Tumgik
babadansyifa 2 months
Text
Saat semua orang berlomba menjadi sempurna, sederhana jadi langka rasanya.
#Syifa Azhar
0 notes
babadansyifa 2 months
Text
Part II
Hancur yang Menjadi Pengangkatku
Saat aku sudah mulai menemukan kenyamanan bersama teman-temanku, waktu itu kenaikan kelas. Nyesek banget karena ngga diterima di IPA (ya gimana diterima, hampir semua mapel IPA aku ga menguasai, boro-boro menguasai di kelas rasane ngantuk terus 馃槗). Masuklah di jurusan IPS waktu itu hanya 2 jurusan, nyesek banget banget sampai nangis karena ngga bisa bareng sama temen-temen yang sudah bikin nyaman. Padahal untuk nyaman bener2 butuh proses yang rumit.
Perlahan, aku mencoba menerima. Aku bertekad, "Oke, gapapa aku ga diterima di IPA. Tapi aku harus jadi yang pertama di IPS".
Di titik ini, dan aku baru sadar sekarang setelah bertahun-tahun. Tekad itu datang dari Allah. 馃槶 Mana mungkin aku yang malas, menjadi ratu poin karena selalu telat masuk sekolah, sampai diancam guru bakal dateng ke rumah kalau masih suka telat 馃檭 Aku yang seperti itu bisa berpikir jadi yang pertama, adalah hal yang "mustahil di luar logika"
Aku coba dengan hal kecil, berangkat lebih pagi dan selalu rapi. Dulu anak IPA terkenal pakaiannya rapi-rapi, jadi aku ngga mau kalah walau aku IPS.
Dari aku yang SMP paling ga suka ekstrakurikuler jadi cinta banget sama ekstra hampir tiap weekend nginep di sekolah. Karena ekstra bikin aku bisa kumpul lebih lama sama temen-temenku yg sudah beda jurusan. 馃檪
Yapp, mereka Allah kirim buat nolong aku. 馃槶 dan kita masih bersahabat sampai sekarang, sampai ke keluarga lainnya. Saking sering nginep di sekolah, di rumah.
Aku juga mulai serius belajar, mencintai semua mapel yang ada di IPS. (Kecuali MTK itu udah mendarah daging kayanya 馃槴) tapi aku berusaha cinta demi meraih peringkat pertama.
Tidak lupa jalur langit, belajar sholat tahajud sholat hajat. Rela bangun malam begadang dengan dzikir2 panjang. Habis subuh hapalan semua materi yg sudah diajarkan di mapel yg ada di hari itu (aku selalu buat rangkuman).
Dan hal yang paling bikin hari-hariku ga bisa tidur adalah masa2 ujian-ujian UTS ntah apapun itu. Sangat takut kalau belum menguasai semua materi, membuat target minimal benar dan maksimal salah.
Hari-hari ujian adalah hari-hari terdisiplin. Pulang gasik yang lain gass main, aku jadi orang paling ngga asik. Karena aku pasti langsung pulang ke rumah, buat rangkuman dan persiapan tes besoknya. Begitu sampai selesai, dan jalur langit mohon mohon dan mohon.
Yass, Paralel 1. Hal yang tidak mungkin untuk orang seperti aku. Paralel 1 berturut turut membuatku semakin dikenal guru, dari situ muncul rasa PD, hal yang paling susah aku dapatkan.
Semester demi semester dijalani, bersaing dengan teman2 bahkan pernah hanya selisih nol koma... bener-bener keajaiban, bukan karena aku pinter... kalau suamiku ga percaya aku paralel 1, aku pun sebenarnya sama. 馃檪
Lolos SNMPTN Unnes jalur undangan, tanpa tes sampai disembelihlah ayam nadzar dari mamaku 馃槀
Part III
Perjalanan Rantau
0 notes
babadansyifa 2 months
Text
Pertolongan
Part I
Nasib
Malam ini aku baru menyadari, kalau Allah sudah menolongku dari bencana besar dalam hidupku.
Aku adalah korban bully saat SD, dan itu berlangsung bertahun-tahun dari kelas 4 SD sampai lulus. Setiap hari, sampai pada akhirnya aku ngerasa "aku adalah manusia aneh"
Aku membenci fisikku sendiri, bentuk hidungku yg besar. Yg justru sekarang katanya bikin iri.
Iya, 2 tahun itu benar-benar melemahkanku. Dari aku yang selalu ikut 3 besar di kelas menjadi tidak berdaya bahkan terus merosot peringkatku. Sebegitu berpengaruh bullying. Sayangnya waktu itu dianggap hal yang wajar, berbeda sekarang mungkin aku sudah dibawa psikiater.
Di bawah tekanan rasa tidak percaya diri yang masih melekat, aku dipindahkan sekolah saat kelas XI SMP. Membuatku makin tidak bisa beradaptasi dan semakin minder. Baru di kelas XII aku mulai bisa beradaptasi dengan baik. Tapi "introvert" itu tetap ada. Aku hanya bisa bersosialisasi dengan baik hanya dengan mereka yg aku kenal dekat.
Mandiri adalah sebuah keharusan, karena aku harus "tidak membutuhkan bantuan orang lain". Karena aku minder bahkan untuk sekadar minta tolong.
Zaman dulu pulang sekolah jalan kaki, aku sudah terbiasa berjalan sendirian sambil berpanas-panasan. Tapi saat seperti itulah aku banyak berpikir, banyak mengamati sekitar, dan aku menemukan kenyamanan saat sendiri.
Daya kreatifku berkembang, aku lampiaskan pada tulisan-tulisan, pada puisi, pada merapikan kamar, menghiasnya menjadi "istana sederhana" tempat ternyaman.
Lulus SMP mulai belajar mendekatkan diri utk sholat istikharah (mungkin saat ini disebut Jalur Langit, dan aku menemukan jawaban dimana aku harus lanjut), waktu itu aku dalam kebingungan lanjut dimana karena tidak diterima di sekolah yg aku mau. Sebenarnya aku bisa diterima dengan catatan ada salam tempel, tapi aku lebih memilih untuk tidak pakai cara menjijikan demi meraih gengsi.
Lanjutlah aku dan alhamdulillah diterima. Masih dengan keasingan, lagi lagi dengan segala akibat bullying yang aku bawa. Aku SELALU tidak bisa langsung akrab dengan orang-orang baru (yang saat ini justru jadi kelebihan aku karena akan selalu tidak percaya dengan kesan pertama utk menilai seseorang, pasti akan aku amati dulu baru aku nilai).
Alhamdulillah mulai bisa beradaptasi meskipun selalu tidak bisa dominan, selalu mengalah apapun yg dilakukan orang lain.
Part II
Hancur yang Menjadi Pengangkatku...
0 notes
babadansyifa 2 months
Text
Lalu mengapa manusia menjadi angkuh atas nikmat yang ia rasakan, padahal nikmat itu bisa kapan saja diambil oleh si Pemberi.
-Syifa Azhar-
1 note View note
babadansyifa 1 year
Text
Semakin kesana
Semakin Kesini
Semakin Dewasa
Semakin Mengerti
Semakin Sabar
Semakin Sadar
Bahwa DIAM Pilihan Yang Tepat Ketika ingin Bersuara...
3 notes View notes