Tumgik
#RamadhanBulannyaQur'an
mutiarafirdaus · 3 months
Text
#Catatan.Ramadhan 2
Hari-hari ini akrab sekali telinga kita dengan kata pemboikotan.
Boikot suatu hal, berarti memilih untuk tidak memakainya. Tidak membeli. Tidak mendekati. Tidak menggunakan. Tidak meyakini bahwa hal itu membawakan manfaat. Mengganti manfaat dari hal tersebut ke hal lain yang lebih dirasa memberikan manfaat. Selama ini, bukan hanya produk zionis laknatullah yang telah kita boikot. Tetapi ada perkara besar yang telah kita boikot juga.
Sadar atau tidak, selama ini kita telah melakukan pemboikotan terhadap Quran 😰 Sampai-sampai saking parahnya kita dalam memboikot, Rasulullah mengadukan perkara itu kepada Allah di surat Al Furqon 😢
Tentu saja kadar pemboikotan orang-orang terhadap Quran berbeda kadarnya. Imam Ibnu Katsir membuat tingkatan orang-orang yang "memboikot" Quran sebagai berikut
Orang yang mengingkari dan tidak mengimaninya. Bisa sampai ke derajat kafir
Orang yang mengimani Quran, tapi tidak memiliki keinginan dan tidak berupaya untuk mempelajarinya. Bahkan tilawah pun enggan, bahkan membacanya pun masih banyak ditemukan lahn jali dan tidak mau untuk memulai belajar
Orang yang punya kemampuan untuk belajar, sumber dayanya ada, energinya ada, lingkungannya ada, tapi malas untuk mendekat pada Quran. Orang seperti ini mendapatkan hukuman yang sangat keras
Orang yang sudah membacanya, tapi tidak mau menadabburi dan tidak mau tergerak untuk memahami. Celaan bagi orang ini disamakan dengan kaum munafik yang setiap hari dibacakan ayat Quran tapi tidak tergerak untuk menadabburi.
Padahal mempelajari tadabbur ayat Quran bermanfaat untuk menambah keimanan. Dan suatu upaya kita meloloskan diri dari golongan orang yang melakukan pemboikotan terhadap Quran. Tingkatan pemboikotan itu, mari kita kurangi setahap demi setahap.
Tidak mau menghafalkan Quran (atau malas murojaah 😭) juga salah satu bentuk pemboikotan. Dikatakan dalam hadits, orang yang tidak memiliki hafalan sama sekali ibarat rumah yang roboh. Dan salah satu ciri orang berilmu ialah memiliki hafalan Quran. Tentu saja urusan menghafal ini dilakukan setahap demi setahap dan bersabar terhadap prosesnya.
Mengingat banyaknya kewajiban kita terhadap Quran, maka semakin banyak waktu yang kita berikan untuk Quran harapannya jadi semakin sedikit pemboikotan yang kita lakukan hingga sampai ke derajat nihil.
Karena perumpamaan orang yang membaca Quran namun tidak mengetahui tafsirnya bagaikan suatu kaum yang diberi surat dari Raja mereka pada malam yang gelap. Mereka bingung karena tidak tahu apa isi surat tersebut. Sedangkan perumpamaan orang yang memahami Tafsir bagaikan orang yang membawa sebuah lentera untuk mereka hingga mereka dapat membaca surat tersebut. -Iyas Bin Muawiyah-
Para ulama berlomba-lomba menulis tafsir sebagai bentuk berkhidmat pada agama demi memudahkan umat memahami kandungan firman Allah. Tugas kita ialah mempelajari dan mengajarkan Kitab yang diturunkannya kepada kita, juga memahami dan memahamkannya kepada Umat.
Apakah kita sebagai umat tidak tertarik menikmati perjuangan mereka dengan mempelajari tafsir tersebut atau malah abai dengannya?
Karena menafsirkan Al Quran dengan akal semata hukumnya haram. Kemampuan kita sangat kecil sehingga alih-alih menafsirkan sendiri lebih baik mengkaji dari para ulama yang sudah kredibel.
4 notes · View notes