Tumgik
#tua mem
Text
Tumblr media
0 notes
ranah-upaya · 8 months
Text
Krisisnya Nalar Kritis
Pergolakan dalam hal kurikulum pendidikan di negeri kita, menjadi hal lazim bagi seluruh lintas generasi. Bukan hanya bagi pendidik dan peserta didik, tetapi keresahan dan permasalahan ini juga sangat mendominasi para orang tua, yang sangat berharap akan keberhasilan anaknya di masa depan. Terhitung, hampir 11 kali mengalami pergantian kurikulum pendidikan sejak tahun 1947 hingga kini. Adapun kurikulum yang sedang diterapkan saat ini adalah Kurikulum Merdeka Belajar yang diusung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makariem.
Tumblr media
Banyak kritik dan saran, kesan dan pesan terkait kebijakan mendikbud ini. Belum lagi, permasalahan yang menjamur di setiap lini lapisan masyarakat. Kompleksitas permasalahan ini tidak merata, saling tumpang tindih, ketimpangan. Belum selesai memahami, memaknai, mengimplementasi, dan mengaplikasikan kurikulum pendidikan yang diusung sebelumnya, lalu dipaksa untuk menerima dengan legowo kebijakan selanjutnya. Baiklah, mungkin terbilang mudah bagi sekolah yang notabene sesuai dengan kualifikasi yang diperkirakan Mas Menteri; fasilitas tercukupi, SDM yang memadai, lingkungan yang mendukung, para orang tua yang mampu dan suportif dan masih banyak lainnya. Lalu, bagaimana dengan kami yang harus beradaptasi dengan hal tidak serupa? Tentu jomplang, berat sebelah dan tidak seimbang.
Hadirnya teknologi, memang tidak bisa terus disalahkan. Teknologi memang hadir untuk memudahkan segala pekerjaan manusia. Mereka menciptakan, mereka yang mengatur, mereka yang memfungsikan. Hadirnya teknologi, memang sudah tidak asing seharusnya. Apalagi semenjak pandemi merebak, teknologi dan kecerdasan buatan sudah menjadi sahabat. Sayangnya, tidak semua memahami dan kemudian memfungsikan dengan bijak. Misal, hadirnya Chat GPT sebagai alat untuk mempermudah diskusi dan menuangkan ide untuk ranah kehidupan. Faktanya, kita semua sudah terlalu percaya bahwa AI (Artificial Intelligent) bisa menggantikan tugas guru di sekolah. Anak-anak sudah tidak perlu membaca dan sibuk mencari referensi sumber, sibuk mendengarkan penjelasan guru yang membosankan, tidak menarik. Belum lagi harus berhadapan dengan karakter dan pribadi guru pengajar yang menakutkan, menyeramkan, pemarah, suka mem-bully para siswa yang tidak mengerjakan tugas atau melanggar. Ini bukan hanya sekali dua kali saja. Sejujurnya, para siswa tidak pernah berfikir dan merindukan gurunya saat mengajar di sekolah. Mereka hanya ingin bertemu sahabatnya di sekolah, karena juga malas dan tidak betah di rumah.
Problematika seperti ini, memang tidak pernah disadari oleh individu pendidik sendiri. Padahal, komponen utama dalam kegiatan mendidik itu sendiri adalah kesamaan resonansi antara pendidik dan peserta didik. Tetapi, pada realitanya. Pendidik hanya berfokus pada tujuan utama dirinya sendiri; hanya mengajar dan menyampaikan ilmu di buku. Urusan pembentukan karakter, kematangan mental, nalar yang kritis untuk bisa menghadapi permasalahan yang lebih kompleks, menjadi nomor sekian. Ya, pada akhirnya mengajar yang juga sebagai kegiatan mulia seorang guru, dimonetisasi dan hanya dijadikan ladang penghidupan bukan menjadi ladang amal.
Nalar kritis yang selalu digaungkan sebagai harapan pelajar pancasila itu, hanya berwujud sebagai jawaban hitam putih saat ujian. Walau tugas-tugas dalam lembar kerja siswa tertanda sebagai soal HOTS. Apakah kualitas nalar berfikir kritis juga serupa? Rasanya tidak. Mengapa? Karena penyampaian materi di kelas, jarang bahkan tidak pernah sama sekali mengajak para siswa berfikir kritis, menggunakan kemampuan berfikir yang luar biasa, memfungsikan logika yang sudah Allah karuniai pada setiap hamba. Ketakutan para siswa dengan jawaban yang salah, sangat mempengaruhi kemampuan berfikir mereka yang bebas. Mereka memikirkan jawaban yang umum, jawaban yang tertulis di bukunya, dan juga jawaban tepat pada pilihan ganda.
Belum lama ini, Maudy Ayunda sempat ditanya oleh konten kreator, tentang kebijakannya bila dinobatkan sebagai menteri pendidikan. Maudy menjawab, bahwa ia akan menghapuskan asesmen pilihan ganda, dan menggantinya dengan soal esai berbasis critical thinking, ia juga menyampaikan bahwa ingin mengajak anak bangsa untuk punya hobi belajar dan mencintai ilmu seperti dirinya. Lalu, apa kabar hari ini? Bila memang hal itu terjadi setelah kebijakan Mas Menteri yang telah lama menghapuskan UN, meniadakan skripsi bagi mahasiswa dengan mengganti tugas yang sepadan, kemudian disusul dengan kebijakan-kebijakan yang hampir serupa di masa yang akan datang. Bagaimana dengan kondisi lapangan hari ini yang masih sangat lemah dalam hal bernalar kritis? Semoga pendidikan anak bangsa, kebijakan pemerintah dan urusan mengenai masa depan sebuah peradaban semakin membaik dan juga bermanfaat untuk agama, nusa dan bangsa.
11 notes · View notes
dandelionitaa · 2 years
Text
Terdengar Biasa Tapi Bisa Berbahaya.
dikirim dari WA grup
repost from Twitter @hello_egv
1. Seorang teman bertanya : 'Berapa gajimu sebulan kerja di toko itu?"
Ia menjawab : "1,5 juta rupiah".
"Cuma 1,5 juta rupiah? Sedikit sekali ia menghargai keringatmu. Apa cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupmu?"
Sejak saat itu temanmu jadi membenci pekerjaannya. Lalu dia meminta kenaikan gaji pada pemilik toko, pemilik toko menolak dan mem PHK nya.
Kini temanmu malah tidak berpenghasilan dan jadi pengangguran.
2. Saat arisan seorang ibu bertanya : "Rumahmu ini apa tidak terlalu sempit? bukankah anak² mu banyak?"
Rumah yang tadinya terasa lapang sejak saat itu mulai dirasa sempit oleh penghuninya. Ketenangan pun hilang saat keluarga ini mulai terbelit hutang kala mencoba membeli rumah besar dengan cara kredit ke bank.
3. Saudara laki²nya bertanya saat kunjungan seminggu setelah adik perempuannya melahirkan:
"hadiah apa yang diberikan suamimu setelah engkau melahirkan?"
"tidak ada", jawab adiknya pendek.
Siang itu, ketika suaminya lelah pulang dari kantor menemukan istrinya merajuk dirumah, keduanya lalu terlibat pertengkaran. Sebulan kemudian, suami istri ini akhirnya bercerai karna si istri berpikir suaminya tidak mampu membahagiakannya.
Dari mana sumber masalahnya?
Dari kalimat sederhana yang diucapkan saudara laki² kepada adik perempuannya.
4. Seseorang bertanya pada kakek tua:
"Berapa kali anakmu mengunjungimu dalam sebulan?"
"Sebulan sekali".
"Wah keterlaluan sekali anak²mu itu. Diusia senjamu ini seharusnya mereka mengunjungimu lebih sering".
Hati si kakek menjadi sempit padahal tadinya ia amat rela terhadap anak-anak nya.
Ia jadi sering menangis dan ini memperburuk kesehatan dan kondisi badannya.
Sejujurnya apa sebenarnya keuntungan yang didapat ketika bertanya seperti pertanyaan-peryanyaan diatas itu ???
Jagalah diri dan jangan mencampuri kehidupan orang lain. Jangan mengecilkan dunia mereka. Menanamkan rasa tak rela pada yang mereka miliki. Mengkritisi penghasilan dan keluarga mereka dan lain-lain.
Masuklah ke rumah orang lain dengan keadaan buta.
Keluarlah dr rumah orang lain dalam keadaan bisu.
Kita akan menjadi agen kerusakan di muka bumi dengan cara ini.
Bila ada bom yang meledak cobalah introspeksi diri, bisa jadi kitalah sebenarnya yang menyalakan sumbunya.
Semoga bermanfaat.
15 notes · View notes
riverflowz · 11 months
Text
aproximadamente 360 dias depois. um ano.
hoje, depois de termos discutido ontem, voce veio me dizer que nao estava muito bem. perguntei o motivo, e voce afirmou ser por causa da pessoa com quem voce se envolveu. a pessoa que voce preferiu no meu lugar.
um ano e muitíssimos tropeços e atitudes suas que mostraram como voce nao se importa tanto assim comigo depois, e eu ainda to aqui, escrevendo pensando em voce e pra me aliviar desse sentimento que não sei descrever.
um ano depois. chega a ser patético — pra sequer entrar no tópico do quão triste isso é. quem diria que depois de voce eu ficaria digna de pena.
hoje, depois de recaídas (foram recaídas ou eu simplesmente estava ali pra tampar o buraco temporário que ela deixou?) que nós duas tivemos, voce me diz que nao ta legal por causa dela. por voces estarem tentando ajustar as coisas e estarem tendo alguns desgastes no meio disso.
voce disse nao saber o que voces estao tentando fazer. nao saber se voces estao juntas de novo. nao saber onde voces querem chegar.
hoje eu entendo a pontada de ego ferido da minha parte e minha responsabilidade no meu proprio sofrimento, mas por que ainda dói? por que essa informação, honestamnete inesperada, ainda me afetou assim?
por que eu deixo voce ainda me afetar assim?
por que eu nao consigo seguir em frente? por que eu nao quero? por que é tao dificil pra mim deixar voce pra trás?
voce ja seguiu em frente, há muitíssimo tempo. por que eu nao me permito fazer o mesmo? por que eu sou assim, sempre tao emocionalmente indisponível?
hoje eu li um tweet que dizia o seguinte: "tem umas situações na vida que só um certo distanciamento é capaz de curar. ou, como diria o tame impala: the less I know the better" e é exatamente isso. só o tempo e o distanciamento poderiam me curar de voce, e eu nao deixo isso acontecer. por que nao?
eu nem sei nomear isso que eu sinto. eu mem gostaria de ter algo sério com voce depois de tudo. eu sei disso. então por que diabos isso nao passa? por que eu ainda me sinto assim? acho que é igual o trecho cantado pelo luiz lins. "quantas vezes eu perdi a cabeça tentando entender a tua?
e gritei teu nome ate perder a voz na rua.
e chorei na tua frente com a alma nua.
é como derramar bebida na ferida crua.
como se eu fosse viciado nessa loucura de naonquerer enxergar que a verdade dura é que a gente se acostuma até com a amargura.
e ai, será que agora voce ta feliz? será dessa forma o que voce quis.
será que agora ta melhor sem mim?"
5 notes · View notes
ceritaenamjourney · 1 year
Text
Dalam sebuah lamunan; betapa mengerikan menjadi tua dengan hanya menghabiskan waktu di kehidupan seperti mesin, yang hanya akan berakhir dengan pensiun dari rutinitas tanpa tantangan.
Good person wannabe. Saya ingin bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik setiap hari. Tanpa harus menunjukkan pada siapa pun. Perjalanan spiritual yang cukup Tuhan yang tahu.
Tapi ini bukan soal itu. Kesibukan domestik, good me time, do hobby yang menghasilkan, atau sekadar menebar keceriaan. Sibukkan dirimu maka kau tak akan punya waktu untuk mengurusi hidup orang lain.
Fokus. Tiba-tiba life is short berjalan indah.
Tuhan mengirim banyak teman baik, setelah berhasil mem-block tuman; teman berkuman.
Ah, ternyata menjadi tua tak se-menakutkan itu.
5 notes · View notes
ramengir · 2 years
Text
Seize your moment
Seringkali manusia dihadapkan pada berbagai kesempatan dan waktu
Kesempatan ada tapi waktunya ga pas
Kesempatan belum ada tapi waktunya pas
Lalu datanglah kesempatan di waktu yang pas
Ini memang rumus keberhasilan dalam hidup apapun bentuknya, cita-cita, bisnis, ataupun jodoh.
Namun masalahnya kapan kita tahu kesempatan itu datang di waktu yang pas atau kapan waktu yang pas itu?
Benarkah itu datang dari Allah? Benarkah Allah merestui?
Obrolan malah tadi bikin open mind
[7/16, 9:50 PM] Iqbal Ibnu Fakhri: Emang teteh tau dari mana itu petunjuk Allah dan ga dibolehin gitu sama Allah?
[7/16, 9:50 PM] Iqbal Ibnu Fakhri: Kan ngasih taunya dari keyakinan dan kemantapan hati. Seperti yg kubilang tadi
[7/16, 9:51 PM] Iqbal Ibnu Fakhri: Klo teteh nya bilang ga diambil. Ya Allah memang menggerakkan hati teteh untuk ga ambil itu
Bener!!! Kita tuh ga pernah tahu yang mana yang Allah maksudkan itu lagipula Allah MAU LOH REPOT REPOT NGURUS HAMBANYA.
ternyata memang semakin tua itu ujian keimanan bakalan makin berat
bentuk ikhtiar yang didukung sama istikharah (keyakinan hati) dan bentuk kepasrahan setelahnya itu jadi penting banget
Lagipula kan yang mempertemukan kesempatan dengan waktu yang pas itu bukan kita tapi Allah
Jadi memang belum waktunya aja...
Lalu misalnya di akhir bab 1 ternyata pilihan yang kita ambil dengan ikhtiar yang sudah kita maksimal dan pikiran yang sudah mantap akan sesuatu hasilnya ga sesuai. Wajar ko sedih dan menyesal tapi ingat Allah tahu mana yang terbaik untuk HAMBANYA.
Jangan sampe kayak gini
Ini semua sebenarnya keresahan yang menggantung selama beberapa hari.
Kayak gini nih aku dan dia saling cinta tapi ga berjodoh, kenapa?
Nah ini ujian keimanan tuh...
Waktu ada kesempatan ada tapi kenapa momennya ga ada
Nah, balik lagi ya karena Allah tahu yang terbaik kalo kita nanya "kenapa ya Allah? Padahal saya udah begini begitu?" Itu mah karena kita (manusia) mikir aja bagus peluangnya tapi kan gatau Allah ngejaga kita dari bahaya yang ga kita tau klo coba ambil itu.
Nyess!! Shombong amat sih lu jadi manusia
Keresahan ini muncul karena rasanya aneh kesempatan ada waktu juga pas tapi ko ga bisa jalan ga *eughh ayo" gitu dan kayak ada yang ngehalangin.
Ternyata memang itulah ujiannya, langkah awal itu adalah poin penting jadi yang grasa grusu dan yang mepertimbangkan lamaaa banget akan beda ambil keputusan awal. Yang paling utama melibatkan Allah ga nih? Seperti yang pernah seliweran di tumblr tempo hari tapi lupa aku reblog
Penggalan surat ali-imron 159
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Referensi : https://tafsirweb.com/1291-surat-ali-imran-ayat-159.html
Jangan pernah takut untuk mencoba you never know until you try tapi jangan maksa juga ... Ikhtiarkan, mantapkan (istikharahkan) dan pasrahkan...
3 notes · View notes
Text
Jasa bangun rumah Malang, Hub 0889-8964-3555
Tumblr media
Menciptakan Lingkungan Hijau: Desain Rumah Ramah Lingkungan di Malang
Hub 0889-8964-3555, Desain rumah 3D Malang, Desain rumah minimalis 2 lantai Malang, Desain rumah modern minimalis Malang, Jasa konstruksi rumah Malang, Biaya renovasi rumah per meter Malang, Jasa konsultan rumah Malang, Jasa pembuatan rumah Malang, Biaya desain interior rumah Malang, Jasa renovasi rumah murah Malang, Desain rumah islami Malang, Desain rumah dengan kolam renang Malang, Desain rumah dengan taman belakang Malang, Jasa renovasi rumah sederhana Malang, Desain rumah dengan rooftop garden Malang
Pertimbangan akan dampak lingkungan semakin menjadi perhatian utama dalam dunia arsitektur dan konstruksi. Di kota Malang, kesadaran akan keberlanjutan semakin berkembang, dan sebagai hasilnya, semakin banyak orang yang mencari desain rumah ramah lingkungan Malang. Dengan penekanan pada penggunaan bahan ramah lingkungan, efisiensi energi, dan praktik konstruksi berkelanjutan, desain rumah di Malang semakin bergerak menuju ke arah yang lebih hijau.
Hubungi kami di whatsapp https://wa.me/6288989643555
Mengapa Desain Rumah Ramah Lingkungan?
Sebelum kita membahas lebih lanjut, penting untuk memahami mengapa desain rumah ramah lingkungan menjadi pilihan yang menarik bagi banyak orang. Selain membantu mengurangi jejak karbon dan dampak negatif terhadap lingkungan, rumah ramah lingkungan juga dapat mengurangi biaya operasional jangka panjang dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi penghuninya.
Ragam Desain Rumah di Malang
1. Desain Rumah 2 Lantai Malang
Rumah dua lantai semakin populer di kalangan pemilik rumah di Malang. Dengan desain rumah 2 lantai Malang, Anda dapat memaksimalkan penggunaan lahan dan menciptakan ruang tambahan untuk keluarga Anda tanpa meninggalkan jejak lingkungan yang berlebihan.
2. Desain Rumah Ramah Lingkungan Malang
Desain rumah ramah lingkungan di Malang mencakup berbagai praktik, mulai dari penggunaan bahan daur ulang hingga pemanfaatan sumber energi terbarukan seperti panel surya dan sistem pengumpulan air hujan. Dengan memilih desain rumah ramah lingkungan Malang, Anda dapat membantu melestarikan lingkungan sekitar sambil menikmati rumah yang nyaman dan efisien.
3. Desain Rumah 3D Malang
Teknologi 3D telah memainkan peran yang semakin penting dalam proses desain dan konstruksi rumah. Dengan menggunakan desain rumah 3D Malang, Anda dapat melihat dengan jelas bagaimana rumah akan terlihat dan berfungsi sebelum konstruksi dimulai, mengurangi risiko kesalahan dan pemborosan sumber daya.
Faktor Biaya dalam Desain Rumah Ramah Lingkungan
Saat mempertimbangkan biaya bangun rumah per meter Malang, penting untuk memperhitungkan biaya tambahan yang terkait dengan desain rumah ramah lingkungan. Meskipun biaya awal mungkin sedikit lebih tinggi daripada rumah konvensional, investasi ini seringkali dapat dikompensasi dengan penghematan energi jangka panjang dan nilai tambah lingkungan yang lebih tinggi.
Tumblr media
Proses Renovasi Rumah Tua ke Rumah Ramah Lingkungan
Bagi mereka yang ingin mengurangi jejak lingkungan mereka tanpa membangun rumah baru, jasa renovasi rumah tua Malang dapat menjadi solusi yang baik. Dengan bantuan tim profesional, rumah tua dapat ditingkatkan menjadi rumah yang lebih efisien secara energi dan ramah lingkungan melalui berbagai peningkatan seperti penambahan isolasi, penggantian sistem energi, dan pemilihan material yang lebih berkelanjutan.
Hubungi kami di whatsapp https://wa.me/6288989643555
Manfaat Desain Rumah Ramah Lingkungan di Malang
Penghematan Energi: Desain rumah ramah lingkungan menggunakan teknologi dan praktik yang dirancang untuk mengurangi konsumsi energi, membantu mengurangi biaya tagihan energi bulanan Anda.
Keberlanjutan: Dengan memilih desain rumah yang ramah lingkungan, Anda dapat membantu melindungi lingkungan alam sekitar dan memberikan kontribusi positif terhadap pelestarian sumber daya alam.
Kenyamanan dan Kesehatan: Rumah yang ramah lingkungan cenderung memiliki kualitas udara yang lebih baik dan lebih nyaman untuk ditinggali, menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi penghuninya.
Kesimpulan
Desain rumah ramah lingkungan di Malang tidak hanya merupakan tren, tetapi juga merupakan langkah yang penting menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Dengan memilih untuk membangun atau merenovasi rumah Anda dengan prinsip-prinsip keberlanjutan, Anda tidak hanya akan menikmati manfaat bagi lingkungan, tetapi juga bagi kesejahteraan Anda sendiri dan generasi mendatang. Jadi, jangan ragu untuk memilih desain rumah ramah lingkungan di Malang dan bergabunglah dalam gerakan menuju gaya hidup yang lebih berkelanjutan!
0 notes
veritanascoste · 6 months
Text
La tela del ragno : MATRIX
È molto importante capire alcuni passaggi.
Certo, entriamo di nostra volontà per sperimentare il sentirci separati dalla FONTE. Lo facciamo fiduciosi e innocenti perché PRIMA,il male non esisteva.
Siamo entrati per nostra volontà ma dopo hanno cambiato le regole del gioco .
Oggi , dopo mille anni ..per ricreare questo mondo virtuale manca all' appello qualche sillaba per poter procedere verso un nuovo codice ❗
Ricordate, in tempo ...chi si ne rendeva conto della matrice virtuale cercando di fuggire, subiva l'elettroshock .
Siamo entrati così a fare fare dell' esperimento Anunnaki con l'inganno ❗
Fatelo sapere ❗
Questo esperimento si chiama " TRE COSCIENZE oppure DIVINA TRINITÀ ❗
Già ...hanno usato le religioni ❗ Siamo così rimasti incantati ...con la cancellazione della memoria❗
👇
Siamo divinità intrappolate in corpi biologici alla quale è stata tolta la memoria attraverso apparecchiature sofisticate ❗
La morte non doveva esistere ma in questo gioco macabro è stata inserita per poter generare sofferenza ❗
Autoprogrammarci è accettare di essere robot biologici ❗ Conoscenza del proprio sé per riprendere la propria memoria ontologica che ha bisogno di programmare❗ Chi capisce la differenza sta per uscire dal gioco, chiaro ❓ Il resto è agganciato  al sistema ...
A cosa servono gli
Psicoterapeuti, allenatori, terapisti, canalizzatori e attivatori di AND E MERKABAH, medici, scienziati❓
Mi dispiace dirlo, non lo sanno ma  tutti recitano la grande farsa per  mantenere viva l'illusione che i " padri padroni " hanno creato ❗
Trascorrono il loro tempo sostenendo la matrice ad ogni costo, sono loro che cercano di mantenere l'umano integrato, innamorato di questa realtà virtuale...che accetta ignaro ❗
È la realtà virtuale.
Come è stato questo gioco ASSURDO❓
Ci devono essere dei giocatori che forniscono il mantenimento ai giocatori che stanno soccombendo al gioco❗
I medici tengono il corpo dell'ologramma mal progettato malato e muore❗
Gli psicoterapeuti sostengono la mente umana che si impone e viene programmata o deprogrammata come vuole il sistema❗
La scienza è lo strumento del demiurgo per mantenere le menti intelligenti nel gioco delle nuove scoperte, delle nuove teorie che presto uccidono le nuove scoperte che ci fanno ancora cercare da dove vengono gli umani, povere "scimmie"❗
Couching supporta tutto ciò che gli altri non potrebbero supportare, motivandoti a continuare a comportarti (sopportare) bene nella matrice, nonostante i rimpianti.
Meno sdraiati e più SILENZIO MENTALE, il silenzio mentale rigenera ❗
Meno psicoterapeuti e più SILENZIO MENTALE❗
Meno Medicina e più SILENZIO MENTALE.
Meno credenze scientifiche e più SILENZIO MENTALE❗
NON ignorare il discorso e iniziare a svegliarti❗Se questo è un mondo virtuale non va alimentato...mi sembra molto semplice ❗
Sono tanti guru dediti a riprogrammare  i robot biologici per poter sopportare nuovamente la Matrix ma questa crollerà assieme a tutti coloro che non hanno compreso ❗ Che fine faranno coloro che dormono ❓Rifaranno l'esperienza altrove ❗
Finché siamo proiettati in questa realtà virtuale,siamo nella dualità...quindi quello che devi fare è mettere a tacere la tua mente per far si che la tua coscienza  faccia un atto di presenza per vivere  nel mondo sapendo bene che non sei del mondo ❗
Solo il 20% non sarà riprogrammato .Questa matrice è destinata a collassare e loro lo sanno...
Il mondo è invaso da intelligenze artificiali che non hanno amore e non potranno mai averne .
Il lavoro del risveglio di coscienza è individuale ❗
È la cosiddetta TRINITÀ DIVINA, GADU, IL DO, L'UNO, SHIVA, BRAHMA, VISHNU per gli indù.
BUDDHA, DHARMA, SANGHA per il Buddismo la dottrina TRYKAYA.. .
ALEPH, MEM, SHIN Esoterismo ebraico e Kabbalah.
Un vero DIO con tre menti intelligenti❗
La triade è il numero sacro 3,6,9
Tutta questa creazione è composta da tre principi: Yin, Yang e l'equilibrio dell'intelligenza artificiale in cui siamo proiettati❗
Tutta l'umanità collettivamente è 'programmata' e 'codificata' e vedremo chi riuscirà a superare questi programmi, benvenuto nel futuro senza futuro... perché virtuale ❗
Copyright
Codice Genesi
https://t.me/httpR2aVkMTA0
1 note · View note
harunokijournal · 10 months
Text
// mentioned child abuse
Akoji Saya. Saya, hmm, ya ...
Anak ini diadopsi setelah si kembar lahir. Nah, pertanyaannya, kenapa suami istri Raizael mau ngadopsi dia, padahal posisinya mereka udah punya empat anak (tiga kandung satu angkat)?
It will be a quite long story, perhaps
Ini dimulai dari tiga tahun setelah si kembar lahir. Rai Raizael (nama bapaknya Akira dkk) punya banyak kolega kerja, entah itu dari dalam ataupun luar Jepang (dia sendiri foreigner kan). Suatu hari, waktu lagi pulang bareng beberapa dari mereka (habis minum, biasa refreshing di sana), ada anak kecil papasan sama mereka. Umurnya kira-kira 4 tahun, kecil, dan somehow di badannya yg pake baju pendek itu keliatan banyak lebam. Anak itu kek baru aja lari dari kejaran orang. Rai nggak terlalu mabok waktu itu, dan dia sadar anak itu tadi lewatin mereka, jadi dianya inisiatif nyamperin terus nanyain, "Nak, kamu kenapa?"
Temen2 kerja dia pada ngeliatin. Ray sempet denger salah satunya bilang, "Ah, paling habis kelahi sama temennya," semacam itu. Tapi Rai nggak ngerasa demikian, apalagi anak itu diem aja. Jadinya Rai nanyain lagi. "Badan kamu lebam2 gini. Kamu habis ngapain?"
Terus tiba-tiba itu anak nangis.
Rai bingung, temen2nya juga. Di tengah kebingungan itu, tiba2 ada bapak2 nyamperin mereka.
"Ah, kamu di situ, Saya!"
Rai yang denger noleh. Dia liatin bapak2 tadi sedikit, dan karena sadar diperhatikan dia langsung bilang, "Ini anak saya. Maaf ya, bapak-bapak sekalian. Anak ini habis jatuh tadi—baru aja mau saya bawa ke rumah sakit, tapi dianya malah kabur."
"Oh, gitu?" Temennya Rai nyaut.
Kepekaan Akira sama Kana itu turunan Rai, yang mana berarti Rai nggak percaya begitu aja. Dia ngeliatin anak tadi sekali lagi, anak itu entah sejak kapan ngga nangis lagi—matanya sembab, tapi di situ justru kelihatan, seolah-olah dia takut.
Apalagi pas bapak2 tadi narik si anak, anak itu kelihatannya gamau banget. Dia natap Rai, natap temen2nya Rai juga, seolah-olah dia gamau dibawa pergi.
"... Tunggu."
"Huh?"
"Habis ini ... Bapak mau membawanya ke mana?"
Si bapak agak kaget pas ditanyain gitu. Tapi habis itu dia langsung jawab. "Ke rumah sakit, tentu saja. Setelah itu kami pulang."
Rai natap anak tadi sekali lagi.
"... Gitu, ya? Baiklah."
Habis itu anak tadi dibawa pergi.
Temen2 Rai nanyain dia, kenapa sih kok aneh banget. Rai ngga ngejawab—dia cuman ngeliatin anak itu sampe mereka hilang di perempatan. Dua hal yang bikin Rai curiga, sampe mereka hilang anak itu masih natap mereka, sama ...
"... Memangnya ke arah sana, ada rumah sakit, ya?"
Beberapa hari ke depan semuanya normal-normal aja. Rai nggak ketemu anak itu lagi, tapi entah kenapa dia kepikiran. Kelakuan anak itu agak janggal, dan bapaknya juga somehow mencurigakan. Rai penasaran, tapi dia bisa ngapain, kalo dia nggak ketemu anak itu lagi?
Kira-kira itu dua mingguan. Jepang udah mulai transisi dari musim panas ke musim gugur. Suatu hari waktu baru pulang kerja, Rai papasan lagi sama anak itu.
Iya, papasan, karena waktu Rai lagi jalan pulang, anak itu lari dari arah yang berlawanan. Agak cepat, tapi matanya Rai lebih tajam. Dia langsung kenal itu anak yang tempo hari dia samperin. Karena masih penasaran, Rai putar balik. Dia ngikutin anak tadi.
Anak itu masih pake baju pendek (agak aneh karena transisi ke musim gugur itu suhu udara udah turun, minimal pake lengan panjang kalo gamau kedinginan). Dari jarak dia ngikutin itu Rai bisa liat, badan anak itu masih lebam2, bahkan kayaknya lebih banyak ketimbang sebelumnya.
/bukankah waktu itu ayahnya bilang, dia mau bawa anak itu ke rs?/
Rai baru aja mau samperin dia, sebelum tau2 dari depan sana, ada yang keburu nyamperin anak itu.
Kali ini ibu2 (mungkin seumuran Haruko, diliat dari wajahnya yg agak tua khas ibu2 beranak). Anak kecil tadi keliatan kaget, dan ekspresi si ibu2 kayak marah banget.
"Ngapain kamu keluar lagi?! Pulang!"
Anak itu ditariknya, ga peduli di sana ada orang2 termasuk Rai sendiri. Ibu2 itu narik dia dan ngelewatin Rai (kayaknya arah pulang mereka memang lewat sana). Pas mereka papasan sama Rai, anak itu tau2 aja ngeliatin Rai lagi.
Tatapannya kayak takut, mau minta tolong tapi nggak berani.
Rai mau ngikutin mereka sebenernya, tapi udah sore banget (Haruko bakal ngomel2 pasti karena dia pulang telat tanpa ngabarin). Karena itu Ray akhirnya pulang, sambil berharap suatu hari dia bisa tau apa yg terjadi.
Lama banget, dia ngga ketemu lagi sama anak itu. Rai masih penasaran, tapi udah lama banget—mungkin yg kemaren itu emang yg terakhir kali, Rai sempet mikir gitu. Akhirnya dia nyoba ngelupain aja, sambil berharap moga anak itu baik-baik aja.
Musim gugur kelar, dan Desember jadi pembuka musim dingin yg udaranya makin dingin aja.
Udah tiga bulan sejak kejadian itu, dan Rai mulai lupa sama apa yg dia liat. Tapi ada hari di mana temen yg minum sama dia beberapa bulan lalu, tiba-tiba nyamperin dia.
"Raizael, kau inget anak yang kau samperin waktu kita minum?"
Itu narik perhatian Rai, dan bikin dia inget lagi. Dia langsung ngangguk. "Kenapa?"
"Kakakku, dia kerja di salah satu panti asuhan di sini. Kemarin aku ke sana untuk mengantarkan beberapa barang yang dia minta, dan aku melihatnya—anak itu.
"Penampilannya lebih baik ketimbang waktu kita bertemu dia. Karena ingat itu aku bertanya pada kakakku, anak itu sejak awal tinggal di sini? Dan kau tahu jawaban kakakku apa?
"Dia bilang, anak itu baru tiba di sana sejak sekitar seminggu lalu. Orang-orang dari balai perlindungan perempuan dan anak yang mengantarnya. Mereka bilang, dia korban kekerasan orang tuanya–sudah terjadi lama sekali, dan baru ketahuan setelah tetangganya melapor karena mendengar suara aneh nyaris tiap malam."
Tiba-tiba aja Rai ngerasa dapat benang merah atas semuanya. Tentang badan anak itu yang lebam-lebam, tatapannya, semuanya. Dia langsung natap temennya dalam-dalam.
"Panti asuhan itu ... panti asuhan yang mana?"
Temen dia ngasih satu nama panti asuhan. Rai catat nama tempatnya baik-baik, terus temennya bilang, "Akhir minggu ini aku bakal ke sana lagi buat mengantar barang. Kalau kau mau, aku bisa menemanimu ke sana."
Rai setuju.
Akhir minggu datangnya terasa lama. Beberapa hari sebelum itu dia ngobrol bentar sama Haruko, tentang anak itu. Mereka ngobrol dan Haruko bilang, "Kasihan juga, ya ..."
"Benar, kan?"
Dan akhirnya akhir minggu tiba. Sesuai janji Rai dan temennya pergi ke panti asuhan itu—sebagai ucapan terima kasih Rai bantu2 dia bawa sebagian barangnya. Waktu mereka dateng mereka disambut baik. Kakak perempuan temennya Rai juga iya2 aja, waktu adeknya bilang Rai ikut dia buat ketemu sama anak tadi.
"Raizael-san kerabat dia?"
"Hmm, bukan kok."
"Eh?"
"Namanya saja aku tidak tahu, tapi kami pernah ketemu—dan karenanya aku ingin tahu, apa dia baik2 saja?"
Kakak perempuannya temennya (mari kita sebut dia Mari, sementara temennya kita panggil Koga) ngejelasin, lebam anak itu pulih sedikit-sedikit setelah dirawat di sini. Tapi mungkin karena trauma, dia agak takut dideketin orang dewasa, dan narik diri dari anak-anak panti yg lain karena satu dua hal.
"Anak-anak, kalian lihat Saya-kun?"
Salah satu anak panti nunjuk ke pojokan ruangan waktu ditanyain Mari. Rai ngikutin arah itu, dan dia bisa liat, anak yg dia temui berbulan lalu ada di sana, duduk, ngejauh dari anak-anak lain.
Mari ngajakin Rai buat deketin dia. Pas dipanggil, anak itu ngelirik sedikit-sedikit.
"Ada yang mengunjungimu, Saya-kun."
Setelah itu Mari pamit undur diri. Rai natap anak tadi. Dia sadar juga, anak itu masih natap dia, bahkan setelah Mari pergi.
"Nak, kamu masih ingat saya?"
Anak itu ngangguk.
"Begitu, ya ..."
Rai mau minta maaf sebenernya, karena dia nggak sadar dan bergerak lebih cepat. Tapi untuk beberapa alasan dia tahan itu, dan dia lebih milih nepuk2 pelan pundak anak itu.
"Nama saya Rai Raizael—agak susah disebut anak-anak, jadi panggil Rai saja. Kalau kamu?"
Meski pelan dan agak keredam suara anak-anak yang lagi main di ruangan yang sama, Rai bisa dengar, anak itu jawab dia pake suara yang pelan banget.
"... Akoji ... Saya ..."
"Saya-kun, ya? Umur berapa?"
"... Empat tahun, kayaknya."
Masih kecil banget. Dan kalo inget kata2nya Koga, Rai ga bisa bayangin gimana bisa anak serapuh ini tetep bertahan.
Rai ngajakin Saya ngobrol, meski Saya lebih banyak diam (sekalinya ngejawab, suaranya kecil banget). Pertemuan mereka ditutup karena udah masuk jam makan siang, dan Koga udah ngajakin balik. Tapi—
—sebelum pulang dia janji ke Saya, kalau nggak sibuk, dia bakal rajin2 berkunjung ke sini.
Kunjungan kedua dan ketiga, Saya masih kayak nggak terbiasa. Tapi kunjungan berikut-berikutnya, anak itu pelan2 mulai terbuka.
Saya pernah nanya ke Rai, apa Rai punya anak? Rai jawab iya. Anaknya empat, dua sudah masuk sekolah dasar, dan sisanya tahun depan mulai masuk tk. Saya nanya mereka biasanya gimana, dan Rai jawab mereka baik-baik aja, makan dan main bareng-bareng.
"Kalau berbuat salah, mereka dipukul juga?"
"Eh? Tidak, kok."
"... Kenapa?"
"Berbuat salah itu ... wajar, Saya-kun."
"Wajar? Tapi Mama bilang, kalau aku salah, aku bakal dipukul—dan aku selalu salah, bahkan kehadiranku juga kesalahan, katanya ..."
Rai diem.
Saya juga diem. Karena Rai diem dia ngira dia berbuat salah lagi. Ekspresinya udah ketakutan, tapi tiba2 Rai justru meluk dia.
"Kamu udah di sini, Saya-kun. Kamu ... nggak bakal ada yang memukulmu lagi kalau berbuat salah ..."
"... Tapi Mama dan Papa bilang, mereka begitu karena mereka sayang aku?"
Rai ga jawab–ketimbang itu, dia meluk Saya makin erat.
Setelah itu selama beberapa bulan, Rai mulai jarang berkunjung—kerjaan dia makin banyak, tapi seenggaknya dia nyoba berkunjung ke sana sebulan sekali. Tiap dia mampir, Rai mulai nyadar, anak-anak di sana jumlahnya mulai berkurang.
Puncaknya setahun setelah itu. Siang itu Mari ngajak dia dan Koga buat makan siang di luar bareng (kebetulan lagi jatahnya Mari libur, jadi dia bisa tenang sedikit karena pengasuh lain bisa gantiin dia). Jadi mereka makan siang bertiga, dan begitu selesai, Mari ngebuka pembicaraan.
"Akhir-akhir ini, banyak anak-anak yang diadopsi."
Mari bilang begitu, tapi ekspresinya ga nunjukin kalo dia lega.
"Sejujurnya aku senang karena akhirnya ada keluarga baru yang mau menerima mereka. Tapi di sisi lain, keuangan panti asuhan ini juga menurun drastis–meski banyak anak-anak yang sudah mendapatkan rumah baru, tapi donatur panti asuhan ini juga mulai berkurang, dan dana dari pemerintah tidak cukup.
"Kami sudah punya rencana untuk memindahkan anak-anak yang belum mendapatkan keluarga baru ini ke beberapa panti asuhan lain di luar Setagaya, apabila kami benar-benar tidak bisa bertahan lagi. Tapi di sini masalahnya, makanya saya mengajak Anda makan siang bersama kami, Raizael-san.
"Saya-kun, seperti yang Anda tahu, dia belum dapat keluarga baru. Dan memindahkannya sepertinya tidak akan berjalan mulus, karena dia masih takut dengan kehadiran orang dewasa yang baru dikenalnya. Traumanya masih membekas, dan saya tidak tega kalau harus memindahkannya."
Rai tau ini pembicaraan ngarahnya ke mana. Dia diem sebentar di situ.
"Aku sudah bilang ke Nee-san, kalau kau punya empat anak, kok, Raizael–jadi ini bukan paksaan." Koga nyahutin. "Tapi ... yah, bisa dibilang kami berharap juga? Namun kalau keberatan juga tak masalah–Nee-san sudah bersiap-siap cari pekerjaan lain, dan kalau kau tidak bisa, Nee-san yang akan mengadopsinya."
Rai masih diem. Tapi, habis itu dia ngambil napas.
"Minggu depan, aku bakal mampir ke sana dengan istriku," katanya.
Koga sama Mari langsung tatap2an.
Waktu sampe di rumah, Rai ngajak Haruko ngobrolin ini. Haruko awalnya nggak terlalu setuju, tapi ngingat2 cerita Rai beberapa bulan ini, Haruko nggak tega juga.
Dan minggu berikutnya, Rai menepati janji.
Dia mampir ke panti bareng Haruko. Mari dengan senang hati ngajakin mereka ke tempat Saya, dan Saya awalnya agak kaget, karena Rai datang dengan orang lain.
"Saya-kun, ini istriku, Haruko."
Haruko pada dasarnya orang yang lembut. Waktu dia ngenalin diri ke Saya, suaranya halus banget (khas seorang ibu), dan Saya ngerasa, dia berbeda dari ibu kandungnya. Haruko Raizael, dalam kunjungan pertamanya, berhasil bikin Saya ngerasa aman di dekatnya. Rai pas tau, dia seneng.
Pada kunjungan kedua, baru mereka memutuskan kalau mereka bakal mengadopsi Saya (kabar baik buat Mari dan Koga juga, waktu mereka tau mereka ikutan senyum). Ngurusin berkas adopsi ini butuh waktu lama (banget), dan selama itu Rai sering2 datang (kadang sama Haruko, kadang sendirian karena dia juga punya anak di rumah). Rai, waktu ngurus berkas, sempet minta ke pihak sana buat daftarin Saya dengan dua nama, "Akoji Saya" dan "Saya Raizael". Waktu ditanya apa alasannya, Rai ngejelasin.
"Saya merasa ... Saya-kun sedikit banyak masih merasa terikat dengan masa lalunya. Saya tidak keberatan prosesnya lebih lama ketimbang biasanya, yang terpenting Saya-kun tidak merasa terlalu terkekang. Ketika dia sudah besar nanti, saya yakin, dia bisa memilih marga mana yang akan menjadi nama tetapnya."
Jadi sebetulnya Saya punya dua nama. Rai bilang, Saya bisa memilih yang mana saja, karena kedua namanya resmi sampai dia punya kartu tanda penduduk (di mana dia harus pilih salah satunya, dan Rai yakin pada saat itu tiba, Saya udah bisa menentukan yang mana yang akan jadi identitas tetapnya).
Proses pengurusan berkas-berkas itu selesai dalam tiga minggu. Dan akhirnya, Saya yang udah berumur lima tahun bergabung dengan keluarga Raizael, mendapat ayah-ibu baru yang baik dan saudara-saudara yang menerimanya dengan antusias. Butuh waktu buat beradaptasi, tapi Rai dan keluarganya mau menuntun Saya dengan senang hati, hingga Saya merasa aman dan nyaman tinggal bersama mereka.
0 notes
Text
Tumblr media
0 notes
sirensapple · 10 months
Text
Mari sedikit berpikir tentang sistem pendidikan kita dan permainan di dalamnya
Tulisan ini saya dedikasikan untuk adik saya, Agus yang patah hati karena sistem RTO PPDB tidak tertera namanya di sekolah yang (diinginkan?)
Pagi itu saya sengaja mandi lebih pagi dan masih dingin-dinginnya cuaca di daerah pegunungan, tempat tinggal saya di salah satu daerah Jawa timur. Tujuannya tak lain untuk menyambut keponakan saya yang menggemaskan dan suka berulah, Lituhayu dan Naradipta. Tapi ternyata mereka justru tidak bisa datang karena beberapa hal. Ya sudah, kesregep-an saya untuk mandi hari itu harus saya korbankan untuk sekedar membaca buku.
Pagi itu ternyata adik saya sedang menunggu pengumuman PPDB Jatim yang sejak beberapa tahun lalu menggunakan sistem RTO dan serba online. Jadi, yaaaa serba-serbi pekerjaan sistem ada di sana. Karena saya punya pengalaman buruk dengan sistem online, maka sebelum tepat pengumuman itu terlaksana, saya berpesan kepadanya “jangan terlalu berharap pada hal semacam ini. Kita boleh optimis, tapi tidak boleh jatuh begitu dalam saat kecewa”
di sisi lain saya berkomentar seperti itu, Saya juga harap-harap cemas menantikan pengumumannya. Pasalnya, adik saya mendaftarkan ke sekolah yang saya tolak beberapa tahun lalu. Bukan ditolak sekolah, melainkan saya yang sampai saat ini enggan untuk menapakkan kaki bahkan di gerbangnya sekalipun. ada trauma mendalam yang sampai saat ini sangat membekas, dan membuat saya juga enggan menceritakannya kepada kebanyakan orang. Sampai saat ini, kalau orang menyalahkan tragedi tahun tersebut, saya hanya akan membalasnya dengan kehidupan yang saya alami saat ini, yaitu berbahagia dengan kehidupan pendidikan saya, bisa bermanfaat untuk sekitarnya. Itu jauh lebih hebat dibanding orang-orang yang selalu mengungkit tragedi tersebut, shut up bitch!
OK, lanjut kepada adik saya ini. Karena setiap kali ditanya ia selalu optimis, maka mungkin allah menunjukkan jalan yang sedikit rebel untuknya. Pengumuman berlangsung dengan server yang maitenance dalam jangka panjang. Namun desas-desus dari grup PPDB sudah menunjukkan bahwa dirinya tidak ada dalam daftar penerimaan oleh sekolah tersebut. Ya sudah to, mau bagaimana lagi. Saya dan keluarga cukup mengarahkannya untuk menyiapkan pendaftaran ke sekolah lainnya.
Sebenarnya saya ingin memberikan waktu merayakan kesedihan untuknya. Tapi dasarnya adik saya ini “ngeyel”, maka bertubi-tubi nasihat yang dilontarkan akan terpental begitu saja. Ia tetap keukeuh untuk masuk sekolah tersebut. Sampai harus mengakses hal yang tidak saya suka, “ordal”. Saya benci dengan kata itu sebab saya juga kecewa dengan hasil dari perbuatan-perbuatan ordal dalam campur tangannya di dunia pendidikan, terutama.
Adik satu ini tetap menangis dan akhirnya keluarga menempuh jalan tersebut untuk omenenangkannya. Yang jadi korban tentu saya. Niat hati pulang ke rumah untuk berlibur, justru harus menjadi sopir seharian menuju sekolah yang saya benci. Di rumah, saya mem buat kesepakatan bahwa saya hanya akan mengantarnya sampai di depan gerbang, dan akan saya tinggal pergi. Permintaan saya disetujui, dan ya itu terjadi.
Usut punya usut setelah datang ke sekolah tersebut, tersingkap bahwa oknum-oknum PPDB memang mempermainkan semua itu karena mereka juga dititipi oleh orang tua siswa. Yahhh, dari situ harusnya adik saya sadar bahwa ada perlakuan tidak adil dan itu sudah sering terjadi. Pertanyaan saya, kenapa ente masih gigih, sih? Heran deh.
Jadi begini kawan-kawan,
PPDB Jatim dibuat untuk meratakan pendidikan di daerah dengan beberapa jalur, yaitu afirmasi, pindah tugas ortu, prestasi non akademik, nilai, dan zonasi. 3 jalur pertama menjadi satu tahap, jadi total ada 3 tahap PPDB. Hebatnya, PPDB berbasis sistem online tersebut masih diselipi tangan para orang dalam yang amjinkkk banget.
Ada banyak sekolah, tapi kenapa meskipun sudah tau kebusukan sekolah tersebut, dia masih kukuh untuk ke sana. Tidak habis fikri, deh. Saya sih gapapa dia mau ke sana, cuman ayolah jangan nangis hanya karena mantan sekolah saya. sombong dulu gaksih. Tidak, tidak. bukan begitu maksudnya, tapi lebih ke “hey, SMA saya yang telah melahirkan mahalaya yang sekarang juga sudah jauh lebih bagus, cynnn”. Minimal tidak termakan stigma masyarakat terhadap SMA saya tercinta deh.
Maksud saya, daripada menerobos masuk ke sana jalur ketidakjujuran, apakah tidak lebih baik daftar di SMA kebanggaan saya? Apa kamu akan jauh merasa lebih hebat ketika bisa sekolah di SMA favorit tapi hasil dari perbuatan orang dalam yang menguras finansial dan juga menguras moral?
Membicarakan ketidakjujuran dan orang dalam, saya jadi ingat dengan masa UTBK di tahun 2019-2020. Saya harus menelan pil pahit bahwa 2 dari PTN yang menerima saya, salah satunya dikira saya mau minggat (Udayana-sastra inggris), dan satunya lagi ruang gerak saya berbasis di Jawa (UNY-saat itu diterima pendidikan bahasa jawa). Kedua PTN itu sudah menerima saya, tapi lagi-lagi ridho orang tua bukan sembarangan. Jika saya tetap “keukeuh” ke Bali, pasti saya akan dihapus dari KK karena orang tua sudah melarang untuk neko-neko kuliah di sana, tidak bisa dibayangkan kalau saya tetap daftar ulang di Udayana.
Kembali pada permainan UTBK kemarin, saya jadi percaya bahwa pendidikan di Indonesia hanya akan maju bersama dengan menjadikan uang sebagai tahta tertinggi. Why? Karena pengalaman UTBK kemarin, banyak nilai yang jauh di bawah saya justru ke terima di fakultas yang di luar dugaan. Banyak hal yang timpang dalam proses dan hasilnya. Sampai saya yang sudah bertekad dan tidak ingin kuliah kota pelajar saja, akhirnya berubah karena peristiwa itu. Tapi akhirnya saya bersyukur dan sangat berterimakasih kepada Allah terutama, bahwa ditunjukkan jalan lain untuk melangsungkam pendidikan. Ucapan kedua untuk kakung saya dan ibu saya yang sampai saat ini selalu mengupayaklan untuk bisa memenuhi apa yang saya butuhkan dan saya inginkan meskipun terkadang menyulitkan keduanya.
Sekarang saya menempuh pendidikan di bidang yang sama. Tapi miris melihat bagaimana sekolah-sekolah tetap menjalankan tradisi jeleknya demi “tahta tertinggi”. Saya mengapresiasi guru-guru yang tetap menjaga kejujurannya, sekalipun selalu dibilang “pelit nilai”. Saya semakin percaya bahwa nilai rendah yang diberikan dan diperoleh, bukan karena guru itu tidak menyukai siswanya, melainkan ada tanggungjawab besar yang harus dipikul.
Jika tulisan ini menyinggung pihak manapun, bisa hubungi saya via instagram. Sebab sampai sekarang saya masih diteror pihak-pihak tersebut, bahkan sampai disumpah serapahi tidak akan sukses dengan jalan yang saya tempuh.
Salam sehat!
0 notes
wser · 1 year
Text
Terhubung Kembali dengan diri Sendiri
Seperti biasa, laptop sudah hadir di hadapanku dengan bejibun to do list yang idealnya diselesaikan pekan ini... Tapi entah kenapa rasanya berat sekali untuk menyelesaikan semuanya, merevisi laporan, menyusun materi untuk dua acara, membuat laporan klien untuk institusi yang lama, menghubungi pihak institusi baru, mem-follow-up kelas terapi, dan lain-lainnya... Sejenak, lewat tulisan ini, aku ingin mengambil jeda dan terkoneksi dengan isi pikiranku sendiri... Beberapa waktu ke belakang memang tampaknya aku cukup banyak berinteraksi dengan “dunia luar” sampai diri seakan mengemis ruang untuk aku juga melihatnya... Merangkul segala lelah, segala cemas yang membuat sulit tidur, perasaan tubuh yang mulai tidak nyaman karena sudah lama tidak berolahraga, kamar yang mulai berantakan karena representasi dari pikiran yang (mungkin) juga berantakan... Aku butuh waktu... Untuk pelan-pelan menata lagi semuanya... Maaf ya, tampaknya banyak hal yang jadi kebutuhanmu belum bisa aku penuhi secara maksimal, wahai diri... Terima kasih... Terima kasih sudah mau berproses sampai detik ini, mau menerima segala keadaan yang terjadi, segala stimulus yang hadir, segala hal yang terjadi yang butuh atensi... Aku mau meminta tolong, Ayo pelan-pelan kita lewati lagi semuanya, Menata kembali diri, diri dengan berbagai pecahan peran di baliknya, peran sebagai Hamba Allah, peran sebagai anak dari orang tua, peran sebagai kakak, peran sebagai sahabat, peran sebagai mahasiswa, peran sebagai pekerja, peran sebagai rekan organisasi, dan peran sebagai anggota dari society... Dunia ini memang tempatnya ujian, Untuk bisa lulus ujian, kamu butuh ilmu, kamu juga butuh latihan, Kalau nilainya nggak terlalu memuaskan, setidaknya kamu sudah berusaha hingga ujung kemampuan... Bismillah... Laa haulaa walaa quwwata illa billah...
1 note · View note
yourunsentletter · 1 year
Text
a lot of books and people
Hai,
kuharap apapun yang menjadi perintang jalanmu sekarang, akan segera berlalu dan membuatmu menemukan pelangi di ujungnya.
Membaca ceritamu tentang perpustakaan yang memberi rumah bagimu terlepas dari apapun perasaanmu, membuatku kembali berpikir ulang tentang makna tempat bernama perpustakaan bagiku.
Aku mengenal konsep perpustakaan sedari kecil sebagai tempat banyak buku dan aku bisa meminjam mereka untuk dibawa pulang tanpa harus dibeli.
Konsep perpustakaan kemudian bergeser tidak hanya sebagai tempat meminjam buku tapi juga tempat untuk belajar berjam-jam kala waktu ujian melanda.
Pada cerita satu perpustakaan milikmu, aku mengingat kota-kota tempatku tinggal dalam sepuluh tahun terakhir dan malam-malam yang kuhabiskan di perpustakaan.
Ada perpustakaan RWTH Aachen yang masuknya saja mesti mengantri lalu selasar belajar yang dipenuhi banyak mahasiswa untuk belajar tanpa henti. Aku datang kesana sewaktu masih menjadi siswa sekolah bahasa Jerman, memuaskan rasa penasaranku untuk merasakan atmosfer menjadi mahasiswa.
Lalu ada malam-malam yang kuhabiskan di perpustakaan Universitas Leipzig yang sangat keren. Perpustakaan yang direnovasi dari uang pribadi milik Angela Merkel, mantan kanselir Jerman yang terkenal itu. Merkel memang adalah alumni kampus dimana ilmu Psikologi berasal itu.
Pindah ke Halle untuk semester keduaku di kelas persiapan masuk kuliah, aku merelokasi belajarku ke perpustakaan milik fakultas hukum Universitas Halle. Perpustakaan itu juga baru direnovasi dan terang benderang dengan batuan granit hitam yang jadi pondasinya. Di waktu-waktu jelang ujian akhir, aku menghabiskan malam-malam disana hingga jadwal tram terakhir. Tahun lalu, ketika aku kembali berkunjung ke Halle, aku menapaktilasi kembali jalanan yang kuambil ketika belajar ke perpustakaan. Bahagia rasanya begitu menemui toko kebap yang biasa kukunjungi juga masih ada di tempatnya seperti memoriku mengingatnya.
Hasil ujian akhir membawaku merantau ke Heidelberg, kota yang menjadi bagian dari negara bagian di selatan Jerman. Kota tua cantik yang menaungi Universitas tertua di Jerman. Ada banyak perpustakaan yang kupakai untuk belajar disini.
Ada perpustakaan sentral di kampus Neuenheimer Feld yang sering kukunjungi untuk meminjam buku dan belajar kalau kuliah pagiku sedang kosong. Selepas makan siang, perpustakaannya biasanya akan dipenuhi dengan mahasiswa kedokteran dan jurusanku, membuatku enggan untuk belajar di sana. Karena lagi-lagi aku menemui wajah yang mesti kutemui setiap hari.
Seringnya, aku merelokasi diriku pada siang hari ke lantai dua Kantin yang kosong namun tetap mendapatkan koneksi WiFi kampus yang mumpuni atau juga di selasar gedung Fisika.
Kalau malam menjelang dan aku sedang butuh belajar, aku akan naik bus 31 ke arah kota tua dan belajar di perpustakaan tua milik kampus. Pada tahun awal-awal aku memulai studiku, kesan tua masih sangat melekat di perpustakaan tua. Interior dalamnya mengingatkanku pada kastil-kastil lama atau bahkan perpustakaan di Film Harry Potter. Namun, begitu proses pembaruan dimulai, hilang sudah interior perpustakaan tua berganti dengan perpustakaan yang terlihat antik di bagian luar, namun modern di dalam.
Selain perpustakaan tua, aku juga kerap menyambangi perpustakaan politik di kampus Bergheim. Perpustakaan politik lebih sepi dan berwarna warni. Hanya saja, perpustakaan ini tutup lebih cepat dibandingkan dengan perpustakaan-perpustakaan lainnya. Membuatku seringnya kesal, karena begitu aku sudah merasa nyaman, mesti kembali pulang karena perpustakaannya sudah akan tutup.
Di tahun keduaku berkuliah, gedung baru bernama Mathematikon dibuka. Gedung itu menampung para anak-anak dari jurusan matematika dan informatik. Perpustakaan barunya juga sangat nyaman dengan banyak lorong-lorong tersembunyi berisi rak tinggi buku dan meja untuk belajar. Namun setelah perpustakaan itu juga dipenuhi dengan anak-anak dari jurusan lain, mereka lalu memberlakukan akses terbatas, membuatku tidak bisa sering-sering mengakses perpustakaan itu.
Jelang akhir masa studi S1-ku, aku menemukan perpustakaan di gedung sentral DKFZ. Perpustakaan ini dibuka terbatas, orang umum boleh masuk, hanya saja tidak banyak yang mengetahui letak perpustakaan ini. Aku menemukannya atas saran seorang senior, karena perpustakan ini memberikan akses gratis untuk mengeprint jurnal. Jadilah aku sering bertandang ke perpustakaan ini untuk sekedar belajar, mengeprint jurnal atau bahkan numpang sholat. Aku juga menjadikan perpustakaan ini sebagai tempat untuk mengerjakan coding, tugasku ketika menjalankan internship Bioinformatik di salah satu divisi di DKFZ.
Di masa S1, aku juga kerap kali naik kereta api satu jam ke Darmstadt hanya untuk sekedar belajar bersama teman di perpustakaan TU Darmstadt yang besar dan buka hingga lewat tengah malam. Rumah teman dekatku waktu itu sangat dekat dengan perpustakaannya, hanya sepuluh menit berjalan kaki. Banyaknya ujian yang mesti kutulis semasa kuliah membuatku juga familiar dengan perpustakaan TU Darmstadt.
Selain perpustakaan di Jerman, waktu menjadi mahasiswa exchange di Sogang, aku menyempatkan diri untuk bertandang ke perpustakaan. Tidak sering, hanya bisa dihitung jari. Untuk meminjam beberapa buku berbahasa Inggris. Aku tidak punya ujian untuk ditulis selama masa aku berada di Sogang, jadi aku tidak merasa punya kebutuhan untuk berada di perpustakaan sepanjang waktu.
Melihat anak-anak Korea yang belajar tanpa henti dan jeda, membuatku lelah. Aku lebih sering menghabiskan waktuku di lab atau berjalan-jalan mengeksplorasi Seoul. Kota itu sangat besar dan punya luar biasa banyak cerita. Mungkin nanti aku akan menuliskannya.
Intinya, makna perpustakan bagiku teramat berbeda dengan milikmu. Jika kau mengartikan perpustakaan sebagai rumah yang nyaman, bagiku perpustakaan merupakan sebuah pengingat tentang kerja keras yang mesti kulakukan untuk membayar harga bisa berkuliah dan menuntut ilmu di tempat yang jauh.
Tumblr media
Aku melampirkan sebuah foto dari rak buku di perpustakaan kampus tua Heidelberg. Foto yang kuambil bulan November di tahun 2020, ketika segala restriksi pandemi diberlakukan. Setelah itu, aku tidak lagi berkunjung ke dalamnya. Mungkin nanti aku akan kesana lagi, entahlah.
Heidelberg, 6 Maret 2023 00:14
0 notes
barkahazhari · 1 year
Text
Tumblr media
FW: Nasihat untuk Anak: Obat Malas yang Ampuh!
oleh: @barkahazhari
SATU hal yang sepertinya dilupakan kita semua adalah kenyataan bahwa hari ini, sebagai orang tua, kita mendaftarkan anak-anak kita untuk sekolah. Kita lupa bahwa tujuan anak-anak sekolah adalah untuk belajar. Ya, sekolah adalah tempat untuk belajar, namun belajar tak mesti di sekolah. Padahal, kalau ditanyakan mengapa anak-anak perlu sekolah? Jawaban kita hampir seragam: berharap dan ingin anak-anak dapat hidup lebih baik. Anak-anak kita bisa bertahan hidup dan beroleh keberuntungan kelak. Tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Kiranya itu.
.
Dan memang harus begitu, tujuan manusia belajar adalah untuk meningkatkan kualifikasi dan kualitas hidup yang lebih baik. Semua orang ingin hidup lebih baik. Bahkan, agama pun mewajibkan belajar guna bekal mengarungi derasnya arus kehidupan.
.
Lihatlah, berapa lugu dan polosnya orang tua kita memandang kenyataan hari ini. Sebagai orang tua, anda tentu berharap anak-anak lebih baik dari anda dan sekolah, adalah tempat yang dipilih untuk meraih itu semua. Tapi mengapa masih banyak orang tua yang belum mengerti, bahwa fungsi sekolah adalah sarana pendidikan. Sarana pembelajaran yang mudahnya, tempat belajar. Karena belajar adalah cara terbaik untuk bertahan hidup. Semua butuh belajar karena semua ada ilmunya. Semua ada caranya dan hanya orang yang mempelajarinya lah yang bisa melakukannya.
.
Tak ada orang yang ujug-ujug mahir memasak tanpa pernah mempelajari teknik yang baik. Dari berbagai resep dan pengalaman belajar itulah yang membentuk seseorang menjadi ahli di bidangnya. Lalu pertanyaannya, di bidang apa kita ingin menjadi ahli? Dan sebagai orang tua, di bidang apa anak-anak anda nanti menjadi seorang yang ahli? Adalah tugas kita semua dan kita, adalah bentukan dari hasil proses belajar dari mulai mengeja huruf hingga menemukan bidang yang ingin kita kuasai. Begitu pula anak-anak kita. Ini yang jadi masalah.
.
Masalahnya adalah, adakalanya sebagai orang tua, kita justru tidak mengenali potensi mereka dan mengarahkan ke hal-hal yang justru, menghambat mereka menemukan potensi dirinya. Karena tugas kita, sebagai orang tua, adalah memandu dan mengawal mereka sampai ke bentuk ideal mereka: manusia dengan segala potensi diri yang dititipkan Ilahi kepadanya. Apa pun bidang dan pekerjaannya, belajar adalah kuncinya. Dan kita, sering menghabiskan banyak waktu anak-anak kita untuk mempelajari sesuatu yang tak perlu. Jangan paksakan mereka untuk belajar, belajar dan belajar. Jangan salahkan jika mereka malas, malas dan malas. Buat mereka suka, maka malas akan pergi dengan sendirinya. Dan dengan senang hati, mereka akan mempelajarinya. Indah bukan?
.
Kalau pun anda kesulitan, pahami konsep ini: segala sesuatu bergantung tujuannya. Tetapkan tujuan kepada mereka. Jika mereka tak suka belajar, berikan tujuan yang mereka sukai. Bukankah kita juga perlu iming-iming pahala dan surga untuk tidak malas beribadah? Atau, perlu iming-iming gaji, bonus dan segala kesenangan di akhir untuk rela melakukan pekerjaan?
.
Kenali mereka dan tanya pada diri mereka: di bidang apa kau ingin menjadi seorang yang ahli? Ketika mereka, anak-anak kita telah menemukan apa yang mereka sukai, percayalah, sudah tak ada alasan bagi mereka untuk malas-malasan. Karena sebetulnya, orang yang malas adalah mereka yang belum tahu apa yang sebetulnya mereka inginkan. Dalam hal ini, potensi diri. Kegemaran menjadi daya tarik dan daya yang positif untuk menangkal kemalasan.
.
Sodorkan kepada mereka, anak-anak kita, dengan hal-hal yang telah menjadi minat dan kesukaan mereka. Kalau perlu, sejak usia dini. Jangan ajarkan mereka banyak hal. Cukup buat mereka suka dan kalau sudah suka, malas akan pergi dengan sendirinya. Bukankah demikian pula orang dewasa?
.
Orang yang suka mancing tidak akan malas berangkat ke empang atau ke laut. Orang yang suka sepak bola, akan dengan senang hati ke lapangan untuk merumput. Maka dari itu, tugas kita semua adalah untuk memastikan, anak-anak kita menemukan jati diri mereka dan menemukan bentuk ideal mereka pada bidang apa pun yang mereka inginkan. "Jadi apa pun, asalkan kau mahir di sana, lakukanlah!"
.
Kalau boleh jujur, apa pekerjaan kita hari ini dan coba tanya pada diri sendiri: apakah pekerjaan yang anda lakukan saat ini bisa dikerjakan oleh orang lain? Atau jika orang lain yang mengerjakan, apa akan sebaik dan sebagus yang anda kerjakan? Apakah pekerjaan anda sudah baik dan bagus? Kalau jelek dan buruk, mengapa demikian? Pasti ada yang salah dan sebaiknya, jangan sia-siakan hal yang tak bisa diulang. Waktu.
.
Tapi kalau terlanjur dan anda sudah banyak membuang waktu untuk hal-hal yang tidak anda sukai, sekarang tarik persneling dan berhenti sejenak. Tenangkan jiwa dan sapalah nurani sekali lagi. Apakah untuk ini anda diciptakan?
.
1 note · View note
j-amir-09 · 1 year
Text
Apabila hubungan antara orang tua dan anak2 nya diselimuti oleh saling berprasangka buruk, maka hal apapun yang dilakukannya akan sulit, jalan menuju kesuksesan, ketenangan, kebahagiaan akan penuh hambatan. Seakan ada yg mem blok blessing dalam kehidupannya
0 notes
hendrikanggoro3 · 1 year
Photo
Tumblr media
SODOM & NATAL. Bentuk komunikasi, ditentukan darimana sebuah poin, menemukan jalan untuk memasuki sebuah pergulatan demi mencapai mufakat, dalam kebersamaan. Bila dua samurai, saling jual beli bunyi katana, bisa diasumsikan, oleh pendengaran kita, mereka tidaklah sedang ngopi. Meski seolah secara azasi formal, tepat. Tapi bila, "setiap lembah akan ditimbun ...." suara itu, bisa mem-visualisasi -kan, ada suatu fantasi, tentang saling melengkapi secara fungsional. Bahkan mencakup yang potensial. Sesuai dengan konsep yang benar secara hakikat. Namun ada semacam KEKHAWATIRAN, lainnya, bahwa aksi yang kita lakukan justru melahirkan resiko dan efek samping seperti "bila ter-ekspos berarti amal sirna" atau terlewat ham 12 malam sihir hilang. Buah dari Guru-guru palsu; kelas rongsokan. Sudah lelah, banyak biaya, eh ternyata haram, amalnya. Mereka yang tau proses hingga pernah, menguleni tepung untuk roti ataupun donat, tangan kiri dan kanan justru saling harmonis, mereka bukan maling, entah kekuatan darimana, roti itu, kedatangannya, pada akhirnya bukan saja menggembirakan, tapi seperti kandang itu, kini menjadi suatu tempat yang istimewa. "Nyaringkan suaramu kuat-kuat." Bahkan sudah pengamen di kampung, entah ada koin atau tidak, "cocote cuwawak" atau tidak tau malu, ataupun takut, meski bukan samurai. Tidak ada orang buka pintu, ganti rumah .... Bukan asal masuk atau sekadar demi reputasi kelas, asal bilang YA, tapi bila tepat, bentuk sederhana dari sekadar berbagi informasi bisa menawarkan opsi yang baru dan sekaligus semangatnya yang rasional. Bahkan merubah sebuah paradigma "seasonable to reasonable." Merayakan diam-diam, ibarat mengangkat sedikit satu bokong, sambil berharap tidak bau, takut, populer itu haram, atau bila sempat tertangkap tangan kanan maka amal masuk syurga berkurang. Menyanyi dalam batin, tidur di kamar? Tapi bacalah, SODOM sudah dibombardir Tuhan dengan segala penduduk dan budayanya. Kini Natal hampir mendatangkan Sang Penyelamat, bersama sepasang kekasih, orang tua, yang siap mengetuk. Pintu depan Anda. "Bukit-gunung akan dibabat, Nyaringkan kuat-kuat." Korban penebusan, sudah ada. Siapa bahagia? "Si sulung, akan menjadi hamba Si bungsu." https://www.instagram.com/p/CmGHxOjymmJ/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes