Tumgik
aufatchaas · 4 years
Text
Be Good Looking Muslimah  #siapsebelumSah
Menikah adalah pertemuan / kolaborasi antara dua orang, namun kita juga harus pahami, bahwa kita tidak memiliki kapasitas untuk mengubah orang secara total sebagaimana yang kita inginkan. Yang kita miliki adalah kita bisa mengontrol diri kita , atau kita bisa mengelola diri kita sendiri. Maka lakukan pengelolaan diri mulai dari sekarang , belajar disiplin, belajar menekan ego, belajar kompromi , belajar ilmu yang relate dalam pernikahan.
ini yang disampaikan mb meyda safira saat mengisi kajian bersama bincang seimbang kala itu.  sengaja mau ditulis kembali dan di share disini, bukan niat mau menggurui atau yang lain. tapi  ini sebagai catatan pengingat diri  yang sewaktu waktu bisa dibaca lagi sama diri sendiri .
Masih banyak harus belajar sih ini. Pada hakikatnya memang kita harus bersiap dan dimulai dari diri kita sendiri dulu.Mari belajar dulu, belajar lagi dan belajar terus.
nah yang utama yang perlu kita perhatikan sebelum kita melangkah maju kedepan kata mb meyda kala itu :
“ Cintai diri sendiri dahulu sebelum mencintai orang lain. selesaikan amanahmu dulu sekarang sebelum menerima amanah lagi yang lain. jangan jadikan pernikahan itu sebagai pelarian , sebagai pelarian diri dari pertanyaan “kapan?” . namun jadikan menikah itu ladang pahala, karena menikah adalah menyempurnakan separuh agama ”
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum ‘sah’ :
1. Luruskan niat, perbaiki agama
Agama harus jadi pondasi awal . maka saat kita bener bener memahami agama , saat kita bertemu pertengkaran atau sesuatu hal yang tidak diinginkan kelak maka yang kita ingat nantinya bukan hanya keburukan keburukan suami kita saja, yang senatiasa kita ingat terus nantinya  adalah kebaikan kebaikan suami kita.
2. Gali potensi dan ilmu
Menikah adalah menuju pembelajaran panjang dalam hidup kita nanti, tetapi pembelajaran itu harus dimulai dari kita sekarang yang belum menikah. Nah dari sini lah kita memang perlu terus belajar, menggali potensi, terus menambah wawasan, perbanyak ilmu. ((harus seneng seneng membaca))
3. Merawat diri (good looking secara visual)
skincare itu perlu untuk perempuan/ muslimah. tapi harus tahu batasan, dan niatkan percantik diri untuk diri sendiri dan kelak hanya untuk suami. selain itu percantik diri perlu mulai dari dalam, berzikir lebih banyak dan beramal lebih besar. 
jadi be good looking muslimah itu , cantiknya harus luar dalam.
4. Mengelola Emosi (Be Good listener)
“apapun gelar kita diluar , maka ketika kita dirumah (pulang) , kita adalah seorang istri, seorang ibu dan kita harus paham hak dan kewajiban kita. Kewajiban kita yaitu berbakti kepada suami”
belajarlah mulai dari sekarang untuk menekan ego sendiri, mengelola emosi, belajar mengelola kelebihan kita agar kelak tidak menjadikan kita so “OH” didepan suami. surganya perempuan kelak ketika sudah menikah adalah ada pada suaminya. 
5. Less ekspektasi
Jangan banyak bereskpektasi, siapkan diri untuk menerima hal hal yang kelak banyak tidak terduga.kontrol diri.
Akan ada selalu pilihan untuk pergi, tapi jika kita menggenggam Agama. Yakin akan pertolongan Allah. kita akan selalu punya alasan, meskipun hanya satu alasan, yaitu bertahan.
mari bersama belajar lagi, perbaiki niat. dan harus kelola emosi diri. pada akhirnya kelak kita tidak akan pernah tahu sih kapan kita benar benar dikatakan siap. yang penting terus aja belajar. kemudian berdoa dan pasrah berharap padaNya.selamat bersiap wahai diri. terus semangat dan jadilah diri yang tidak mudah menyerah. jadilah diri yang tidak membanding bandingkan diri sendiri dengan diri diri yang lain. nikmatilah prosesmu. 
jogja, 22 okt 20
catatan pengingat diri 
53 notes · View notes
aufatchaas · 4 years
Text
Sabar adalah kunci 🍃
“Sebagaimana padi membutuhkan waktu 4 bulan agar bisa dipanen hasilnya, maka jangan sampai gara-gara tidaksabaranmu merusak kebaikannya. Setiap kebaikan ada proses sabar untuk mendapatkannya, saat sabarmu hilang maka hilang pula hasil kebaikan darinya.”
Yang namanya kebaikan akan selalu ada ujian untuk menuju dan mendapatkannya, tidak instan seperti dalam buku cerita atau film. Setiap kesabaran akan ada takaran ujiannya yang terkadang sampai membuatmu menangis karena lelahnya menunggu atau sakitnya berdiri sendiri.
Semua tadi akan terbayar saat datang ketentuan dari-Nya, saat waktu yang dinantikan akhirnya datang menyambut. Selama apapun sabar yang sedang kamu jalani, keberkahan dan kebaikan dari Allah akan lebih lama dan lebih banyak dari itu. Sabar, semua ada masa dan tanggal ketentuannya. 
Menunggu kebaikan.
@jndmmsyhd
689 notes · View notes
aufatchaas · 4 years
Text
Tumblr media
Kenapa? Karena hati kita gak bersih.
Satu-satunya sudut pandang yang sering kita gunakan cuma sudut pandang duniawi. Iman hanya kita letakkan di tepi sehingga sudut pandang ukhrawi sudah berdebu dan jarang kita pakai.
Ya gimana ya, emang di sini bagian sulitnya jadi orang beriman. Kita hidup di dunia namun orientasinya harus tetap akhirat. Dari semua sisi kita dikepung godaan dan kecemasan duniawi. Sedangkan akhirat, gak bisa dilihat oleh mata dan hanya bisa dirasakan oleh hati. Dan sedihnya, akhirat cuma dibahas di tempat-tempat tertentu saja. Gak sedikit orang yang bahkan gak pernah dengar nama 'Allah' dalam kesehariannya selain dari adzan yang terdengar sayup-sayup dari kejauhan.
Dunia kalau dijadikan satu-satunya tujuan, lama-lama akan menutup hati dari cahaya. Gelap, tersesat, dan tak tau arah jalan pulang. Dalam kondisi semacam ini, kehilangan akan membawa sedih tak berkesudahan dan keberuntungan akan membawa keangkuhan.
Tenggelam di lautan dunia membuat hatimu buta dalam memahami hakikat nasib baik dan nasib buruk.
Bagi orang yang hatinya hidup dan mengingat akhirat, satu-satunya nasib baik adalah mendapat kasih sayang Allah dan satu-satunya nasib buruk adalah mendapatkan murka-Nya. Maka bagaimanapun liku dalam hidupnya dia akan selalu bertanya, bagaimana agar apapun masalah yang dia alami bisa membawanya lebih dekat dengan Pencipta.
Berorientasi pada akhirat bukan berarti melupakan dunia. Karena hidup dalam dimensi bernama dunia dan berada di tengah-tengah semua sumber dayanya, orang beriman yang cerdas akan memanfaatkan dunia untuk meraih kesudahan yang baik di akhirat kelak.
Akhir kata, semoga kita semua dibersihkan hatinya, dilapangkan dadanya, dan diberikan kejernihan dalam memandang kehidupan.
© Taufik Aulia 2020
732 notes · View notes
aufatchaas · 4 years
Text
“You can only get married, when Allah wants you to, and you can only marry, when Allah bless it for you. No matter how hard you try or how many proposals come, it will only happen when Allah wills”
— So, trust Allah! 
456 notes · View notes
aufatchaas · 4 years
Text
Fokus aja terus pada menumbuhkan,membangun dan mengembangkan 'value diri'. Jadilah bermanfaat. Banyak bersyukur 🌾
13 notes · View notes
aufatchaas · 4 years
Text
Stay safe, stay healthy 🍃
Pandemi memang mengajarkan banyak hal baru ya.
Jadi banyak kebiasaan baru, pergi dengan rasa was was pun pasti, rencana yg sudah disusun rapi semua bisa berubah sekejap mata.
Semoga tetep sabar menikmati, tetep bahagia menghadapi. Yang jatuh ayo semangat bangkit lagi. Less stress, stay sane!! Pasti ada hikmah dari semuanya.
Yang nakes jangan bosen bosen dengerin "APD jangan kasih kendor mba, hati hati, semangat. Yang sehat jangan sampe sakit. Vitaminnya jangan lupa, dijaga dzikirnya!!"
Ikhtiar sekuat dan semampunya ya.
Selalu mohon pertolongan Allah. Semoga senantiasa Allah jaga. Aamiin
Indeed! The Help of Allah is near (Qs 2:214)
1 note · View note
aufatchaas · 4 years
Text
😢
Kapan terakhir kali kamu menikmati sholatmu? Tanpa terburu-buru dan pikiran yang menjelajah dunia padahal raga sedang dihadapan Tuhan. Kapan terakhir kali kamu menangis dalam sholatmu? Yang dulu pernah dan sering menetes air mata karena tau hanya Dia yang mampu, yang kini berubah dengan semakin bertambahnya usia, semakin kenal manusia malah semakin menaruh harap padanya.
Hanya sedikit tulisan untuk diri saya sendiri, saat teman dan kakak tingkat satu persatu Allah panggil, dan saya menunggu giliran. Seberapa ibadahnya saya hanya diri sendiri dan Allah yang tahu, seberapa ikhlas beramal dan bersedekah hanya diri sendiri dari Allah yang tahu.
Semoga Allah berikan istiqomahnya dan keberkahannya, yang dulu sempat mudah mendekatkan diri pada-Nya namun kini susah untuk khusyu' meminta pada-Nya.
@jndmmsyhd
866 notes · View notes
aufatchaas · 4 years
Text
Take a deep breath 🍃
Inhale...
Exhale...
Less complain, more grateful.
So which of the favors of your Lord would you deny? (Qs. ArRahman)
*selftalk*
1 note · View note
aufatchaas · 4 years
Text
Noted 📝
Jika Anak Bertanya tentang Allah
Utamanya pada masa emas 0-5 tahun, anak-anak menjalani hidup mereka dengan sebuah potensi menakjubkan, yaitu rasa ingin tahu yang besar. Seiring dengan waktu, potensi ini terus berkembang (Mudah-mudahan potensi ini tidak berakhir ketika dewasa dan malah berubah menjadi pribadi-pribadi “tak mau tahu” alias ignoran, hehehe). Nah, momen paling krusial yang akan dihadapi para orang tua adalah ketika anak bertanya tentang ALLAH . Berhati-hatilah dalam memberikan jawaban atas pertanyaan maha penting ini. Salah sedikit saja, bisa berarti kita menanam benih kesyirikan dalam diri buah hati kita. Nauzubillahi min zalik, ya…
Berikut ini saya ketengahkan beberapa pertanyaan yang biasa anak-anak tanyakan pada orang tuanya:
Tanya 1: “Bu, Allah itu apa sih?” Tanya 2: “Bu, bentuk Allahitu seperti apa?” Tanya 3: “Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah? Tanya 4: “Bu, Allah itu ada di mana? Tanya 5: “Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?”
Tanya 1: “Bu, Allah itu apa sih?
Jawablah :
“Nak, Allah itu Yang Menciptakan segala-galanya. Langit, bumi, laut, sungai, batu, kucing, cicak, kodok, burung, semuanya, termasuk menciptakan nenek, kakek, ayah, ibu, juga kamu.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
Tanya 2: “Bu, bentuk Allah itu seperti apa?”
Jangan jawab begini :
“Bentuk Allah itu seperti anu ..ini..atau itu….” karena jawaban seperti itu pasti salah dan menyesatkan.
Jawablah begini :
“Adek tahu ‘kan, bentuk sungai, batu, kucing, kambing,..semuanya.. nah, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa pun yang pernah kamu lihat. Sebut saja bentuk apa pun, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa yang akan kamu sebutkan.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
فَاطِرُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ‌ۚ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٲجً۬ا وَمِنَ ٱلۡأَنۡعَـٰمِ أَزۡوَٲجً۬ا‌ۖ يَذۡرَؤُكُمۡ فِيهِ‌ۚ لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَىۡءٌ۬‌ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ (١١)
[Dia] Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan [pula], dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. Asy-Syura:11)
Tanya 3: “Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah?
Jangan jawab begini :
Karena Allah itu gaib, artinya barang atau sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Jawaban bahwa Allah itu gaib (semata), jelas bertentangan dengan ayat berikut ini.
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir; Yang Zahir dan Yang Batin ; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. [Al-Hadid (57) : 3]
Dikhawatirkan, imajinasi anak yang masih polos akan mempersamakan gaibnya Allah dengan hantu, jin, malaikat, bahkan peri dalam cerita dongeng. Bahwa dalam ilmu Tauhid dinyatakan bahwa Allah itu nyata senyata-nyatanya; lebih nyata daripada yang nyata, sudah tidak terbantahkan.
Apalagi jika kita menggunakan diksi (pilihan kata) “barang” dan “sesuatu” yang ditujukan pada Allah. Bukankah sudah jelas dalil Surat Asy-Syura di atas bahwa Allah itu laysa kamitslihi syai’un; Allah itu bukan sesuatu; tidak sama dengan sesuatu; melainkan Pencipta segala sesuatu.
Meskipun segala sesuatu berasal dari Zat-Sifat-Asma (Nama)-dan Af’al (Perbuatan) Allah, tetapi Diri Pribadi Allah itu tidak ber-Zat, tidak ber-Sifat, tidak ber-Asma, tidak ber-Af’al. Diri Pribadi Allah itu tidak ada yang tahu, bahkan Nabi Muhammad Saw. sekali pun. Hanya Allah yang tahu Diri Pribadi-Nya Sendiri dan tidak akan terungkap sampai akhir zaman di dunia dan di akhirat.
[Muhammad melihat Jibril] ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu Yang Meliputinya. Penglihatannya [Muhammad] tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak [pula] melampaui-Nya. (Q.S. An-Najm: 16-17) {ini tafsir dari seorang arif billah, bukan dari saya pribadi. Allahua’lam}
Jawablah begini :
“Mengapa kita tidak bisa melihat Allah?”
Bisa kita jawab dengan balik bertanya padanya (sambil melatih adik comel berpikir retoris )
“Adik bisakah nampak matahari yang terang itu langsung? Tidak ‘kan..karena mata kita bisa jadi buta. Nah,melihat matahari aja kita tak sanggup. Jadi,Bagimana kita mau melihat Pencipta matahari itu. Iya ‘kan?!”
Atau bisa juga beri jawaban :
Adek, lihat langit yang luas dan ‘besar’ itu ‘kan? Yang kita lihat itu baru secuil dari bentuk langit yang sebenarnya. Adek gak bisa lihat ujung langit ‘kan?! Nah, kita juga gak bisa melihat Allah karena Allah itu Pencipta langit yang besar dan luas tadi. Itulah maksud kata Allahu Akbar waktu kita salat. Allah Mahabesar.
Bisa juga dengan simulasi sederhana seperti pernah saya ungkap di postingan “Melihat Tuhan”.
Silakan hadapkan bawah telapak tangan Adek ke arah wajah. Bisa terlihat garis-garis tangan Adek ‘kan? Nah, kini dekatkan tangan sedekat-dekatnya ke mata Adek. Masih terlihat jelaskah jemari Sobat setelah itu?
Kesimpulannya, kita tidak bisa melihat Allah karena Allah itu Mahabesar dan teramat dekat dengan kita. Meskipun demikian, tetapkan Allah itu ADA. “Dekat tidak bersekutu, jauh tidak ber-antara.”
Tanya 4: “Bu, Allah itu ada di mana ?“
Jangan jawab begini :
“Nak, Allah itu ada di atas..di langit..atau di surga atau di Arsy.” Jawaban seperti ini menyesatkan logika anak karena di luar angkasa tidak ada arah mata angin atas-bawah-kiri-kanan-depan-belakang. Lalu jika Allah ada di langit, apakah di bumi Allah tidak ada? Jika dikatakan di surga, berarti lebih besar surga daripada Allah…berarti prinsip Allahu Akbar itu bohong? [baca juga Ukuran Allahu Akbar]
Dia bersemayam di atas ’Arsy. <— Ayat ini adalah ayat mutasyabihat, yaitu ayat yang wajib dibelokkan tafsirnya. Kalau dalam pelajaran bahasa Indonesia, kita mengenal makna denotatif dan konotatif, nah.. ayat mutasyabihat ini tergolong makna yang konotatif.
Juga jangan jawab begini :
“Nak, Allah itu ada di mana-mana.”
Dikhawatirkan anak akan otomatis berpikiran Allah itu banyak dan terbagi-bagi, seperti para freemason atau politeis Yunani Kuno.
Jawablah begini :
“Nak, Allah itu dekat dengan kita. Allah itu selalu ada di hati setiap orang yang saleh, termasuk di hati kamu, Sayang. Jadi, Allah selalu ada bersamamu di mana pun kamu berada.”
“Qalbun mukmin baitullah”, ‘Hati seorang mukmin itu istana Allah.” (Hadis)
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 186)
Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.(Q.S. Al-Hadiid: 4)
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 115)
Allah sering lho bicara sama kita.. misalnya, kalau kamu teringat untuk bantu Ibu dan Ayah, tidak berantem sama kakak, adek atau teman, tidak malas belajar, tidak susah disuruh makan,..nah, itulah bisikan Allah untukmu, Sayang.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. Al-Baqarah: 213)
Tanya 5: “Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?”
Jangan jawab begini :
“Karena kalau kamu tidak menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke neraka. Kalau kamu menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke surga.”
Jawaban seperti ini akan membentuk paradigma (pola pikir) pamrih dalam beribadah kepada Allah bahkan menjadi benih syirik halus (khafi). Hal ini juga yang menyebabkan banyak orang menjadi ateis karena menurut akal mereka,”Masak sama Allah kayak dagang aja! Yang namanya Allah itu berarti butuh penyembahan! Allah kayak anak kecil aja, kalau diturutin maunya, surga; kalau gak diturutin, neraka!!”
“Orang yang menyembah surga, ia mendambakan kenikmatannya, bukan mengharap Penciptanya. Orang yang menyembah neraka, ia takut kepada neraka, bukan takut kepada Penciptanya.” (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani)
Jawablah begini :
“Nak, kita menyembah Allah sebagai wujud bersyukur karena Allah telah memberikan banyak kebaikan dan kemudahan buat kita. Contohnya, Adek sekarang bisa bernapas menghirup udara bebas, gratis lagi.. kalau mesti bayar, ‘kan Ayah sama Ibu gak akan bisa bayar. Di sungai banyak ikan yang bisa kita pancing untuk makan, atau untuk dijadikan ikan hias di akuarium. Semua untuk kesenangan kita.
Kalau Adek gak nyembah Allah, Adek yang rugi, bukan Allah. Misalnya, kalau Adek gak nurut sama ibu-bapak guru di sekolah, Adek sendiri yang rugi, nilai Adek jadi jelek. Isi rapor jadi kebakaran semua. Ibu-bapak guru tetap saja guru, biar pun kamu dan teman-temanmu gak nurut sama ibu-bapak guru. (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya [tidak memerlukan sesuatu] dari semesta alam. (Q.S. Al-Ankabut: 6)
Katakan juga pada anak:
“Adek mulai sekarang harus belajar cinta sama Allah, lebih daripada cinta sama Ayah-Ibu, ya?! (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
“Kenapa, Bu ?”
“Karena suatu hari Ayah sama Ibu bisa meninggal
Karena suatu hari Ayah sama Ibu bisa meninggal dunia, sedangkan Allah tidak pernah mati. Nah, kalau suatu hari Ayah atau Ibu meninggal, kamu tidak boleh merasa kesepian karena Allah selalu ada untuk kamu. Nanti, Allah juga akan mendatangkan orang-orang baik yang sayang sama Adek seperti sayangnya Ayah sama Ibu. Misalnya, Paman, Bibi, atau para tetangga yang baik hati, juga teman-temanmu.”
Dan mulai sekarang rajin-rajin belajar Iqra supaya nanti bisa mengaji Quran. Mengaji Quran artinya kita berbicara sama Allah. (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis).
Wallahua’lam.
Sumber :  Jika Anak Bertanya tentang Tuhan | Muxlimo’s
Being a mom is a big deal, preparation is a must. Karena nasib peradaban ini dipercayakan pada tangan para ibu.
Go follow @SuperbMother | superbmother.tumblr.com
5K notes · View notes
aufatchaas · 4 years
Text
Ajaib!
Hari ini aku sampai pada di satu titik untuk lebih fokus pada diri sendiri. Yang mana pacuannya bukan lagi orang lain, tetapi track sendiri.
Sudah lebih legawa dengan segala ritme yang lambat. Proses yang teruuuuus saja masih berproses belum menuai hasil. Atau...orang lain yang lebih dulu (seakan-akan) sampai pada diri yang kamu idam-idamkan.
Aku benar-benar merasa menerima diriku sendiri saat ini dengan segala kekurangannya. Setelah membenci diriku setengah mati dan itu melelahkan. Setelah berusaha bersaing atau merasa tersaingi oleh yang lain dan itu juga tak kalah melelahkan.
Aku sampai pada satu titik...perubahan yang baik bukan mengacu pada orang lain. Orang lain boleh menjadi sosok penyemangat, tapi tidak yang menentukan jadi apa kita esok.
Aku sampai pada satu titik bahwa kebermanfaatan dan peran setiap orang itu berbeda. Tinggal bagaimana kita berusaha maksimal menjalaninya.
Yang sejatinya harus diajak berkompetisi adalah diri ini. Agar hari esok jadi sosok yang lebih baik dari hari kemarin. BUKAN DARI ORANG LAIN.
Lebih baik terus berpacu dalam niat beribadah, bermanfaat, dan menunaikan peran sesuai yang Allah isyaratkan serta amanahkan pada kita.
Tiap dari kita adalah ajaib! Maka temukanlah mantramu sendiri :D
733 notes · View notes
aufatchaas · 4 years
Text
Mindfulness ~~
Are We Thinking Too Much?
“Rule number one is, don’t sweat the small stuff. Rule number two is, it’s all small stuff” (Robert Eliot)
-
Ada dua hal yang bikin pikiran gue sering ngaco: overthink & overwork (kebanyakan mikir & gawe). 
Overthinking bikin kita gelisah sama hal-hal yang belum tentu juntrungannya, overwork bikin kita kepayahan. Benang merah dari keduanya? Tanpa sadar kita berbuat kejam sama diri sendiri.
Khusus overthinking, kita sering tenggelam dalam keriuhan pikiran sendiri.
“Hayo, lho. Bakal sukses emang?, "Kalau gagal gimana coba?” atau “Pertimbangin ulang deh”. Ada banyak  monolog yang bikin pikiran kita enggak mengenal rehat, pada akhirnya.
Padahal, salah satu tujuan dari pengelolaan pikiran ialah kejernihan. Biar kita bisa mutusin hal-hal esensial di dalam hidup secara tepat & sesuai. Untuk itu, enggak semua hal harus dipikirin terus-terusan dengan serius kok.
Coba kasih jeda diantara ruang-ruang pikiran kita. Iya, caranya gimana?
Pertama - Doing Nothing.
Mengosongkan pikiran itu sulit, maka hal yang biasa gue kerjain kalau lagi kelewat ruwet: enggak ngapa-ngapain. Berhenti beraktivitas, duduk tenang, minum air, atur napas, ngeliatin dinding - sebentar.
Ada banyak hal yang sering jadi pengalih perhatian kita di luar sana, tugas kita: mengesampingkan sesaat.
Kedua - Don’t Overanalyze.
Kita dikasih akal, iya. Kita cerdas, iya. Tapi Ryan Holiday bilang, “The problem is we’re thinking too much”. Alhasil, kita jadi analis untuk suatu hal yang belum tentu tapi dipikirkan bersambung & mendalam.
Kemungkinan itu, enggak ada batasnya dan seringnya enggak sesempit analisis kita. Bisa habis energi kita.
Ketiga - Be Present & Enjoy.
Alih-alih menguasai & mengendalikan pikiran, sering justru kita dikuasai & dikendalikan pikiran sendiri sehingga keterhubungan kita dengan keadaan di hadapan mata berkurang kualitasnya.
Sering kita berusaha mencari waktu, padahal kita sendiri yang menyia-nyiakan waktu ketika ia hadir & ada.
Maka jaga pikiran kita dengan mengelola isinya sebaik & sejernih mungkin.
Karena, lucu kalau pada akhirnya kita dibikin kewalahan sama diri sendiri. Yang mikir kita, yang keliru kita, yang capek kita. Gue percaya, jelas bukan untuk alasan itu akal kita tercipta :)
-
“Because mind is an important & sacred place, keep it clean & clear” (Ryan Holiday).
199 notes · View notes
aufatchaas · 4 years
Text
Kenapa kita lebih sering merisaukan hal hal yg sudah diatur sedemikan baiknya?
Tawakal 'Alallah 🍃
Tumblr media
Catatanpengingat diri || 16.8.18
Source @aufatchaas
3 notes · View notes
aufatchaas · 4 years
Text
Tumblr media
((Someday))
Aku, Kamu, Buku dan Secangkir teh = Rasanya Utuh
Apakah ini caramu mengajariku. Mengajariku mengenal sesuatu hal yg kamu mau.
14.9.20 || Terimakasihsepakettehnya
0 notes
aufatchaas · 4 years
Text
Kesan pertemuan
Seringkali kesan pertama saat bertemu orang lain adalah yg kita lihat hanya sebatas apa yg mereka 'kenakan', jd memang hanya benar benar yg tampak saja dimata kita. Lantas kita seoalah langsung bisa menjudge seseorang dr kesan pertama kita melihatnya.
Ternyata bener bener kesan pertama ini mempengaruhi penilaian manusia yaa. Lantas kemudian cara perlakuan dan menanggapinya seolah berbeda.
Padahal, apa yg kita lihat dr luar itu hanya sepersekian persen isi dari seseorang tersebut. Nah disinilah kenapa penting sekali menghargai Kesan pertemuan
Hargai setiap orang yang kita temui itu dengan peduli / care. Sopan santun. Ramah dan senyum.
Buatlah kesan pertemuan yg menyejukan hati. Bukan menilai sebelah mata lantas seolah menghakimi. Karena mereka yg kita temui pasti memiliki kelebihan yg kita tidak punyai, lantas barangkali bisa menyambung silaturrahmi. Bukankah ketika kita menyambung silaturrahmi dengan sesama itu bisa meluaskan rejeki?
Ya pokoknya intinya, mau kita ketemu orang lain dengan berbagai macam bentuk, rupa dan sikapnya. Tolong hargai bukan menghakimi.
Don't judge by the cover ini pepatah yg sering sekali kita dengar bukan.
Source @aufatchaas
0 notes
aufatchaas · 4 years
Text
saya, si istri berpendidikan lebih tinggi. (terus kenapa?)
Tumblr media
Apa benar istri berpendidikan lebih tinggi membuat minder suami?
Saya ingat ketika papasan dengan seorang psikolog senior. Beliau pernah menulis soal status kontroversial tentang perempuan yang meraih gelar S3 sebelum menikah.
By default, kata beliau, para perempuan S3 ini juga secara sadar maupun tak sadar punya standar tertentu. Ini yang bikin sulit, kata beliau.
Dan, secara fakta, perempuan-perempuan S3 ini datang pada beliau. Menyesal karena proses pencarian suami menjadi lebih sulit. Ada semacam gap atau minder dari si lelaki.
Di hari yang sama, kemudian saya bertemu dengan calon suami. Kami memutuskan untuk menikah dua bulan kemudian. Saya, saat itu tengah menyelesaikan studi S2. Suami saya sedang sibuk berkiprah menjadi pekerja sosial, dengan titel S1.
Kemudian beberapa bulan kemudian saya meraih gelar master. Suami saya belum berkuliah lagi.
Kemudian saya berkeinginan ambil S3. Respon suami saya? Mendukung! Bahkan ia lebih senang saya S3 kemudian jadi dosen ketimbang tok jadi wirausaha.
Mengapa?
Sepanjang perjalanan rumah tangga kami, saya tidak pernah merasa titel pendidikan saya yang secara permukaan lebih tinggi — menjadi legitimasi kalau saya lebih wow ketimbang suami saya.
Suami saya juga sadar betul akan hal itu. Di matanya, mungkin saya pintar, tapi saya juga rapuh, dan memang saya menyediakan kerapuhan saya untuk ia lengkapi. Seperti ia rela berbagi kerapuhannya untuk saya lengkapi. Saling berbagi kerapuhan untuk diisi, justru akan saling menguatkan bukan?
Dalam konteks hubungan pertemanan, senior-junior, ataupun rumah tangga — saya lebih suka memperlakukan rekan saya sebagai rekan setara. Kendati ia tukang cilok sekalipun. Atau adik saya sendiri. Mindset yang saya selalu camkan pada diri: Mereka pasti punya apa yang saya tak punya, seperti saya punya apa yang mereka tidak punya.
Saya memang bergelar S2. Beliau S1, tapi beliau sangat familiar dengan realita masyarakat (saya kurang begitu terjun). Saya perasa. Ia taktis dan logis. Saya pintar bikin nasi goreng. Ia pintar bikin steak. Rank Mobile Legendnya sudah sampai Mytic. Saya mentok di Grandmaster (itu juga dijokiin suami). Hahaa.
Saya jadi ingat, ketika Ustman bin Affan menikahi Nailah binti al-Farafishah yang dikenal cerdas. Ustman tidak malu dan minder. Justru senang memiliki istri yang dapat memberikan sumbangsih terhadap cara pandangnya.
Hal ini membuat saya berpikir, bahwa benar bahwa perempuan berpotensi sebagai ‘fitnah’ (ujian) bagi laki-laki. Ya, adakalanya ‘fitnah’ tersebut bersumber dari perempuannya (pakaiannya, gerak-geriknya, aksinya).
Tapi bisa jadi, ‘fitnah’ tersebut ialah sempitnya perspektif laki-laki terhadap perempuan, sehingga mereka memandang dan memperlakukan perempuan secara salah.
Beruntung suami saya, dan Ustman bin Affan — dapat lolos dari ‘fitnah’ perspektif terhadap perempuan. Semoga banyak lelaki di luaran sana yang dapat berpikiran holistik mengenai kiprah perempuan dalam bingkai keimanan, ya!***
Ilustrasi dari ballandus.wordpress.com
1K notes · View notes
aufatchaas · 4 years
Text
Rezeki itu punya Allah. Meskipun kamu tahu ilmunya, tahu bagaimana jalannya, dan tahu bagaimana caranya, tapi jika Allah mengatakan tidak maka percuma saja. Rezeki tidak akan pernah menjadi milikmu. Seperti jodoh, ia datang tidaklah lambat juga tidak cepat, tapi ia akan datang pada waktu yang tepat. Tepat menurut Allah, bukan menurutmu. Perbanyak husnudzon.
@jndmmsyhd
781 notes · View notes
aufatchaas · 4 years
Text
Membangun visi misi keluarga itu berangkat dari memilih pasangan hidup.
Libatkan Allah terus, minta Allah untuk menuntun. Bersegera, tapi jangan tergesa. Pilihlah yang memiliki nilai dan prinsip yang tak berseberangan secara fundamental denganmu, apapun itu, yang menjadi peganganmu.
Sholeh/ah itu luas. Peranan yang mau diambil untuk berusaha menjadi alim atau takwa itu banyak. Yang wajib adalah wajib. Sisanya soal pemikiran, kedewasaan, karakter, keluarga besarnya, pekerjaan, dan lain-lain takarlah di takaran yang sekiranya bisa kita tolerir. Sesuai kemampuanmu menerima.
Bertanyalah saat proses, pelajari dirinya dari caranya memerlakukan keluarganya atau anak kecil, periksa hubungannya dengan teman dekatnya. Ikhtiar ini, bisa kita optimalkan.
Ini nasihat, buat teman-teman yang sedang berproses. Selanjutnya, sejak awal hingga akhir bertawakkallah kepada Allah..
Ingat, jangan dicari kesempurnaan itu. Tak bakal kamu temukan pun sampai habis daya kamu mencarinya.
Ingat-ingatlah, menikah ini ajang beribadah. Kalaupun kamu punya sedikit petunjuk tentang dia dari usahamu mencari, mengorek, sedang sudah istikharah, direstui, dan memiliki kemantapan hati, maka…selama kamu libatkan Allah dan restu kedua orangtuamu, Allah nanti yang akan menuntunmu dengan caraNya.
Berumahtangga itu tak mudah, tapi dengan kuasaNya, pasti kita sanggup melaluinya.
3K notes · View notes