-cita besar yang ingin kita raih di depan namun terlanjur lelah untuk terus berlari, maka hari ini kita mengisi energi kembali. Semua penasaran akan keadaan semua tercerahkan kembali. Kita saling tahu, kita saling menguatkan. Mari kita pulang, waktunya kita simpan mimpi-mimpi kita yang telah kita bagikan, mari kita isi stamina untuk hari esok setelah habis ia untuk melepas rindu. Semoga setelah hari kemarin yang sudah kita habiskan dengan kesibukan, akan bergairah kembali setelah kita diperintah oleh dunia untuk beristirahat.
0 notes
yugareksa · 4 years
Text
Memilih untuk Berkeliling Bandung dibanding Menyepi di Kamar Kost (Bagian 2)
Setelah penuh dada kita dengan oksigen murni dan segar, mari kita lanjutkan perjalanan kemarin. Kita susuri lagi jalan Ir. Juanda yang menurun melewati terminal Dago dan selanjutnya Pom Bensin di sebelah kiri. 
Kita belok susuri lagi Jalan Dago, ternyata perut masih terasa kenyang walau pun hati rasa ingin mampir ke Bu Tatang di Sekeloa untuk berjumpa dengan telor daging, perkedel jagung dan sayur lodeh juga sambel yang ditemani nasi pulen. Namun juga karena sudah siang jadi sepertinya lain waktu kita coba berkunjung. Tiba-tiba saja memang jika memikirkan makanan, sering kali terjadi di lampu merah, tepatnya perempatan Mac D. Setelah hijau kita lurus menuruni jalan di jalur RS Santo Borromeus lalu belok kiri di perempatan Taman Dago menuju Gedung Sate. Jalan lagi melewati Coffe Toffe yang di tembok-tembok sekitarnya menghias coretan-coretan warna biru dan merah bentuk aspirasi Mayday dari tahun ke tahun. Lalu melewati depan Kawasan Monumen Perjuangan yang padat kendaraan dari arah kiri dan agak mepet untuk mengambil ke kanan ke arah Gedung Sate.
Tumblr media
Foto flyover Pasupati yang di ambil di tahun 2019 sehari setelah aksi 1 Mei. Sebagian coretan sudah dibersihkan.
Sumber: Pribadi
Masuklah kita ke Museum Gedung Sate dengan tiket yang digelangkan di tangan. Teteh di loket dengan seragam batiknya bilang lima ribu rupiah untuk satu tiketnya. Cukup kaget karena cukup murah. Di sana kita disambut dengan semburan AC yang cukup kencang dan remang cahaya dari pantulan lampu yang mengarah ke tembok-tembok yang menjelaskan awal mula rencana Bandung menjadi pusat pemerintahan tiga kantor besar kolonial dan khususnya pembangunan Gedung Sate. Maju sedikit mengikuti petunjuk alur perjalanan museum, kita lihat ada tembok yang sengaja dibuat bolong dan kita melihat lapisan tebal dari batu, bata, dan semennya. Sangat tebal! Belanda memang mahir membangun.
Mari kita lanjut ke depan. Setelah ada banyak miniatur-miniatur bangunan, maket-maket tematik, ada juga “balon udara” yang menyediakan Virtual Reality yang seolah-olah membawa kita terbang dengannya dan melihat Bandung dari udara. Monumen Perjuangan ke utara tersedia gambarnya. Di sana seolah-olah kita terbawa oleh realitas melihat Bandung secara luas. Tapi jangan terlalu lama, khawatir yang lain menunggu, kita lanjut menyusuri alur lalu masuk ke ruangan yang menayangkan dokumenter pembangunan Gedung Sate. Di sana diceritakan tentang mengapa dibangun, mengapa di Bandung, untuk apa bangunannya nanti. Kita duduk dan kita diceritakan awalnya VOC mau pindah kantor ke Bandung. Bukan karena hal-hal yang strategis, tapi karena Bandung adalah Kawasan yang sejuk yang disukai orang Belanda. Ya, kita juga suka udaranya!
Tumblr media
Tembok salah satu bagian Gedung Sate yang sengaja dibuka untuk melihat komposisi di dalamnya.
Sumber: Pribadi
Setelah berkeliling di Museum Gedung Sate, sejenak kita berkeliling kawasan di sekitarannya. Kita berjalan melewati Masjid Al-Muttaqin yang memiliki pilar-pilar besar di depannya juga tak lupa hiasan taman dan kolam ikan di seberangnya, menambah tenang suasana masjid dan sekitarnya dengan kicau burung dan gemercik air. Melewati tempat tadi membawa memori Ramadan 2019 ketika mengambil kesempatan untuk ikut meramaikan suasana itikaf, bertemu orang-orang, anak-anak kecil yang tertidur, para pelajar dan mahasiswa yang terlihat dari potongannya yang sepertinya menjadi mayoritas ketika itu selain bapak-bapak dengan janggut Panjang juga peci khas Ustadz Hanan, ustadz masyhur di Bandung, juga tak terlewat, suasana bertemu kawan sekolah dulu. Nikmatnya bisa bertemu di tempat orang-orang mencari berkah di suasananya sangat damai. Indahnya tak bisa diganti di waktu lain. Tentu kita membahas cerita kita dulu di pondok.
Tumblr media
Taman seberang Masjid Al-Muttaqin, Gedung Sate. Di dalamnya ada ikan Koi yang berwarna-warni
Sumber: Pribadi
Kembali dari bayangan tadi, kita menuju tempat motor dan memakai kembali helm kita, waktunya kita pergi dari Gedung Sate. Sapa dan lembar dua ribu tak lupa kita sampaikan kepada bapak satpam di tempat parkir yang tersusun motor-motor yang berjarak jarang dan beratap lahan parkir lantai kedua, keluar dari gerbang dan berbelok ke kiri. Kita lahap lagi aspal Bandung dengan pohon rindang di kanan-kiri di sekitaran Kampus Kenotariatan Fakultas Hukum Unpad yang kita lewati. Kemana lagi kita? Menuju sore sepertinya kita bagus buat mampir sejenak ke Hutan Babakan Siliwangi. Kita ke sana lewat Jalan Ganesha, lewatin Masjid Salman di sebelah kiri dengan dihias Tukan Cilok, Susu Murni, Seafood yang sedang disiapkan, juga lapak penjual kaset PC Game. Sebelah kanannya ada Warung Pasta dan juga gerbang depan kampus ITB yang lebar dan dihalangi rantai. Kita maju terus ke depan, saya coba membenarkan kembali posisi mengendara denga nagak berdiri di atas pedal motor, lalu kembali menggenggam kendali. Mulai terasa pegal karena cukup banyak jalan dan mengendarai. Buat siapa pun yang baca, kamu cukup duduk di belakang saja menikmati perjalanan. Belok kanan kea rah kantor Batan dan Bonbin, melewati pertigaan di depan yang sudah mulai terlihat pohon-pohon Baksil di sebelah kiri. Masuk agak turun, kita parkir motor di bawah jembatan. Kebetulan jalan naik ke jembatannya dekat di depan motor. Kita langsung naik ke jembatan beralas kayu, agak berbelok dan kita lihat kanan kiri, kursi mana yang bisa kita duduki, untuk kembali berkeluh kesah dan salih berbagi. Ternyata cukup ramai yang ikut perjalanan kita. Di sekeliling ada pasangan yang sedang melepas penat karena karantina ini, ada balita dengan ibunya sedang bersenang-senang seolah mereka membahas sesuatu, membicarakan ayahnya yang sedang membeli sebungkus cilok untuk bertiga, ada pula kawanan anak muda yang sedang berdiskusi, atau mungkin juga sedang bergunjing, “Ajig aing loba tugas ti dosen euy kuliah online kieu teh!”. Semuanya menikmati memori rindu ini. Saling berbagi, memberi makan ego rindu. Kita pun berbagi segala hal. Setelah dari pagi hingga sore mengelilingi Bandung, sambal menunggu petang kita nikmati suasana ini. Malam harus kita habiskan lagi berkeliling di kota ini. Kita isi energi sejenak memandang ke atas sambal daun-daun dan putik-putik kecil bunga berjatuhan di wajah kita.
Tak terasa, waktu maghrib telah tiba. Kita perlu mencari tempat solat yang nyaman untukku, mungkin juga kamu dan juga dekat dengan destinasi berikutnya untuk melanjutkan petualangan kita, menghabiskan waktu di Bandung. Jadi setelah Baksil yang dekat Cikapundung itu, ke mana lagi kita pergi?
0 notes
yugareksa · 4 years
Text
Memilih untuk Berkeliling Bandung dibanding Menyepi di Kamar Kost (Bagian 1)
Tentunya bukan berkeliling secara harfiah, tapi mari kita beri makan ego kita untuk merindu di kota yang dirindu
Sudah hampir dua minggu setelah dimulainya kondisi darurat wabah, sudah banyak yang merasa jenuh untuk terus-menerus berada di tempat tinggal. makan, minum, bekerja, tidur, kangen, kesal, semuanya dilakukan di satu tempat. Dengan kondisi seperti ini, untuk kalian yang sedang membaca ini, mari ikut saya berkeliling Bandung. Tenang, kursi belakang motor masih kosong, kok!
Mari kita mulai dari Jatinangor. Ya, daerah ini kita jadikan daerah pembuka petualangan kita. Daerah yang padat oleh para perantau yang kalau sudah masuk masa mudik seperti kota mati. Jangan harap bisa memulai pagi dengan sarapan di Soto Naila yang masih sejajar dengan Jatos, atau Soto Ayam yang persis samping Jatos. Kamu tim mana? Yang pasti keduanya bisa dinikmati dengan Koya bukan hanya sepuasnya, tapi se-barbar-nya. Kalau soto tutup, mari kita mulai dari Hipotesa. Karena kita keluar dari daerah Sayang dan Kantin Sayang seberang Wisma Titian belum buka, Hipot jadi pilihan yang pas.
Tumblr media
Soto Naila Jatinangor
Sumber: mydiaryofthemoon.wordpress.com
Setelah makan, ayo kita berangkat! Pakai helmnya, jaga-jaga Razia di Cileunyi. Destinasi awal? Tebing Keraton bisa jadi pilihan yang asyik. Kita akan lewat Jalan Soekarno-Hatta, macet di perempatan Carrefour, lewat Terusan Jakarta, tembus Kawasan Pusdai lalu belok kanan ke Jalan Juanda atau yang dikenal Jalan Dago. Terus lurus ke arah Taman Hutan Raya Ir. Juanda.
Sampailah kita di Tebing Keraton, kita rehat sejenak dari jalan berdebu. Jangan buru-buru dulu, kita duduk santai di batu besar di pangkal tebing. Jangan jauh-jauh, di batu itu kita bisa berteduh di bawah pohon. Kita keluarkan air minum dan biskuit lalu kita mulai cerita tentang penatnya aktivitas kampus, akademik atau yang bukan. Tugas lah, atau proker. Mungkin untuk sekarang kita akan bercerita tentang pekerjaan yang tidak menyenangkan atau masa depan yang punya banyak kemungkinan. Ayo mengeluh sepuasnya! Tebing ini siap mendengarkan.
Tumblr media
Tebing Keraton yang masih satu kawasan dan pengelolaan dengan Tahura Ir Juanda, Kawasan Dago Pakar.
Sumber: ayobandung.com
Mungkin satu-dua jam kita di Tebing Keraton. Lalu mari kita lanjutkan memburu udara segar ini. Mumpung masih ada udara pagi, ayo kita isi penuh paru-paru kita dengan oksigen murni dari pohon-pohon di Tahura Juanda! 
Segar dan dinginnya selimuti dada. Isi penuh, isi penuh! Hingga segar sampai ke ubun-ubun, hingga kita lupa perjalanan yang berdebu tadi. Semuanya sejuk dari dahi, telapak tangan, dan botol air minum yang kita bawa tadi. Dua puluh lima ribu rupiah tidak sebanding akan harga kenyamanan udara yang akan kita dapat. Ayo kita berjalan sampai Curug Maribaya, kita jalan nikmati rindang hijau pepohonan, lewati jalur tanah yang dingin basah dan melintasi curug-curug yang menyambut senangnya kita bisa kabur sejenak dari rutinitas. Mungkin juga masuk ke Goa Jepang? Ayo! Di sana juga dingin kan, lumayan untuk membayangkan sedikit tentang ngerinya tahun-tahun gelap dari sang Cahaya Asia. Tenang, senter di gawai terang. kita jalan terus, belok-berbelok sampai bertemu cahaya kecil dan berjalan agak tergesa karena seperti ada yang terasa di pundak dan kuduk, kenapa tergesa? Oh, iya memang agak terasa ya. Sudahlan kita lanjutkan berjalan sejauh mungkin sambil juga berbagi tentang apa yang telah kita alami, apa yang kita lakukan selama di rumah atau kamar kost mungkin, sampai akhirnya muncul suara gemercik Curug Maribaya dan akhirnya bisa sedikit rebahan di atas tanah berumput yang sedikit naik. Kita hirup udaranya lagi dan kita pejamkan mata. Nikmati sekali lagi segarnya alam.
Tumblr media
Titik akhir jalur Tahura Ir. Juanda. Tepat di titik ini kita bisa duduk, memandang air, mendengar gemercik, dan tertidur.
sumber: petatempatwisata.com
Buka mata dengan ujung hidung sudah dingin karena udara, kita harus melanjutkan perjalanan ke tempat lain, lanjutkan perjalanan kabur kita. Tapi sebelumnya, karena ternyata sudah masuk waktu solat zuhur mari kita sedikit melipir ke musola kecil yang terletak di dekat penangkaran rusa. Kita isi energi kita dengan air yang jernih dan dingin sekaligus menyapa kawanan rusa yang sedang berjemur, halo!
Setelah berjalan sekitar lima kilometer dari curug, kita sampai di motor untuk pergi ke tempat destinasi lainnya. Mari kita lanjutkan lagi perjanalan kita menuju Museum Gedung Sate.
1 note · View note
yugareksa · 4 years
Text
Spesial Untuk Kalian: Para Haters Fans United, Fans yang Suka Bawa-Bawa Sejarah
Sebuah hal yang perlu kita sadari, kita bisa bertahan, hidup, dan memperjuangkan hidup karena terdapat energi dari rekaman masa lalu itu
Di kalangan pecinta sepak bola, terutama di kalangan menengah menuju garis keras, tentu sudah maklum dengan tipikal satu golongan ini, Pecinta Manchester United. Golongan penggemar yang berisik di dunia nyata, ketika berdebat, ketika nonton bareng, juga di dunia maya. Terlebih golongan ini adalah salah satu yang memiliki jumlah terbanyak di dunia. Pecinta Manchester United adalah salah satu yang menonjol.
Salah satu karakter yang paling terlihat adalah semangatnya ketika golongan ini membahas tentang sejarah klub kesayangannya. Mulai dari peraih juara Liga Inggris terbanyak, peraih treble winners--memenangkan tiga kompetisi sekaligus di satu musim, kehebatan Angkatan ‘92 nya, dan masih banyak lagi. Kejayaan masa lalu kerap ditonjolkan oleh para pecinta klub Setan Merah ini. Saking seringnya menonjolkan sejarah, ditambah jumlahnya yang banyak dan diperkuat oleh fanatismenya, golongan ini dibenci hampir semua basis pendukung klub sepak bola lainnya tidak hanya di Inggris, namun di seluruh dunia. Ketika ada klub pesaing yang memiliki kejayaan, contohnya Liverpool di musim ini (baca: 2019-2020), pendukung United pasti punya hal yang bisa dibanggakannya dari pesaingnya misal, sehebat apapun, tahun ini Liverpool belum bisa menyaingi rekor juara United. Ini mungkin salah satu alasan dari seribu alasan Manchunian, sebutan lain pendukung United, untuk tetap mendukung tim kesayangannya. Ya, di luar menurunnya antusiasme ketika MU bermain dengan menurunnya kualitas permainan dan jumlah kemenangan di beberapa musim kebelakang. Namun begitu apapun kondisinya seperti sebuah pepatah “Right or wrong, this is my country” yang bisa kita ubah menjadi “good or bad, this is my football club”.
Tumblr media
Class of ‘92, angkatan yang menjadi kunci Manchester United meraih Treble Winner di tahun 1999 dan titel-titel lainnya. 
sumber: liputan6.com
Sebelum melanjutkan, saya ingin menyampaikan bahwa di akhir tulisan ini bukan bermaksud untuk membahas sepak bola. Ada hal yang ingin saya utarakan lebih luas dari itu.
Lanjut, fanatisme muncul salah satu keluaran dari adanya pemahaman sejarah. Namun lebih lanjut lagi, sejarah bisa memunculkan energi bagi seseorang yang memiliki kaitan dengannya untuk bekerja giat mengulang kesuksan cerita senior-seniornya yang terdahulu. Dalam hal ini tentu sejarah kejayaan juga sejarah yang baik yang menjadi penggeraknya.
Itulah mengapa, sebagian dari manusia menaruh identitas keluarga di belakang namanya. Selain ingin menaruh guratan agar dapat diraba bahwa ada ukiran kejayaan di dalamnya, nama keluarga menjadi identitas penguak sejarah bagaimana darahnya punya andil dalam membesarkan nama tersebut dan akhirnya membuat ia yang menanggung amanah harum nama tersebut berusaha untuk menjadi yang terbaik, baik di dalam generasinya maupun dari semua manusia yang ada. Secara naluriah ia paham, harumnya sebuah nama diraih dengan penuh peluh keringat, kerja keras bahkan tumpahnya darah. Lebih lanjutnya, ia yang menanggung nama besar itu memiliki harga diri, izzah dan iffah di dalam melakukan sesuatu. Hanya yang tidak tahu sejarah kejayaannya, baik sebagai individu, umat beragama, maupun sebagai sebuah bangsa, yang berlaku tidak malu, berlaku menurunkan harga dirinya.
Mungkin kita juga sering mendengar, “kok anak-anak sekarang lembek-lembek” dari kawan-kawan kita sebagai alumni. Salah satunya karena kita tau, nama sekolah atau kampus kita besar dengan perjuangan dan kerja keras para pendahulunya. Itulah sejarah.
Layaknya Pangeran Diponegoro yang menghancurkan VOC--perusahaan terbesar di dunia yang sampai saat ini konon tidak ada yang dapat menyaingi jumlah kekayaannya, melakukan perang selama lima tahun sampai merugikan VOC sejumlah dari sepuluh tahun pendapatannya dari seluruh tanah jajahannya di dunia. Perang di Jawa namun merugikan kekayaan perusahaan yang dihasilkan dari seluruh jahannya di dunia. Pangeran Diponegoro tahu, dia adalah keturunan dari sekian bangsawan dan ulama. Mulai dari keturunan Raja Brawijaya, keturunan dari kerajaan Pajajaran, juga keturunan habib dari Timur Tengah dan dan ulama Eropa Timur. Terlebih ketika bangsanya akan dirusak oleh perusahaan asing yang jauh dari nilai-nilai luhur dan ia tau bahwa bangsanya adalah bangsa yang mulia dan berbudaya yang memiliki norma yang didapat dari yang turun temurun bergabung dengan aturan agama yang memuliakan manusia. Ia paham bangsanya tidak boleh jatuh dan terjajah. Konon juga menurut Ustadz Salim A Fillah, bangsa Cina memproduksi film-film yang berkaitan dengan cerita kejayaan dinasti-dinasti masa lalu dan itulah yang lebih diminati oleh bangsanya ketimbang film dengan genre lain. Sehingga kita tahu, dari mana salah satu faktor mengapa Cina menjadi salah satu negara dengan cap “emerging power”. Ia muncul ke permukaan bahkan menjadi yang menonjol dari yang sebelumnya hanyalah negara dengan populasi terbanyak namun terbelakang.
Itulah energi sejarah, jika kita mengerti sebuah asal-usul, patutlah kita bisa memiliki arah kemana kita bisa melangkah dengan harga diri dan kehormatan yang di jaga. Itulah energi sejarah, yang menghidupkan manusia. Bukan untuk terkungkung pada masa lalu, tapi tau ia juga bangsanya punya harga diri dan punya catatan kejayaan, sehingga dengan kehormatannya, ia jaga martabatnya untuk dapat terus ada. Sehingga kita tau kenapa orang terus membawa-bawa sejarah. Karena sejarah lah yang membuat tegak, sejarahlah yang mendorong, sejarahlah yang menyemangati. Dari sana, kita juga paham, mengapa sebuah fans akan membawa-bawa sejarah. Karena ia tau klub itulah yang ia cinta, ia akan menyemangati dirinya dengan sejarah kejayaan klubnya. Maka jangan heran ketika mereka menyebalkan, karena di satu titik, kita akan menjadi menyebalkan untuk “membuat hidup” diri kita dengan sejarah-sejarah kejayaan masa lalu generasi senior kita.
0 notes
yugareksa · 4 years
Text
Membahas Cinta yang ada di Kepala
Melepas hari yang katanya hari cinta, mari kita bahas tentang rasa yang terkonstruksi dengan warna merah jambu itu.
Kalau kita membas tentang cinta, mungkin rona romantis secara langsung muncul di kepala dan hati. Bagaimana secara kasarnya, justru, cinta dianggap sebagai hal-hal yang halus, lembut, bergender feminin. Benarkah begitu?
Sejauh ini, saya hanya pernah melihat sekilas terkait cinta sebagai entitas keilmuan yang ada dalam jurnal. Sesempit pengetahuan saya hanya dalam bentuk jurnal tersebut. Di dalamnya dibahas bagaimana cinta dihitung untuk mengukur bagaimana pasangan dapat menjalankan keberlangsungan hubungannya. Bagaimana perhitungan ketika si cewek ngambek, atau si cowok agak acuh tak acuh terhadap perempuan. Belum ada hal lain lagi yang menjadikan cinta sebagai entitas ilmu seperti Fakultas Ilmu Cinta dengan Program Studi Hubungan Dua Sejoli dengan Peminatan Hubungan Jarak Jauh dan juga Program Studi Cinta Antar Sesama dengan Peminatan Ilmu Sayang Tetangga, misalnya. Dengan ketiadaan tersebut, sekali lagi dengan keterbatasan pengetahuan saya, cinta sampai saat ini hanya menjadi suatu hal yang menjadi rasa yang diobrolkan oleh pekerja partikelir pasca jam kerja. Ngalor ngidul dan akhirnya malah membuat semakin galau.
Namun dalam tulisan ini, saya bukan ingin menjadikan cinta menjadi hal yang ilmiah. Tulisan ini hanya ingin menyajikan apa yang ada di kepala terkait cinta, pengertian secara subjektif dan bentuk-bentuknya. Harapannya denga nada subjektifitas ini, kita bisa membahas lebih lanjut dan muncul intersubjektifitas agar cinta semakin kaya.
Sejauh ini cinta ketika disebutkan, mungkin bayangan dan rasa di dalam masing-masing kita hanya sejauh apa yang saya sebutkan di awal tulisan ini, dengan identifikasi rasa yang bergender feminin. Cinta juga sering diartikan sempit hanya sebagai suatu rasa baik terungkap atau tidak antara manusia yang berjenis kelamin yang berbeda. Rasa antara putra-putri yang jika tak saling membalas akan menjadi rasa yang membuat sakit hati dan kesal.
Tumblr media
Majelis bulanan Maiyah “Kenduri Cinta” bersama budayawan Emha Ainun Najib di Taman Ismail Marzuki, Jakarta (14/2). 
Saya memahami bahwa cinta bukan sebatas bagaimana saya ingin melakukan hal kepada seorang perempuan yang membuat dia nyaman, terbantu, dan terayomi. Jika seperti itu, lalu apa yang menjadi istilah untuk sikap kita yang ingin sahabat kita, yang sama-sama laki-laki misal, atau teguran kepada adik kita, atau kritik terhadap pemerintah jika tujuannya adalah untuk kebaikan objek yang menjadi sasaran tindakan-tindakan tersebut. Maka cinta menjadi istilah yang pas menurut saya untuk mengartikan terhadap tindakan-tindakan kita terhadap suatu objek untuk kebaikannya. Sehingga konsep tersebut menjadi luas, tidak hanya kita memberi uang, makanan, atau pelukan yang bahkan bisa jadi menjerumuskan. Kadang tindakan yang dirasa membuat kita nyaman justru membawa kita terhadap situasi yang kita bahkan tidak bisa menghadapinya akhirnya kita tidak menjadi pribadi yang naik level. Sehingga menyambung dengan itu, tindakan-tindakan yang menunjukkan rasa cinta sering kali tidak secara terlihat sebagai tindakan cinta, bahkan bisa terlihat menjadi tindakan murka. Contohnya adalah ketika orang tua yang memarahi anak laki-lakinya yang berkata kasar ketika bermain dengan kawannya, atau guru konseling yang menjemur siswanya karena kabur dari sekolah, atau pasangan yang mendiamkan pasangannya untuk membuatnya menjadi lebih leluasa karena tau sedang dalam kondisi yang sulit sehingga mencoba untuk tidak mengganggunya. Dalam hal ini, perlu sikap penerima tindakan untuk mendalami lebih dalam maksud dari tindakan yang dia terimanya. Dan pada proses selanjutnya ada sikap pengambilan hikmah dari setiap tindakan yang diterimanya karena kadang ada alasan tertentu mengapa kita menerima suatu tindakan dari orang lain sehingga dengan tindakan tersebut kita bisa meningkatkan kualitas diri kita. Dengan begitu hal apakah selain cinta yang membuat kita menjadi lebih baik?
Menutup tulisan di atas, kita sering menjadi marah ketika bukan tindakan manis yang kita dapat. Kita juga sering kali bingung untuk melakukan apa untuk mengungkapkan cinta pada orang yang kita cinta. Padahal dengan kondisi tertentu, cinta tak selalu berupa elusan, memungkinkan dalam bentuk pukulan. Tugasnya selanjutnya bagaimana kita mengartikan tindakan itu dan menjadikannya hikmah untuk membuat kita meningkatkan kualitas diri. Dan tentu, peran Tuhan dalam menciptakan hikmah menjadi muara utama dalam cinta.
Dalam tulisan ini mungkin banyak hal yang perlu didiskusikan ulang, harapannya sesuai dengan yang sempat tertulis di atas, kita bisa menciptakan intersubjektifitas terkait cinta dan mungkin membuatnya ada dalam studi dan menjadi fakultas atau bahkan nanti tercipta Universitas Cinta. Mari kita coba tunggu. 
0 notes
yugareksa · 4 years
Text
Pesantren, Ilmu Sosial, dan Hubungan Internasional
Agama, ilmu sosial, dan studi global adalah paduan apik untuk hidup personal dan bermasyarakat
Tulisan ini saya dedikasikan untuk rasa syukur saya atas hidup yang diberikan selama ini oleh Allah dan seluruh dukungan yang diberikan oleh keluarga khususnya dan kawan-kawan terutama guru struktural dan guru kultural pada umumnya, semoga mereka mendapat amal jariyah yang baik dari ilmu yang mereka berikan kepada saya. Dan untuk judul, bukan ingin membahas ilmu yang ada, hanya ingin mengucapkan syukur atas ketiga hal tersebut. Ketiga tempat yang membentuk saya hari ini.
Pesantren, ilmu sosial, dan Hubungan Internasional membawa saya menjadi pribadi yang bisa melihat keadaan sekitar terlebih dalam lingkup global dengan cukup baik. Ketiga tempat tersebut menjadi campuran beton prinsip yang perlu dipegang, hal ideal yang diinginkan, serta kenyataan yang sedang berlangsung.
Pesantren tidak bisa dilepaskan pengaruhnya dalam kehidupan saya sampai saat ini. Setengah lusin tahun habis dengan doktrin agama untuk menjadi pedoman hidup dan menjaga tatanan masyarakat dalam lingkup yang lebih besar. Terkait dengan doktrin, menurut hemat saya, satu hal yang sering diributkan menjadi pemicu tindakan yang ekstrim dan pemahaman yang sempit tersebut justru diperlukan, terlebih karena doktrin tersebut merupakan jalan hidup yang saya yakini dan memiliki aturan yang memang diturunkan sebagai wahyu untuk menjadi tatanan kehidupan yang ideal. Karena walaupun pada hakikatnya setiap kita adalah insan yang bebas namun kebebasan kita terkekang oleh kebebasan orang lain dan untuk menjaganya dari subjektifitas maka diturunkannya satu jalan Bersama untuk menjadi panduan. Kembali lagi ke pesantren, hal tersebut diajarkan dan, ya, menjadi hal yang logis untuk saya untuk berusaha mengikuti doktrin tersebut.
Selanjutnya, Ilmu Sosial. Masuk di peminatan tersebut di masa sekolah menengah atas merupakan anugerah lainnya yang bisa saya dapat. Peminatan yang eksis di tengah stigma negatif terhadapnya yang saya minta langsung, bukan karena buangan penempatan atau paksaan orang tua. Dari peminatan ini saya menemukan gerbang untuk memahami lebih jauh apa artinya manusia dan lingkungan serta dinamika di dalamnya. Dari sini banyak sekali masukan-masukan yang di dapat secara tekstual maupun non-tekstual ketika memahami diri sendiri, mendengarkan orang lain, dan melihat fenomena yang terjadi.
Tumblr media
KH Agus Salim, Sumitro Hadikusumo, Sutan Syahrir, founding father bangsa yang agamis dan berorientasi sosial.
source: https://republika.co.id/berita/pgdi97385/natsir-chouri-jasa-kemerdekaan-100-km-dari-damaskus
Masuk ke Hubungan Internasional. Disiplin ilmu atau studi yang didambakan sejak kelas 9 MTs. Sebabnya adalah ada kakak kelas yang melanjutkan studi pada disiplin tersebut ditambah dengan minat saya kepada hal-hal berbau global, tatanan (governance), dan kepemerintahan. Dan dengan rejeki ini, saya ternyata bisa mendapatkan jauh lebih banyak dari yang dipikirkan sebelumnya. Dari sini saya benar-benar mendapatkan bagaimana melihat satu fenomena dengan memakai berbagai perspektif untuk melihat baik dari dekat bahkan dari jauh, dari perspektif spektrum kanan atau kiri. Dari studi sarjana ini ternyata bukan hanya bagaimana system internasional terbentuk diajarkan atau mengapa ada negara tapi lebih banyak dari hal itu, bagaimana semua ini bekerja dan melihatnya dari sudut pandang yang bermacam-macam.
Ketiga hal tersebut akhirnya menjadi bekal saya saat ini untuk memulai hidup baru menjadi manusia. Melihat gaduhnya pemberitaan, bisingnya grup obrolan antara A dan B, sampai menghadapi kenyataan untuk memilih Y atau Z untuk memulai obrolan dengan seseorang. Antara prinsip dan cara untuk memilih cara pandang, saya bersyukur memiliki bekal awalnya. Walau pun mungkin banyak hal yang bisa teman-teman kritik terkait cara pandang dan tingkatan kualitas analisis saya, saya berhak bersyukur bisa bernafas bebas, hidup dengan apa yang saya miliki hari ini. Tugas kedepannya adalah bagaimana mengasahnya lebih tajam untuk dijadikan sebagai pisau untuk membuka jalur manfaat lebih luas bagi orang banyak.
1 note · View note
yugareksa · 4 years
Text
Awal Tahun: Banyak Penyesuaian
Tidak mudah untuk membiasakan diri di tempat yang baru kita singgahi. Entah hanya singgah atau nantinya benar-benar pindah, rencana bisa tertulis namun takdir tak akan menggubris. 
Awal tahun, walaupun tidak ikut merayakan, yang tidak sesegar dulu waktu masih bisa libur tiga bulan atau libur semesteran. Sehingga terasa benar-benar menjadi milestone menjadi pribadi yang baru. Namun di sini, dengan titel baru dan tempat baru, rasanya tahun baru benar-benar--dan memang benar-benar-- hanya pergantian hari saja. seolah-olah tidak ada yang baru. Mungkin karena tuntutan pekerjaan yang sama yang mana di hari pertama tidak ada hal spesial sehingga terasa “ya sudah” saja. 
Tapi memang akhirnya momentum harus diciptakan. Suasana juga kita yang tentukan. Walau pun agak berat karena, lagi-lagi, sedang penyesuaian.
Pernah baca di satu tulisan di media sosial ketika kita tidak bisa menghargai keadaan kita saat ini karena ingin keadaan yang berbeda, niscaya kita akan sulit menghargai keadaan yang kita inginkan, karena dasarnya bukan apa yang terjadi dan dimiliki, tapi bagaimana kita mensyukurinya. 
Tahun ini, penulis dikaruniai pekerjaan. Sudah berjalan beberapa bulan. Semoga bertahan dan bisa bergerak kepada karir yang lebih baik. Walau pun banyak tantangan, baik penyesuaian tempat, waktu, lingkungan, juga harga-harga yang mana harga Jatinangor dengan Jakarta agak berbeda. Semoga bisa bertahan. Karena banyak yang bilang, ujian membuat kita naik tingkat. 
2/1/2020, 3 menit sebelum tanggal 3
agak ngalor-ngidul, setidaknya menulis, kejar target.
0 notes
yugareksa · 4 years
Text
Sebelum Memulai yang Sekarang: Pembukaan
(Anggap saja) 1 Januari 2020, Januari ke-23
Sebelum berlari kencang, mari kita coba susun memori yang telah membawa kita sampai kesini dan mari kita syukuri semuanya,
Memori tentang batu yang tersusun menjadi jalan untuk mobil besi yang digerakkan tangan.
Memori tentang omelan yang berujung nada lantang perintah untuk keluar rumah.
Memori tentang permainan sepak bola yang hanya seperempat lapangan, tentang bola yang masuk ke jurang belakang gawang.
Memori tentang awal menyukai perempuan sekadar tulisan aku dan dia dengan “love” ditengahnya, yang mana mungkin terucap, di akhir putih merah, yang tak bertegur sapa hingga kuliah.
Memori tentang sebuah “penjara suci” yang perkawanannya setidaknya lekat hingga kini
Memori tentang tangisan ketakutan tidak naik kelas, yang akhirnya mendapat ranking, tidak lima besar
Memori tentang awal jatuh cinta dengan Bahasa Arab, yang bahkan iqro pun tidak tamat
Memori tentang mencari jati diri
Memori tentang menghafal pelajaran di masjid hingga dini hari
Memori tentang menghafal
Memori tentang masa puber, ketika malu untuk mengambil pakaian di jadwal laundry santriwati
Memori tentang menjadi senior yang dipuji sekaligus yang dibenci
Memori tentang bubur kacang, nasi tek-tek, es campur yang dijual di kantin kejujuran
Memori tentang perkawanan, berjuang untuk masuk dan keluar bersama
Memori tentang ambisi untuk menjadi penghuni podium pesantren di setiap awal tahun, yang terhenti hanya sampai “podium” di kelas hingga tamat
Memori tentang perayaan kelulusan pertama kali, bahagia karena lulus dan sudah punya sekolah selanjutnya yang dipampang di depan seluruh orang tua santri
Memori tentang kembali lagi bersebelahan dengan lawan jenis ketika belajar, yang akhirnya sebagian dari mereka menjadi karib dekat, kawan belajar
Memori tentang awal membuat Tumblr, yang foto profilnya belum pernah diganti sampai tulisan ini terbit
Memori tentang cultureshock
Memori tentang bertemu dengan kawan baru
Memori tentang ambisi, lagi
Memori tentang patah hati, dia yang akhirnya memilih untuk dengannya dalam satu figura maya
Memori tentang kata-kata, yang menjadi tolak ukur angka setiap akhir semesternya
Memori tentang berjuang untuk sesama secara struktural
Memori tentang karton penuh ilmu, makna, dan keluh-kesah
Memori tentang bayangan Zombie yang menguasai dunia, bagaimana mengatasinya
Memori tentang “kebermanfaatan”, “kebersamaan”, yang hampir mendekati  zonder makna
Memori tentang didorong dan ditinggalkan
Memori tentang mengejar sarjana
Memori tentang pasca sarjana, bukan pasca sarjana pendidikan, hanya masanya. Karena belum berkesempatan. Pasca sarjana yang isinya rebahan, makan, dan futsalan
Memori masa luang, masih bisa ke kebun teh, motoran, bermain riang
Memori mengejar karir, pulang-pergi Ibukota
Memori yang tak bisa tertulis, karena kapasitas otak lebih besar dari flashdisk.
dan kini, proses penyimpanan memori tentang masa depan.
Mari rangkai memori. Seperti video yang terdiri dari kumpulan klip. Semoga hari nanti dikepala kita terputar memori yang berjalan sejak dari kita kecil, kita yang kini, hingga tua dengan klip-klip yang bermakna. Tidak harus selalu bahagia mungkin, setidaknya bermakna. Mari jalani, mari susun memori. Terima kasih masa, setidaknya telah membiarkanku untuk mengisi hidup dan menyusun memori.
selamat 2020!
-Jakarta yang sedang banjir karena dulunya rawa, 2/1/2020
2 notes · View notes
yugareksa · 6 years
Photo
Tumblr media
/ M A R I B E R K E N A L A N / Assalamualaikum, Selamat siang, FISIP dan Unpad! Setiap tahunnya di kampus Padjadjaran ini selalu digelorakan kontestasi politik mahasiswa di ranah eksekutif. Setiap kandidatnya beradu gagasan dan menjual ide cemerlang untuk cita-cita yang sama, memajukan Kema Unpad. Namun kita tak boleh lupa, untuk mencapai cita tersebut, setiap pos harus kita jaga bersama. Jangan biarkan satu pos pun tak terisi oleh tangan-tangan karya kita dan akhirnya menjadi celah bagi riak-riak kemunduran Keluarga Mahasiswa. Kema Unpad tidak melulu mengenai badan eksekutif. Dengan demikian, muncul kesadaran dalam diri untuk bergerak mengisi ruang-ruang karya Kema Unpad. Maka izinkan saya, Uga Yugareksa, calon senator Kema Unpad dari FISIP untuk ikut mengisi pos-pos yang ada untuk saling bersama, bersinergi memajukan Kema Unpad di setiap lini. Mari bersama bergerak, bersinergi, dengan langkah "TAKTIS" kita semarakkan semangat Kema Unpad agar terus bisa berkarya dari tanah Padjadjaran untuk Indonesia! Uga Yugareksa Calon Anggota BPM Kema Unpad 2018 #TaktisBermartabat #SaatnyaJadiPemain — — — — — — — — — — — — Ikuti saya di Line ID : yugareksa instagram : @yugareksa FB : Yugareksa Uga Twitter : @yugareksa (at Universitas Padjadjaran, Jatinangor)
0 notes
yugareksa · 7 years
Photo
Tumblr media
| Karena Foto di Depan Posko Prama udah Mainstream | . Selamat petang Kema Unpad! Di menit-menit terakhir penutupan pendaftaran Prama aku didampingi dua teman ku yang ada di dalam frame berikhtiar untuk mengembalikan borang pendaftaran anggota BPM Kema Unpad dari FISIP. Ah iya, perkenalkan sebelumya, mereka teman ku, dari FISIP, ketua timses ku yang paling belakang. Tapi bagiku timses adalah kalian yang telah rela lelah dan mau membantu dan mendukung hingga sekarang. . Bicara Badan Kelengkapan Organisasi Kema Unpad tidak hanya BEM Kema Unpad. BPM Kema Unpad yang menjadi badan legislatif di tataran Kema Unpad juga punya peran penting bagi kelangsungan Kema Unpad yang salah satunya untuk mengawasi apa yang dilakukan oleh lembaga eksekutif agar tetap pada tracknya dan juga menampung aspirasi seluruh masyarakat Kema Unpad. Maka dari itu, BPM Kema Unpad perlu diisi oleh semangat untuk kemajuan Kema Unpad. . Maka, mimpi ku di BPM Kema Unpad diringkas menjadi “Taktis” yang merupakan akronim dari Tegas, Eksis, Optimal, dan Sinergis yang mana keempat kata sifat tersebut harus ada dalam semangat BPM Kema Unpad. . Terakhir, ku ingin menutup tulisan ini dengan permohonan doa dan dukungan dari kawan-kawan terkhusus kawan-kawan FISIP Unpad. Semoga dengan semangat yang aku bawa bisa menjadikan kebaikan bagi Kema Unpad kedepannya :) . Salam, Uga Yugareksa Calon Anggota BPM Kema Unpad 2018 . #SaatnyaJadiPemain #BPMKemaUnpad #AkuKamuKita #SalamSatuUnpad (at UKM Timur UNPAD)
0 notes
yugareksa · 7 years
Photo
Tumblr media
| Maafkan Aku yang Keras Kepala | . Kata mas Retas, aku dan teman-teman yang ke Jakarta adalah orang yang keras kepala. Sudah tau akan sulit bertemu dengan bapak, tapi tetap berangkat jauh-jauh dari kampus masing-masing ke Ibukota. . Aku merelakan Jumat ku, yang tak ada kelas, dari istirahat dan tugas, serta pakaian wangi untuk Jumatan. Ku bawa almamater biru ku pergi bersama kawan-kawan yang keras kepala ini dari kampus Padjadjaran menuju istana rakyat untuk membantu menyajikan hasil kajian-kajian kampus yang sudah banyak dirilis. Tadinya ku berharap ketua-ketua BEM nantinya duduk semeja dengan bapak Presiden dan berdialog. Ternyata sulit, dan aku memang keras kepala. . Disana kami lakukan longmarch, orasi, aksi teatrikal, dan simulasi sidang tuntutan kepada rakyat, dan dzikir serta solawat selepas magrib sampai malam. Mana ada rusuh-rusuh yang dituduhkan terhadap mahasiswa melalui media arus utama. Mana ada. . Mungkin itulah salah satu alasan mengapa ku mengikuti aksi. Ini kali pertamanya ku turun di aksi nasional. Tak dibayar dan panas yang membuat sakit kepala. Namun terbayar dengan hadirnya diriku menjadi saksi, mahasiswa masih bersama rakyat yang kebingungan di persimpangan jalanan. Aku jadi mengerti situasi di lapangan. Kondusif, tak ada rusuh sekali lagi, yang mau solat kita bareng di jalan atau musholla di kantor RRI, dan bahkan banyak yang berjualan di sekitar kita. Dan kondusifitas itu hilang sekitar jam 23.30 saat —baiklah, oknum aparat— mencoba menekan massa dari Patung Kuda ke arah kantor Kemenko PMK RI. 3 mahasiswa terluka —yang mana media arus utama mengatakan hanya 1– dan 13 mahasiswa ditangkap. Ketika kami ingin bersuara, tak disambut, namun direpresi, apakah Indonesia masih dianggap baik-baik saja? Sampai tulisan ini dibuat, masih sisa 2 mahasiswa dari STEI SEBI dan IPB yang masih ditahan. #DaruratDemokrasi . Lanjut... (at Jakarta, Indonesia)
0 notes
yugareksa · 7 years
Photo
Tumblr media
| Hari ini ku memilih untuk menjadi pemain | . Minggu pagi sangat indah bagi kita untuk mengisinya dengan istirahat di kamar kost, baca buku, menonton film, atau bersih-bersih setelah seminggu beraktivitas dan melakukan kewajiban-kewajiban yang ada. . Namun bagiku Minggu pagi tadi berbeda dengan biasanya. Ku memilih menjadi pemain, yang mencoba ikut serta "bersih-bersih" masalah negeri ini dari banyaknya kegelisahan yang ada. . Berawal dari kabar Jumat malam bahwa Ketua DPR-RI--yang sempat jadi mantan Ketua DPR-RI-- dinyatakan bebas dari status tersangkanya, di Sabtu pagi ku diajak oleh Kabid DKKP BEM Kema Unpad, di ruang kamar ku, untuk melakukan #JalanSaNtai di merespon kabar malam itu yang membuat gelisah, menurutku, penjuru negeri. Sempat berfikir "Minggu pagi? Yakali. Orang lain mah santai, kita repot-repot" . Namun ku sadar, hal ini sudah berlarut. 2.3 T terlampau besar untuk seorang manusia yang menyalahgunakan kekuasaannya. Jumlah uang, yang kata ketua BEM Kema Unpad, akumulasi dari 7 tahun seluruh UKT mahasiswa Unpad. . Dan dia BEBAS! . Ku meyakini diri, aku harus menjadi salah satu pemain! Aku harus ikut menyuarakan keresahan-keresahan itu! . Aku turut senang, di lapangan, ternyata masih ada yang mau rela turun ke jalan. Untuk ikut mengajak semua yang ada untuk ikut bergerak, dan tidak mendiamkan kedzoliman hadir di bumi Nusantara. Ada teman-teman dari UPI, ITB, dan Polban yang juga menyuarakan kegelisahan. Mereka pun memilih untuk menjadi pemain. . Dan aku juga turut bahagia, ketika kami berorasi, membentangkan spanduk kami, banyak dari masyarakat yang mendukung gerakan kami. . "Bener jang, tangkap weh!" "Setya Novanto ya? Tangkap saja lah!" . Ya, mereka resah, kami mencoba menyuarakannya . Ku percaya, walau kesempatan sering kali hanya datang satu kali, ada kesempatan lain yang kamu bisa ambil untuk menjadi pemain. Ayo, terus kawal negeri ini, jadilah salah satu pemain diantaranya. Karena ada juga yang bilang, kejahatan yang paling jahat adalah dia yang diam dan membiarkan kejahatan itu terjadi. . Jatinangor, Hari Kesaktian Pancasila, 2017 . #JalanSaNtai #TangkapSN
0 notes
yugareksa · 7 years
Text
Kalau Idealisme adalah Kemewahan Mahasiswa, Seberapa Bernilai Kita?
Sekelibat di hari Minggu terpikir tentang prestasi, tentang suatu kebanggaan, tentang sebuah nama kenamaan. Kemarin (26/8) Program Kreatifitas Mahasiswa, yang menjadi ajang paling bergengsi bagi kampus, juga menjadi indikator kualitas perguruan tinggi di Indonesia, ditutup dan diumumkan pemenangnya. Lagi, berdasarkan akun resmi Line badan eksekutif mahasiswa kampus yang berada di Malang yang namanya mencatut nama raja, Universitas Brawijaya memenangkan juara umum untuk ketiga kalinya berturut-turut. Suatu kebanggaan pastinya bagi seluruh sivitas akademika yang ada di kampus tersebut. Sebuah prestasi yang patut dibanggakan oleh kampus yang terletak di wilayah timur pulau jawa itu. Mereka berhasil mengalahkan kampus-kampus ternama yang mencatut nama Indonesia dibelakangnya atau kampus yang bernama tokoh Sumpah Palapa. Sekali lagi mereka pantas berbangga.
Prestasi tentunya menjadi cerminan bagi siapa yang mendapatkannya. Jika ia mendapatkan prestasi, berarti ia memiliki jiwa prestatif, jiwa pejuang yang mampu bersaing dan mengalahkan siapa yang mau mendapatkan prestasi itu. Dan pastinya bukan siapa yang mengejar sesuatu yang mudah didapatkan.
Itu mungkin sedikit opini dan apresiasi mengenai prestasi.
Dari sana akhirnya ku berfikir mengenai kampusku yang kebetulan tahun ini ku memegang amanah menjadi kepala bidang di badan eksekutif tingkat universitas. Kedudukannya langsung di bawah ketua BEM. Tak sedikit akhirnya pikiranku tertuju pada kampusku. Klise, tapi itu terjadi.
Entah ku merasa kampusku ini tidak bergairah. Atau mungkin bingung ingin melangkah kemana ketika ingin mendapatkan prestasi. Entah bagaimana.
Tahun ini Kemenristekdikti merilis peringkat terbaru universitas se-Indonesia. Dan tahun ini kampusku menduduki peringkat empat belas yang berarti menduduki peringkat paling bontot di klaster pertama di bawah kampus di Padang, Makassar, Semarang, dan Malang. Kita tahu kampus mana saja itu. Peringkat empat belas juga berarti turun sepuluh peringkat dalam kurun waktu tiga tahun. tahun di mana pertama kali ku menginjakkan kaki di kampus.
Dulu ku sangat bangga, ya, sangat bangga ketika diterima di kampus yang terletak di Jatinangor ini. Terlebih jurusan yang ku ambil. Ku merasa bangga menjadi mahasiswa kampus ternama yang dipandang di negara ku yang besar ini. Namun entah rasanya sekarang ku merasa bingung apa yang harus dibanggakan dari kampusku selain menjadi kampus terfavorit dalam seleksi penerimaannya karena diminati paling banyak oleh calon mahasiswa.
Baik, kembali lagi ke bahasan, cukup untuk sesi curahan hatinya.
Tapi apakah semua itu menjadi sesuatu yang memang harus, ya, harus dikejar? Sesuatu yang harus dimiliki? Sesuatu yang dimiliki maka kita bangga dan jika kita tidak kita harus marah dan kecewa? Semua itu, PKM, Peringkat, dan kenamaan?
Hari Kamis kemarin ku mengunjungi rumah dosen wali ku di kawasan Margahayu, Bandung. Dengan obrolan biasa mengenai bimbingan kuliah, kami awali obrolan mengenai prestasi. Dari sini beliau mencoba mengembalikan semangat kami, aku, temanku, dan mungkin dirinya. Lebih ke akademik, tapi bisa mengambil hikmah untuk memandang prestasi di bidang yang lain. Beliau mencoba mengkritisi mengenai jurnal internasional yang menjadi patokan bagi suatu kampus untuk menjadi kampus riset yang berkualitas dan unggul. Beliau menceritakan bagaimana ia mengirimkan jurnal internasionalnya, dengan membayar jutaan rupiah, dan selama enam bulan ditunggu, hingga hari di mana kita bertemu, jurnal yang diharapkan memberikan poin tambahan bagi kampus tak kunjung dipublikasikan. Sesuatu yang mahal dan sulit dilakukan untuk hal itu. Beliau mempertanyakan apakah dengan terbitnya banyak jurnal, dengan cara memberikan beban kepada akademisi untuk membuatnya yang akhirnya tidak fokus pada pekerjaannya di kampus, belum lagi tugas administrasi yang memusingkan, menjamin kualitas dan kebermanfaatan bagi kampus. Yang mana penentuan bahwa jurnal internasional-berbayar-kualifikasi tinggi-dan sulit-itu ditentukan oleh rejim internasional–tutur dosen wali ku—yang belum tentu dapat diterapkan di semua tempat di dunia.
Berlanjut juga bahasan kami mengenai penurunan peringkat kampus kami. Beliau menuturkan tidak menjadi jaminan dengan peringkat tinggi sebuah universitas berbanding lurus dengan kebermanfaatannya bagi lingkungan. Ya, memang bukan berarti kita acuh dengan peringkat rendah yang indikatornya adalah buatan manusia. Namun ada benarnya bahwa semuanya bukan menjadi hirauan kita. Dan sekali lagi, beliau mencoba menyebarkan semangat.
Bukan kita harus fokus kepada peringkat, angka, atau kenamaan yang menjadi, mungkin, fetish manusia. Dengan tuntutan yang banyak dari segala pihak, yang harus kita pegang, atau bahasa kerennya idealisme, adalah asas kebermanfaatan bagi sekitar. Bagaimana dengan keadaan kita, bukan menjadikan orang yang di sekitar kita mendongak keatas melihat kehebatan kita. Namun menjadikan mereka merasa senang dengan keberadaan kita karena mereka tau kalau kita dapat menolong dan memberikan manfaat. Kita harus berada di sisi manusia, bukan menjadi budak angka.
Sama dengan peran mahasiswa di sekitar, sebagaimana kampus dan mahasiswa tidak bisa dipisahkan, kita harus fokus kepada kebermanfaatan kita terhadap lingkungan sekitar. Dengan peran dan fungsi mahasiswa, yang tentu memiliki keterbatasan, kita bisa bergerak untuk mengembangkan sekitar kita, kampus dan lingkungan kita, baik di rumah ataupun kost.
Namun ada lagi yang ku rasakan, entah benar atau tidak, mengapa mahasiswa di sekitar ku, mungkin juga diriku, sudah luntur idealismenya. Mereka fokus kepada tekanan kelulusan dan nilai bagus untuk pada akhirnya mengejar kehidupan pasca kampus atau melanjutkan studinya. Setiap orang memang harus memiliki rencana hidup kedepan, namun apakah dengan “melupakan” –sulit menemukan padanan kata yang tepat—kehidupan yang dijalani sekarang untuk bermanfaat kepada sekitar dengan kungkungan nominal IPK dan kurun waktu studi singkat dikejar empat atau tiga setengah tahun? Kalau salah tolong beri tahu aku. Ku merasa dengan tekanan dan tuntutan tersebut kita sulit memegang idealism itu. oh iya, mungkin yang paling sulit adalah ekspektasi orang tua yang membiayai kita, yang sementara kita sok-sokan membela rakyat. Toh, diri kita gak bisa dibela.
Pada akhirnya, mungkin idealisme hanya sebuah pegangan bagi mahasiswa, agar terlihat mewah, yang nantinya dilepas ketika mendapat kerja atau sudah mapan. Karena apa, mungkin kita bukan hidup di jaman penjajahan yang mana semapan-mapannya kita, kita masih harus memperjuangkan kemerdekaan, seperti Hatta. Juga, yang bisa terus menjadi pengingat kita hanyalah, bagaimana pun keadaan kita, jangan lupa, asas kebermanfaatan jangan serta-merta ditinggalkan untuk memberi makan idealisme yang kita punya, agar tetap ada, sehat, dan terus menjadi pegangan yang tak dilepas.
1 note · View note
yugareksa · 7 years
Text
Mengawal Dewasa: Tanggapan terhadap Fenomena Nikah Muda di Kalangan Teman SMA
Akhir-akhir ini penulis diliputi perbincangan dan pembahasan mengenai menikah muda. Mulai di dunia jejaring sosial sampai dunia nyata, dari obrolan santai menunggu dosen hingga obrolan serius depan kantor sekretariat. Tidak hanya obrolan, nikah muda dikalangan teman SMA sudah menjadi hal yang biasa sepertinya. Menurut penulis, umur yang baru mau masuk tiga tahun perkuliahan masih sangat muda untuk memasuki jenjang pernikahan. Sampai tulisan ini dibuat, tercatat tiga teman ikhwan penulis yang sudah menikah dan beberapa hari ke depan akan bertambah menjadi empat. Jumlah tersebut di lain hal memang kecil, namun dalam masalah fenomena nikah muda angka ini menurut penulis cukup banyak. Nikah muda sudah menjadi fenomena. Perlu dijelaskan bahwa di sekolah penulis dahulu laki-laki dan perempuan dipisah dan untuk yang laki-laki biasa disebut ikhwan.
Pertanyaan yang sangat sering keluar dari kawan-kawan ketika menanggapi berita pernikahan, “jadi kapan kamu nyusul?” ada yang mengatakan bahwa pertanyaan ini “haram” diajukan kepada sesama jomblo, terkhusus jomblo yang diujung tanduk kuliah, semester tua, dan belum memulai proses skripsi (no offense). Sudah ditanya kapan lulus, ditanya kapan menikah pula. Walaupun memang pertanyaan ini menjadi sebuah becandaan para pemuda-pemudi jomblo, tetap timbul beban yang datang di hati. Siapa yang tak mau menikah? Apalagi menikah muda. Sejak dini hidupnya, setidaknya, bahagia berdua walaupun nantinya bakal menghadapi realita yang sulit. Ya, setidaknya bersama seseorang yang dicintai, yang mampu dan mau berjuang bersama.
Bayangkan saja, untuk kamu yang kerjaannya kuliah-pulang-kuliah-pulang, ketika kamu pulang kuliah ada seseorang yang sudah menunggu di kontrakan yang sudah siap sedia mendengarkan isi ceramah yang diberikan oleh sang dosen yang super njlimet. Setelahnya nanti dia akan memberikan umpan balik yang bisa saja menjadi inspirasi kamu untuk mengerjakan tugas. Menyenangkan bukan?
Juga untuk kamu yang senang berorganisasi di kampus, ketika kamu sedang berorganisasi dan sudah larut malam, setidaknya ada yang mengingatkan kamu untuk pulang. Karena situasi sekitar kampus yang cukup sepi dan berbahaya di malam hari, atau mungkin ia akan menemani kamu sampai pekerjaan organisasi kamu selesai dan malam itu ditutup dengan makan malam, bukan dengan teman organisasi yang nantinya malah teringat akan tugas-tugas, tapi hanya berdua, dengan si cinta. Luar biasa memang. Terlebih dengan pernikahan, kita tidak perlu khawatir orang akan berkata apa karena hubungan yang dijalani sudah sah dan halal. Ketika kita pergi berdua dengannya ke suatu tempat, bukan kegelisahan yang muncul akan tetapi rasa aman dan bahagia. Tidak ada hal yang perlu ditutupi.
Tapi ternyata tidak sesederhana itu. Tujuan pernikahan tidak semurah yang digambarkan di atas. Pernikahan bukan sekadar bagaimana menjadikan yang tidak halal menjadi halal, menggapai kesenangan dunia, dan mengakhiri kesendirian (kok penulis seperti yang sudah menikah, ya?).
Menurut pribadi penulis, kedewasaan bersikap, berperilaku, dan mengambil keputusan ketika seseorang masuk dalam jenjang pernikahan sudah dapat dibilang mapan juga matang dan nyatanya untuk mencapai sampai titik kedewasaan pada tiga aspek tersebut perlu perjuangan yang besar serta proses yang panjang. Dan dengan pernikahan, titik kedewasaan itu akan terjaga karena dengan masuknya seseorang ke dalam jenjang tersebut akan menemukan tantangan-tantangan yang bukan sifat kekanak-kanakan yang dapat menghadapinya. Walaupun memang ada juga yang menganggap pernikahan menjadi wadah pembelajaran untuk mencapai kedewasaan, namun pilihan seseorang untuk menikah pun menjadi pilihan yang dewasa karena idealnya ia telah mengetahui segudang konsekuensi yang diambil.
Tidak semudah kata-kata yang banyak beredar di media sosial dalam mengajak kita untuk menikah dengan bungkus alasan keagamaan, namun kita pun harus memahami betul konsekuensi yang diterima ketika pernikahan menjadi hal yang kita putuskan dan ambil untuk melanjutkan kehidupan bersama seseorang yang kita cintai.
Mungkin tulisan ini menjadi jawaban dari beberapa teman yang bercanda menanyakan pertanyaan yang “haram” untuk dilontarkan kepada penulis disamping curhatan mengenai fenomena yang sedang up sekarang ini, sekaligus meminta maaf kepada pembaca yang telah melaksanakan pernikahan di umur muda apabila ada hal yang tidak sesuai. Bisa kita diskusikan di kolom komentar.
Selamat dan semangat menempa diri untuk kita semua! Selamat dan semangat berproses menjadi lebih baik untuk masa depan yang luar biasa!
2 notes · View notes