Terkadang, perjalanan bisa selucu ini. Berangkat dengan tujuan tulus menyembuhkan luka dan trauma orang lain, tetapi pulang dengan dibawakan luka dan trauma untuk diri sendiri.
9 notes
·
View notes
Jangan takut berbuat salah, karena salah bisa dimaafkan.
Takutlah berbuat tidak jujur, karna luka karena kebohongan sulit untuk sembuh.
4 notes
·
View notes
Berlari lagi, kesini...
Apakabar hati? Sekian tahun berlatih, masih saja bisa sedih?
4 notes
·
View notes
“I like people who dream or talk to themselves interminably; I like them, for they are double. They are here and elsewhere.”
— Albert Camus
3K notes
·
View notes
Menyenangkan melihat teman teman semasa sekolah dulu berhijrah, mendedikasikan hidupnya untuk agamanya. Kemudian berkumpul dalam sebuah grup whatsapp. Senang bisa melihat berbagai perubahan dari mereka. Namun, bukan bermaksud untuk menyinyiri mereka, hanya saja tingkat keintiman seolah menjarak. Ada tembok besar yang menghalang, membatasi cara kita dalam berkomunikasi, tidak bermaksud mengatakan dan menjadikan agama sebagai batasan atau penghalang. Hanya saja tingkat keakraban seolah berkurang, pun saya harus lebih berhati hati dalam menyampaikan maksud dalam obrolan, atau bahkan sekedar menanyakan kabar mereka pun saya harus benar benar memilih kalimat yang sesuai, yang berbudi pekerti, yang sesuai syariat.
Bagi saya, ini terasa begitu canggung. Akhirnya dalam grup pun cuma bisa menjadi penyimak. Ada rasa takut untuk ikut andil dalam pembicaraan. Apalagi penggunaan istilah istilah, atau kalimat kalimat arab. Sejenis Syukron, Hamasah, Syafakillah, yang kadang artian kata tersebut merupakan doa. Membuat saya kebingungan. Bingung dalam artian bukan tidak tahu makna atau artinya… karena saya pun bisa secara langsung membuka halaman pencarian untuk mencari maksud kata tsb. Berasa sekali miskin ilmu nya. Tapi poin plus nya menambah perbendaharaan kata. Hamdalah.
Namun, yang saya risaukan terkadang saya bingung bagaimana merespon kalimat/kata tsb. Pernah suatu ketika saya respon dengan kalimat yang menurut saya sesuai. Namun pada akhirnya saya mendapatkan pengkoreksian habis habisan. Berasa sekali dibunuh karakternya dalam grup tsb. Berasa sekali lemah ilmu. Pada akhirnya saya terkadang hanya membalasnya dengan kalimat berbahasa baku indonesia yang baik dan benar ala korean drama.
Kemudian grup pun seolah mendadak syar'i… alhamdulillah. Suatu kebaikan yang dicapai. Tapi tetap saja yang biasanya bisa santai menggunakan kalimat santai atau istilah slang, sekarang menjadi kalimat dengan tingkat kereligiusan tinggi. Yang biasanya bisa bercanda tanpa ada rasa canggung sekarang jadi harus berhati-hati, ada ketakutan sendiri di cap sebagai yang belom hijrah sendiri.
Sebenarnya ga boleh suudzhon sih, namun tetap aja ada sedikit rasa gengsi untuk tidak dipandang demikian.
Sebenarnya saya tidak masalah dengan penggunaan kata tsb, toh itu doa kan. Dan ga bermaksud melarang juga. Cuma sebagai manusia yang imannya masih lemah, saya merasa canggung. Kaku. Toh kalau kita teman dekat, tidak salahnya informal saja. Harus tetap bisa menyesuaikan sesuai tempat dan porsinya.
Penggunaan istilah/kata tersebut malah seolah menyiratkan dan ingin menunjukan bahwa oramg tersebut ‘pindah’. “saya hijrah loh!” “Aku sudah berada dijalan yang benar” seperti itu.
Kan jadi buruk sangka. Maaf sekali lagi atas tulisan ini.
Salam.
28 notes
·
View notes
“Aku hampir mendapatkanmu. Kau hampir membuatku berhenti. Kita hampir berhasil. Sayang, kita harus gagal di akhir.”
— (via mbeeer)
1K notes
·
View notes
Setiap diinginkan perubahan, pasti ada yang harus dikorbankan.
Tak mungkin inginkan hangat sementara kayu bakar diminta tetap utuh, tak mungkin inginkan terang, sementara sumbu lilin tak boleh terbakar.
13 notes
·
View notes
“Love: It will kill you and save you, both.”
— Lauren Oliver
3K notes
·
View notes
“I understand that nobody understands me, but I can’t be someone I’m not.”
— Audrey Tautou
4K notes
·
View notes
Ingenue 🍂 https://www.instagram.com/p/B9QoIntJjkZ/?igshid=13rxj07dd43lb
1 note
·
View note
Hai waktu
Aku ingin lebih baik
Bisakah kau membantu?
Tapi, apa kabar esok?
Masihkah semangatku membara?
Atau luntur begitu saja?
Bangun kesiangan,
lalu bermalas-malasan?
- Ingat umur wooooyyyy
6 notes
·
View notes
Perihal melupakan, sadarlah bahwa aku bukanlah makhluk tanpa ingatan. Apa-apa yang memang pernah kulalui biarlah saja begini. Besok atau lusa, saat apa yang kuingat masih melekat, kuharap akan lenyap seiring datang apa yang memang kuharap. Entah itu kamu, dia atau siapa saja. Biarlah Tuhan yang memberi jalan. Alloh selalu tahu rasa lelah, sampai pada akhirnya kita bersedia berpasrah.
sebuah tabungan di celengan draft yang ku pecah…pyaarrr
8 notes
·
View notes
Hai.
-Udah-
6 notes
·
View notes