Tumgik
aptarigan · 1 year
Text
Malam ini listrik mati. Sepertinya akan lama, karena bersamaan dengan matinya listrik tadi terdengar suara letusan.
Dulu, momen mati listrik bisa jadi momen yang "hidup" asal bersama Bapak. Ditemani cahaya remang-remang dari penerangan sederhana, Bapak selalu berhasil menghadirkan cerita-cerita menarik untuk kami bahas sambil menunggu listrik kembali menyala.
Bapak memang piawai menghibur keluarganya. Cerita-cerita yang Bapak katakan, meski sebenarnya ada sebagian yang telah berulang kali aku dengar, entah mengapa terdengar selalu menarik bagiku bila bersama Bapak. Sampai saat ini, belum ada yang bisa menggantikan beliau dalam hal itu. Raut wajahnya saat bercerita, suaranya, leluconnya, pesan yang beliau sampaikan, semua masih terekam dengan baik di kepala.
Bulan ini, April. Bulan yang 2 tahun lalu, Bapak masuk rumah sakit dan aku masih berkesempatan menunggu dan merawatnya. Yang siapa sangka, kesempatan itu sekaligus jadi kesempatan pertama dan terakhirku merawat Bapak. Tidak lama, hanya beberapa waktu hingga kemudian beliau berpulang.
2 tahun secepat ini ya, Pak. Meski telah berusaha menyibukkan diri, meski telah beberapa waktu terlewati, akan ada momen yang tiba-tiba mengingatkanku pada kenangan-kenangan baik tentang Bapak.
Semoga atas kenangan-kenangan baik yang lebih banyak terekam dalam ingatan orang-orang yang mengenalmu, jadi salah satu bukti banyaknya pula kebaikanmu. Dan atas kebaikan-kebaikan itu, jadi salah satu sebab Allah tempatkanmu di tempat terbaik, yang lapang, yang nyaman, yang terang, dan membahagiakanmu. Aamiin
Di sini sedang mati listrik, Pak. Semoga di tempatmu tetap terang, ya :)
Medan | 14.04.2023 aptarigan
8 notes · View notes
aptarigan · 1 year
Text
Takdir masa depan yang dulu terpikir akan begitu menyeramkan, nyatanya kamu bisa menjalani dan melewati setiap rangkaian ujiannya. Yang menyeramkan itu sebenarnya hanya prasangka-prasangka kita, bukan takdir kita. Sebab Tuhan tidak akan pernah dzolim pada hamba-Nya.
Tetaplah dengan prasangka baikmu, sebab Tuhan akan selalu bersama orang yang memandang takdir dengan prasangka baik atas setiap ketentuannya. Andai susah, pasti Dia mudahkan. Andai buntu, pasti Dia berikan arah kompas untuk melangkah.
Selamat menikmati rangkaian dan potongan-potongan takdir Tuhan.
Jakarta | 01.04.23 aptarigan
4 notes · View notes
aptarigan · 1 year
Text
Ada yang udah istirahat, tapi nggak membuat capeknya hilang. Karena memang bukan badannya yang sedang lelah.
Ada yang sedang tidur, tapi nggak lagi benaran tidur. Capek kan? Sedikit tidak adil memang. Cuma ya, nggak apa-apa.
Sekarang ini, tidur hanya seperti memejamkan mata saja. Agar hari bisa segera menjadi esok. Sebab masih ada pagi yang harus dijalani, juga malam yang masih sering ditangisi.
Sepertinya waktu memang lagi nyuruh kita buat lebih kuat lagi dari yang kemarin.
Kemarin, saat kita bisa ngelewatin semuanya dengan sempurna. Walau setelahnya sedikit berdarah-darah, tapi selesai juga kan?
Mungkin sekarang badainya datang lagi. Tapi kalau diingat-ingat, dari rangkaian badai seperti apa yang nggak bisa kita leewati. Kita nggak pernah lari. Semua hal yang menyakitkan, semuanya bisa diselesaikan.
Kalau dipikir-pikir, kenapa nggak nyerah dari dulu aja ya? Ternyata kita kuat, ternyata yang kemarin terlewati juga. Nggak ada salahnya buat dicoba sekali lagi.
Kalau berat, ditaruh dulu perlahan. Kalau memang bikin sesak, nggak apa-apa ditangisin aja. Toh nggak ada yang nyuruh buat sok kuat juga kan?
Berjuang boleh. Cuma lagi-lagi kita juga pun masih manusia. Kadang gagal dan kalah itu jadi teman terbaik waktu diri nggak tau mau ngejar apa lagi.
Mungkin saja Tuhan lagi nyiapin satu hal besar dan kita nggak dikasih tau dulu dari awal.
Mungkin Tuhan memang pengen kita nyoba semua hal baru. Yang mungkin dulu kita takutkan. Tapi percaya deh, dari semua hal-hal yang menakutkan, saat kita paksa buat ngelewatinya, nanti kita jadi berani sendiri kok.
Seberat-beratnya beban memang harus dihadapi. Walau menakutkan, walau kadang bikin capek.
Percayalah, siapapun yang sudah mahir bertemu badai, ia tidak akan menangis lagi sekalipun hujan turun sedang deras-derasnya.
Jakarta | 14.03.2023 aptarigan
0 notes
aptarigan · 1 year
Text
Aku ingin tidur di kamar yang tidak berantakan. Aku ingin pulang ke rumah yang benar-benar rumah. Aku rindu aku yang baik-baik saja. Seperti dulu sebelum badainya ini datang. Seperti dulu, yang aku sudah lupa kapan terakhir kali aku benar-benar bisa tertawa tanpa beban.
Kalau diluar kalian lihat aku banyak ketawanya, percayalah itu sebenarnya aku sedang membohongi diri sendiri. Karena kadang yang paling banyak bercanda adalah orang yang sebenarnya paling butuh dihibur. Atau mungkin sekedar tanyakan bagaimana kabarku? Sudah lama ini aku kehilangan kabar baik.
Aku yang bingung apakah hidup isinya hanya tentang berjuang tanpa ada kata pulang, sedang aku juga kadang suka kelelahan.
Benar-benar bisa bercanda tanpa menghibur diri sendiri. Aku rindu isi kepala yang tidak berisik. Aku rindu tidur lelapku yang dibawah jam 12 malam. Aku rindu semua hal yang dulu tersusun sangat rapi. Tidak seberantakan ini.
Aku rindu semuanya berjalan dengan baik-baik saja. Tanpa ada lagi luka yang harus disembuhkan, hingga trauma yang harus dilupakan. Gimana caranya? Gimana caranya untuk bisa menerima hidup yang sebercanda ini?
Jujur aku lelah jadi manusia kuat. Entah harus dari bagian mana lagi aku bisa percaya bahwa dunia akan adil. Bahwa dunia akan melihat ke arahku.
Karena sekuat tenaga aku berjuang agar tidak menyerah, tapi memang sepertinya tujuan punya caranya sendiri untuk tidak mau dikejar.
Semakin kesini aku semakin percaya, bahwa hidup tidak harus bahagia. Bahagia itu tidak harus. Karena semakin kamu mengejar bahagia, maka kamu akan semakin tidak bahagia. Biarkan saja semua berjalan dengan apa adanya.
Setidaknya aku masih hidup. Memulai hidup dengan baik. Biar berantakannya tadi nggak kelihatan. Dan meskipun dunia sedang tidak berpihak padaku, setidaknya aku mencoba tetap tenang menunggu hal-hal baik datang, perlahan.
Jakarta | 27.02.23 aptarigan
1 note · View note
aptarigan · 1 year
Text
Hai, terimakasih sudah sempat hadir ditahun paling kacau dalam hidupku. Maaf aku tidak sempat memberikanmu pengalaman berlayar yang paling baik. Karena kapalku sendiri hampir tenggelam.
Doaku akan tetap sama, semoga harimu selalu bahagia dan mimpimu lekas menjadi nyata.
Terimakasih sudah bersedia kujadikan rumah untuk duniaku yang tidak ramah. Sama-sama baik-baik di bumi ya. Jangan jahat-jahat jadi manusia.
Terimakasih untuk kamu yang pernah menjadi bunga yang rekah ditahun yang patah. Sekarang biarkan bungamu semakin tumbuh ya. Jangan dibiarkan gugur lagi.
Kita harus tetap berlari meski banyak kisah yang sudah dilerai. Karena dari hal yang usai sekalipun harus ada hidup yang harus dilanjutkan.
2022 usai. Selamat berkelana kasih, jabat erat dari aku.
Jogjakarta | 31 Desember 2022 aptarigan
1 note · View note
aptarigan · 2 years
Text
Belajarlah dari Iman Ibunda Hajar, yang sekalipun dalam kondisi terdesak dan tidak ada satupun makhluk yang dapat menolongnya saat itu. Keyakinan beliau kepada Allaah tiada pernah berkurang sedikitpun, bahkan di detik-detik dimana beliau sudah mencoba segala cara dan upaya yang bisa beliau lakukan. Keyakinannya kepada bahwa Allaah tidak akan meninggalkannya sendiri. Keyakinan bahwasanya pertolongan Allaah ada untuknya. Keyakinan bahwa Allaah tidak akan menyia-nyiakannya dan anaknya. Keyakinan beliau kepada Allaah yang hingga kini abadi.
Allaah tidak akan pernah meninggalkanmu, dan tidak akan pernah menyia-nyiakanmu. Allaah Maha Tahu perihal upaya yang kau lakukan sekalipun banyak mata manusia tidak melihatnya. Allaah Maha Tahu akan hal itu wahai diriku.
25.11.22 - aptarigan
1 note · View note
aptarigan · 2 years
Text
Tidak selalu siapa yang cepat ia yang dapat, tidak selalu juga siapa berani ia yang pasti memiliki. Kamu tahu? Ada banyak hal yang tidak bisa dijangkau oleh tangan dan akal kita. Dari mulai karir, rezeki, bahkan soal pasangan hati. Sebab apa yang sedari awal bukan ditakdirkan untukmu, selamanya kamu tidak akan pernah memilikinya, meskipun kamu cepat dan berani.
Tangan kita tidak mungkin selalu bisa menggapai apa yang kita inginkan, begitulah cara Tuhan mengajarkan sabar dan doa pada hamba-Nya.
Akal pikiran, hati dan otak kita tidak akan pernah kuat jika harus berpikir dan merasakan segala hal, ujung-ujungnya pasti akan tumpah dengan air mata. Karena itulah mengapa Tuhan mengajarkan agar tidak bersandar pada pundak manusia.
Sudah, usia yang bertambah ini seharusnya menjadikanmu semakin dewasa dalam menyikapi. Tidak terburu-buru dan tidak pula segala hal harus kamu respon. Beberapa ada yang sebaiknya cukup kamu baca kemudian biarkan, tanpa berkomentar dan memikirkannya.
Dewasa itu mulai menyaring mana yang menjadi prioritasmu, mana yang sebaiknya kamu lakukan terlebih dahulu. Jadi, jangan selalu berpikir harus selalu "cepat" agar bisa "dapat", mulailah dengan cara yang baik, konsistenlah dengan kebaikan yang ada, lakukan dengan cara yang baik, berdoalah dengan doa yang baik, maka nanti Tuhan akan mempertemukanmu dengan apa yang ditakdirkan untukmu.
Natuna | 17.11.22 - aptarigan
2 notes · View notes
aptarigan · 2 years
Text
Jika engkau tidak mampu menjadi orang yang membahagiakan orang-orang di sekitarmu dengan cara memberi apa yang mereka inginkan, maka jadilah orang yang membahagiakan mereka dengan cara tidak meninggalkan mereka saat sedang kesulitan. Selalu jadikan hati dan kedua tanganmu untuk tulus mendoakan, sebagai cara engkau membahagiakan mereka.
Sekeping hatimu yang tulus dan dua tanganmu yang selalu berdoa untuk kebaikan dan kebahagiaan orang-orang disekitarmu, sungguh juga tak kalah berharga, bukan?
Sebab, masing-masing kita diberi kemampuan untuk memberi dengan cara yang berbeda. Juga, tidak semua orang diberi kemampuan untuk berdoa dan mendoakan orang lain.
Be thankful for the way you giving something to others, how matter the ways, always remember that Allah sees the kindness of your heart.
Bagiku, diberi kemampuan untuk memberi ataupun belum diberi kemampuan untuk memberikan sesuatu yang bisa membuat orang sekitar kita bahagia, tetap saja, mendoakan mereka untuk selalu berada dalam kebaikan dan kebahagiaan adalah hal yang amatlah penting.
Natuna | 08.11.22 aptarigan
3 notes · View notes
aptarigan · 2 years
Text
Kita selalu punya ruang untuk bertumbuh. Kesempatan menjadi diri sendiri dan memperbaiki diri. Kesempatan mengenal dan berjumpa dengan orang baru.
Semoga kita senantiasa dipertemukan dengan momentum-momentum baik dan bahagia. Semoga kita menjadi pribadi yang lapang hatinya untuk menerima setiap takdir-Nya. Kita mampu mengangkasa bersama mimpi-mimpi. Dan, kita mampu menorehkan garis lengkung sempurna di wajah kita dan orang-orang sekitar kita.
Hari ini, kamu tidak sedang berperang dengan siapapun. Kamu hanya sedang berperang melawan dirimu sendiri. Kamu pun tidak sedang berlomba dengan siapapun. Kamu hanya sedang berlomba dengan kebaikan-kebaikan yang harus terus kau tanam, hingga waktumu menemui batasnya.
Tetap semangat mencari banyak bahagia untuk setiap tetes alir pada pipimu. Sedih secukupnya, bahagia secukupnya, karna diantara keduanya tidak ada yang abadi.
Jakarta | 25.10.22 aptarigan
2 notes · View notes
aptarigan · 2 years
Text
Menemukan Rasa Cukup
Seorang pedagang nasi, membuka dagangannya ba'da shubuh sampai jam sembilan pagi. Warungnya selalu ramai dan selalu habis.
Banyak pelanggannya yang terlambat karena kesiangan dan warungnya sudah keburu tutup.
"Kenapa tidak menambah porsi dan jam buka?" tanyaku penasaran. Omset jelas bertambah, juga tidak mengecewakan pelanggan yang kesiangan. 
"Jualan juga harus punya kendali, jangan kita yang dikendalikan." Ucapnya. "Kalau ingin memuaskan semua pelanggan, tidak mungkin, yang kecewa pasti ada aja"
"Lebih baik memaksimalkan pelayanan disaat kita punya energi yang cukup untuk melayani. Daripada memaksakan, tapi tidak terlayani dengan baik"
"Kan bisa nambah karyawan?" tanyaku semakin penasaran. "Ya Bisa, tapi sekali lagi kita harus punya kendali, yaitu rasa cukup itu sendiri".
"Emangnya engga takut kesaingin? Nanti kalau tiba-tiba ada penjual lain yang lebih enak dan waktunya lebih lama gimana?"
"Ya gpp, itu rezekinya dia. Lagian kalau fokusnya ke orang lain, nanti kita jadi lupa sama apa yang menjadi resep khas dari masakan kita sendiri".
"Mending fokus ke usaha sendiri aja, itu yang bisa kita ukur. Kalau ngukur buat bandingin ke usaha orang lain terus, engga bakal nyampe mas. Yang ada kita capek sendiri"
"Terus ngapain di rumah, kalau pagi-pagi udah tutup?"
"Nah justru itu, kita jadi punya banyak waktu buat hal lain. Kebutuhan engga cuma perut, banyak hal yang juga mesti diseimbangkan"
"Keluarga misalnya, ibadah, kesehatan, atau bisa jadi aktualisasi diri".
Jakarta | 20.10.22 aptarigan
2 notes · View notes
aptarigan · 2 years
Text
Dengar ini, semakin jujur kamu, semakin berani kamu, semakin kamu menikmati hidup kamu, semakin kamu tahu caranya apresiasi setiap hal di diri kamu, dan semakin kamu bahagia, maka semakin pula orang mencari setiap celah untuk menjatuhkan kamu.
Jadi jangan terlalu peduli, mereka hanya mencari kesempatan untuk tidak terintimidasi dengan apa yang kamu capai. Biarkan saja, barangkali cara beberapa orang mengatasi rasa tidak percaya dirinya dengan menjatuhkan orang lain dalam kepalanya.
Jakarta | 19.10.22 aptarigan
1 note · View note
aptarigan · 2 years
Text
Tak ada janji bahwa kelak segalanya akan membaik, hari ini mengecewakan, besok bisa jadi lebih buruk, kesedihan terasa begitu bertumpuk, dada terasa sesak, sampai rasanya sulit mempercayai, apakah kelak akan datang hal baik? Benar, memang tak ada jaminan. Tetapi, teruslah bertahan hidup, teruslah bergerak, teruslah berdoa. Hingga tanpa tersadar, kamu sudah berada di titik bahwa hidup itu ternyata indah, bahwa kamu sudah melewati badai-badai itu dengan teguh. Bahwa yang penting dalam hidup, adalah terus bertahan.
Jakarta | 10.10.22 aptarigan
1 note · View note
aptarigan · 2 years
Text
Aku tidak baik-baik saja, aku menangis, menumpahkan segala keresahan yang terjadi padaku. Aku menangis diam-diam, bersembunyi dari orang-orang agar aku tak terlihat sedang tenggelam. Menembus lagi perjalanan kebelakang sampai hari ini, aku tetap menangis. Ini melelahkan.
Aku membutuhkan pertolongan, tapi juga tak ingin terlihat kalau aku jatuh. Aku bingung dengan diriku, tak ingin diketahui, tapi juga membutuhkan uluran.
Sebagian diriku mengatakan, tidak apa-apa untuk meminta pertolongan pada yang lain, tapi sebagian diriku membisikan jangan merepotkan oranglain. Aku menangis diam-diam diruang yang paling gelap, melihat diriku yang krisis, melihat diriku yang begitu rumit.
Jakarta | 07.10.22 aptarigan
1 note · View note
aptarigan · 2 years
Text
Selamat bertambah usia untuk tubuh, kuhadiahkan pengharapan padamu.
Selamat ulang tahun, meski kita sudah tidak bisa mengulangnya. Semoga beruntung :)
Jakarta | 05.10.22 aptarigan
0 notes
aptarigan · 2 years
Text
Mengapa tampil jadi yang paling tersakiti?
Bukankan kemarin lisanmu begitu ringan mengayunkan sindiran tajam, atau sikapmu yang tak peka memojokkan seseorang dalam ketidaknyamanan.
aku kepada aku
0 notes
aptarigan · 2 years
Text
Kebahagiaan itu satu paket dengan kesedihan, tidak bisa kita hanya memilih bahagia tanpa mengambil jatah kesedihan. Sebab dari keduanya akan mengajarkanmu soal syukur dan sabar, iya kan? Itulah mengapa dunia ini serba berputar, hari ini senang dan esok bisa jadi serba kurang.
Yang perlu kamu lakukan hanya menerima dan menjalani saja, tahan dulu mengeluh dan mencercanya, biarkan semua berjalan dan nanti Allah akan memberikan apa hikmahnya. Sabar.
Andai tidak ada sakit, kamu tidak akan tahu bagaimana caranya mengobati, bukan? Mata air di pegunungan itu adalah sumber kehidupan, sedangkan air mata yang kamu tumpahkan itu adalah sumber hidupnya hatimu.
Jakarta | 02.10.22 aptarigan
1 note · View note
aptarigan · 2 years
Text
Nyatanya, tidak semua luka bisa kembali sembuh seperti sedia kala. Beberapa ada yang membekas namun tidak terasa sakit, dan beberapa ada yang terasa sakit namun tidak membekas. Dan luka yang perih adalah saat dimana hatimu tidak bisa memaafkan dirimu yang dulu, atau tidak sanggupnya kamu berdamai dengan luka masa lalu. Sangat melelahkan.
Belajarlah untuk beristirahat dari mengingat kejadian masa lalu yang seharusnya kamu sudah selesai dengan itu, belajarlah untuk berlapang dada dari kesalahan orang lain yang seharusnya sudah bisa kamu lupakan.
Tidak semua orang hatinya luas dan lapang, maka berdoalah semoga kamu menjadi bagian dari salah satunya.
Selamat memaafkan dan meminta maaf.
Jakarta | 01.10.22 aptarigan
1 note · View note