Tumgik
Text
بِسْـــــم اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Faedah Hadits Hari ini:
عن أبي هريرةَ رضي اللَّهُ عنه أَن النبيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « "مَا مِنْ يوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ ملَكَانِ يَنْزلانِ ، فَيقولُ أَحدُهُما : 'اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقاً خَلفاً ، ويَقولُ الآخَرُ : اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكاً تَلَفاً'." » متفقٌ عليه .
Dari Abu Huroiroh رضيَ اللَّه عنهُ "Bahawasanya Nabi Muhammad صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم Bersabda: 'Tidaklah Para Hamba Berada Di Pagi Hari, Melainkan Pada Pagi Itu Terdapat Dua Malaikat Yang Turun. Salah Satunya Berdo'a, "Yaa Alloohu ﷻ, Berikanlah Ganti Kepada Orang Yang Berinfak", Sedang Yang Lain Berdo'a, "Yaa Alloohu ﷻ, Berikanlah Kebinasaan (Harta) Kepada Orang Yang Menahan (Hartanya)".'." (Muttafaq ‘alaih)
DO'A MALAIKAT UNTUK ORANG YANG BERSEDEKAH
Diantara Orang-orang yang Mendapatkan Do’a dari Para Malaikat adalah Orang-orang yang Selalu Berinfak Dijalan Kebaikan, dan diantara Dalil Yang Menunjukkan Hal Tersebut adalah:
1. Imam al-Bukhori dan Imam Muslim Meriwayatkan dari Abu Huroiroh ُرضيَ اللَّه عنه, Beliau Berkata: “Rosuululloohi صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم Bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا. وَيَقُوْلُ اْلآخَرُ: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا.
'Tidak Satu Hari Pun Di Mana Pada Pagi Harinya Seorang Hamba Ada Padanya Melainkan Dua Malaikat Turun Kepadanya, Salah Satu Di Antara Keduanya Berkata: "Yaa Allooh, Berikanlah Ganti [1] Bagi Orang Yang Berinfak". Dan Yang Lainnya Berkata: "Yaa Allooh, Hancurkanlah [2] (Harta) Orang Yang Kikir".’.” [3]
Diantara Hal Yang Bisa Kita Fahami Dari Hadits Di Atas bahwa ash-Shodiqul Mashduuq, yaitu Nabi Kita Muhammad صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم Mengabarkan bahwa Sesungguhnya Para Malaikat Berdo’a Agar Alloohu تعالى Menggantikan Harta Orang Yang Berinfak.
Al-‘Allamah al-‘Aini Ketika Menjelaskan Hadits tersebut Berkata: “Makna Kholaf adalah Pengganti, sebagaimana dalam sebuah ungkapan: ‘Akhlafalloohu kholfan’ maknanya adalah Semoga Allooh Menggantikannya.” [4]
Al-Mulla ‘Ali al-Qori Ketika Menjelaskan Hadits ini Berkata: “Kholaf Maknanya adalah Pengganti Yang Sangat Besar, Sebuah Pengganti Yang Baik Di Dunia dan Berupa Balasan Di Akhirat, Dalam Hal Ini Alloohu تعالى Berfirman:
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan Barang Apa Saja Yang Kamu Nafkahkan, Maka Alloohu Akan Menggantinya Dan Dia-lah Pemberi Rizki Yang Debaik-baiknya.” [Saba’: 39] [5]
Al-‘Allamah al-‘Aini Menjelaskan Faidah-Faidah Yang Dapat Diambil Dari Hadits tersebut Dengan Perkataan: “Dan Didalamnya Ada Do’a Malaikat, Sedangkan Di’a Malaikat adalah Sebuah Do’a Yang Akan Selalu Dikabulkan oleh Alloohu تعالى dengan Dalil sabda Rosuulillaahi صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : ‘Barangsiapa Yang Ucapan Aamiinnya Itu Bertepatan Dengan Ucapan Aamiinnya Para Malaikat, Maka Diampuni Dosanya Yang Telah Lalu.” [6]
Dan Yang dengan Dimaksud dengan Infak, sebagaimana yang diungkapkan oleh Para Ulama, adalah Infak Dalam Keta'atan, Infak Dalam Akhlak Yang Mulia, Infak Kepada Keluarga, Jamuan Tamu, Shodaqoh dan Lain-lain Yang Tidak Dicela dan Tidak Termasuk Kategori Pemborosan.[7]
2. Para Imam, yaitu Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Hakim Meriwayatkan dari Abud Darda’رضيَ اللَّه عنهُ , Ia Berkata: “Rosuululloohi صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم Bersabda:
'مَا طَلَعَتْ شَمْسٌ قَطُّ إِلاَّ بُعِثَ بِجَنْبَتَيْهَا مَلَكَانِ يُنَادِيَانِ، يُسْمِعَانِ أَهْلَ اْلأَرْضِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ هَلُمُّوْا إِلَى رَبِّكُمْ فَإِنَّ مَا قَلَّ وَكَفَى خَيْرٌ مِمَّا كَثُرَ وَأَلْهَى. وَلاَ آبَتْ شَمْسٌ قَطُّ إِلاَّ بُعِثَ بِجَنْبَتَيْهَا مَلَكَانِ يُنَادِيَانِ يُسْمِعَانِ أَهْلَ اْلأَرْضِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَأَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا.'
'Tidaklah Matahari Terbit Melainkan Diutus Di Dua Sisinya Dua Malaikat Yang Berseru, Semua Penduduk Bumi Mendengarnya Kecuali Jin Dan Manusia, Mereka Berdua Berkata: "Wahai Manusia Menghadaplah Kalian Kepada Rlbb Kalian, Karena Yang Sedikit Dan Cukup Itu Tentu Lebih Baik Daripada Yang Banyak Tetapi Digunakan Untuk Foya-foya. Dan Tidaklah Matahari Terbenam Melainkan Diutus Di Antara Dua Sisinya Dua Malaikat Yang Berseru, Semua Penduduk Bumi Mendengarnya Kecuali Jin Dan Manusia, Mereka Berdua Berkata: ‘Yaa Allooh, Berikanlah Ganti Bagi Orang Yang Berinfak, Dan Hancurkanlah (Harta) Orang Yang Kikir".’ ”[8]
3. Dua Imam, yaitu Ahmad dan Ibnu Hibban Meriwayatkan dari Abu Huroiroh رضيَ اللَّه عنهُ, Dari Rosuulillaahi صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم, Beliau Bersabda:
'إِنَّ مَلَكًا بِبَابٍ مِنْ أَبْوَابِ السَّمَاءِ يَقُوْلُ: مَنْ يُقْرِضِ الْيَوْمَ يُجْزَى غَدًا وَمَلَكًا بِبَابٍ آخَرَ يَقُوْلُ: اَللَّهُمَّ أَعْطِ لِمُنْفِقٍ خَلَفًا وَعَجِّلْ لِمُمْسِكٍ تَلَفًا.'
'Sesungguhnya Datu Malaikat Yang Ada Di Sebuah Pintu Dari Pintu-pintu Langit Berkata: "Barangsiapa Meminjamkan Pada Satu Hari Ini, Maka Akan Dibalas Pada Esok Hari, Dan Satu Malaikat Lainnya Yang Ada Di Pintu Lain Berkata: ‘Yaa Allooh, Berikanlah Ganti Bagi Orang Yang Berinfak Dan Segera Hancurkanlah (Harta) Orang Yang Kikir".'.” [9]
Imam Ibnu Hibban memberikan bab bagi Hadits Ini dengan judul: “Do’a Malaikat bagi Orang yang Berinfak dengan Pengganti dan Bagi Orang yang Kikir agar Hartanya Dihancurkan.” [10]
Semoga Alloohu تعالى Menjadikan Kita Orang-orang Yang Selalu Berinfak Dijalan Kebaikan, Yang Dido’akan Dengan Pengganti Yang Lebih Baik Oleh Para Malaikat. Aamiin, yaa Dzal Jalaali wal Ikroom.
_______
Footnote
[1]. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Pengganti itu lebih baik disamarkan agar mencakup pengganti dalam bentuk Harta dan Pahala, karena berapa banyak orang yang berinfak, Dia wafat sebelum mendapatkan balasan berupa Harta Di Dunia, maka penggantinya adalah berupa Pahala Di Akhirat, atau Dia dihalangi dari Kejelekan.” (Fathul Baari III/305)
[2]. Redaksi dengan ungkapan Pemberian hanya merupakan Gaya Bahasa saja, karena jika Harta itu dihancurkan, maka sesungguhnya hal tersebut bukanlah sebuah Pemberian. (Ibid)
[3]. Muttafaq ‘alaih. Shahiih al-Bukhori Kitab az-Zakaah bab Qouluhu Ta’aalaa: Fa Amma Man A’thoo wat Taqoo wa Shoddaql bil Husnaa (III/304 no. 1442) dan Shkhiih Muslim Kitab az-Zakaah bab Fil Munfiq wal Mumsik (II/700 no: 1010 (57)).
[4]. ‘Umdatul Qoori' (VIII/307).
[5]. Mirqootul Mafaatiih (IV/366).
[6]. ‘Umdatul Qoori’ (VIII/307).
[7]. Lihat Syarh an-Nawawi (VII/95).
[8]. Al-Musnad (V/197 cet. Al-Maktab al-Islami), al-Ihsaan fii Taqriibi Shohiih Ibni Hibban Kitab az-Zakaah bab Shodaqatut Tathowwu’, Dzikrul Akhbaar ‘ammaa Yajibu ‘alal Mari min Tawaqqu’il Khilaaf fiimaa Qoddama li Nafsihi, wa Tawaqqu’ Dhiddahu idzaa Amsaka (VIII/121-122 no. 3329) dan al-Mustadrok ‘alash Sholihin Kitab at-Tafsiir (II/445). Al-Imam al-Hakim Berkata, “Ini adalah Hadits yang Sanad-nya Shohih, tetapi Tidak Diriwayatkan oleh Keduanya (al-Bukhlri dan Muslim).” (Ibid) Ungkapan tersebut disepakati oleh adz-Dzahabi (lihat Kitab at-Takhliish II/445). Al-Hafizh al-Haitsami Berkata: “Hadits ini Diriwayatkan oleh Ahmad dan Perawinya adalah Perawi yang Shohih.” (Majma’uz Zawaa-id III/122). Hadits ini Dishohihkan oleh al-Albani. (Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shohiihhah no. 444 dan Shohiih at-Targhiib wat Tarhiib I/456)
[9]. Al-Musnad (II/305-306 cet. Al-Maktab al-Islami) dan al-Ihsaan fii Taqriibi Shohiih Ibni Hibban Kitab az-Zakaah bab Shodaqatut Tathowwu’ (VIII/124 no. 3333), dengan lafazh darinya. Syaikh Ahmad Syakir Mengomentari Sanad Hadits yang Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Beliau Berkata: “Sanadnya Shohih.” (Catatan pinggir Kitab al-Musnad XV/196) Syaikh Syu’aib al-Arnauth mengomentari Sanad Hadits yang Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, Beliau Berkata: “Isnadnya Shohih berdasarkan syarat Perawi Muslim.” (Catatan pinggir Kitab al-Ihsaan VIII/124)
[10]. Al-Ihsaan fii Taqriibi Shohiih Ibni Hibban (VIII/124).
والله تعالى أعلم بالصواب،
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن ال��مد لله رب العالمين.
Semoga Bermanfaat. Mohon Ta’awunnya untuk Menyebarkan Dakwah Tauhid Dan Sunnah Ini. Semoga Menjadi Sebab Hidayah Bagi Orang Lain Dan Sebagai Pemberat Timbangan Kebaikan Kita Di Hari Kiamat Kelak, In Syaa Alloohu تعالى.
Tumblr media
0 notes
Text
بِسْـــــم اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Faedah Hadits Hari ini:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس ، وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل ، وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيُدارسه القرآن ، فالرسول الله صلى الله عليه وسلم أجودُ بالخير من الريح المرسَلة'."
'Rosuululloohu ﷺ adalah Orang Yang payling Dermawan. Dan Beliau ﷺ Lebih Dermawan Lagi Dibulan Romadhon Sa'at Beliau Bertemu Jibril. Jibril Menemuinya Setiap Malam Untuk Mengajarkan Al-Qur’an. Dan Kedermawanan Rosuululloohu ﷺ Melebihi Angin Yang Berhembus.” (HR. Bukhori, no.6)
KEDERMAWANAN NABI MUHAMMAD ﷺ DIBULAN ROMADHON
Nabi Kita Muhammad ﷺ adalah TELADAN Terbaik Bagi Kita, Beliau ﷺ adalah Orang Yang Paling Dermawan, dan KEDERMAWANAN Beliau ﷺ Lebih Dahsyat Lagi Dibulan Romadhon. Hal Ini Diceritakan oleh Ibnu Abbas -rodhiyalloohu ’anhumaa- Sebagaimana Hadits Diatas.
Dari Hadits Diatas Dapat Kita Ketahui bahwa Muhammad ﷺ pada dasarnya adalah Seorang Yang Sangat Dermawan. Ini Juga Ditegaskan oleh Anas bin Maalik -rodhiyalloohu 'anhu-,
"كان النبي صلى الله عليه وسلم أشجع الناس وأجود الناس"
“Nabi Muhammad ﷺ adalah Orang Yang Paling Berani dan Paling Dermawan.” (HR. Bukhori no.1033, Muslim no. 2307)
Namun Bulan Romadhon merupakan Momen yang Spesial sehingga Beliau ﷺ Lebih Dermawan Lagi. Bahkan Dalam Hadits, KEDERMAWANAN NABI Muhammad ﷺ dikatakan Melebihi Angin yang Berhembus. Diibaratkan Demikian karena Nabi Muhammad ﷺ Sangat Ringan dan Cepat Dalam Memberi, Tanpa Banyak Berpikir, Sebagaimana Angin Yang Berhembus Cepat. Dalam Hadits juga Angin diberi Sifat ‘Mursalah’ (Berhembus), Mengisyaratkan KEDERMAWANAN Nabi ﷺ Memiliki Nilai Manfa'at Yang Besar, bukan asal memberi, serta terus-menerus sebagaimana Angin yang baik dan Bermanfa'at adalah angin yang berhembus terus-menerus. Penjelasan ini disampaikan oleh Ibnu Hajar al-Asqolani -rohimahullooh- Dalam Fathul Baari.
Oleh karena itu, Kita yang mengaku meneladani Beliau ﷺ sudah selayaknya memiliki semangat yang sama. Yaitu semangat untuk bersedekah lebih sering, lebih banyak dan lebih bermanfaat Dibulan Romadhon, melebihi Bulan-bulan lainnya.
DAHSYATNYA SEDEKAH DIBULAN ROMADHKN
Salah satu sebab Rosuululloohu ﷺ Memberi TELADAN untuk lebih bersemangat dalam bersedekah Dibulan Romadhon adalah Karena Bersedekah Dibulan Ini Lebih Dahsyat Dibanding Sedekah Dibulan Lainnya. Diantara Keutamaan Sedekah Dibulan Romadhon adalah:
- Puasa Digabungkan Dengan Sedekah dan Sholat Malam Sama Dengan Jaminan Surga
Puasa Dibulan Romadhon adalah Ibadah yang Agung, bahkan Pahala Puasa Tidak Terbatas Kelipatannya. Sebagaimana dikabarkan dalam sebuah Hadits Qudsi:
"كل عمل ابن آدم له الحسنة بعشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف قال عز و جل : إلا الصيام فإنه لي و أنا الذي أجزي به
'Setiap Amal Manusia akan Diganjar Kebaikan semisalnya sampai 700 kali lipat. Alloohu 'Azza Wa Jalla Berfirman: "Kecuali Puasa, Karena Puasa Itu Untuk-Ku dan Aku Yang Akan Membalasnya'." (HR. Muslim no.1151)
Dan Sedekah, telah Kita ketahui keutamaannya. Kemudian Sholat Malam, juga merupakan Ibadah yang Agung, Jika Didirikan Dibulan Romadhon dapat Menjadi Penghapus Dosa-dosa yang Telah Lalu, Rosuululloohu ﷺ Bersabda:
'من قام رمضان إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه'
'Barangsiapa Yang Sholat Malam Karena Iman Dan Mengharap Pahala dari Alloohu تعالى, Akan Diampuni Dosanya Yang Telah Lalu.” (HR. Bukhari no.37, 2009, Muslim, no. 759)
Ketiga Amalan yang agung Ini Terkumpul Dibulan Romadhon dan Jika Semuanya Dikerjakan Balasannya adalah Jaminan Surga. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad ﷺ:
'إن في الجنة غرفا يرى ظاهرها من باطنها وباطنها من ظاهرها أعدها الله لمن ألان الكلام وأطعم الطعام وتابع الصيام وصلى بالليل والناس نيام'
'Sesungguhnya Di Surga Terdapat Ruangan-ruangan Yang Bagian Luarnya Dapat Dilihat Dari Dalam Dan Bagian Dalamnya Dapat Dilihat Dari Luarnya. Alloohu تعالى Menganugerahkannya kepada Orang Yang Berkata Baik, Bersedekah Makanan, Berpuasa, dan Sholat Dikalahkan Kebanyakan Manusia Tidur.” (HR. At Tirmidzi no.1984, Ibnu Hibban di Al-Majruhin 1/317, Dihasankan Ibnu Hajar al-Asqolani di Hidayatur Ruwah, 2/47, Dihasankan al-Albaani di Shohih At-Targhib, 946)
- Mendapatkan Tambahan Pahala Puasa Dari Orang Lain
Kita telah mengetahui betapa besarnya Pahala Puasa Romadhon. Bayangkan jika Kita bisa menambah Pahala Puasa Kita dengan Pahala Puasa Orang Lain, maka Pahala yang Kita raih lebih Berlipat Lagi. SUBHAANALLOOH! Dan ini bisa terjadi dengan Sedekah, yaitu Dengan Memberikan Hidangan Berbuka Puasa Untuk Orang Yang Berpuasa. Rosuululloohu ﷺ Bersabda:
'من فطر صائما كان له مثل أجره ، غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيئا'
'Orang Yang Memberikan Hidangan Berbuka Puasa Kepada Orang Lain Yang Berpuasa, Ia Akan Mendapatkan Pahala Orang Tersebut Tanpa Sedikitpun Mengurangi Pahalanya.” (HR. At-Tirmidzi no 807, Ia Berkata: “Hasan shohih”)
Padahal Hidangan Berbuka Puasa sudah cukup dengan Tiga Butir Kurma atau bahkan Hanya Segelas Air, Sesuatu Yang Mudah dan Murah Untuk Diberikan kepada Orang Lain.
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يفطر على رطبات قبل أن يصلي فإن لم تكن رطبات فعلى تمرات فإن لم تكن حسا حسوات من ماء
Rosuululloohu ﷺ Biasa Berbuka Puasa Dengan Beberapa Ruthob (Kurma Basah), Jika Tidak Ada maka Dengan Beberapa Tamr (Kurma Kering), Jika Tidak Ada maka Dengan Beberapa Teguk Air.” (HR. At Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud, Dishahihkan al-Albaani di Shohih At-Tirmidzi, 696)
Betapa Alloohu تعالى Sangat Pemurah Kepada Hamba-Nya Dengan Membuka Kesempatan Menuai Pahala Begitu Lebarnya Dibulan Yang Penuh Berkah Ini.
والله تعالى أعلم بالصواب،
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
Semoga Bermanfaat.
Mohon Ta’awunnya untuk Menyebarkan Dakwah Tauhid Dan Sunnah Ini. Semoga Menjadi Sebab Hidayah Bagi Orang Lain Dan Sebagai Pemberat Timbangan Kebaikan Kita Di Hari Kiamat Kelak, In Syaa Alloohu تعالى.
Tumblr media
0 notes
Text
بِسْـــــم اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Faedah Hadits Hari ini:
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَاءَ إِلَى سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ فَجَاءَ بِخُبْزٍ وَزَيْتٍ فَأَكَلَ ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْطَرَ عِنْدَكُمْ الصَّائِمُونَ وَأَكَلَ طَعَامَكُمْ الْأَبْرَارُ وَصَلَّتْ عَلَيْكُمْ الْمَلَائِكَةُ
Dari Anas bin Maalik-rodhiyalloohu 'anhu-: "Bahwa Nabi Muhammad ﷺ Datang Kepada Sa'd bin 'Ubaadah, Lalu Sa'd Menyuguhkan Roti Dan Minyak Samin. Nabi ﷺ Memakannya, Kemudian Nabi ﷺ Bersabda: 'Telah Berbuka Di Rumahmu Orang-Orang Yang Berpuasa, Dan Telah Makan Makananmu Orang-Orang Yang Baik, dyan Bersholawat Kepadamu Para Malaikat'." (HR. Abu Daawud no. 3356)
ANJURAN UNTUK MENDO'AKAN ORANG YANG MEMBERI BUKA PUASA
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، قَالَ: أَفْطَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَ سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ، فَقَالَ: «أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُونَ، وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ الْأَبْرَارُ، وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلَائِكَةُ»
Dari Abdullooh bin Az-Zubair -rodhiyalloohu 'anhumaa- Dia Berkata, “Rosuululloohi ﷺ Berbuka Puasa Di Rumah Sa’d bin Mu’adz, Lalu Beliau Bersabda:
'Afthoro ‘indakumush shooimun, wa akala tho’amakum al-abroor, wa shollat ‘alaikumul malaikat' (Orang-orang Yang Berpuasa Telah Berbuka Puasa Di Rumah Kalian, Makanan Kalian Telah Dimakan Oleh Orang-orang Yang Baik, Dan Para Malaikat Telah Berdo`a Untuk Kalian).([1])
عَنْ أَنَسٍ، أَوْ غَيْرِهِ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَأْذَنَ عَلَى سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ، فَقَالَ: «السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ»، فَقَالَ سَعْدٌ: وَعَلَيْكَ السَّلَامُ وَرَحْمَةُ اللهِ، وَلَمْ يُسْمِعِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى سَلَّمَ ثَلَاثًا، وَرَدَّ عَلَيْهِ سَعْدٌ ثَلَاثًا، وَلَمْ يُسْمِعْهُ. فَرَجَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاتَّبَعَهُ سَعْدٌ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي، مَا سَلَّمْتَ تَسْلِيمَةً إِلَّا هِيَ بِأُذُنِي، وَلَقَدْ رَدَدْتُ عَلَيْكَ وَلَمْ أُسْمِعْكَ، أَحْبَبْتُ أَنْ أَسْتَكْثِرَ مِنْ سَلَامِكَ، وَمِنَ الْبَرَكَةِ، ثُمَّ أَدْخَلَهُ الْبَيْتَ فَقَرَّبَ لَهُ زَبِيبًا، فَأَكَلَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ: «أَكَلَ طَعَامَكُمُ الْأَبْرَارُ، وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَأَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُونَ»
Dari Anas bin Maalik -rodhiyalloohu 'anhu- Atau Selainnya, Bahwa Rosuululloohi ﷺ Meminta Idzin Kepada Sa`d bin Ubadah, Beliau Bersabda: 'Assalaamu ‘alaikum wa rohmatullooh', maka Sa`d pun Menjawab, “Wa ‘alaikas salam wa rohmatullooh”, Namun Dia Sengaja Tidak Memperdengarkannya Kepada Nabi ﷺ, Sehingga Beliau Mengulanginya Tiga Kali. Dan Sa`d Pun Menjawabnya Tiga Kali, Namun Ia Tidak Memperdengarkannya Kepada Beliau ﷺ.
Maka Nabi ﷺ Pulang Dan Sa`d Mengikutinya, Lalu Dia Berkata: “Wahai Rosuulallooh, Ayah Dan Ibuku Sebagai Tebusanmu, Tidaklah Engkau Mengucapkan Sekali Salam, Kecuali Aku Mendengarnya, Dan Aku Telah Menjawab Salam-mu, Namun Aku Tidak Memperdengarkannya Kepada-mu, Sebab Aku Ingin Memperbanyak Mendapat Keselamatan Dan Barakoh (Dari Do`a-mu).”
Kemudian Dia Mengajak Nabi ﷺ Masuk Ke Dalam Rumahnya Dan Menghidangkan Anggur Kering Kepadanya. Maka Nabi ﷺ pun Memakannya. Setelah Selesai Makan Beliau Bersabda: 'Akala tho’amakum al-abroor, wa shollat ‘alaikumul malaikat, wa afthoro ‘indakumush shooimun' (Makanan Kalian Telah Dimakan Oleh Orang-orang Yang Baik, Para Malaikat Telah Berdo`a Untuk Kalian, Dan Orang-orang Yang Berpuasa Telah Berbuka Puasa Di Rumah Kalian).([2])
CATATAN:
Hadits Dengan Lafazh:
'Afthoro ‘indakumush shooimun, wa akala tho’amakum al-abroor, wa tanazzalat ‘alaikumul malaikat' (Orang-orang Yang Berpuasa Telah Berbuka Puasa Di Rumah Kalian, Makanan Kalian Telah Dimakan Oleh Orang-orang Yang Baik, Dan Para Malaikat Telah Turun Kepada Kalian).([3])
FAWAID HADITS:
1. Terkadang Nabi ﷺ Berbuka Puasa Di Rumah Shohabatnya.
2. Diantara Adab Bertamu adalah Meminta Idzin kepada Tuan Rumah, dan Mengucapkan Salam.
3. Meminta Idzin Ketika Bertamu dengan Mengucapkan Salam maksimal Sebanyak 3 Kali. Jika Tidak Ada Jawaban, Maka si Tamu Hendaklah Pulang.
4. Kewajiban Menjawab Ucapan Salam.
5. Tabarruk (Ngalap Berkah) Para Shohabat dengan Ucapan Salam dari Nabi ﷺ.
6. Kesabaran Nabi ﷺ kepada Shohabatnya. Sehingga Beliau Tidak Marah kepada Sa`d bin Ubadah Atas Sikapnya.
7. Kewajiban Tuan Rumah Memberi Jamuan Makan kepada Tamunya sesuai dengan keadaannya.
8 Tuntunan untuk Berdo'a Ketika Diberi Makanan Buka Puasa oleh Orang lain.
9. Para Malaikat Mendo`akan Kebaikan Untuk Orang-orang Yang Memberikan Buka Puasa kepada Orang Lain.
Inilah Sedikit Penjelasan tentang Hadits Yang Agung Ini. Semoga Alloohu Subhaanahu wa Ta’aalaa Selalu Memudahkan Kita Untuk Melaksanakan Keta'atan Dan Menjauhi Kemaksiatan. Dan Selalu Membimbing Kita Di Atas Jalan Kebenaran Menuju Ridho dan Sorga-Nya Yang Penuh Kenikmatan.
_________
Footnote:
([1]) HR. Ibnu Majah, no. 1747; Ibnu Hibban, no. 5296. Dishohihkan oleh Syaikh al-Albaani
([2]) HR. Ahmad, no. 12406. Dishohihkan oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth Didalam Takhrijul Musnad
([3]) HR. Ahmad, no. 12177 dan 13086, dari Anas -rodhiyalloohu 'anhu-, Sanadnya Lemah, sebab iInqitho/Terputus
والله تعالى أعلم بالصواب،
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
Semoga Bermanfaat.
Mohon Ta’awunnya untuk Menyebarkan Dakwah Tauhid Dan Sunnah Ini. Semoga Menjadi Sebab Hidayah Bagi Orang Lain Dan Sebagai Pemberat Timbangan Kebaikan Kita Di Hari Kiamat Kelak, In Syaa Alloohu تعالى.
Tumblr media
0 notes
Text
بِسْـــــم اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Faedah Hadits Hari ini:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ ". (رواه البخاري)
Dari Abu Huroiroh -rodhiyalloohu ‘anhu-, Rosuululloohu ﷺ Bersabda: 'Barangsiapa Yang Tidak Meninggalkan Perkataan Dan Perbuatan Yang Haram, Maka Allooh Tidak Butuh Dia Meninggalkan Makanan Dan Minuman'.” (HR. Bukhori no. 1903)
BERPUASA HANYA DAPAT LAPAR DAN HAUS SAJA
Diantara Akibat dari Jauhnya Kaum Muslimin Dari Perhatian Terhadap Perkara Agamanya, Kita Jumpai Beberapa Kesalahan Yang Tersebar Ditengah-tengah Kaum Muslimin Dibulan Romadhon Ini. Dalam Tulisan Ini, Kami Jabarkan Beberapa Kekeliruan Tersebut Yang Terkait Hadits Sebagai Bentuk Nasihat, Terutama Bagi Penulis Pribadi, dan juga Kaum Muslimin Secara Umum.
- Mengucapkan Kata-kata Dusta dan Perbuatan Sia-sia.
Perkataan Dusta, serta Semua Ucapan dan Perbuatan yang Haram hendaknya Dijauhi sejauh-jauhnya, apalagi di Bulan Romadhon.
Dalam Riwayat Lainnya disebutkan,
'مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ وَالجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ'.
'Barangsiapa Yang Tidak Meninggalkan Perkataan Dan Perbuatan Yang Haram, Juga Berperilaku Seperti Perilaku Orang-orang Bodoh, Maka Allooh Tidak Butuh Dia Meninggalkan Makanan Dan Minuman'.” (HR. Bukhori no. 6057)
Sehingga Wajib Bagi Orang Yang Berpuasa Untuk Menjauhi Ucapan-ucapan Kotor, Caci Maki, Juga Akhlak-akhlak Yang Jelek Lainnya, seperti Ghibah (Menggunjing), Namimah (Adu Domba), Dusta atau Kebohongan, dan Penyakit-penyakit Lisan Yang Lainnya.
Hal Ini Sebagaimana yang Diriwayatkan dari Abu Huroiroh -rodhiyalloohu ‘anhu-, Rosuululloohu ﷺ Bersabda,
'قَالَ اللَّهُ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ، إِلَّا الصِّيَامَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ، وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ، فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ'.
'Alloohu ‘Azza wa Jalla Berfirman, "Setiap Amal Anak Adam Adalah Untuknya Kecuali Puasa. Puasa Tersebut Adalah Untuk-Ku Dan Aku Yang Akan Membalasnya". Puasa Adalah Perisai. Apabila Salah Seorang Dari Kalian Berpuasa Maka Janganlah Berkata Kotor, Jangan Pula Berteriak-teriak. Jika Anda Seseorang Yang Mencaci Dan Mengajak Berkelahi Maka Katakanlah, ’Saya Sedang Berpuasa’.” (HR. Bukhori no. 1904 dan Muslim no. 1151)
Rosuululloohu ﷺ juga Bersabda,
'لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهِلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ، إِنِّي صَائِمٌ'.
'Tidaklah Puasa Itu Hanya Sekedar Menahan Dari Makan Dan Minum. Akan Tetapi, Hakikat Puasa Adalah Menahan Diri Dari Ucapan Kotor Dan Sia-sia. Jika Ada Seseorang Yang Mencacimu Dan Berbuat Usil Kepadamu, Maka Ucapkanlah, ‘Saya Sedang Berpuasa, Saya Sedang Berpuasa.” (HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shohih-nya no. 1996)
Orang Yang Sedang Berpuasa Wajib Untuk Menghidari Semua Hal di Atas, Demikian Pula Ketika Sedang Tidak Berpuasa. Akan Tetapi, Hal ini Lebih Ditekankan Lagi Sa'at Puasa Romadhon Mengingat Keutamaan Bulan Ini dan Ibadah Puasa di Bulan Ini.
- Mengumbar Pendengaran dan Penglihatan Terhadap Hal-hal Yang Diharamkan
Alloohu تعالى Berfirman,
"إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا"
“Sesungguhnya Pendengaran, Penglihatan, Dan Hati, Semuanya Akan Dimintai Pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isroo’ [17]: 36)
Anggota Badan yang dipercayakan kepada Seorang Hamba, semua akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah diperbuat. Sebagian Kaum Muslimin terbiasa mendengar dan melihat hal-hal yang haram, seperti melihat Wanita-wanita yang berdandan yang mengajak kepada Fitnah. Ini semua wajib ditinggalkan, baik Dibulan Romadhon atau Diluar Bulan Romadhon. Tentu saja, pada Bulan Romadhn lebih ditekankan lagi, karena Bulan ini adalah Bulan Keta'atan dan Bulan Ampunan.
Betapa indahnya kondisi Seorang Muslim jika Dia menjadikan Bulan Romadon sebagai sarana untuk meninggalkan berbagai Syahwat Pendengaran dan Penglihatan yang Haram, dan juga semua Syahwat lainnya. Sebagaimana dalam Hadits Qudsi,
'يَدَعُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي'
“Dia Menjauhi Makanan, Minuman, dan Syahwatnya Karena Aku.” (HR. Ahmad dalam Musnad no. 9112, Shohih)
- Haramnya Mendengarkan Musik.
Hal ini karena adanya Dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Menunjukkan Haramnya Musik.
Alloohu تعالى Berfirman,
"وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ"
“Dan Diantara Manusia Ada Orang Yang Mempergunakan Perkataan Yang Tidak Berguna Untuk Menyesatkan (Manusia) Dari Jalan Alloohu تعالى Tanpa Pengetahuan Dan Menjadikan Jalan Alloohu تعالى Itu Olok-olokan. Mereka Itu Akan Memperoleh Azab Yang Menghinakan" (QS. Luqman [31]: 6)
‘Abdullooh bin Mas’ud -rodhiyalloohu ‘anhu- Berkata,
"الْغِنَاءُ وَاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ، يُرَدِّدُهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ"
”Demi Alloohu تعالى Yang Tidak Ada Sesembahan Yang Berhak Disembah Kecuali Dia Semata, (yang dimaksud dengan Perkataan Yang Tidak Berguna’) Adalah Nyanyian 3x"
Rosuululloohu ﷺ Bersabda,
'لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِى أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ'
'Sungguh Akan Ada Sekelompok Umatku Yang Menghalalkan Zina, Sutera, Khomr, Dan Alat-alat Musik'
Hadits Tersebut Diriwayatkan oleh al-Bukhoori Secara Mu’allaq dengan Shighot Jazm (Ungkapan Tegas).
Dzohir Hadits Diatas Menunjukkan Haramnya Alat-alat Musik. Hal ini karena “menghalalkan” atau “menganggap halal” tentu tidak akan terjadi kecuali pada hal-hal yang pada asalnya diharamkan. Dan Benarlah Apa Yang Dikatakan oleh Rosuululloohu ﷺ karena Kita jumpai Orang-Orang yang Menganggap Alat-alat Musik itu Halal.
Sebagian Kaum Muslimin hobi memainkan Alat-alat Musik, Mereka seakan Berpaling dan Tidak Peduli terhadap Larangan Ini. Mereka habiskan waktunya Dibulan Romadhon untuk mendengarkan Musik demi menunggu waktu Berbuka Puasa. Padahal, Kewajiban Kita adalah Mengikuti Petunjuk Dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, Menjauhi Segala Hal Yang Alloohu تعالى Haramkan, lebih-lebih jika Kita Berada Dibulan Romadhon.
Semoga Alloohu تعالى Memudahkan Kita Untuk Mengamalkan Petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah Dalam Menjalani Kehidupan Ini.
والله تعالى أعلم بالصواب،
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
Semoga Bermanfaat.
Mohon Ta’awun Menyebarkan Dakwah Tauhid Dan Sunnah Ini. Semoga Menjadi Sebab Hidayah bagi Orang Lain Dan Sebagai Pemberat Timbangan Kebaikan Kita Di Hari Kiamat Kelak, In Syaa Alloohu تعالى.
Tumblr media
0 notes
Text
بِسْـــــم اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Faedah Hadits Hari ini:
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ: 'لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ." (مُتَّ��َقٌ عَلَيْه)
Dari Sahl bin Sa’ad -rodhiyalloohu ‘anhu-, Bahwa Rosuulalloohi ﷺ Bersabda: 'Manusia Senantiasa Berada Dalam Kebaikan Selama Mereka Menyegerakan Waktu Berbuka'.” (Muttafaqun ‘alaih).
SUNNAHNYA MENYEGERAKAN BERBUKA PUASA
Menyegerakan Berbuka adalah Sunnah Yang Telah Ditinggalkan Sebagian Orang. Entah dengan Alasan Sibuk, Belum Sempat, atau Sengaja karena Masih Kuat Berpuasa. Perbuatan Ini Jelas Menyelisihi Sabda Nabi Muhammad ﷺ,
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: "لا تَزَالُ أُمَّتِي عَلَى سُنَّتِي مَا لَمْ تَنْتَظِرْ بِفِطْرِهَا النُّجُومَ". قَالَ: 'وَكَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا كَانَ صَائِمًا أَمَرَ رَجُلا، فَأَوْفَى عَلَى شَيْءٍ، فَإِذَا قَالَ: غَابَتِ الشَّمْسُ، أَفْطَرَ'."
Dari Sahl bin Sa’d, Ia Berkata : "Telah Bersabda Rosuulullloohi ﷺ: 'Ummatku Senantiasa Berada Diatas Sunnahku Selama Mereka tidak Menunggu Munculnya Bintang-bintang Untuk Berbuka Puasa'. Sahl berkata : “Nabi ﷺ Apabila Berpuasa, Beliau Memerintahkan Seseorang Menyediakan Sesuatu. Apabila Orang Tersebut Berkata: "Matahari Telah Tenggelam", Maka Beliau Pun Berbuka.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah 3/275 no. 2061, Ibnu Hibbaan 8/277-278 no. 3510, dan Al-Haakim 1/434; Shohih].
dalam lafadz lain:
لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ"
'Manusia Senantiasa Berada Diatas Kebaikan Selama Mereka Menyegarakan Berbuka Puasa' [Diriwayatkan oleh Al-Bukhooriy no. 1957, Muslim no. 1098, At-Tirmidziy no. 699, dan Yang Lainnya].
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: 'لَا يَزَالُ الدِّينُ ظَاهِرًا مَا عَجَّلَ النَّاسُ الْفِطْرَ، لِأَنَّ الْيَهُودَ وَ النَّصَارَى يُؤَخِّرُونَ'
Dari Abu Huroiroh -rodhiyalloohu 'anhu-, Dari Nabi ﷺ, Beliau Bersabda: 'Agama (Islam) Senantiasa Mendapatkan Kejayaan Selama Manusia Menyegerakan Berbuka Puasa, Karena Yahudi Dan Nashroni Mengakhirkannya' [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 2353, Ahmad 2/450, Ibnu Khuzaimah 3/275 no. 2060, dan Yang Lainnya; Hasan].
عَنْ أَنَس بْنَ مَالِكٍ، يَقُولُ: "كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ"
Dari Anas bin Maalik -rodhiyalloohu 'anhu-, Ia Berkata: “Rosuulullloohi ﷺ Biasa Berbuka Puasa Dengan Beberapa Butir Ruthoob Sebelum Sholat Maghrib. Apabila Tidak Ada Ruthoob, Maka Beliau Makan Tamr. Dan Apabila Tidak Ada Tamr, Maka Beliau Hanya Meminum Beberapa Teguk Air.” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 2356; Hasan].
عَنِ ابْنِ الْمُسَيِّبِ، قَالَ: كَتَبَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ إِلَى أَهْلِ الأَمْصَارِ: " أَنْ لا تَكُونُوا مِنَ الْمَسْبُوقِينَ بِفِطْرِكُمْ، وَلا الْمُنْتَظِرِينَ بِصَلاتِكُمُ اشْتِبَاكَ النُّجُومِ "
Dari Ibnul-Musayyib, Ia Berkata : “Umar bin Al-Khoththob Pernah Melihat Menulis Surat Kepada Penduduk Negeri Yang Isinya: ‘Janganlah Kalian Menjadi Orang-orang Yang Terlambat Dalam Berbuka Puasa, Dan Jangan Pula Menjadi Orang-orang Yang Menanti Sholat Dengan Kemunculan Bintang-bintang” [Diriwayatkan oleh ‘Abdurrozzaaq no. 2093; Hasan].
Beberapa Riwayat Diatas Memberikan Faedah kepada Kita Terkait Tema sebagai berikut:
1. Disunnahkan Menyegerakan Berbuka Puasa Begitu Matahari Telah Terbenam (Dengan Sempurna), yaitu Waktu Maghrib Tiba.
Oleh karena itu, Boleh Bagi Seseorang Berbuka Puasa Begitu Ia Melihat Matahari Terbenam Meski Adzan Maghrib Belum Berkumandang, (karena kemungkinan) Adzan Terlambat).
Hal ini Tidaklah Bertentangan dengan Ayat:
ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ.
“Kemudian Sempurnakanlah Puasa Itu Sampai (Datang) Malam”. [QS. al-Baqoroh: 187].
Karena, Tenggelamnya Matahari Adalah Tanda Malam Dimulai (Permulaan Malam). Alloohu تعالى Berfirman:
وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ.
“Dan Suatu Tanda (Kekuasaan Allooh Yang Besar) Bagi Mereka Adalah Malam; Kami Tanggalkan Siang Dari Malam Itu, Maka Dengan Serta Merta Mereka Berada Dalam Kegelapan” [QS. Yaasiin: 37].
Nabi Muhammad ﷺ Pernah Bersabda:
'إِذَا أَقْبَلَ اللَّيْلُ مِنْ هَاهُنَا، وَأَدْبَرَ النَّهَارُ مِنْ هَاهُنَا، وَغَرَبَتِ الشَّمْسُ، فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ'
'Apabila Malam Telah Tiba Dari Arah Sini Dan Siang Telah Berlalu Dari Arah Sini Serta Matahari Pun Terbenam, Maka Orang Yang Berpuasa Sudah Boleh Berbuka' [Diriwayatkan oleh Al-Bukhooriy no. 1954 dan Muslim 1100].
An-Nawawiy -rohimahullooh- Ketika Menjelaskan Hadits Diatas Berkata:
"مَعْنَاهُ : اِنْقَضَى صَوْمه وَتَمَّ ، وَلَا يُوصَف الْآن بِأَنَّهُ صَائِم ، فَإِنَّ بِغُرُوبِ الشَّمْس خَرَجَ النَّهَار وَدَخَلَ اللَّيْل.
“Maknanya adalah Puasanya Telah Selesai dan Sempurna, dan Ia sekarang Tidak Disifati sebagai Orang Yang Berpuasa. Hal itu dikarenakan dengan Tenggelamnya Matahari, maka Hilanglah Siang dan Masuklah Waktu Malam” [Syarh Shohiih Muslim 4/77 – via Syamilah].
2. Disunnahkan Berbuka Puasa Sebelum Mengerjakan Sholat Maghrib.
Salah Satu Hikmahnya adalah Agar Sholat Dapat Dikerjakan Lebih Khusyu’, Tidak Terganggu Dengan Rasa Lapar dan Haus Setelah Seharian Berpuasa. Hal ini Selaras dengan Sabda Beliau ﷺ yang lain:
'إِذَا قُدِّمَ الْعَشَاءُ فَابْدَءُوا بِهِ قَبْلَ أَنْ تُصَلُّوا صَلَاةَ الْمَغْرِبِ، وَلَا تَعْجَلُوا عَنْ عَشَائِكُمْ'.
'Apabila Makan Malam Sudah Tersedia(Tersaji), Maka Makanlah Dahulu Sebelum Sholat Maghrib, Dan Jangan Kalian Tergesa-gesa Dari Makan Malam Kalian Tersebut' [Diriwayatkan oleh Al-Bukhooriy no. 672].
3. Mengakhirkan Berbuka Puasa Hingga Muncul Bintang-bintang Merupakan Kebiasaan Orang Yahudi dan Nashroni [Juga Syi’ah. Dan Inilah Salah Satu Keserupaan Puasanya Agama Syi’ah Dengan Puasanya Agama Yahudi dan Nashroni], Sedangkan Mengikuti dan Mencontoh Kebiasaan Mereka Pada Asalnya Dilarang. Rosuululloohi ﷺ Bersabda:
'مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ'
'Barangsiapa Menyerupai Suatu Kaum, Maka Ia Termasuk Golongan Mereka' [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 4031, Ahmad 2/50 & 2/92, Ath-Thobarooniy dalam Musnad Asy-Syaamiyyiin no. 216, dan Yang Lainnya, Dari Ibnu 'Umar -rodhiyalloohu 'anhumaa-, Shohih].
4. Menyegerakan Berbuka Puasa Merupakan Sunnah Nabi ﷺ Yang Menjadi Salah Satu Sebab Kejayaan Islam.
Kejayaan Agama Mengkonsekuensikan Tetapnya Kebaikan. [Fathul-Baariy, 4/199].
والله تعالى أعلم بالصواب، وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
Semoga Bermanfaat.
Mohon Ta’awunnya untuk Menyebarkan Dakwah Tauhid Dan Sunnah Ini. Semoga Menjadi Sebab Hidayah Bagi Orang Lain Dan Sebagai Pemberat Timbangan Kebaikan Kita Di Hari Kiamat Kelak, In Syaa Alloohu تعالى.
Tumblr media
0 notes
Text
بِسْـــــم اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Faedah Hadits Hari ini:
عن حفصة زوج النبي ﷺ، أن رسول الله ﷺ قال: 'من لم يجمع الصيام قبل الفجر فلا صيام له'." رواه أبو داود والنسائي
Dari Hafshoh, Istri Nabi ﷺ, Bahwasanya Rosuulillaahi ﷺ Bersabda: 'Barang Siapa Yang Belum Berniat Puasa Sebelum Terbitnya Fajar Maka Tidak Ada Puasa Baginya'." (HR. Abu Daud dan Nasaai)
HAL-HAL YANG TERKAIT NIAT PUASA ROMADHON
Secara Bahasa yang Dimaksud dengan NIAT Dalam bahasan Arab adalah Al-Qoshdu, yaitu Bermaksud Menuju Sesuatu. Artinya Setiap Kali Seseorang Melakukan Sebuah Aktivitas Maka Bisa Dipastikan Setiap Itu Juga Ada Niat Yang Membersamainya Dalam Rangka Memastikan Tujuan Dia Melakukan Aktivitas Tersebut. Hanya Orang Gila Saja Yang Tidak Ada Niat/Tujuan Yang Pasti Dalam Setiap Aktivitas Hariannya. Akhirnya kata NIAT yang aslinya berasal dari Bahasa Arab ini sudah menjadi Bahasa Indonesia, dimana setiap Kita sudah faham betul apa yang dimaksud dengan NIAT walaupun sebenarnya tidak harus dijelaskan panjang lebar seperti ini.
Namun walau demikian jelas Arti dan Maksud dari NIAT itu sendiri, Patut juga Kita Simak Penjelasan lebih Lengkap dari Para Ulama Terkait Apa Itu Niat Secara Istilah, utamanya yang sering Kita temukan dalam Kitab-kitab Fiqih.
Para Ulama dari Madzhab Hanafi Mendifisikan NIAT:
قصد الطاعة والتقرب إلى الله تعالى في إيجاب الفعل.
“Niat Itu adalah Menuju Keta'atan Dan Mendekatkan Diri Kepada Alloohu تعالى Melalui Aktivitas/Perbuatan Yang Diadakan”.
Para Ulama dari Madzhab Maliki Menjelaskan bahwa NIAT Itu adalah:
قصد الإنسان بقلبه ما يريده بفعله.
“Motif/Tujuan Seseorang Yang Ada Di Dalam Hatinya Terhadap Aktivitas/Perbuatan Yang Dia Lakukan”.
Sedangkan Para Ulama dari Madzhab As-Syafi’i Mendifisikan NIAT bahwa:
قصد الشيء مقترنا بفعله.
“Niat Itu adalah Motif/Tujuan Yang Ada Bersamaan Dengan Memulai Sebuah Aktivitas/Perbuatan”.
Dan Para Ulama Hanabilah juga Mempunyai Definisi NIAT Yang Hampir Sama bahwa:
عزم القلب على فعل العبادة تقربا إلى الله تعالى.
“Niat Itu adalah Kemauan Yang Kuat Dari Dalam Hati Dalam Rangka Melaksanakan Ibadah Sebagai Bentuk Mendekatkan Diri Kepada Alloohu تعالى".
Ada Titik Temu Dalam Difinisi di Atas bahwa NIAT Itu Pada Dasarnya adalah Motivasi/Keinginan Yang Akan Dituju/Dicapai Dalam Sebuah Aktivitas/Perbuatan Yang Terbersit di Dalam Hati. NIAT ini sangat perlu utamanya dalam aktivitas yang memang Murni Ibadah, salah satu contohnya adalah Ibadah Puasa. Agar Puasa yang Kita lakukan bernilai Ibadah yang Diterima di Sisi Alloohu تعالى, Penting kiranya Kita memberi perhatian lebih dalam masalah NIAT Puasa Ini, Setidaknya Ada Empat Hal Yang Harus diperhatikan:
1. Membermalamkan Niat / Tabyit An-Niyyah
Diyakini oleh Para Ulama bahwa Ketentuan untuk Membermalamkan Niat pada Ibadah Puasa Wajib –Romadhon khususnya- sebagai Pendapat Mayoritas Ulama. Hal ini disandarkan kepada Petunjuk dari Rosuulillaahi ﷺ:
'من لم يجمع الصيام قبل الفجر، فلا صيام له'
'Barang Siapa Yang Belum Berniat (Untuk Puasa) Sebelum Terbitnya Fajar Maka Tidak Ada Puasa Baginya'. (HR. Abu Daud dan Nasaai)
Lebih lanjut dalam Hadits Lainnya, Rosuululloohu ﷺ Bersabda:
'من لم يبيت الصيام قبل طلوع الفجر فلا صيام له'
'Barang Siapa Yang Belum Berniat (Untuk Puasa) Di Malam Hari Sebelum Terbitnya Fajar Maka Tidak Ada Puasa Baginya” (HR. Ad-Daru Quthni dan Al-Baihaqi)
Waktu Malam Yang Dimaksud adalah Luas Sekali, Semenjak Terbenamnya Matahari Hingga Sebelum Subuh. Itu Artinya Boleh-boleh Saja bagi Kita Mulai Meniatkan Puasa Pada Hari Esoknya Setelah Sholat Maghrib, atau Setelah Sholat 'Isya dan Tarawih, atau Sebelum Tidur, sebagaimana Sah juga Mulai Meniatkan Untuk Puasa Sebagai Sebuah Ibadah untuk Alloohu Bersamaan Dengan Waktu Kita Makan Sahur.
Jika Memang Sudah Meniatkan Diri Dari Semenjak Magrib Untuk Berpuasa Pada Hari Esoknya maka Para Ulama Menegaskan bahwa NIAT itu Tidak Akan Rusak Dengan Aktivitas Kita di Malam Hari dengan Makan, Minum, Tidur, atau bahkan Berhubungan Suami Istri, Sehingga Setelah Melakukan Semua Aktivitas Itu, Kita Tidak Diminta Untuk Memperbaharui NIAT Lagi.
Maka Dari Sini Perlu kiranya Perhatian Bersama Agar Niat Puasa Romadhon Yang Akan Kita Lakukan, Harus Sudah Ada Minimal Sebelum Adzan Subuh Berkumandang atau Sebelum Fajar Tiba.
Dan hal yang demikian, Terkait Membermalamkan NIAT, Tidak Berlaku Dalam Hal Puasa Sunnah, karenanya Tidak Mengapa dan Sah-sah saja NIAT untuk Berpuasa Sunnah itu Baru Diniatkan Walaupun di Waktu Duha, Dengan Catatan dari Terbitnya Fajar hingga Waktu Duha itu Belum Seteguk Air yang Diminum dan Belum Ada Secuil Makanan yang Dimakan.
Berdasarkan Penjelasan dari Aisyah -rodhiyalloohu 'anha:
"دخل علي النبي صلى الله عليه وسلم ذات يوم، فقال: هل عندكم شيء؟ ، فقلنا: لا، فقال: فإني إذا صائم"
“Suatu Hari Rosuululloohu ﷺ Datang Kepadaku, Lalu Beliau Bertanya: 'Apakah Ada Makanan?", Lalu Kami Menjawab: “Tidak Ada”, Maka Rosuulillaahi ﷺ Berkata: 'Kalau Begitu Saya Puasa'." (HR. Muslim)
2. Menentukan NIAT / Ta’yin An-Niyyah
Karena Puasa Wajib Itu Banyak Bentuknya, Maka Dalam Meniatkan Puasa Romadhon Perlu Penentuan dan Pengkhususan bahwa Yang Kita Inginkan Itu adalah Puasa Romadhon, Bukan Puasa Lainnya. Sehingga Dinilai Tidak Cukup Jika ada Seseorang Yang Hanya Meniatkan Puasa Secara Umum Saja.
Ketentuan ini sama halnya dengan ketentuan Sholat Lima Waktu, maka Niat Sholat Zhuhur, Ashor, Maghrib, 'Isya dan Subuh Itu Harus Ditentukan. Ketika Datang Waktu Sholat Zhuhur Maka Hendaknya Niat Sholat Zhuhurlah yang Dihadirkan di Dalam Hati, Bukan Sholat Secara Umum, apalagi Jika Seandainya Meniatkan Sholat Ashor di Waktu Zhuhur, maka Bisa Dipastikan Niatnya Rusak dan Tidak Bisa Diterima.
3. Memastikan Niat / Al-Jazmu bi An-Niyyah
Mayoritas Ulama Berpendapat bahwa NIAT Itu Harus Pasti, Tidak Boleh Sifatnya Menggantung. Karena Ragu apakah besok sudah masuk Bulan Romadhon atau belum sehingga Sering juga ada dari Sebagian Kita yang Memasang Niat Ganda, kira-kira Dia Meniatkannya Seperti Ini: “Jika Saja Besok Sudah Masuk Bulan Romadhon maka Saya Akan Berpuasa Wajib Romadhon, Namun Jika Belum maka Saya akan Berpuasa Sunnah”, maka Model Niat Menggantung Seperti Ini Dinilai oleh Para Ulama Tidak Sah, Tidak Juga Sah Niat Puasa Wajibnya sama halnya juga Niat Puasa Sunnah Juga Tidak Sah.
4. Memperbaharui Niat Setiap Malam / Ta’addud An-Niyyah bi Ta’addud Al-Ayyam
Satu Bulan Ibadah Puasa Romadhon Yang Diwajibkan kepada Ummat Islam itu Terdiri Dari Hari-hari; Boleh Jadi 29 Hari atau 30 Hari, dan Setiap Hari Puasa Itu Dipisah oleh Malam Dimana Kita Semua Bebas Untuk Makan/Minum dan Melakukan Segala Apa Yang Dilarang pada Siang Harinya. Kenyataan seperti ini Memberikan Petunjuk kepada Kita bahwa Hari-hari Puasa Romadhon itu Bukanlah Satu Kesatuan, Dia Terpisah Satu Dengan Yang Lainnya.
Boleh jadi Puasa pada Hari Pertama Sah, lalu Puasa pada Hari Kedua Batal, dan Puasa pada Hari Ketiga Sah, begitu selanjutnya Hingga Bulan Romadhon Berakhir, Batalnya Satu/Dua Hari Puasa Romadhon Tidak Bisa Membatalkan Keseluruhan Hari-hari Puasa Romadhon Lainnya, pun Begitu Sebaliknya, Sahnya Satu/Dua Hari Puasa Romadhon Tidak Bisa Menjamin Sahnya Puasa Pada Sisa Hari Lainnya.
Dari Sinilah pada Akhirnya Mayoritas Ulama Menjelaskan bahwa NIAT Puasa Romadhon Itu Harus Terus Diperbahurui di Setiap Malamnya, Karena Puasa Pada Hari Ketiga Berbeda Dengan Puasa Hari Kedua, Dan Puasa Hari Kedua Bukanlah Puasa Pada Hari Pertama, Masing-masing adalah Hari Yang Terpisah, dan Masing-masing Juga Membutuhkan NIAT Yang Terpisah.
والله تعالى أعلم بالصواب، وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
Semoga Bermanfaat.
Mohon Ta’awunnya untuk Menyebarkan Dakwah Tauhid Dan Sunnah Ini. Semoga Menjadi Sebab Hidayah Bagi Orang Lain Dan Sebagai Pemberat Timbangan Kebaikan Kita Di Hari Kiamat Kelak, In Syaa Alloohu تعالى.
Tumblr media
1 note · View note
Text
بِسْـــــم اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Faedah Hadits Hari ini:
KEBERKAHAN MAKAN SAHUR
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: "قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: 'تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السُّحُورِ بَرَكَةً'." رواه البخاري و مسلم
Dari Anas bin Maalik -rodhiyalloohu 'anhu-, Beliau Berkata: "Rosuululloohu ﷺ Telah Bersabda, 'Bersahurlah Kalian Karena Dalam Sahur Ada Keberkahan'.”
Hadits yang Mulia ini dikeluarkan oleh Imam Al-Bukhooriy Dalam Shohihnya no. 1789 dan Imam Muslim Dalam Shohihnya no. 1835.
BIOGRAFI PERAWI HADITS.
Beliau adalah Anas bin Maalik bin an-Nadhor al-Anshori al-Khozroji. Beliau -rodhiyalloohu 'anhu Dibawa Ummu Sulaim -rodhiyalloohu 'anhumaa- pada Usia Sepuluh Tahun Menghadap Nabi Muhammad ﷺ Ketika Nabi ﷺ Datang ke Kota Madinah, Seraya Berkata :
"يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَسٌ خَادِمُكَ ادْعُ اللَّهَ لَهُ"
"Wahai Rosuulallooh, Ini Anas Yang Akan Menjadi Khodim (Pelayan) Engkau. Maka Do'akanlah Ia!"
Lalu Rosuulillaahi ﷺ Mendoakan Kebaikan untuk Beliau -rodhiyalloohu 'anhu- :
'اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ وَأدْخِلْهُ الجَنَّةَ'
'Yaa Allooh Perbanyaklah Hartanya dan Anaknya serta Masukkanlah Ia ke Dalam Syurga'.
Anas bin Maalik -rodhiyalloohu 'anhu- Menyatakan, “Aku Telah Mendapatkan Keduanya (Harta dan Anak) dan Berharap Mendapatkan Yang Ketiga (Masuk Syurga). Sungguh Telah Dikuburkan Dari Keturunanku Selain Cucu-cucuku Sejumlah 125 Orang dan Kebun Kurmaku Berbuah 2 Kali Dalam Setahun.”
Anas bin Maalik -rodhiyalloohu 'anhu- Terus Menjadi Pelayan Nabi Muhammad ﷺ dan Tinggal di Madinah Hingga Nabi ﷺ Wafat . Setelah Itu Beliau -rodhiyalloohu 'anhu- Menetap di Kota Bashroh dan Wafat di Sana pada Tahun 90 H dan Beliau -rodhiyalloohu 'anhu- Termasuk Sahabat Yang Terakhir Meninggal di Sana. [Dinukil dari Tanbiihul Afhaam, Ibnu Utsaimin, 3/36]
SYARAH HADIST
Dinul Islam adalah Din yang Adil dan Penuh Rohmat yang Memberikan Bagian Istirahat dan Pendukung Kekuatan Badan dan Memberikan Jiwa Bagiannya berupa Ibadah dan Keta'atan. Dalam Hadits yang Mulia ini, Sahabat yang Mulia Anas bin Maalik -rodhiyalloohu 'anhu- Menceritakan bahwa Rosuululloohu ﷺ Memerintahkan Orang-orang Yang Berpuasa Untuk Makan Sahur agar Mendapatkan Gizi dan Tambahan Tenaga. Rosuululloohu ﷺ juga Menjelaskan Sahur Memiliki Keberkahan dalam rangka Memotivasi Orang agar Melakukannya. [Tanbîhul Afhâm, 3/36]
Keberkahan Sahur juga Dijelaskan dalam Sabda Rosuulillaahi ﷺ :
'إِنَّهَا بَرَكَةٌ أَعْطَاكُمْ اللَّهُ إِيَّاهَا فَلَا تَدَعُوهُ'
'Sesungguhnya Dia adalah Berkah Yang Diberikan Allooh kepada Kalian, Maka Jangan Kalian Meninggalkannya'. [1]
Keberkahan dalam Sahur Ada yang Bersifat Agamis dan Ada yang Bersifat Keduniaan. Sahur sebagai Suatu Berkah yang Bersifat Agama dapat dilihat dengan jelas karena Sahur Itu Mengikuti Sunnah Nabi, Mendapatkan Pahala dan Kekuatan dalam Berpuasa dan juga Mengandung Nilai Penyelisihan terhadap Ahli Kitab. Alloohu 'Azza wa Jalla Mensyari'atkan Sahur atas Kaum Muslimin dalam rangka Membedakan Puasa Mereka dengan Puasa Orang-orang Sebelum Mereka, Sebagaimana yang Disabdakan Rosuulillaahi ﷺ dalam Hadits Abu Sa‘id al-Khudriy -rodhiyalloohu 'anhu- :
'فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ'.
'Yang Membedakan Antara Puasa Kita Dengan Puasa Ahli Kitab Adalah Makan Sahur'.[2]
Demikian Juga diantara Keberkahan Sahur adalah Mendapatkan Sholawat dari Alloohu تعالى dan Para Malaikat, Sebagaimana yang ada Dalam Hadits Abu Sa‘id al-Khudry -rodhiyalloohu 'anhu- bahwa Rosuululloohu ﷺ Bersabda :
'السُّحُورُ أَكْلَةٌ بَرَكَةٌ فَلَا تَدَعُوهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جَرْعَةً مِنْ مَاءٍ فَإِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ'
'Sahur adalah Makanan Berkah, Maka Jangan Kalian Tinggalkan Walaupun Salah Seorang Dari Kalian Hanya Meneguk Seteguk Air, Karena Allooh dan Para Malaikat Bersholawat Atas Orang-orang Yang Bersahur'.[3]
Sedangkan Imam Ibnu Hibban dan Ath-Thobroni Meriwayatkan Hadits Diatas dari Abdullooh bin 'Umar -rodhiyalloohu 'anhumaa- dengan lafazh :
'إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ'
'Allooh dan Para Malaikat Bersholawat Atas Orang-orang Yang Bersahur'. [Hadits ini Dihasankan al-Albaaniy dalam Shohiihut Targhiib wat Tarhiib no. 1066].
Al-Haafizh Ibnu Hajar -rohimahullooh- Berkata, “Keberkahan Dalam Sahur Muncul Dari Banyak Sisi, yaitu (Karena) Mengikuti Sunnah Nabi ﷺ, Menyelisihi Ahli Kitab, Memperkuat Diri Dalam Ibadah, Menambah Semangat Beraktifitas, Mencegah Akhlak Buruk yang Diakibatkan Rasa Lapar, menjadi Pendorong Agar Bersedekah kepada Orang Yang Meminta ketika itu atau Berkumpul Bersamanya dalam Makan dan Menjadi Sebab Dzikir dan Do'a di Waktu Mustajab. [Khulaashotul Kalaam Syarh Umdah al-Ahkaam, hlm. 111]
Keberkahan Sahur yang Bersifat Duniawi adalah Menikmati Makanan dan Minuman Yang Halal Yang Disukainya dan Dapat Menguatkan Orang Yang Berpuasa serta Menambah Semangat Untuk Melakukan Keta'atan Selama Berpuasa. Demikian juga Terjaga Kekuatan Badan dan Semangat Aktifitasnya.
SUNNAH MENGAKHIRKAN MAKAN SAHUR
Yang Sangat Perlu Diperhatikan Dalam Sahur Ini dan Banyak Dilupakan Kaum Muslimin Sekarang Adalah Disunnahkannya Untuk Memperlambat Makan Sahur Sampai Mendekati Waktu Shubuh (Fajar) Sebagaimana Yang Dilakukan Rosuulillaahi ﷺ. Dijelaskan Dalam Hadits Ibnu Abbaas-rodhiyalloohuu 'anhumaa- dari Zaid bin Tsabit -rodhiyalloohu 'anhu-, Beliau Berkata:
"تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ قُلْتُ كَمْ كَانَ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالسَّحُورِ قَالَ قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً"
"Kami Bersahur Bersama Rosuulillaahi ﷺ, Kemudian Beliau Pergi Untuk Sholat.” Aku (Ibnu Abbaas) Bertanya, “Berapa Lama Antara Adzan Dan Sahur?” Beliau (Zaid) Menjawab, “Sekitar 50 Ayat.” [4].
Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin -rohimahullooh- Menjelaskan Hadits Ini dengan Menyatakan, “Ketika Memperkuat Badan untuk Berpuasa dan Menjaga Semangat Beraktifitas Padanya termasuk Tujuan Makan Sahur, maka Termasuk Hikmah adalah Mengakhirkannya. [Tanbiihul Afhaam, 3/39]
Dalam Hadits yang Mulia Diatas Dijelaskan Jarak Waktu Mulai Makan Sahur Dengan Adzan Sholat Shubuh adalah Seukuran Orang Membaca Lima Puluh Ayat Secara Sedang Tidak Terlalu Cepat dan Tidak Terlalu Lambat. [Lihat penjelasannya dalam Kitab Tanbiihul Afhaam, 3/39]
Salah Seorang Shohabat Rosuulillaahi ﷺ yang Bernama Sahl bin Sa’d -rodhiyalloohu 'anhu- Menceritakan :
"كُنْتُ أَتَسَحَّرُ فِي أَهْلِي ثُمَّ تَكُونَ سُرْعَتِي أنْ أدْرِكَ السُّجُودَ مَعَ رَسُولِ اللهِ"
"Aku Makan Sahur Bersama Keluargaku, Kemudian Aku Segera Bergegas Menuju Masjid Agar Aku Bisa Bersujud (Pada Roka'at Pertama Sholat Shubuh) Bersama Rosuulillaahi ﷺ." [HR. al-Bukhooriy no. 1786]
Dengan Demikian Ketentuan Imsak Yakni Menahan Diri Dari Makan dan Minum Beberapa Sa'at Sebelum Terbitnya Fajar Adalah Perkara Yang diada-adakan oleh Sebagian Kaum Muslimin dan Menyelisihi Firman Allooh 'Azza wa Jalla :
"وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْر"
"Dan Makan Minumlah Hingga Terang Bagimu Benang Putih dari Benang Hitam, Yaitu Fajar. [al-Baqoroh/2: 187]
Juga Menyelisihi Tuntunan Rosuulillaahi ﷺ dan Para Shohabat Beliau -rodhiyalloohu 'anhum ajma'in- . Para Ulama Telah Menegaskan bahwa Hal Tersebut Termasuk Sikap Berlebih-lebihan Dalam Beragama, Walaupun Dilakukan Dengan Alasan Kehati-hatian Dan Menjaga Diri Dari Perkara Yang Haram.
Al-Hâlafizh Ibnu Hajar -rohimahullooh- Menyatakan, “Termasuk Kebid'ahan Yang Mungkar adalah Apa Yang Terjadi di Zaman Ini Berupa Dikumandangkannya Adzan Kedua (yaitu) 20 Menit Sebelum Fajar di Bulan Romadhon Dan Memadamkan Pelita-pelita Yang Dijadikan Sebagai Tanda Tidak Boleh Makan dan Minum Bagi Orang Yang Ingin Berpuasa. Ini Dengan Anggapan dari Orang Yang Membuat-buatnya Untuk Kehati-hatian Dalam Ibadah dan Hal Ini Tidak Diketahui Adanya Kecuali oleh Beberapa Orang Saja. Hal Ini Menyeret Mereka untuk Tidak Mengumandangkan Adzan Hingga Setelah Matahari Terbenam Beberapa Waktu Untuk Memastikan Waktunya dalam Anggapan Mereka. Lalu Mereka Mengakhirkan Buka Puasa Dan Mempercepat Sahur Serta Menyelisihi Sunnah. Oleh Karena Itu Sedikit Sekali Kebaikan Dari Mereka dan Banyak Pada Mereka Keburukan. Alloohul Musta’an. [Dinukil dari Khulaashoh al-Kalaam Syarh Umdah al-Ahkaam, hlm. 111]
Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin -rohimahullooh- Berkata, “Imsak Yang Dilakukan oleh Sebagian Orang Itu adalah Suatu Tambahan Dari Apa yang Diwajibkan oleh Alloohu 'Azza wa Jalla Sehingga Menjadi Kebatilan, Dia termasuk Perbuatan Yang Diada-adakan Dalam Agama Alloohu تعالى Padahal Nabi ﷺ Telah Bersabda, yang artinya, 'Celakalah Orang Yang Mengada-adakan! Celakalah Orang yang Mengada-adakan ! Celakalah Orang yang Mengada-adakan!' [Fataawaa Arkaanil Islaam Syeikh ibnu Utsaimin]
HUKUM MAKAN SAHUR :
Sahur Merupakan Sunnah Yang Muakkadah dengan Dalil:
a. Perintah dari Rosuulillaahi ﷺ Untuk Itu Sebagaimana Hadits yang Terdahulu Dan juga Sabda Beliau ﷺ :
'تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السُّحُورِ بَرَكَةً'
"Bersahurlah Karena Dalam Sahur Terdapat Berkah.[5]
b. Larangan Beliau ﷺ Dari Meninggalkannya Sebagaimana Hadits Abu Sa’id yang Terdahulu. Oleh Karena Itu, al-Haafidz Ibnu Hajar dalam Fath al-Baary (3/139) Menukilkan Ijma’ Atas Sunnahnya Makan Sahur.
FAEDAH HADITS :
1. Perintah Makan Sahur bersifat Sunnah.
2. Sahur Memiliki Keberkahan
3. Sahur dan Keutamaannya Tidak Khusus pada Satu Jenis Puasa Saja bahkan Umum Untuk Semua Jenis Puasa.
4. Kesempurnaan Islam dalam Memperhatikan Keadilan.
5. Bagusnya Pengajaran Nabi ﷺ dengan Menyertakan Hikmah Satu Hukum agar Mudah Diterima dan Menampakkan Ketinggian Ajaran Islam.
6. Disunnahkan Mengakhirkan Makan Sahur.
7. Jarak antara Makan Sahur Nabi ﷺ Dengan Adzan Adalah Sejarak Bacaan Lima Puluh Ayat al-Qur'an.
______
Footnote :
[1]. Riwayat an-Nasaiy no. 2162 dengan Sanad yang Shohih. Hadits ini Dihukumi Shohih oleh al-Albaaniy dalam Shohih Sunan an-Nasaa’iy dan Shohih at-Targhiib wa at-Tarhiib 1096 )
[2]. HR. Riwayat Muslim.
[3]. Riwayat Ibnu Abu Syaibah dan Ahmad 3/44
[4]. Riwayat al-Bukhooriy dan Muslim
[5]. Riwayat al-Bukhooriy dan Muslim
والله تعالى أعلم بالصواب،
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
Semoga Bermanfaat. Mohon Ta’awun Menyebarkan Dakwah Tauhid Dan Sunnah Ini. Semoga Menjadi Sebab Hidayah bagi Orang Lain Dan Sebagai Pemberat Timbangan Kebaikan Kita Di Hari Kiamat Kelak, In Syaa Alloohu تعالى.
Tumblr media
1 note · View note
Text
بِسْـــــم اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Faedah Hadits Hari ini:
عن ابي هريره -رضي الله عنه-، عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: 'مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ'." متفق عليه
Dari Abu Huroiroh -rodhiyalloohu 'anhu-, Dari Nabi Muhammad ﷺ Bersabda: 'Barangsiapa Berpuasa Romadhon Atas Dasar Iman Dan Mengharap Pahala Dari Alloohu ﷻ, Maka Dosanya Yang Telah Lalu Akan Diampuni'.” (Muttafaqun 'alaihi)
BERPUASA KARENA IMAN DAN MENGHARAP PAHALA
Jika Seseorang Menjalankan Puasa Dengan Benar, yaitu Yang Didasari Iman dan Mengharap Pahala dari Alloohu ﷻ, maka Dosa-dosanya Yang Telah Lalu Akan Diampuni.
Dari Abu Huroiroh -rodhiyalloohu 'anhu-, Dari Nabi Muhammad ﷺ Bersabda,
'مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ'."
“Barangsiapa Berpuasa Romadhon Atas Dasar Iman Dan Mengharap Pahala Dari Alloohu ﷻ, Maka Dosanya Yang Telah Lalu Akan Diampuni'.” (HR. Bukhoori no. 38 dan Muslim no. 760).
Yang Dimaksud Berpuasa Atas Dasar Iman yaitu Berpuasa Karena Meyakini Akan Kewajiban Puasa Romadhon. Sedangkan Yang Dimaksud Ihtisab adalah Mengharap Pahala dari Alloohu ﷻ. (Lihat Fathul Bari, 4: 115).
Al-Khottobi -rohimahullooh- Berkata: “Yang Dimaksud Ihtisab adalah Terkait Niat yaitu Berpuasa Dengan Niat Untuk Mengharap Balasan Baik Dari Alloohu ﷻ. Jika Seseorang Berniat Demikian, Ia Tidak Akan Merasa Berat dan Tidak Akan Merasa Lama Ketika Menjalani Puasanya.” (Idem)
Hadits Yang Kita Kaji Diatas Menunjukkan Itulah Orang Yang Berpuasa Dengan Benar. Benarnya Puasanya Jika Didasari Atas Iman, Puasa Tersebut Dilakukan Ikhlas Karena Alloohu ﷻ, Mengharap Pahala-Nya, Mengagungkan Syari’at-Nya, Bukan Melakukannya Atas Dasar Riya’, Cari Pujian atau Hanya Sekedar Mengikuti Kebiasaan Orang Sekitarnya.
Kalau Seseorang Mendasari Puasanya Karena Dasar Iman, Mengharap Pahala dan Ridho, maka Tentu Hatinya Semakin Tenang, Kapang dan Bahagia. Ia pun Akan Bersyukur Atas Nikmat Puasa Romadhon Yang Ia Dapati Tahun Ini. Hatinya tentu Tidak Merasa Berat dan Susah Ketika Menjalani Puasa. Sehingga Ia pun Terlihat Berhati Ceria dan Berakhlak Yang Baik.
Hadits Diatas juga Menunjukkan Bolehnya Kita Mengharap Pahala atau Balasan dari Alloohu ﷻ Ketika Mengerjakan Suatu Ibadah, Dan Itulah Yang Disebut Ikhlas.
Hadits Diatas Sekaligus Menjadi Dalil Bolehnya Menyebut Bulan Romadhon Dengan Penyebutan Romadhon Saja, Walau Tidak Menyebutnya Dengan Bulan Romadhon (Syahru Romadhon). Dan Sekaligus Menunjukkan Keutamaan Puasa Romadhon.
KEUTAMAAN PUASA ROMADHON
Diantara Keutamaan Ibadah Puasa (Romadhon) adalah:
1. Puasa adalah Jalan Meraih Takwa
Alloohu ﷻ Berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ"
“Wahai Orang-Orang Yang Ber-Iman Diwajibkan Bagi Kalian Berpuasa Sebagaimana Telah Diwajibkan Pada Orang-Orang Sebelum Kalian, Agar Kalian Menjadi Orang-Orang Yang Bertakwa" (QS. Al-Baqoroh: 183).
Alloohu ﷻ Menyebutkan Dalam Ayat Diatas Mengenai Hikmah Disyari’atkan Puasa yaitu Agar Kita Bertakwa. Karena Dalam Puasa, Kita Mengerjakan Perintah Alloohu تعالى dan Menjauhi Larangan-Nya.
Yang Meliputi Takwa Dalam Puasa adalah Seorang Muslim Meninggalkan Apa Yang Alloohu تعالى Harapkan Sa'at Itu yaitu Makan, Minum, Hubungan Intim Sesama Pasangan dan Semacamnya. Padahal Jiwa Begitu Terdorong untuk Menikmatinya. Namun Semua Itu Ditinggalkan Karena Ingin Mendekatkan Diri pada Alloohu تعالى dan Mengharap Pahala Dari-Nya. Itulah Yang Disebut Takwa.
Begitu pula Orang yang Berpuasa Melatih Dirinya untuk Semakin Dekat pada Alloohu تعالى. Ia mengekang Hawa Nafsunya padahal Ia bisa saja menikmati berbagai macam Kenikmatan. Ia Tinggalkan Itu Semua karena Ia Tahu Bahwa Alloohu تعالى Selalu Mengawasinya.
Begitu pula Puasa semakin Mengekang jalannya Setan dalam Saluran Darah. Karena Setan itu Merasuki Manusia pada Saluran Darahnya. Ketika Puasa, Saluran Setan tersebut Menyempit. Maksiatnya pun Akhirnya Berkurang.
Orang yang Berpuasa pun Semakin Giat Melakukan Keta'atan, itulah Umumnya yang terjadi. Keta'atan itu Termasuk Takwa.
Begitu pula Ketika Puasa, Orang yang Kaya akan Merasakan Lapar Sebagaimana yang Dirasakan Fakir Miskin. Ini pun Bagian dari Takwa.[1]
2. Puasa adalah Penghalang dari Siksa Neraka
Dari Jabir bin ‘Abdillaah -rodhiyalloohu ‘anhumaa-, Rosuululloohu ﷺ Bersabda,
إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ'
'Puasa Adalah Perisai Yang Dapat Melindungi Seorang Hamba Dari Siksa Neraka'.”[2]
Dari Abu Sa’id al-Khudriy -rodhiyalloohu ‘anhu-, Rosuululloohu ﷺ Bersabda,
مَنْ صَامَ يَوْمًا فِى سَبِيلِ اللَّهِ بَعَّدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا'
'Barangsiapa Melakukan Puasa Satu Hari Dijalan Alloohu تعالى (Dalam Melakukan Keta'atan Pada Alloohu ﷻ), Maka Alloohu تعالى Akan Menjauhkannya Dari Neraka Sejauh Perjalanan 70 Tahun'.” (HR. Bukhoori no. 2840)
3. Puasa Akan Memberikan Syafa’at bagi Orang Yang Menjalankannya
Dari ‘Abdullooh bin ‘Amr -rodhiyalloohu ‘anhumaa-, Rosuululloohu ﷺ Bersabda,
'الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَىْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. قَالَ فَيُشَفَّعَانِ'
'Puasa dan Al-Qur’an Itu Akan Memberikan Syafa’at Kepada Seorang Hamba Pada Hari Kiamat Kelak. Puasa Akan Berkata, "Wahai Robbku, Aku Telah Menahannya Dari Makan Dan Nafsu Syahwat Pada Siang Hari, Karenanya Perkenankan Aku Untuk Memberikan Syafa’at Kepadanya". Dan Al-Qur’an Pula Berkata, "Aku Telah Melarangnya Dari Tidur Pada Malam Hari, Karenanya Perkenankan Aku Untuk Memberikan Syafa’at Kepadanya" Beliau ﷺ Bersabda: ’Maka Syafa’at Keduanya Diperkenankan (Alloohu تعالى) [3]
4. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Pengampunan Dosa
Dari Abu Huroirah -rodhiyalloohu ‘anhu-, Rosuululloohu ﷺ Bersabda,
'مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ'
'Barangsiapa Yang Berpuasa Di Bulan Romadhon Karena Iman Dan Mengharap Pahala dari Alloohu ﷻ Maka Dosanya Di Masa Lalu Akan Diampuni”.[4]
Dari Hudzaifah -rodhiyalloohu ‘anhu-, Rosuululloohu ﷺ Bersabda,
'فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ وَالصِّيَامُ وَالصَّدَقَةُ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ'
'Keluarga, Harta, Dan Anak Dapat Menjerumuskan Seseorang Dalam Fitnah (Dosa). Namun Fitnah Itu Akan Terhapus Dengan Sholat, Puasa, Shodaqoh, Amar Ma’ruf (Mengajak pada Kebaikan) dan Nahi Mungkar (Melarang dari Kemungkaran)'.”[5]
5. Puasa adalah Penahan Syahwat
Dari Ibnu Mas’ud -rodhiyalloohu ‘anhu-, Rosuululloohu ﷺ Bersabda,
'يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.
'Wahai Para Pemuda[6], Barangsiapa Yang Memiliki Baa-ah[7], Maka Menikahlah. Karena Itu Lebih Akan Menundukkan Pandangan Dan Lebih Menjaga Kemaluan. Barangsiapa Yang Belum Mampu, Maka Berpuasalah Karena Puasa Itu Bagai Obat Pengekang Baginya'.”[8]
Imam Nawawi -rohimahullooh- Berkata bahwa Puasa Dapat Mengekang Syahwat dan Mengekang Kejelekan Mani Sebagaimana Orang yang Sedang Dikebiri.[9]
6. Pintu Surga Ar-Royyaan Bagi Orang Yang Berpuasa
Dari Sahl bin Sa’ad -rodhiyalloohu 'anhu-, Dari Nabi Muhammad ﷺ Bersabda,
'إِنَّ فِى الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ'
'Sesungguhnya Di Surga Ada Suatu Pintu Yang Disebut “Ar-Royyaan”[10]. Orang-orang Yang Berpuasa Akan Masuk Melalui Pintu Tersebut Pada Hari Kiamat. Tidak Memasukinya Kecuali Orang Yang Berpuasa. Nanti Orang Yang Berpuasa Akan Diseru, “Mana Orang Yang Berpuasa?” Lantas Merekapun Berdiri, Selain Mereka Tidak Akan Memasukinya. Jika Orang Yang Berpuasa Tersebut Telah Memasukinya, Maka Akan Tertutup Dan Setelah Itu Tidak Ada Lagi Yang Memasukinya.“[11]
Dalam Riwayat al-Bukhoori dari Sahl bin Sa’ad -rodhiyalloohu 'anhu- juga Disebutkan,
'فِى الْجَنَّةِ ثَمَانِيَةُ أَبْوَابٍ ، فِيهَا بَابٌ يُسَمَّى الرَّيَّانَ لاَ يَدْخُلُهُ إِلاَّ الصَّائِمُونَ'
'Surga Memiliki Delapan Buah Pintu. Diantara Pintu Tersebut Ada Yang Dinamakan Pintu Ar-Royyaan, Yang Hanya Dimasuki Oleh Orang-Orang Yang Berpuasa.“[12]
7. Orang Yang Berpuasa Memiliki Waktu Mustajab Terkabulnya Do’a
Dari Abu Huroiroh -rodhiyalloohu 'anhu-, Nabi Muhammad ﷺ Bersabda,
'ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ'
'Tiga Orang Yang Do’anya Tidak Tertolak, Orang Yang Berpuasa Sampai Ia Berbuka, Pemimpin Yang Adil, Dan Do’a Orang Yang Dizholimi'.”[13]
Imam Nawawi -rohimahullooh- Menjelaskan, “Hadits Ini Menunjukkan bahwa Disunnahkan Bagi Orang Yang Berpuasa Untuk Berdo’a Dari Awal Ia Berpuasa Hingga Akhirnya Berbuka karena Ia Dinamakan Orang Yang Berpuasa Ketika Itu.”[14]
Beliau -rohimahullooh- Juga Berkata, “Disunnahkan Orang Yang Berpuasa Berdo'a Sa'at Berpuasa dalam Urusan Akhirat dan Dunianya, juga Do'a Yang Ia Sukai, begitu pula Do'a Kebaikan Untuk Kaum Muslimin.”[15]
_____________
Catatan Kaki:
[1] Lihat Penjelasan Syaikh As-Sa’di da6lam Taisir Al-Karimir Rohmaan, hal. 86.
[2] HR. Ahmad 3: 396. Syaikh Syu’aib al-Arnauth Mengatakan bahwa Hadits tersebut Shohih dilihat dari banyak jalan.
[3] HR. Ahmad 2: 174. Syaikh al-Albaani Mengatakan bahwa Hadits ini Shohih. Lihat Shohih At-Targhib wa At-Tarhib no. 984.
[4] HR. Bukhoori No. 38 dan Muslim no. 760.
[5] HR. Bukhoori no. 3586 dan Muslim no. 144. Kata Ibnu Baththol, Hadits ini Semakna dengan Firman Alloohu تعالى,
"إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ"
“Sesungguhnya Hartamu Dan Anak-anakmu Hanyalah Fitnah (Bagimu), Dan Disisi Alloohu تعالى-lah Pahala Yang Besar.” (QS. Ath-Thogobun: 15) (Lihat Syarh Al-Bukhoori, Ibnu Baththol, 3: 194)
[6] Syabab (Pemuda) Menurut Ulama Syafi’iyah adalah Yang Telah Baligh namun Belum Melampaui 30 Tahun. Lihat Syarh Shohih Muslim, 9: 154.
[7] Imam Nawawi Berkata Makna Baa-ah Dalam Hadits Diatas Terdapat Dua Pendapat Diantara Para Ulama, Namun Intinya Kembali Pada Satu Makna, yaitu Sudah Memiliki Kemampuan Finansial Untuk Menikah. Jadi Bukan Hanya Mampu Berjima’ (Bersetubuh), Tapi Hendaklah Punya Kemampuan Finansial, Lalu Menikah. Para Ulama Berkata, “Barangsiapa Yang Tidak Mampu Berjima’(Menikah) Karena Ketidakmampuannya Untuk Memberi Nafkah Finansial, maka Hendaklah Ia Berpuasa Untuk Mengekang Syahwatnya.” (Idem)
[8] HR. Bukhoori no. 5065 dan Muslim no. 1400.
[9] Syarh Shohih Muslim, 9: 155.
[10] Ibnu Hajar al-Asqolani Berkata, “Ar-Royyaan Dengan Menfathahkan huruf Ro’ dan Mentasydid Ya’, Mengikuti Wazan Fi’il (Kata Kerja) Dari Kata ‘ar-Riyy’ Yang Maksudnya adalah Nama Salah Satu Pintu Di Surga Yang Hanya Dikhususkan Untuk Orang Yang Berpuasa Memasukinya. Dari Sisi Lafazh dan Makna, Ada Kaitannya. Karena Kata ar-Royyaan adalah Turunan dari Kata ar-Riyy Yang Artinya Bersesuaian Dengan Keadaan Orang Yang Berpuasa. Orang yang Berpuasa Kelak Akan Memasuki Pintu Tersebut dan Tidak Pernah Merasakan Haus Lagi.” (Fathul Bari, 4: 131).
[11] HR. Bukhoori no. 1896 dan Muslim no. 1152.
[12] HR. Bukhoori no. 3257.
[13] HR. Ahmad 2: 305. Syaikh Syu’aib al-Arnauth Mengatakan bahwa Hadits ini Shohih dengan berbagai jalan dan penguatnya.
[14] Al Majmu’, 6: 273.
[15] Idem.
والله تعالى أعلم بالصواب،
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
Semoga Bermanfa'at.
Mohon Ta’awunnya untuk Menyebarkan Dakwah Tauhid Dan Sunnah Ini. Semoga Menjadi Sebab Hidayah Bagi Orang Lain Dan Sebagai Pemberat Timbangan Kebaikan Kita Di Akhirat Kelak, In Syaa Alloohu تعالى.
Tumblr media
1 note · View note
Text
بِسْـــــم اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Faedah Hadits Hari ini:
عن ابي هريره -رضي الله عنه-، عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: 'مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ'." متفق عليه
Dari Abu Huroiroh -rodhiyalloohu 'anhu-, Dari Nabi Muhammad ﷺ Bersabda: 'Barangsiapa Berpuasa Romadhon Atas Dasar Iman Dan Mengharap Pahala Dari Alloohu ﷻ, Maka Dosanya Yang Telah Lalu Akan Diampuni'.” (Muttafaqun 'alaihi)
BERPUASA KARENA IMAN DAN MENGHARAP PAHALA
Jika Seseorang Menjalankan Puasa Dengan Benar, yaitu Yang Didasari Iman dan Mengharap Pahala dari Alloohu ﷻ, maka Dosa-dosanya Yang Telah Lalu Akan Diampuni.
Dari Abu Huroiroh -rodhiyalloohu 'anhu-, Dari Nabi Muhammad ﷺ Bersabda,
'مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ'."
“Barangsiapa Berpuasa Romadhon Atas Dasar Iman Dan Mengharap Pahala Dari Alloohu ﷻ, Maka Dosanya Yang Telah Lalu Akan Diampuni'.” (HR. Bukhoori no. 38 dan Muslim no. 760).
Yang Dimaksud Berpuasa Atas Dasar Iman yaitu Berpuasa Karena Meyakini Akan Kewajiban Puasa Romadhon. Sedangkan Yang Dimaksud Ihtisab adalah Mengharap Pahala dari Alloohu ﷻ. (Lihat Fathul Bari, 4: 115).
Al-Khottobi -rohimahullooh- Berkata: “Yang Dimaksud Ihtisab adalah Terkait Niat yaitu Berpuasa Dengan Niat Untuk Mengharap Balasan Baik Dari Alloohu ﷻ. Jika Seseorang Berniat Demikian, Ia Tidak Akan Merasa Berat dan Tidak Akan Merasa Lama Ketika Menjalani Puasanya.” (Idem)
Hadits Yang Kita Kaji Diatas Menunjukkan Itulah Orang Yang Berpuasa Dengan Benar. Benarnya Puasanya Jika Didasari Atas Iman, Puasa Tersebut Dilakukan Ikhlas Karena Alloohu ﷻ, Mengharap Pahala-Nya, Mengagungkan Syari’at-Nya, Bukan Melakukannya Atas Dasar Riya’, Cari Pujian atau Hanya Sekedar Mengikuti Kebiasaan Orang Sekitarnya.
Kalau Seseorang Mendasari Puasanya Karena Dasar Iman, Mengharap Pahala dan Ridho, maka Tentu Hatinya Semakin Tenang, Kapang dan Bahagia. Ia pun Akan Bersyukur Atas Nikmat Puasa Romadhon Yang Ia Dapati Tahun Ini. Hatinya tentu Tidak Merasa Berat dan Susah Ketika Menjalani Puasa. Sehingga Ia pun Terlihat Berhati Ceria dan Berakhlak Yang Baik.
Hadits Diatas juga Menunjukkan Bolehnya Kita Mengharap Pahala atau Balasan dari Alloohu ﷻ Ketika Mengerjakan Suatu Ibadah, Dan Itulah Yang Disebut Ikhlas.
Hadits Diatas Sekaligus Menjadi Dalil Bolehnya Menyebut Bulan Romadhon Dengan Penyebutan Romadhon Saja, Walau Tidak Menyebutnya Dengan Bulan Romadhon (Syahru Romadhon). Dan Sekaligus Menunjukkan Keutamaan Puasa Romadhon.
KEUTAMAAN PUASA ROMADHON
Diantara Keutamaan Ibadah Puasa (Romadhon) adalah:
1. Puasa adalah Jalan Meraih Takwa
Alloohu ﷻ Berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ"
“Wahai Orang-Orang Yang Ber-Iman Diwajibkan Bagi Kalian Berpuasa Sebagaimana Telah Diwajibkan Pada Orang-Orang Sebelum Kalian, Agar Kalian Menjadi Orang-Orang Yang Bertakwa" (QS. Al-Baqoroh: 183).
Alloohu ﷻ Menyebutkan Dalam Ayat Diatas Mengenai Hikmah Disyari’atkan Puasa yaitu Agar Kita Bertakwa. Karena Dalam Puasa, Kita Mengerjakan Perintah Alloohu تعالى dan Menjauhi Larangan-Nya.
Yang Meliputi Takwa Dalam Puasa adalah Seorang Muslim Meninggalkan Apa Yang Alloohu تعالى Harapkan Sa'at Itu yaitu Makan, Minum, Hubungan Intim Sesama Pasangan dan Semacamnya. Padahal Jiwa Begitu Terdorong untuk Menikmatinya. Namun Semua Itu Ditinggalkan Karena Ingin Mendekatkan Diri pada Alloohu تعالى dan Mengharap Pahala Dari-Nya. Itulah Yang Disebut Takwa.
Begitu pula Orang yang Berpuasa Melatih Dirinya untuk Semakin Dekat pada Alloohu تعالى. Ia mengekang Hawa Nafsunya padahal Ia bisa saja menikmati berbagai macam Kenikmatan. Ia Tinggalkan Itu Semua karena Ia Tahu Bahwa Alloohu تعالى Selalu Mengawasinya.
Begitu pula Puasa semakin Mengekang jalannya Setan dalam Saluran Darah. Karena Setan itu Merasuki Manusia pada Saluran Darahnya. Ketika Puasa, Saluran Setan tersebut Menyempit. Maksiatnya pun Akhirnya Berkurang.
Orang yang Berpuasa pun Semakin Giat Melakukan Keta'atan, itulah Umumnya yang terjadi. Keta'atan itu Termasuk Takwa.
Begitu pula Ketika Puasa, Orang yang Kaya akan Merasakan Lapar Sebagaimana yang Dirasakan Fakir Miskin. Ini pun Bagian dari Takwa.[1]
2. Puasa adalah Penghalang dari Siksa Neraka
Dari Jabir bin ‘Abdillaah -rodhiyalloohu ‘anhumaa-, Rosuululloohu ﷺ Bersabda,
إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ'
'Puasa Adalah Perisai Yang Dapat Melindungi Seorang Hamba Dari Siksa Neraka'.”[2]
Dari Abu Sa’id al-Khudriy -rodhiyalloohu ‘anhu-, Rosuululloohu ﷺ Bersabda,
مَنْ صَامَ يَوْمًا فِى سَبِيلِ اللَّهِ بَعَّدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا'
'Barangsiapa Melakukan Puasa Satu Hari Dijalan Alloohu تعالى (Dalam Melakukan Keta'atan Pada Alloohu ﷻ), Maka Alloohu تعالى Akan Menjauhkannya Dari Neraka Sejauh Perjalanan 70 Tahun'.” (HR. Bukhoori no. 2840)
3. Puasa Akan Memberikan Syafa’at bagi Orang Yang Menjalankannya
Dari ‘Abdullooh bin ‘Amr -rodhiyalloohu ‘anhumaa-, Rosuululloohu ﷺ Bersabda,
'الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَىْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. قَالَ فَيُشَفَّعَانِ'
'Puasa dan Al-Qur’an Itu Akan Memberikan Syafa’at Kepada Seorang Hamba Pada Hari Kiamat Kelak. Puasa Akan Berkata, "Wahai Robbku, Aku Telah Menahannya Dari Makan Dan Nafsu Syahwat Pada Siang Hari, Karenanya Perkenankan Aku Untuk Memberikan Syafa’at Kepadanya". Dan Al-Qur’an Pula Berkata, "Aku Telah Melarangnya Dari Tidur Pada Malam Hari, Karenanya Perkenankan Aku Untuk Memberikan Syafa’at Kepadanya" Beliau ﷺ Bersabda: ’Maka Syafa’at Keduanya Diperkenankan (Alloohu تعالى) [3]
4. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Pengampunan Dosa
Dari Abu Huroirah -rodhiyalloohu ‘anhu-, Rosuululloohu ﷺ Bersabda,
'مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ'
'Barangsiapa Yang Berpuasa Di Bulan Romadhon Karena Iman Dan Mengharap Pahala dari Alloohu ﷻ Maka Dosanya Di Masa Lalu Akan Diampuni”.[4]
Dari Hudzaifah -rodhiyalloohu ‘anhu-, Rosuululloohu ﷺ Bersabda,
'فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ وَالصِّيَامُ وَالصَّدَقَةُ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ'
'Keluarga, Harta, Dan Anak Dapat Menjerumuskan Seseorang Dalam Fitnah (Dosa). Namun Fitnah Itu Akan Terhapus Dengan Sholat, Puasa, Shodaqoh, Amar Ma’ruf (Mengajak pada Kebaikan) dan Nahi Mungkar (Melarang dari Kemungkaran)'.”[5]
5. Puasa adalah Penahan Syahwat
Dari Ibnu Mas’ud -rodhiyalloohu ‘anhu-, Rosuululloohu ﷺ Bersabda,
'يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.
'Wahai Para Pemuda[6], Barangsiapa Yang Memiliki Baa-ah[7], Maka Menikahlah. Karena Itu Lebih Akan Menundukkan Pandangan Dan Lebih Menjaga Kemaluan. Barangsiapa Yang Belum Mampu, Maka Berpuasalah Karena Puasa Itu Bagai Obat Pengekang Baginya'.”[8]
Imam Nawawi -rohimahullooh- Berkata bahwa Puasa Dapat Mengekang Syahwat dan Mengekang Kejelekan Mani Sebagaimana Orang yang Sedang Dikebiri.[9]
6. Pintu Surga Ar-Royyaan Bagi Orang Yang Berpuasa
Dari Sahl bin Sa’ad -rodhiyalloohu 'anhu-, Dari Nabi Muhammad ﷺ Bersabda,
'إِنَّ فِى الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ'
'Sesungguhnya Di Surga Ada Suatu Pintu Yang Disebut “Ar-Royyaan”[10]. Orang-orang Yang Berpuasa Akan Masuk Melalui Pintu Tersebut Pada Hari Kiamat. Tidak Memasukinya Kecuali Orang Yang Berpuasa. Nanti Orang Yang Berpuasa Akan Diseru, “Mana Orang Yang Berpuasa?” Lantas Merekapun Berdiri, Selain Mereka Tidak Akan Memasukinya. Jika Orang Yang Berpuasa Tersebut Telah Memasukinya, Maka Akan Tertutup Dan Setelah Itu Tidak Ada Lagi Yang Memasukinya.“[11]
Dalam Riwayat al-Bukhoori dari Sahl bin Sa’ad -rodhiyalloohu 'anhu- juga Disebutkan,
'فِى الْجَنَّةِ ثَمَانِيَةُ أَبْوَابٍ ، فِيهَا بَابٌ يُسَمَّى الرَّيَّانَ لاَ يَدْخُلُهُ إِلاَّ الصَّائِمُونَ'
'Surga Memiliki Delapan Buah Pintu. Diantara Pintu Tersebut Ada Yang Dinamakan Pintu Ar-Royyaan, Yang Hanya Dimasuki Oleh Orang-Orang Yang Berpuasa.“[12]
7. Orang Yang Berpuasa Memiliki Waktu Mustajab Terkabulnya Do’a
Dari Abu Huroiroh -rodhiyalloohu 'anhu-, Nabi Muhammad ﷺ Bersabda,
'ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ'
'Tiga Orang Yang Do’anya Tidak Tertolak, Orang Yang Berpuasa Sampai Ia Berbuka, Pemimpin Yang Adil, Dan Do’a Orang Yang Dizholimi'.”[13]
Imam Nawawi -rohimahullooh- Menjelaskan, “Hadits Ini Menunjukkan bahwa Disunnahkan Bagi Orang Yang Berpuasa Untuk Berdo’a Dari Awal Ia Berpuasa Hingga Akhirnya Berbuka karena Ia Dinamakan Orang Yang Berpuasa Ketika Itu.”[14]
Beliau -rohimahullooh- Juga Berkata, “Disunnahkan Orang Yang Berpuasa Berdo'a Sa'at Berpuasa dalam Urusan Akhirat dan Dunianya, juga Do'a Yang Ia Sukai, begitu pula Do'a Kebaikan Untuk Kaum Muslimin.”[15]
_____________
Catatan Kaki:
[1] Lihat Penjelasan Syaikh As-Sa’di da6lam Taisir Al-Karimir Rohmaan, hal. 86.
[2] HR. Ahmad 3: 396. Syaikh Syu’aib al-Arnauth Mengatakan bahwa Hadits tersebut Shohih dilihat dari banyak jalan.
[3] HR. Ahmad 2: 174. Syaikh al-Albaani Mengatakan bahwa Hadits ini Shohih. Lihat Shohih At-Targhib wa At-Tarhib no. 984.
[4] HR. Bukhoori No. 38 dan Muslim no. 760.
[5] HR. Bukhoori no. 3586 dan Muslim no. 144. Kata Ibnu Baththol, Hadits ini Semakna dengan Firman Alloohu تعالى,
"إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ"
“Sesungguhnya Hartamu Dan Anak-anakmu Hanyalah Fitnah (Bagimu), Dan Disisi Alloohu تعالى-lah Pahala Yang Besar.” (QS. Ath-Thogobun: 15) (Lihat Syarh Al-Bukhoori, Ibnu Baththol, 3: 194)
[6] Syabab (Pemuda) Menurut Ulama Syafi’iyah adalah Yang Telah Baligh namun Belum Melampaui 30 Tahun. Lihat Syarh Shohih Muslim, 9: 154.
[7] Imam Nawawi Berkata Makna Baa-ah Dalam Hadits Diatas Terdapat Dua Pendapat Diantara Para Ulama, Namun Intinya Kembali Pada Satu Makna, yaitu Sudah Memiliki Kemampuan Finansial Untuk Menikah. Jadi Bukan Hanya Mampu Berjima’ (Bersetubuh), Tapi Hendaklah Punya Kemampuan Finansial, Lalu Menikah. Para Ulama Berkata, “Barangsiapa Yang Tidak Mampu Berjima’(Menikah) Karena Ketidakmampuannya Untuk Memberi Nafkah Finansial, maka Hendaklah Ia Berpuasa Untuk Mengekang Syahwatnya.” (Idem)
[8] HR. Bukhoori no. 5065 dan Muslim no. 1400.
[9] Syarh Shohih Muslim, 9: 155.
[10] Ibnu Hajar al-Asqolani Berkata, “Ar-Royyaan Dengan Menfathahkan huruf Ro’ dan Mentasydid Ya’, Mengikuti Wazan Fi’il (Kata Kerja) Dari Kata ‘ar-Riyy’ Yang Maksudnya adalah Nama Salah Satu Pintu Di Surga Yang Hanya Dikhususkan Untuk Orang Yang Berpuasa Memasukinya. Dari Sisi Lafazh dan Makna, Ada Kaitannya. Karena Kata ar-Royyaan adalah Turunan dari Kata ar-Riyy Yang Artinya Bersesuaian Dengan Keadaan Orang Yang Berpuasa. Orang yang Berpuasa Kelak Akan Memasuki Pintu Tersebut dan Tidak Pernah Merasakan Haus Lagi.” (Fathul Bari, 4: 131).
[11] HR. Bukhoori no. 1896 dan Muslim no. 1152.
[12] HR. Bukhoori no. 3257.
[13] HR. Ahmad 2: 305. Syaikh Syu’aib al-Arnauth Mengatakan bahwa Hadits ini Shohih dengan berbagai jalan dan penguatnya.
[14] Al Majmu’, 6: 273.
[15] Idem.
والله تعالى أعلم بالصواب،
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
Semoga Bermanfa'at.
Mohon Ta’awunnya untuk Menyebarkan Dakwah Tauhid Dan Sunnah Ini. Semoga Menjadi Sebab Hidayah Bagi Orang Lain Dan Sebagai Pemberat Timbangan Kebaikan Kita Di Akhirat Kelak, In Syaa Alloohu تعالى.
0 notes
Text
بِسْـــــم اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Faedah Hadits Hari ini:
عنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: "قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ ». رواه النساءي
Abu Huroiroh -rodhiyalloohu ‘anhu-, Ia Berkata: “Rosuululloohu ﷺ Bersabda: 'Telah Datang Kepada Kalian Romadhon Bulan Penuh Berkah, Alloohu 'Azza wa Jalla Telah Mewajibkan Atas Kalian Untuk Berpuasa Padanya, Didalamnya Dibukakan Pintu-pintu Langit, Ditutup Pintu-pintu Neraka, Dibelenggu Pemimpin Setan, Dan Didalamnya Alloohu تعالى Memiliki Satu Malam Yang Lebih Baik Dari Seribu Bulan, Siapa Yang Diharamkan Dari Kebaikannya Maka Sungguh Dia Telah Benar-benar Diharamkan Kebaikan'.” (Hadits Riwayat An- Nasai)
TELAH DATANG ROMADHON MUBAROK, BULAN PENUH BERKAH… SAMBUTLAH...!
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ, أَمَّا بَعْدُ:
Saudaraku Se-Iman…
Tulisan Ini Mengajak kepada Penulis dan Pembaca Agar Menyambut Romadhon, Bulan Penuh Berkah, Dengan Suka cinta dan Penuh Ke-Imanan serta Bertekad Bulat Untuk Semangat Beribadah Didalamnya Karena Iman dan Berharap Pahala dari Alloohu ﷻ.
عنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: "قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ ».
Abu Huroiroh -rodhiyalloohu ‘anhu-, Ia Berkata: “Rosuululloohu ﷺ Bersabda: 'Telah Datang Kepada Kalian Romadhon Bulan Penuh Berkah, Alloohu 'Azza wa Jalla Telah Mewajibkan Atas Kalian Untuk Berpuasa Padanya, Didalamnya Dibukakan Pintu-pintu Langit, Ditutup Pintu-pintu Neraka, Dibelenggu Pemimpin Setan, Dan Didalamnya Alloohu تعالى Memiliki Satu Malam Yang Lebih Baik Dari Seribu Bulan, Siapa Yang Diharamkan Dari Kebaikannya Maka Sungguh Dia Telah Benar-benar Diharamkan Kebaikan'.” (Hadits Riwayat An- Nasai, Dinyatakan Shohih Lighoirihi Didalam Kitab Shohih At-Targhib wa At-Tarhib.)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ. رواه الترمذي و صححه الألباني.
Abu Huroiroh -rodhiyalloohu ‘anhu-, Ia Berkata: “Rosuululloohu ﷺ Bersabda: 'Jika Pada Awal Malam Bulan Romadhon Maka Para Syetan Dan Pemimpin Jin Terbelenggu Dan Tertutup Pintu-pintu Neraka Dan Tidak Satu Pintupun Terbuka Dan Dibukakan Pintu-pintu Surga Dan Tidak Satu Pintupun Tertutup Lalu Ada Suara Yang Menyeru: "Wahai Pencari Kebaikan, Sambutlah! Dan Wahai Pencari Keburukan, Cukuplah! Dan Alloohu تعالى Mempunyai Orang-Orang Yang Dimerdekakan Dari Neraka Dan Yang Demikian Itu Pada Setiap Malam!'." (Hadits Riwayat Tirmidzi, Dishohihkan Didalam Kitab Shohih Al-Jami’.)
Subhaanalloohu… Luar Biasa…!
Jadi, Bagaimana Kita Sambut Bulan Ini…???
قال أبن باز رحمه الله: "هذا الشهر شهر عظيم مبارك فاستقبلوه رحمكم الله بالفرح و السرور و العزيمة الصادقة على صيامه و قيامه و المسابقة فيه إلى الخيرات و المبادرة إلى التوبة النصوح من سائر الذنوب و السيئات و التناصح و التعاون على البر و التقوى و التواصي بالأمر بالمعروف و النهي عن المنكر و الدعوة إلى كل خير لتفوزوا بالكرامة و الأجر العظيم". (مجموع فتاوى أبن باز رحمه الله 15/38)
Ibnu Baaz -rohimahullooh- Berkata: "Bulan Ini adalah Bulan Yang Agung Yang Penuh Dengan Berkah, Sambutlah Bulan Ini…
Dengan Kegembiraan dan Suka Cita.
Dengan Tekad Yang Bulat Untuk Berpuasa dan Beribadah Dimalam Harinya.
Dengan Berlomba-lomba Untuk Mengerjakan Kebaikan.
Dengan Segera Bertaubat Yang Nasuha (Sebenarnya).
Dengan Saling Menasihati dan Tolong Menolong Atas Kebaikan dan Taqwa.
Dengan Saling Memberi Wasiat Agar Ber-Amar Ma'ruf dan Nahi Mungkar.
Dengan Berdakwah Kepada Setiap Kebaikan.
Agar Kalian Menang Dengan Mendapatkan Kemuliaan dan Pahala Yang Sangat Besar". (Majmu' fatawa Ibnu Baz, 15/38).
MENYAMBUT ROMADHAN DENGAN ILMU
Jika Seseorang Menyambut Orang, Menyambut Momen atau Menyambut Sesuatu Yang Mengembirakan, Tentu Ia akan Mempersiapkan Diri dan Mempersiapkan Segalanya dengan Sebaik-baiknya. Demikian Juga Seseorang Yang Akan Menyambut “Tamu Agung” yaitu Bulan Romadhon, Bulan Yang Penuh Keberkahan dan Kebaikan Didalamnya.
Nabi Muhammad ﷺ Bersabda,
'ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪُ، ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﺗُﻐْﻠَﻖُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ، ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓِﻴﻪِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ، ﻣَﻦْ ﺣُﺮِﻡَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺣُﺮِﻡَ'.
'Telah Datang Kepada Kalian Romadhon, Bulan Yang Diberkahi. Alloohu تعالى Mewajibkan Atas Kalian Berpuasa Padanya. Pintu-pintu Surga Dibuka Padanya. Pintu-pintu Jahiim (Neraka) Ditutup. Setan-setan Dibelenggu. Didalamnya Terdapat Sebuah Malam Yang Lebih Baik Dibandingkan Seribu Bulan. Siapa Yang Dihalangi Dari Kebaikannya, Maka Sungguh Ia Terhalangi.” (HR. Ahmad, Shohih).
Kaum Muslimin pun Diperintahkan menyambut Bulan Romadhon dengan Penuh Kerinduan dan Kegembiraan. Ketika Bulan Romadhon Datang, akan Ada Seruan dan Panggilan kepada Kaum Muslimin agar Menyambut Romadhon dengan Kebaikan.
Nabi Muhammad ﷺ Bersabda,
'إذا كان أول ليلة من شهر رمضان صفدة الشياطين و مردة الجن، وغلقت أبواب النار فلم يفتح منها باب، وفتحت أبواب الجنة فلم يغلق منها باب، وينادي مناد: يا باغي الخير أقبل، يا باغي الشر أقصر، والله عتقاء من النار وذلك كل ليلة'
'Jika Telah Datang Awal Malam Bulan Romadhon, Diikatlah Para Setan Dan Jin-jin Yang Jahat, Ditutup Pintu-pintu Neraka, Tidak Ada Satu Pintupun Yang Dibuka, Dan Dibukakan Pintu-pintu Surga, Tidak Ada Satu Pintupun Yang Tertutup, Berseru Seorang Penyeru: "Wahai Orang Yang Ingin Kebaikan Lakukanlah, Wahai Orang Yang Ingin Kejelekan Kurangilah. Dan Bagi Alloohu تعالى Membebaskan Sejumlah Orang Dari Neraka. Hal Itu Terjadi Pada Setiap Malam'. (HR. Tirmidzi)
Cara Terbaik Untuk Menyambut Romadhon adalah Dengan Ilmu, yaitu Belajar Lagi Hal Terkait Dengan Romadhon. Mulai dari Keutamaan, Hukum-hukum dan Ibadah Yang Disyari'atkan Dibulan Romadhon. Islam adalah Agama Yang Mulia dan Dibangun Diatas Ilmu, Bukan Diatas Tradisi atau Perasaan. Jika Ingin Ber-Amal dan Berkata Harus Dengan Ilmu.
Imam al-Bukhoori -rohimahullooh- Menulis Bab:
"العلم قبل القول و العمل"
“Ber-Ilmu Sebelum Berkata Dan Ber-Amal"
Ilmu sangat penting, karena Syarat agar Amal Kita Diterima adalah Harus Dibangun Diatas Ilmu dan Cara Ber-Ibadah Yang Diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ. Konsekuensi dari Syahadat Seorang Muslim adalah Syarat Diterimanya Amal.
Asyhadu allaa ilaha illalllohu (أشهد أن لا إله إلا الله)
Konsekuensinya adalah Ibadah Kita Harus Ikhlas Kepada Alloohu ﷻ Saja.
Tidak Boleh Riya’, Sum’ah beribadah karena ingin dipuji dan dilihat manusia. Tidak boleh Ber-Ibadah untuk yang lain, semisal menyembelih kepada Jin.
Asyhadu anna Muhammadar Rosuulullooh (أشهد أن محمدا رسول الله)
Konsekuensinya adalah Dalam Ber-Ibadah Kita Harus Mengikuti Cara Nabi Muhammad ﷺ, Mengikuti Sesuai Dalil dan Tidak Boleh Ber-Ibadah Dengan Sesuatu Yang Tidak Ada Ajaran/Tuntunan Sebelumnya Dari Beliau ﷺ.
Sangat Sayang Sekali apabila Romadhon Dengan Berbagai Keutamaannya Akan Tetapi Amal Kita Tidak Diterima karena Cara Ibadahnya Tidak Benar atau Niatnya Tidak Benar (tentunya Niat yang Baik juga itu muncul karena ilmu).
Mari Bersemangat Belajar dan Mempelajari Hal-hal Terkait Romadhon karena Sebentar Lagi Akan Menghampiri Kita. Kita Hadiri Majelis Ilmu, Membaca Buku dan Berdiskusi Yang Bermanfa'at Tentang Puasa Romadhon.
Semoga Alloohu تعالى Mempertemukan Kita Dengan Bulan Romadhon. Abu Bakar al-Warroq al-Balkhi -rohimahullooh- Berkata,
"شهر رجب شهر للزرع ، وشعبان شهر السقي للزرع ورمضان شهر حصاد الزرع. وعنه قال : مثل شهر رجب مثل الريح ومثل شعبان مثل الغيم ومثل رمضان مثل القطر"
“Bulan Rojab adalah Bulan Untuk Menanam Tanaman, Bulan Sya'ban adalah Bulan Untuk Menyirami Tanaman dan bukan Romadhon adalah Bulan Untuk Memanennya”.
Beliau -rohimahullooh- juga Berkata, “Rojab Bagaikan Angin, Sya'ban Bagaikan Mendung, dan Romadhon Bagaikan Hujan”. (Lathoiful Maarif hlm. 121).
والله تعالى أعلم بالصواب،
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
Semoga Bermanfa'at.
Mohon Ta’awunnya untuk Menyebarkan Dakwah Tauhid Dan Sunnah Ini. Semoga Menjadi Sebab Hidayah Bagi Orang Lain Dan Sebagai Pemberat Timbangan Kebaikan Kita Di Akhirat Kelak, In Syaa Alloohu تعالى.
Tumblr media
1 note · View note
Text
بِسْـــــم اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Faedah Hadits Hari ini:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: "قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: 'إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنَ النَّاسِ” قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ هُمْ؟
قَالَ: “هُمْ أَهْلُ الْقُرْآنِ، أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ'."
Dari Anas bin Malik -rodhiyalloohu 'anhu-, Ia Berkata: "Rosuululloohu ﷺ Bersabda: 'Sesungguhnya Alloohu ﷻ Mempunyai Banyak Ahli (Keluarga) Dari Kalangan Manusia'.
Para Sahabat Bertanya; “Wahai Rosuulallooh, Siapakah Mereka?”. Beliau ﷺ Bersabda: 'Ahli Qur`an Adalah Ahli Alloohu تعالى Dan Orang-Orang Khusus-Nya'.” (HR. Ibnu Majah, no. 215; Ahmad, no. 12279, 12292, 13542. Dishohihkan oleh Syaikh al-Albaaniy Didalam Shohih Al-Jami’, no. 2165, 2528 dan Didalam Shohih At-Targhib, no. 1432. Dan dihasankan oleh Syaikh Syu’aib al-Arnauth Didalam Takhrij Musnad Ahmad)
SIAPAKAH KELUARGA ALLOOHU تعالى
Siapakah Yang Dimaksud Ahlul Qur’an dan Ahlullooh (Keluarga Alloohu تعالى) atau Hamba-hamba Khusus-Nya Dalam Sabda Nabi Muhammad ﷺ Diatas?
Simak Penjelasan Syaikh Sholih al-Fauzan –hafizhohullloh– Berikut:
“Yang Dimaksud Ahlul Qur’an, Bukan Orang Yang Sekedar Menghafal dan Membacanya Saja. Ahlul Qur’an (Sejati) adalah Yang Mengamalkannya, Meskipun Ia Belum Hafal Qur’an. Orang-orang Yang Mengamalkan Al-Qur’an; Menjalankan Perintah dan Menjauhi Larangan, serta Tidak Melanggar Batasan-batasan Yang Digariskan Al-Qur’an, Mereka Itulah yang dimaksud Ahlul Qur’an, Keluarga Alloohu ﷻ serta Orang-Orang Pilihan-Nya. Merekalah Hamba Alloohu ﷻ Yang Paling Istimewa.
Adapun Orang Yang Hafal Al-Qur’an, Membaguskan Bacaan Qur’an-nya, Membaca Setiap Hurufnya Dengan Baik. Namun Jika Ia Menyepelekan Batasan-batasan Yang Digariskan Al-Qur’an, Ia Bukan Termasuk Dari Ahlul Qur’an. Tidak Pula Termasuk dari Orang-Orang Khususnya Alloohu ﷻ.
Jadi Ahlul Qur’an adalah Orang Yang Berpedoman Dengan Al-Qur’an (Dalam Gerak-gerik Kehidupannya), Ia Tidak Menjadikan Selain Al-Qur’an Sebagai Panutan. Mereka Mengambil Fiqih, Hukum-hukum Dari Al-Qur’an, serta Menjadikannya Sebagai Pedoman Dalam Beragama..”.
(Sumber: Syarah Risalah Al-‘Ubudiyyah halaman: 64. Dar Ibnul Jauzi, Cetakan pertama; th 1435 H.)
FAWAID HADITS:
Ada Beberapa Faedah Yang Bisa Kita Ambil Dari Hadits Ini, antara lain:
1. Diantara Metode Nabi Muhammad ﷺ Didalam Menyampaikan Ilmu kepada Para Sahabat, Dengan Menyampaikan Kalimat Yang Menarik Perhatian Mereka, Sehingga Mereka Bertanya dan Siap Menerima Ilmu.
2. Alloohu ﷻ Mempunyai Ahli (Keluarga) dari Kalangan Manusia. Syaikh Syu’aib al-Arnauth Berkata, “Ahli (Keluarga) Alloohu تعالى yaitu: Wali-wali-Nya (Kekasih-kekasih-Nya), Orang-Orang Yang Mendapatkan Kekhususan Dari-Nya”. (Takhrij Musnad Ahmad, 19/297)
3. Ahli Al-Qur’an adalah Ahli (Keluarga) Alloohu ﷻ. Syaikh Syu’aib al-Arnauth Berkata, “Ahli Al-Qur’an yaitu: Orang-Orang Yang Menjaga Al-Qur’an, Mereka Membacanya Diwaktu-waktu Malam, dan Ujung-ujung Siang (yaitu Pagi dan Sore)”. (Takhrij Musnad Ahmad, 19/297). Syaikh Muhammad Fuad Abdul Baqi Berkata, “Ahli Al-Qur’an yaitu: Orang-Orang Yang Menghafal Al-Qur’an dan Mengamalkannya”. (Catatan Kaki Sunan Ibnu Majah, no. 215)
4. Keutamaan Menyibukkan Diri Dengan Al-Qur’an, yaitu Dengan Membacanya, Menghafalnya, Mempelajarinya, Memahaminya, Meyakininya, Mengamalkannya, dan Mengajarkannya Kepada Orang Lain.
Inilah Sedikit Penjelasan Tentang Hadits Yang Agung Ini. Semoga Alloohu تعالى Selalu Memudahkan Kita Untuk Melaksanakan Keta'atan dan Menjauhi Kemaksiatan. Dan Selalu Membimbing Kita Diatas Jalan Kebenaran Menuju Surga-Nya Yang Penuh Kenikmatan.
والله تعالى أعلم بالصواب،
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
Semoga Bermanfa'at.
Mohon Ta’awunnya untuk Menyebarkan Dakwah Tauhid Dan Sunnah Ini. Semoga Menjadi Sebab Hidayah Bagi Orang Lain Dan Sebagai Pemberat Timbangan Kebaikan Kita Di Akhirat Kelak, In Syaa Alloohu تعالى.
Tumblr media
0 notes
Text
بِسْـــــم اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Faedah Hadits Hari ini:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " يَجِيءُ الْمَقْتُولُ بِالْقَاتِلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ نَاصِيَتُهُ وَرَأْسُهُ بِيَدِهِ وَأَوْدَاجُهُ تَشْخَبُ دَمًا، يَقُولُ: يَا رَبِّ هَذَا قَتَلَنِي حَتَّى يُدْنِيَهُ مِنَ الْعَرْشِ
Dari Ibnu Abbas -rodhiyalloohu 'anhuma-, Dari Nabi Muhammad ﷺ, Beliau Bersabda: 'Akan Datang Orang Yang Dibunuh Bersama Orang Yang Membunuhnya Pada Hari Kiamat Dengan Memegang Jambul Dan Kepalanya Dengan Tangannya, Dan Urat Lehernya Mengucurkan Darah. Ia Berkata : "Wahai Robb, Orang Ini Telah Membunuhku". Hingga Alloohu تعالى Menghinakannya Dari 'Arsy".(HR. At-Tirmidziy)
BAHAYA PEMBUNUHAN JIWA SEORANG MUSLIM TANPA HAK
- Membunuh Jiwa Seorang Muslim Tanpa Hak Termasuk Diantara Dosa Besar Yang Paling Besar.
Alloohu تعالى Berfirman :
"وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِناً مُتَعَمِّداً فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِداً فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَاباً عَظِيماً"
“Dan Barangsiapa Yang Membunuh Seorang Mukmin Dengan Sengaja, Maka Balasannya Ialah Jahanam, Kekal Ia Di Dalamnya Dan Allooh Murka Kepadanya, Dan Melaknatnya, Serta Menyediakan Azab Yang Besar Baginya” [QS. An-Nisaa’ : 93].
Tidaklah Alloohu تعالى Memberikan Hukuman Terhadap Satu Perbuatan Dengan Kekekalan Di Jahannam, Murka Kepadanya, Melaknatnya, Dan Azab Yang Besar; Melainkan Perbuatan Tersebut Sangat Besar Dosanya Disisi Alloohu تعالى – Hingga Sebagian Salaf Berpendapat PELAKU PEMBUNUHAN SEORANG MUSLIM SECARA SENGAJA TIDAK DITERIMA TAUBATNYA.
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ ب��نُ مُحَمَّدٍ الزَّعْفَرَانِيُّ، حَدَّثَنَا شَبَابَةُ، حَدَّثَنَا وَرْقَاءُ بْنُ عُمَرَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " يَجِيءُ الْمَقْتُولُ بِالْقَاتِلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ نَاصِيَتُهُ وَرَأْسُهُ بِيَدِهِ وَأَوْدَاجُهُ تَشْخَبُ دَمًا، يَقُولُ: يَا رَبِّ هَذَا قَتَلَنِي حَتَّى يُدْنِيَهُ مِنَ الْعَرْشِ "، قَالَ: فَذَكَرُوا لِابْنِ عَبَّاسٍ التَّوْبَةَ فَتَلَا هَذِهِ الْآيَةَ وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ، قَالَ: مَا نُسِخَتْ هَذِهِ الْآيَةُ وَلَا بُدِّلَتْ وَأَنَّى لَهُ التَّوْبَةُ،
Telah Menceritakan kepada Kami al-Hasan bin Muhammad az-Za’farooniy, Telah Menceritakan kepada Kami Syabaabah, Telah Menceritakan kepada Kami Warqoo’ bin ‘Umar, dari ‘Amru bin Diinaar, dari Ibnu Abbas -rodhiyalloohu 'anhuma-, dari Nabi Muhammad ﷺ, Beliau Bersabda: 'Akan Datang Orang Yang Dibunuh Bersama Orang Yang Membunuhnya Pada Hari Kiamat Dengan Memegang Jambul Dan Kepalanya Dengan Tangannya, Dan Urat Lehernya Mengucurkan Darah. Ia Berkata : "Wahai Robb, Orang Ini Telah Membunuhku". Hingga Alloohu تعالى Menghinakannya Dari 'Arsy".'. 'Amru Berkata : "Kemudian Orang-orang Menyebutkan Taubat Kepada Ibnu Abbas", Kemudian Ia (Ibnu ‘Abbaas) Membaca Ayat Ini, Yang Artinya; "Dan Barangsiapa Yang Membunuh Seorang Mukmin Dengan Sengaja, Maka Balasannya Ialah Jahanam"(QS. An-Nisaa’ : 93). Ia Berkata : “Ayat Tersebut Tidak Dihapus Dan Tidak Pula Diganti, Dan Bahwasanya Taubatnya Tidaklah Diterima[1]”. [Diriwayatkan oleh at-Tirmidziy 5/122-123 no. 3029; Dishohihkan oleh al-Albaaniy dalam Shohiih Sunan at-Tirmidziy 3/219-220].
- Membunuh Jiwa Seorang Muslim Tanpa Hak Termasuk Perkara Yang Membinasakan (Pelakunya).
حَدَّثَنِي هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الأَيْلِيُّ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ، عَنْ ثَوْرِ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ أَبِي الْغَيْثِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ "، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: " الشِّرْكُ بِاللَّهِ، وَالسِّحْرُ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ الْمُحْصِنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ "
Telah Menceritakan kepadaku Haaruun bin Sa’iid al-Ailiy, Telah Menceritakan kepada Kami Ibnu Wahb, Ia berkata: "Telah menceritakan kepadaku Sulaimaan bin Bilaal, dari Tsaur bin Zaid, dari Abul-Ghoits, dari Abu Huroiroh -rodhiyalloohu 'anhu-, Bahwasannya Rosuulillaahi ﷺ Pernah Bersabda : 'Jauhilah Oleh Kalian 7 Perkara Yang Membinasakan'. Dikatakan : “Wahai Rosulallooh, Apakah Itu?”. Beliau Menjawab : 'Syirik Kepada Allooh, Sihir, MEMBUNUH JIWA YANG DIHARAMKAN ALLOOHU تعالى KECUALI DENGAN HAK, Memakan Harta Anak Yatim, Memakan Riba, Melarikan Diri Dari Peperangan, Dan Menuduh Wanita Mukminah Baik-baik Lagi Suci Telah Berbuat Zina'." [Diriwayatkan oleh Muslim no. 89].
- (Dosa) Membunuh Jiwa Seorang Muslim Tanpa Hak Seperti (Dosa) Membunuh Semua Umat Manusia[2].
Alloohu تعالى Berfirman :
"مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الأرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا"
“Barangsiapa Yang Membunuh Seorang Manusia, Bukan Karena Orang Itu (Membunuh) Orang Lain, Atau Bukan Karena Membuat Kerusakan Di Muka Bumi, Maka Seakan-akan Dia Telah Membunuh Manusia Seluruhnya” [QS. Al-Maaidah : 32].
-Pembunuh Bukan Termasuk Orang yang Berada Diatas Agama dan Petunjuk Nabi Muhammad ﷺ.
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا جُوَيْرِيَةُ، عَنْ نَافِعٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَنْ حَمَلَ عَلَيْنَا السِّلَاحَ، فَلَيْسَ مِنَّا "
Telah Menceritakan kepada Kami Muusaa bin Ismaa’iil, Telah menceritakan kepada Kami Juwairiyyah, dari Naafi’, dari ‘Abdullooh bin ‘Umar -rodhiyalloohu ‘anhuma-, dari Nabi Muhammad ﷺ, Beliau Bersabda: 'Barangsiapa Yang Mengangkat Senjatanya Kepada Kami, Maka Ia Bukan Termasuk Golongan Kami'.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhooriy no. 6874].
An-Nawawiy -rohimahullooh- Berkata :
"وَمَعْنَاهُ عِنْد أَهْل الْعِلْم أَنَّهُ لَيْسَ مِمَّنْ اِهْتَدَى بِهَدْيِنَا وَاقْتَدَى بِعِلْمِنَا وَعَمَلِنَا وَحُسْنِ طَرِيقَتِنَا"
“Maknanya Menurut Para Ulama adalah Ia Bukan Termasuk Orang Yang Mendapatkan Petunjuk dengan Petunjuk Kami, Serta (Bukan Termasuk Orang Yang) Mengikuti Ilmu, Amal, dan Baiknya Jalan Kami” [Syarh Shohiih Muslim, 1/109].
Jika Mengangkat Senjata Saja Sudah Mendapatkan Ancaman Seperti Itu, Lantas Bagaimana Dengan Orang Yang Benar-benar Mengayunkannya Sehingga Darah Kaum Muslimin Teralirkan ?.
- Pembunuhan adalah Amalan Yang Pertama Kali Dihisab Dihari Kiamat.
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، حَدَّثَنِي شَقِيقٌ، سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَوَّلُ مَا يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ بِالدِّمَاءِ "
Telah Menceritakan kepada Kami ‘Umar bin Hafsh, Telah Menceritakan kepada Kami Ayahku, Telah menceriytakan kepada Kami al-A’masy, Telah Menceritakan kepadaku Syaqiiq, Aku Mendengar ‘Abdullooh (bin Mas’uud) -rodliyalloohu ‘anhu- Berkata: "Telah Bersabda Nabi Muhammad ﷺ: 'Sesuatu Yang Pertama Kali Diputuskan Kelak (Pada Hari Kiamat) Di Antara Manusia Adalah Masalah Darah'.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhooriy no. 6533].
- Lenyapnya Dunia Dan Seisinya Lebih Ringan Disisi Alloohu تعالى daripada Terbunuhnya Jiwa Seorang Muslim Tanpa Hak.
أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ الْبَصْرِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ يَعْلَى بْنِ عَطَاءٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ "
Telah Mengkhobarkan kepada Kami Yahyaa bin Hakiim al-Bashriy, Ia Berkata: "Telah Menceritakan kepada Kami Ibnu Abi ‘Adiy, dari Syu’bah, dari Ya’laa bin ‘Athoo’, dari Ayahnya, dari ‘Abdullooh bin ‘Amru -rodhiyalloohu 'anhuma-, dari Nabi Muhammad ﷺ, Beliau Bersabda : “Lenyapnya/Hancurnya Dunia Lebih Rendah Kedudukannya Disisi Alloohu تعالى Daripada Terbunuhnya Seorang Muslim'.” [Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy no. 3987; Dishohihkan oleh al-Albaaniy dalam Shohiih Sunan an-Nasaa’iy 3/74].
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ جَنَاحٍ، عَنْ أَبِي الْجَهْمِ الْجُوزَجَانِيِّ، عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ "
Telah Menceritakan kepada Kami Hisyaam bin ‘Ammaar, Telah meynceritakan kepada Kami Al-Waliid bin Muslim, Telah Menceritakan kepada Kami Marwaan bin Janaah, dari Abul-Jahm al-Juuzajaaniy, dari al-Barroo’ bin ‘Aazib -rodhiyalloohu 'anhu-: "Bahwasannya Rosuulillaahi ﷺ Pernah Bersabda: 'Lenyapnya/Hancurnya Dunia Lebih Rendah Kedudukannya Di Sisi Allooh Daripada Terbunuhnya Seorang Muslim Tanpa Hak'." [Diriwayatkan oleh Ibnu Maajah no. 2619; Dishohihkan oleh al-Albaaniy dalam Shohiih Sunan Ibni Maajah 2/339].
أَخْبَرَنَا أَبُو نَصْرِ بْنُ قَتَادَةَ، نا أَبُو عَمْرٍو إِسْمَاعِيلُ بْنُ نُجَيْدٍ السُّلَمِيُّ، نا جَعْفَرٌ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ سَوَادَةَ، نا الْحُسَيْنُ بْنُ مَنْصُورٍ، نا حَفْصُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، نا شِبْلُ بْنُ عَبَّادٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي نَجِيحٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَال: لَمَّا نَظَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْكَعْبَةَ، فَقَالَ: " مَرْحَبًا بِكِ مِنْ بَيْتٍ مَا أَعْظَمَكِ، وَأَعْظَمَ حُرْمَتَكِ، وَلَلْمُؤْمِنُ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ حُرْمَةً مِنْكِ "
Telah Mengkhobarkan kepada Kami Abu Nashr bin Qotaadah, Telah Mengkhobarkan kepada Kami Abu ‘Amru Ismaa’iil bin Nujaid ad-Sulamiy, Telah Mengkhobarkan kepada Kami Ja’far bin Muhammad bin Sawaadah, Telah Mengkhobarkan kepada Kami al-Husain bin Manshuur, Telah Mengkhobar kepada Kami Hafsh bin ‘Abdirrohmaan, Telah Mengkhobarkan kepada kaymi Syibl bin ‘Abbaad, dari Ibnu Abi Najiih, dari Mujaahid, dari Ibnu ‘Abbaas -rodhiyalloohu 'anhuma-, Ia Berkata: "Ketika Rosuulillaahi ﷺ Memandang Ka’bah, Beliau Bersabda : 'Selamat Datang Wahai Ka’bah, Betapa Agungnya Engkau Dan Betapa Agung Kehormatanmu. Akan Tetapi Orang Mukmin Lebih Agung Di Sisi Allooh Daripadamu' ” [Diriwayatkan oleh al-Baihaqiy dalam Syu’abul-Iimaan, no. 4014; Shohih].
Ibnul 'Arobiy -rohimahullooh- Berkata :
"ثبت النهي عن قتل البهيمة بغير حق والوعيد في ذلك فكيف بقتل الآدمي فكيف بالمسلم فكيف بالتقي الصالح"
“Telah Tetap Adanya Larangan Membunuh Binatang Tanpa Hak dan Ancaman Terhadap Perbuatan Tersebut. Maka Bagaimana Halnya dengan Membunuh Manusia? Bagaimana Halnya dengan Membunuh Seorang Muslim? dan Bagaimana Halnya dengan Membunuh Seorang Yang Bertaqwa Lagi Shoolih?” [Fathul-Baariy, 12/189].
- Membunuh Jiwa Seorang Muslim Tanpa Hak Menyebabkan Pelakunya Terhalang Mengerjakan Amal Kebaikan.
حَدَّثَنَا أ��حْمَدُ بْنُ الْمُعَلَّى الدِّمَشْقِيُّ، ثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، ثَنَا صَدَقَةُ بْنُ خَالِدٍ. ح وَحَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ دُحَيْمٍ الدِّمَشْقِيُّ، ثَنَا أَبِي، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ شَابُورَ، قَالا: ثَنَا خَالِدُ بْنُ دِهْقَانَ، ثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي زَكَرِيَّا، عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لا يَزَالُ الْمُؤْمِنُ مُعْنِقًا صَالِحًا مَا لَمْ يُصِبْ دَمًا حَرَامًا، فَإِذَا أَصَابَ دَمًا حَرَامًا بَلَّحَ "
Telah Menceritakan kepada Kami Ahmad bin al-Mu’allaa ad-Dimasyqiy, Telah Menceritakan kepada Kami Hisyaam bin ‘Ammaar, Telah Menceritakan kepada kami Shodaqoh bin Khoolid. (ح) Dan Telah Menceritakan kepada Kami Ibroohiim bin Duhaim Ad-Dimasyqiy : Telah Menceritakan kepada Kami Ayahku : Telah Menceritakan kepada Kami Muhammad bin Syu’aib bin Syaabuur; Mereka Berdua Berkata: "Telah menceritakan kepada Kami ‘Abdullooh bin Abi Zakariyyaa, dari Ummud-Dardaa’, dari Abud-Dardaa’ -rodhiyalloohu 'anhu-, dari Nabi Muhammad ﷺ, Beliau Bersabda: 'Seorang Mukmin Senantiasa Mendapatkan Taufiq bersegera Mengerjakan Kebaikan Selama Belum Menumpahkan Darah Yang Haram. Apabila Ia Menumpahkan Darah Yang Haram, Maka Ia Terputus Darinya'.” [Diriwayatkan oleh ath-Thobarooniy dalam asy-Syaamiyyiin 8/21-22; Dishohihkan oleh al-Albaaniy dalam Shohiih Al-Jaami’ Ash-Shoghiir no. 7693].
والله تعالى أعلم بالصواب،
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
Semoga Bermanfa'at.
Mohon Ta’awunnya untuk Menyebarkan Dakwah Tauhid Dan Sunnah Ini. Semoga Menjadi Sebab Hidayah Bagi Orang Lain Dan Sebagai Pemberat Timbangan Kebaikan Kita Di Akhirat Kelak, In Syaa Alloohu تعالى.
Tumblr media
0 notes
Text
بِسْـــــم اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Faedah Hadits Hari ini:
عن سليمان بن بريدة، عن أبيه، أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال؛ 'مَنْ لَعِبَ بِالنَّرْدِشِير فَكَأَنَّمَا صَبَغَ يَدَهُ فيِ لحَمِ خِنْزِيْرٍ وَدَمِهِ'." رواه مسلم
Dari Sulaiman bin Buroidah, Dari Ayahnya (Buroidah Al-Aslami) Bahwasanya Nabi Muhammad ﷺ Bersabda: 'Orang Yang Bermain Dadu Seakan-akan Telah Memasukkan Tangannya Kedalam Daging Babi Dan Darahnya'." (HR. Muslim no. 2260 )
PERMAINAN YANG MENYERUPAI JUDI YANG DIANGGAP BUKAN JUDI
عن أبي موسى الاشعري، أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: 'مَنْ لَعِبَ بِالنَّرْدِ فَقَدْ عَصَى اللهَ وَرَسُولَه'."
Dari Abu Musa Al-Asy'ari, Bahwasanya Nabi Muhammad ﷺ Bersabda: 'Siapa Yang Memainkan Dadu Maka Dia Telah Bermaksiat Kepada Alloohu تعالى Dan Rosul-Nya'." (HR. Abu Daud no. 4938, Dishohihkan al-Albaani dalam Shohih Abu Daud)
HUKUM BERMAIN DADU DAN YANG SEMISALNYA
Hukum Bermain DADU Dalam Islam yaitu Makruh dan Bahkan Haram.
Didalam Hadits Diatas, Disamakannya Bermain Dadu Dengan Memegang Langsung Daging dan Darah Babi, Menunjukkan Keharamannya, dan Itu Merupakan Pendapat Mayoritas Ulama.
Imam An-Nawawi -rohimahullooh- Mengatakan:
"وهذا الحديث حجة للشافعي والجمهور في تحريم اللعب بالنرد وقال أبو إسحاق المروزي من أصحابنا يكره ولا يحرم".
"Hadis Ini Menjadi Hujjah (Dalil) Bagi Imam Asy-Syafi’i dan Mayoritas Ulama tentang Haramnya Bermain DADU. Abu Ishaq Al-Marwazi Mengatakan Makruh, Tidak Haram". (Al-Minhaj Syarh Shohih Muslim, 15/15)
Imam Ali Al-Qoori -rohimahullooh- Berkata:
"قال المنذري ذهب جمهور العلماء إلى أن اللعب بالنرد حرام وقد نقل بعض مشايخنا الإجماع على تحريمه".
"Berkata Al-Mundziriy: “Mayoritas Ulama Berpendapat Haramnya Bermain Dadu. Sebagian Guru Kami Menukil Adanya Ijma’ (Konsensus) Atas Keharamannya.” (Mirqoh Al-Mafatih, 13/242)
Keharaman Ini Walaupun Tanpa Dibarengi Uang, Sebab Dadu Sendiri Sudah Termasuk Judi, Mengundi Nasib. Adapun Permainan Dabu Jika Pakai Uang Tentu Lebih Berat Lagi Keharamannya.
Abdullooh bin 'Umar -ridhiyalloohu ‘anhuma- Berkata:
"النَّرْدُ هِىَ الْمَيْسِرُ.
"Dadu Adalah JUDI. (Imam Al-Baihaqi, Syu’abul Iman No. 6507)
CONTOH PERMAINAN YANG MENYERUPAI JUDI YANG AKRAB DENGAN MASYARAKAT
Berikut Ini adalah Praktek Judi Yang Sering Terjadi Ditengah Masyarakat (Khususnya Anak-anak) Yang Dianggap Lumrah dan Halal, Padahal Kalau Kita Teliti Lebih Dalam, Sebenarnya Sudah Mengandung Unsur-unsur JUDI Yang Diharamkan.
1. Jajanan Anak-anak Berhadiah
Salah Satu Jenis jajan Anak-anak SD Dimasa Lalu dan juga Masa Sekarang adalah Tukang Jualan Kaki Lima atau Ditoko Kelontong Yang Menjual Aneka Ragam Permainan Anak-anak. Untuk bisa Mendapatkan Mainan, Tiap Anak Diharuskan Membeli Permen Yang Didalam Bungkusnya Ada Nomor Undian. Kalau Nomor Itu Sesuai dengan Nomor Yang Ada Pada Suatu Mainan, maka Dia Berhak untuk Mendapatkan Mainan Tersebut. Maka Berlomba-lombalah Anak-anak untuk Membeli Permen, Dengan Harapan Didalam Bungkusnya ada Nomor Undian Keberutungan. Lalu Dimana Letak Judinya?
Letaknya Ada Pada Harga Permen Yang Tidak Sewajarnya. Seharusnya Harga Permen Itu Seratus Rupiah, Tetapi Karena Didalamnya Ada Nomor Undian, Maka Harganya Dimark-up Menjadi Sepuluh Kali Lipat, yaitu Seribu Rupiah. Maka Pada Dasarnya Selisih Uang 900 Rupiah Itu, Tidak Lain adalah 'Uang Taruhan' Yang Dipasang oleh Anak-anak Demi Untuk Berjudi Mendapatkan Hadiah Mainan. Seandainya Harga Permen Itu Sewajarnya, yaitu Tetap Seratus Rupiah, maka Unsur Judinya Hilang dan praktek itu Tidak Melanggar Ketentuan Syari'ah.
Termasuk Dalam Hal Ini adalah Mesin Permainan Mengambil Boneka Dangan Memasukkan Coin yang Harus Dibeli Terlebih Dahulu dengan Harga Tertentu, Dan Permainan-permainan Semisalnya.
2. Main Kelereng
Contoh Permainan Anak-anak yang juga Termasuk Memenuhi Unsur Judi adalah Main Kelereng. Setiap Anak yang Mau Ikut Bermain Harus Punya Modal Kelereng untuk Dipertaruhkan. Nanti Siapa Yang Paling Pandai Dalam Permainan Itu, Berhak Mengambil Kelereng Peserta Lainnya. Meskipun Nilai Kelereng Tidak Seberapa, namun Pada Hakikatnya Bentuk Permainan Itu adalah Sebuah Perjudian.
Lain halnya bila Permainan Ini disepakati di awal hanya sekedar main-mainan, dalam arti kalau ada Peserta yang kalah, Dia tidak perlu kehilangan Kelerengnya, dan yang menang tidak perlu mengambil Kelereng milik Temannya yang kalah.
3. Yang Kalah Mentraktir
Sebuah Permainan yang diikuti oleh Beberapa Peserta bisa juga Menjadi Ajang Perjudian, Apabila Unsur-unsur Perjudian Terpenuhi Didalamnya. Misalnya Dua Orang Bermain Bulu Tangkis, Dengan Kesepakatan Siapa Yang Kalah Wajib Mentraktir Yang Menang.
Walaupun Nilai Harga Makanan atau Minuman Itu Tidak Seberapa, tetapi Secara Hakikat Sesungguhnya Unsur-unsur Judi Sudah Terpenuhi.
Maka Sudah Seharusnya Setiap Kita Waspada Agar Jangan Sampai Permainan atau Olah-raga Yang Tujuannya Baik, Bisa Terkotori Hanya Gara-gara Kita Kurang Memahami Hakikat Dari Perjudian.
والله تعالى أعلم بالصواب، وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، والحمد لله رب العالمين.
Semoga Bermanfaat.
Mohon Ta’awunnya untuk Menyebarkan Dakwah Tauhid Dan Sunnah Ini. Semoga Menjadi Sebab Hidayah Bagi Orang Lain Dan Sebagai Pemberat Timbangan Kebaikan Kita Di Akhirat Kelak, In Syaa Alloohu تعالى.
Tumblr media
0 notes
Text
بِسْـــــم اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Faedah Hadits Hari ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ: 'يَضْحَكُ اللَّهُ إِلَى رَجُلَيْنِ يَقْتُلُ أَحَدُهُمَا الْآخَرَ كِلَاهُمَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ'. فَقَالُوا: "كَيْفَ يَا رَسُولَ اللَّهِ". قَالَ: 'يُقَاتِلُ هَذَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَيُسْتَشْهَدُ ثُمَّ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَى الْقَاتِلِ فَيُسْلِمُ فَيُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَيُسْتَشْهَدُ'." متفق عليه
Dari Abu Huroiroh, Bahwasanya Rosuululloohu ﷺ Bersabda: 'Alloohu ﷻ Tertawa Terhadap Dua Orang Yang Saling Membunuh, Dan Kedua-duanya Masuk Surga'. Maka Para Shohabat Bertanya; “Bagaimana Hal Itu Bisa Terjadi Wahai Rosuulallooh?”. Beliau ﷺ Menjawab: 'Salah Seorang Darinya Berperang Dijalan Alloohu ‘Azza wa Jalla Lalu Dia Mati Syahid, Kemudian Alloohu ﷻ Menerima Taubat Si Pembunuh, Lalu Ia Masuk Islam Dan Berperang Dijalan Alloohu ‘Azza wa Jalla Hingga Mati Syahid'.” (HR. Bukhori dan Muslim)
SALING BUNUH TAPI KEDUANYA MASUK SURGA
Sekilas Membaca Judul Diatas, Mungkin Kita Heran dan Sedikit Bingung, Kenapa Pembunuh dan Yang Dibunuh Masuk Surga, Bukankah Nabi Muhammad ﷺ Pernah Bersabda Dalam Potongan Hadits Yang Shohih Yang Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim (yang artinya):
'Maka Yang Membunuh Dan Yang Dibunuh Keduanya Di Neraka'.
Untuk Menghilangkan Kebingungan Itu Marilah Kita Simak Hadits Berikut Ini,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ: 'يَضْحَكُ اللَّهُ إِلَى رَجُلَيْنِ يَقْتُلُ أَحَدُهُمَا الْآخَرَ كِلَاهُمَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ'. فَقَالُوا: "كَيْفَ يَا رَسُولَ اللَّهِ". قَالَ: 'يُقَاتِلُ هَذَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَيُسْتَشْهَدُ ثُمَّ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَى الْقَاتِلِ فَيُسْلِمُ فَيُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَيُسْتَشْهَدُ'."
Dari Abu Huroiroh, Bahwasanya Rosuululloohu ﷺ Bersabda: 'Alloohu ﷻ Tertawa Terhadap Dua Orang Yang Saling Membunuh, Dan Kedua-duanya Masuk Surga'. Maka Para Shohabat Bertanya; “Bagaimana Hal Itu Bisa Terjadi Wahai Rosuulallooh?”. Beliau ﷺ Menjawab: 'Salah Seorang Darinya Berperang Dijalan Alloohu ‘Azza wa Jalla Lalu Dia Mati Syahid, Kemudian Alloohu ﷻ Menerima Taubat Si Pembunuh, Lalu Ia Masuk Islam Dan Berperang Dijalan Alloohu ‘Azza wa Jalla Hingga Mati Syahid'.” [HR. al-Bukhoriy no. 2614, Muslim no. 3504, an-Nasaa’iy no. 3115, Ahmad no. 9597 dan Yang Lainnya]
PENJELASAN RINGKAS Tentang MAKNA HADITS:
Dalam Hadits Ini Rosuululloohu ﷺ Mengabarkan bahwa Alloohu ﷻ Tertawa Terhadap Dua Orang Yang Saling Bunuh Membunuh dan Keduanya Masuk Kedalam Syurga.
Adapun Orang Yang Pertama Terbunuh, Dia adalah Orang Yang Sedang Berperang Dijalan Alloohu ﷻ dan Kematiannya adalah Syahid, Maka Dia Masuk Kedalam Surga. Sedangkan Orang Yang Kedua, Setelah Dia Membunuh Orang Yang Pertama Kemudian Ia Bertaubat dan Masuk Islam, Lalu Ia Pergi Berjihad Dijalan Alloohu ﷻ Bersama Kaum Muslimin dan Ia Terbunuh Sebagai Seorang Yang Syahid dan Masuk Kedalam Surga.
KANDUNGAN HADITS:
1. Penetapan Sifat Tertawa Bagi Alloohu ﷻ, dan Ia Merupakan Salah Satu Sifat al-Af’al (Perbuatan) Yang Ada Pada Diri-Nya, Tentunya Yang Sesuai Dengan Kemuliaan dan Kesempurnaan-Nya. Ini adalah Salah Satu Dari Sifat Yang Hanya Ditetapkan oleh as-Sunnah/Hadits Sendirian (maksudnya tidak bersama Al-Qur’an). Dan Menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah Hal Ini Tidak Berpengaruh karena as-Sunnah/Hadits dan al-Qur’an Kedudukannya Sama Didalam Kewajiban Kita Untuk Mengikutinya, Tidak Ada Bedanya.
Dalam Menetapkan Sifat Tertawa bagi Alloohu ﷻ Tidak Ada Cela/Keburukan karena Tertawa Yang Dimaksud Berbeda Dengan Tertawanya Makhluk, dan juga karena Bab Tentang Sifat-sifat Alloohu ﷻ Itu Satu, maka Semuanya Dibawa atau Difahami Dengan Cara Yang Satu Pula.
Adapun Orang Yang Mengatakan bahwa Tertawa Yang Dimaksud adalah Kiasan Dari Keridhoan dan Pemberian Pahala , Ini Adalah Jalan atau Cara Ahli Kalam/Filsafat, Yang Mereka Menafikan dan Menolak Sifat-sifat Alloohu ﷻ, Kita Menggolongkan Mereka Termasuk Golongan Mua’thilah/Penolak Sifat Alloohu ﷻ. Anehnya, Mereka Menafsirkan Keridhoan Dengan Pahala, Demikian Juga Ta’ajjub dan Kegembiraan (Mereka Menafsirkannya dengan Pahala Juga ) .
Cara Serampangan Ini Menunjukkan bahwa Mereka Tidak Bersandar Pada Kaidah Yang Kuat yaitu Kaidah Yang Ditetapkan oleh Ulama Salaf Tanpa Mempertanyakan Cara/Hakikat Yang Sebenarnya Sifat Itu, Merubah dan Menakwilkannya, Mengosongkan Artinya, Menyerupakannya Dengan Makhluk atau Menyerahkan Begitu Saja Tanpa Mau Memahami Artinya.
Sebagian Mereka Mengatakan, Tertawa Merupakan Refleksi Yang Dilakukan oleh Manusia Ketika Datang Kepadanya Hal Yang Menyenangkan atau Menggembirakan. Dal Hal Itu Tidak Boleh Disifatkan kepada Alloohu ﷻ.
Orang Yang Bingung Ini Mengetahui Sesuatu Yang Sedikit dan Tidak Mengetahui Banyak Hal, maka Dia Hanya Tahu Substansi Tertawanya dan Tertawanya Orang Lain. Adapun Tertawanya Alloohu ﷻ maka Tidak Diketahui Hakikatnya Sebab Hakikat Dzat Alloohu ﷻ pun Tidak Diketahui. Dan Pembahasan tentang Sifat Alloohu ﷻ Sama Dengan Pembahasan Tentang Dzat-Nya. Semoga Alloohu تعالى Merohmati Orang Yang Mengetahui Kemampuan Akalnya dan Berhenti Pada Keterbatasannya, serta Meridhoi Bagi Alloohu ﷻ Apa Yang Diridhoi-Nya Bagi Diri-Nya dan Rosul-Nya. Maha Suci Engkau Yaa Alloohu تعالى, Kami Tidak Mempunyai Ilmu Melainkan Apa Yang Telah Engkau Berikan kepada Kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana.
2. Tidak Boleh Berputus Asa Dari Rohmat Alloohu تعالى, Karena Islam Menutup atau Menghapus Apa-apa Yang Telah Lalu Berupa Kemaksiatan, Kekafiran dan Kesyirikan.
3. Keharusan Bertaubat Dari Segala Macam Dosa, Betapapun Besarnya Dosa Tersebut.
4. Mati Syahid Dijalan Alloohu تعالى Merupakan Salah Satu Penyebab Seseorang untuk Masuk Surga.
Didalam Kitab Daliilul Faalihiin I/137 ,Ibnu ‘Allan -rohimahullooh- Mengemukakan: ”Dalam Penutupan Bab Ini (Bab Taubat), Penulis Menutup Dengan Hadits Ini, Didalamnya Terdapat Isyarat bahwa Seseorang Berkewajiban untuk Bertaubat Dari Dosa Yang Pernah Dilakukannya, Meskipun Dosa Itu Besar. Dan Dosa Besarnya Itu Tidak Menjadikannya Berputus Asa Dari Rohmat Alloohu تعالى, Sebab, Alloohu تعالى Itu Maha Penerima Taubat Lagi Maha Penyayang. Dan Dosa Sebesar Apapun, Seperti al-Kabair (Dosa-dosa Besar) dan Sebanyak Apapun, Jika Dibandingkan Dengan Rohmat Dan Karunia-Nya, Maka Dosa-dosa Itu Sangat Ringan dan Kecil. Alloohu تعالى Berfirman:
"إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ"
“…..Sesungguhnya Robbmu Maha Luas Ampunan(Nya)…..(QS. An-Najm; 32)
والله تعالى أعلم بالصواب، وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، والحمد لله رب العالمين.
Semoga Bermanfaat.
Mohon Ta’awunnya untuk Menyebarkan Dakwah Tauhid Dan Sunnah Ini. Semoga Menjadi Sebab Hidayah Bagi Orang Lain Dan Sebagai Pemberat Timbangan Kebaikan Kita Di Akhirat Kelak, In Syaa Alloohu تعالى.
Tumblr media
0 notes
Text
بِسْـــــم اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Faedah Hadits Hari ini:
عن أبي هريرة قال: "قال رسول
الله -صلى الله عليه وسلم-: 'ثَلاثُ دَعَواتٍ مُسْتَجاباتٍ، لا شَكَّ فيهنَّ: دَعْوةُ المَظْلومِ، ودَعْوةُ المُسافِرِ، ودَعْوةُ الوالِدِ على وَلَدِه'." رواه ابو داود والترمذي
'Ada Tiga Do'a Yang Tidak Diragukan Kemustajabannya, yaitu: Do'a Orang Yang Dizholimi (Dianiaya), Do'a Orang Musafir, dan Do'a Kedua Orang Tua Kepada Anaknya'.” (HR. Abu Dawud no. 1536, Tirmidzi no. 1950)
TIGA ORANG YANG DO'ANYA MUSTAJAB
Seorang Hamba sangatlah butuh terhadap Robbnya, Alloohu ﷻ. Ia tidak akan bisa lepas dari Karunia serta Pertolongan-Nya. Alloohu ﷻ Berfirman,
"يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ"
“Wahai Manusia! Kamulah Yang Memerlukan Alloohu تعالى; Dan Alloohu تعالى, Dialah Yang Maha Kaya (Tidak Memerlukan Sesuatu), Maha Terpuji" (QS. Fatir: 15)
Ketahuilah wahai Saudaraku, Sesungguhnya diantara Amalan Ibadah yang Paling Utama adalah Bersimpuh, Berdo'a, dan Meminta kepada Alloohu ﷻ, mencari cara terbaik agar Do'a-do'a Kita dikabulkan oleh Alloohu ﷻ.
Terdapat sebuah hadits dari Nabi Muhammad ﷺ yang Menjelaskan perihal Tiga Do'a yang Dikabulkan, Tiga Do'a yang tidak diragukan lagi akan Diterima oleh Alloohu ﷻ. Nabi ﷺ Bersabda,
'ثَلاثُ دَعَواتٍ مُسْتَجاباتٍ، لا شَكَّ فيهنَّ: دَعْوةُ المَظْلومِ، ودَعْوةُ المُسافِرِ، ودَعْوةُ الوالِدِ على وَلَدِه'."
'Ada Tiga Do'a Yang Tidak Diragukan Kemustajabannya, yaitu: Do'a Orang Yang Dizholimi (Dianiaya), Do'a Orang Musafir, dan Do'a Kedua Orang Tua Kepada Anaknya'.” (HR. Abu Dawud no. 1536, Tirmidzi no. 1905, Ibnu Majah no. 3862 dan Ahmad no. 7501)
Lihatlah bagaimana Nabi ﷺ Menyifati Ketiga Do'a Tersebut dengan “Tidak Diragukan Kemustajabannya”, Menandakan bahwa Ketiga Do'a Ini Memiliki Kedudukan Yang Sangat Agung Disisi Alloohu تعالى.
Lalu, Bagaimana Bisa Ketiga Do'a Ini Dikabulkan oleh Alloohu ﷻ? Bagaimana Bisa Ketiga Do'a Ini Berhak Dikabulkan oleh Alloohu ﷻ?
Mari Kita Mengenal Lebih Dekat Ketiga Do'a Ini, Mengenal juga Para Pemilik Do'a Tersebut.
- Doa Pertama Yang Nabi ﷺ Sebutkan sebagai Do'a Yang MUSTAJAB adalah Do'a Orang Yang Terzholimi.
Sungguh Do'a Orang yang Terzholimi Tidak Ada Penghalang Antaranya dan Alloohu ﷻ Suatu Penghalang Apapun. Kezholiman adalah Dosa Besar dan Sumber Keburukan, Betapa Banyak Orang Yang Celaka Karena Do'a-do'a Orang Yang Mereka Zholimi Terangkat Keatas Langit dan Dikabulkan oleh Alloohu ﷻ. Abu Mas’ud Al-Anshori -rodhiyalloohu ‘anhu-, Suatu Hari Mengisahkan,
"كُنْتُ أَضْرِبُ غُلَامًا لِي، فَسَمِعْتُ مِن خَلْفِي صَوْتًا: اعْلَمْ، يا أَبَا مَسْعُودٍ، لَلَّهُأَقْدَرُ عَلَيْكَ مِنْكَ عليه، فَالْتَفَتُّ فَإِذَا هو رَسولُ اللهِ -صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ-، فَقُلتُ: ،"يا رَسولَ اللهِ، هو حُرٌّ لِوَجْهِ اللهِ"، فَقالَ: 'أَما لو لَمْ تَفْعَلْ لَلَفَحَتْكَ النَّارُ، أَوْ لَمَسَّتْكَ النَّارُ'.".
“Aku Pernah Memukul Seorang Budak Milikku, Lalu Aku Mendengar Suara Seseorang Menyeru Dari belakangan: 'Ketahuilah Wahai Abu Mas’ud, Sesungguhnya Alloohu تعالى Lebih Berkuasa Atas Dirimu Daripada Kuasamu Atas Dia'. Setelah Aku Menoleh, Ternyata Itu Adalah Rosuululloohu ﷺ . Maka Akupun Berkata, “Wahai Rosuulallooh, Dia Sekarang Aku Bebaskan Karena Alloohu تعالى". Beliau ﷺ Bersabda: 'Seandainya Kamu Tidak Membebaskannya, Maka Kamu Akan Dilahap Oleh Api Neraka'.” (HR. Muslim no. 1659)
Di Hadits yang Lain, yang Diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Nabi Muhammad ﷺ Bersabda,
'إِنَّ اللَّهَ لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ'،
قَالَ: ثُمَّ قَرَأَ: ﴿ وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ ﴾ [هود: 102].
'Sesungguhnya Alloohu تعالى Memberi Kelonggaran Waktu Untuk Orang Yang Zholim Sampai Waktu Dimana Alloohu تعالى Menghukum Orang Yang Zholim Dan Tidak Melepaskannya'.
Kemudian Nabi ﷺ Membacakan Firman Alloohu تعالى: “Demikianlah Hukuman Robbmu Jika Mengadzab Penduduk Suatu Kampung Yang Zholim. Sungguh Siksaan-Nya Itu Sangat Menyakitkan" (QS. Hud: 102) (HR. Bukhori no. 4686)
Lalu, Lihatlah Bagaimana Alloohu ﷻ Menjamin Dukungan dan Pertolongan-Nya kepada Orang-Orang Yang Terzholimi dan Tertindas Meskipun Hal Tersebut Membutuhkan Waktu Yang Lama. Nabi Muhammad ﷺ Bersabda,
'دَعْوَةُالمَظْلومِ ؛ يَرْفَعُها فَوْقَ الغَمامِ ، وتُفَتَّحُ لها أبوابُ السَّماءِ ؛ ويقولُ الرب : وعزَّتي لَأنْصُرَنَّكِ ولَوْ بعدَ حِينٍ'
'Doanya Orang Yang Dizholimi Diangkat Diatas Awan. Dibukakan Pintu-pintu Langit. Alloohu ﷻ Berfirman: "Demi Kemuliaan-Ku, Aku Pasti Menolongmu Meskipun Setelah Beberapa Waktu".' (HR. Tirmidzi no. 3598, Ibnu Majah no. 1752, Ahmad no. 8030 dan Al-Baghowi Didalam Syarh As-Sunnah 1395. Ibnu Hajar al-Asqolani Menghasankan Hadits Ini.)
- Doa Kedua Yang Nabi Muhammad ﷺ Sebutkan adalah Do'anya Seorang Musafir, yaitu Seseorang Yang Sedang Meninggalkan Kampungnya dan Menempuh Perjalanan Yang Jauh Jaraknya.
Seorang Musafir termasuk dari Orang-Orang Yang Sangat Membutuhkan, sedangkan Seorang Hamba apabila Sangat Membutuhkan Sesuatu kemudian Berdo'a Meminta kepada Alloohu ﷻ Kebutuhannya tersebut, maka In Syaa Alloohu تعالى akan Dikabulkan.
Karena Alloohu ﷻ Lebih Mengabulkan Do'anya Mereka yang sedang Dalam Keadaan Terdesak dan Membutuhkan Melebihi Pengabulannya kepada Selain Keduanya.
Seorang Muslim hendaknya Memanfa'atkan momentum Safar sebagai Waktu untuk banyak Berdo'a, terlebih lagi bila Safar yang Dilakukannya tersebut Bertujuan untuk Melakukan Keta'atan, seperti untuk Umroh maupun Berhaji.
Semakin Jauh jarak yang ditempuh, dan Semakin Besar Rindu Kampung Halaman yang yang dipikul Hatinya maka Peluang Terkabulnya Do'a tersebut Semakin Besar. Berdasarkan hadits Abu Huroiroh -rodhiyalloohu ‘anhu- Mengisahkan,
"ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ".
“Kemudian Beliau ﷺ Menyebutkan Seseorang Yang Melakukan Perjalanan Panjang Dalam Keadaan Dirinya Kusut dan Kotor, Dia Menengadahkan Kedua Tangannya Kelangit Seraya Berdo'a, ‘Wahai Robb-ku, wahai Robb-ku.’ Namun, Makanannya Haram, Minumannya Haram dan Pakaiannya Haram. Ia Kenyang Dengan Sesuatu Yang Haram, Lalu Bagaimana Mungkin Do'anya Akan Dikabulkan?” (HR. Muslim no. 1015)
Hadits Ini Mengisyaratkan bahwa Orang Yang Sedang Dalam Perjalanan Panjangnya adalah Salah Satu Kondisi Yang Berpeluang Besar Dikabulkan Do'anya. Hanya saja Do'a Orang Ini Tidak Alloohu تعالى Terima dan Kabulkan Karena Ia Makan, Minum, dan Mengenakan Pakaian Dari Sesuatu Yang Haram.
- Doa Terakhir Yang Nabi Muhammad ﷺ Sebutkan Sebagai Do'a Yang MUSTAJAB adalah Do'a Orang Tua untuk Anaknya. Doa Mereka adalah Do'a Yang Mudah Sekali Alloohu ﷻ Kabulkan, Baik itu Do'a Kebaikan maupun Do'a Keburukan. Sungguh Ini Merupakan Pengingat Akan Pentingnya Berbakti Kepada Keduanya dan Menjauhi Durhaka Kepada Mereka.
Sesungguhnya Keduanya Memiliki Hak Yang Sangat Agung Setelah Hak Alloohu ﷻ. Alloohu ﷻ Berfirman dalam Al-Qur'an tentang 10 (Sepuluh) Hak Yang Harus Ditunaikan oleh Seorang Hamba,
"وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورً"
“Dan Sembahlah Alloohu تعالى Dan Janganlah Kamu Mempersekutukan-Nya Dengan Sesuatu Apapun. Dan Berbuat-baiklah Kepada Kedua Orang Tua, Karib-Kerabat, Anak-anak Yatim, Orang-Orang Miskin, Tetangga Dekat Dan Tetangga Jauh, Teman Sejawat, Ibnu Sabil, Dan Hamba Sahaya Yang Kamu Miliki. Sungguh, Alloohu تعالى Tidak Menyukai Orang Yang Sombong Dan Membanggakan Diri" (QS. An-Nisa’: 36)
Nabi Muhammad ﷺ Bersabda,
رِضَا الرَّبِّ في رِضَا الوالِدِ، وسَخَطُ الرَّبِّ في سَخَطِ الوالِدِ'
''Ridho Alloohu تعالى Terdapat Pada Ridho Seorang Ayah (Orang Tua), Dan Murka Alloohu تعالى Juga Terdapat Pada Murkanya Seorang Ayah (Orang Tua).” (HR. Tirmidzi no. 1899 dan Al-Hakim no. 7294 dan Ibnu Hibban no. 429)
Betapa Banyak Anak-anak Yang Hidup Dalam Kesengsaraan dan Kesusahan Karena Do'a Keburukan Orang Tuanya kepada Mereka, Betapa Banyak dari Mereka yang Menjadi Miskin dan Bangkrut setelah Sebelumnya Kaya Raya hanya Karena Do'a Buruk Orang Tuanya kepada Mereka, Disebabkan Kedurhakaan Yang Dilakukan oleh Seorang Anak.
Betapa Banyak Juga Anak-anak Yang Kehidupannya Berbalik Seratus Delapan Puluh Derajat Dari Kemiskinan dan Kesengsaraan Berubah Menjadi Kehidupan Yang Penuh Dengan Kekayaan dan Kemuliaan, Disebabkan Keberbaktian Seorang Anak Kepada Orang Tuanya Sehingga Orang Tuanya Mendo'akan Kebaikan Untuknya.
Semua Itu Karena Do'a Orang Tua Mereka. Do'a Yang Mungkin Saja Mereka Lupakan. Akan Tetapi, Alloohu تعالى Yang Maha Esa Lagi Maha Mendengar Tidak Melupakannya.
Oleh karena itu, Beruntunglah Mereka Yang Ketika Orang Tuanya Meninggal Dunia Telah Mendapatkan Keridhoan Keduanya. Sungguh Merupakan Kebaikan dan Pertanda bahwa Kehidupannya Akan Dipenuhi oleh Kebahagiaan dan Kemuliaan. Mereka patut Bangga akan apa yang akan Mereka Dapatkan berupa Kemudahan Didunia maupun Diakhirat.
Sedangkan Mereka Yang Ketika Orangtuanya Meninggal Dunia, Namun Tidak Mendapatkan Keridhoan Keduanya, maka Wajib Baginya Untuk Kembali Kepada Alloohu تعالى, Meminta Ampunan Kepada-Nya, Memenuhi Hak-hak Orang Tuanya Yang Masih Bisa Ia Penuhi Setelah Meninggalnya Mereka, baik itu Mendo'akan Keduanya, Bersedekah Untuk Keduanya dan Berbuat Baik Kepada Kerabat Serta Saudara Keduanya. Semoga dengan Melakukan Hal-hal Tersebut Dapat Menutupi Kekurangan dan Kelalaian Seorang Anak Dalam Memenuhi Hak-hak Keduanya Sa'at Masih Hidup.
Berbaktilah Selalu Kepada Kedua Orang Tua Kita, Gapailah Keridhoan Mereka, Mintalah Selalu Do'a Kebaikan dalam Setiap Hal yang Kita Hadapi Didunia, Manfa'atkanlah Kesempatan Ini selagi Mereka masih Hidup. Sungguh ini Kesempatan Yang Tak akan Terulang dalam Kehidupan Kita.
Semoga Alloohu ﷻ Tuliskan Kita Sebagai Hamba Yang Mendapatkan Keridhoan Orang Tua dan Keridhoan-Nya,
"رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ"
“Yaa Roob-Kami, Beri Ampunlah Aku Dan Kedua Ibu Bapakku Dan Sekalian Orang-Orang Ber-Iman Pada Hari Terjadinya Hisab (Hari Kiamat)" (QS. Ibroohim: 41)
والله تعالى أعلم بالصواب، وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، والحمد لله رب العالمين.
Semoga Bermanfaat.
Mohon Ta’awunnya untuk Menyebarkan Dakwah Tauhid Dan Sunnah Ini. Semoga Menjadi Sebab Hidayah Bagi Orang Lain Dan Sebagai Pemberat Timbangan Kebaikan Kita Di Akhirat Kelak, In Syaa Alloohu تعالى.
Tumblr media
1 note · View note
Text
Tumblr media
بِسْـــــم اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Faedah Hadits Hari ini:
عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: "قال النبي صلى الله عليه وسلم: "نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ'."
Dari Ibnu Abbas Rodhiyalloohu 'anhuma, Ia Berkata: "Nabi ﷺ Bersabda: 'Dua Nikmat Yang Kebanyakan Manusia Tertipu Dengan Keduanya, Yaitu Kesehatan dan Waktu Luang'.” (HR. Al-Bukhori no. 6412)
DUA NIKMAT YANG SERING DILALAIKAN MANUSIA
Menghitung Nikmat Yang Telah Alloohu تعالى Berikan adalah Sebuah Pekerjaan Yang Sulit. Bagaimana Tidak, Alloohu تعالى Telah Mengatakan bahwa Jika Seorang Hamba Ingin Menghitung Nikmat Tersebut, Maka Tidak Akan Sanggup Menghitungnya. Alloohu تعالى Berfirman,
وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ اللهَ لَغَفُورٌ رَّح��يمٌ.
“Dan Jika Kamu Menghitung-hitung Nikmat Allooh, Niscaya Kamu Tak Dapat Menghitung Jumlahnya. Sesungguhnya Allooh Benar-benar Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang” (QS. An-Nahl: 18).
Mayoritas Manusia banyak yang tertipu jika Alloohu تعالى berikan Nikmat, padahal Nikmat yang diberi Akan Dipertanggung jawabkan pada Hari Kiamat Kelak. Nabi ﷺ Bersabda,
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ.
“Kedua Kaki Seorang Hamba Tidaklah Berpindah Pada Hari Kiamat Hingga Ia Ditanya Mengenai Umurnya, Dimanakah Ia Habiskan; Ilmunya, Dimanakah Ia Amalkan; Hartanya, Bagaimana Cara Ia Mendapatkannya Dan Ia Infakkan; Dan Mengenai Badannya, Dimanakah Usangnya.” (HR. At-Tirmidzi, Shohih).
Ingatlah bahwa 4 Hal di atas Akan Ditanya Kelak pada Hari Kiamat, yaitu Umur, Ilmu, Harta dan Badannya. Oleh karena itu, ketika Seorang mendapatkan Nikmat namun tidak Ia gunakan tuk Ta'at, maka itu adalah Musibah. Sebagaimana Perkataan Abu Hazim dalam Hilyatul Auliya, “Setiap Nikmat yang tidak digunakan untuk Ta'at, maka itu adalah Musibah.”
Di antara sekian banyak Nikmat yang telah Alloohu تعالى berikan, ada 2 Nikmat yang manyusia lalai darinya. Nikmat tersebut adalah Kesehatan dan Waktu Kuang.
Sebagaimana Sabda Nabi ﷺ,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ.
“Dua Nikmat, Kebanyakan Manusia Tertipu Dengan Keduanya, Yaitu Kesehatan Dan Waktu Luang.” (HR. Al-Bukhori no. 6412)
1. Kesehatan
Banyak Manusia Yang Sehat, Namun Tertipu Dengan Kesehatannya. Ia tak gunakan kesehatannya untuk Keta'atan Kepada Alloohu تعالى, Namun Untuk Maksiat Kepada-Nya. Sementara di Luar Sana ada sebagian Orang yang ingin melakukan Keta'atan, namun tak mampu melakukannya dikarenakan Sakit yang diderita.
Padahal Badan yang Sehat akan ditanyakan, Digunakan untuk Apa. Apakah Digunakan untuk Mendatangi Majelis Ilmu ataukah Mendatangi Tempat-tempat Maksiat. Barulah Ia tersadar ketika terbaring lemah tak berdaya karena Sakit, sehingga Sesal pun tak terelakkan.
Sungguh, Kesehatan merupakan Kenikmatan yang diakui Setiap Orang. Nikmat Ini Sangat Agung Nilainya. Nabi ﷺ Telah Menyebutkan Dengan Sabdanya,
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ آمِنًا فِي سِرْبِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا.
"Barangsiapa Di Antara Kamu Masuk Pada Waktu Pagi Dalam Keadaan Sehat Badannya, Aman Pada Keluarganya, Dia Memiliki Makanan Pokoknya Pada Hari Itu, Maka Seolah-olah Seluruh Dunia Dikumpulkan Untuknya".[HR Ibnu Majah, no. 4141; dan lain-lain; Dihasankan oleh Syaikh al-Albaani di dalam Shohih Al Jami’ush Shoghir, no. 5918]
Ibnu Samak Masuk Menemui Kholifah Harun Ar Rosyid Memberikan Nasihat, sampai Sang Khalifah Menangis. Kemudian Ibnu Samak meminta segelas Air dan Mengatakan: “Wahai, Amirul Mukminin. Seandainya Engkau dihalangi dari (meminum) minumayn ini (padahal Engkau kehausan), kecuali dengan (Membayar) Dunia dan Seisinya, apakah Engkau akan menebus segelas Air itu dengannya?” Khalifah menjawab: “Ya”. Ibnu Samak pun mengatakan: “Minumlah dengan puas, Semoga Alloohu تعالى memberkahi Anda”. Ketika Khalifah telah minum, Ibnu Samak berkata kepadanya: “Wahai, Amirul Mukminin. Beritahukan kepadaku, seandainya Engkau dihalangi mengeluarkan Minuman ini dari (diri)mu, kecuali dengan (membayar) Dunia dan Seisinya, apakah Engkau akan menebusnya?” Khalifah menjawab: “Ya”. Ibnu Samak mengatakan: “Lalu apakah yang akan Engkau lakukan dengan sesuatu (yakni Dunia seisinya) yang seteguk Air lebih baik darinya?”
Ini Menunjukkan bahwa Kenikmatan Alloohu 'Azza wa Jalla yang Berupa Minum Air pada Sa'at Kehausan Lebih Besar Daripada Memiliki Dunia Seisinya. Kemudian kemudahan di dalam mengeluarkan dengan Buang Air termasuk kenikmatan yang terbesar! Ini juga menunjukkan besarnya Nikmat Kesehatan.[Mukhtashor Minhajul Qoshidin, hlm. 366, Imam Ibnu Qudamah]
Kita melihat kenyataan Manusia yang rela mengeluarkan Biaya yang besar untuk Berobat, ini bukti nyata mahalnya Kesehatan yang merupakan Kenikmatan dari Alloohu Subhaanahu wa Ta’aala. Akan tetapi kebanyakan Manusia Lalai dari Kenikmatan Kesehatan Ini, Dia Baru akan Ingat jika Kesehatan Hilang Darinya.
2. Waktu Luang
Waktu adalah sesuatu yang terus berputar dan tak akan kembali lagi. Oleh karena itu betapa banyak Manusia yang Tersesali oleh Waktu. Waktunya hanya berlalu begitu saja, tanpa ada Manfa'at dan Faidahnya. Hidupnya hanya menghabiskan Waktu dan Menyisakan Penyesalan Umur.
Waktu ibarat Pedang Bermata 2, jika digunakan untuk Kebaikan, maka Baik pula. Sebaliknya, jika digunakan untuk Keburukan, maka dampak Buruk akan terjadi Dikemudian Hari.
Betapa tidak, sebagian Orang menghabiskan waktunya untuk Maksiat, namun tatkala Ia sudah senja, maka Ia akan menangis Masa Tua nya karena Ia Tak menghabiskan Waktu dan Umurnya untuk Ta'at Kepada Alloohu تعالى.
Berkaitan dengan Nikmat Waktu, Rosuululloohi ﷺ Pernah Menasehati Seseorang,
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ.
“Manfaatkanlah Lima Perkara Sebelum Lima Perkara: (1) Waktu Mudamu Sebelum Waktu Tuamu; (2) Waktu Sehatmu Sebelum Waktu Sakitmu; (3) Masa Kayamu Sebelum Masa Kefakiranmu; (4) Masa Luangmu Sebelum Masa Sibukmu; (5) Masa Hidupmu Sebelum Masa Matimu.” (HR. An-Nasa’i dalam As-Sunan Al-Kubro no. 11832; Al-Hakim dalam Al-Mustadrok no. 7846; dan lain-lain. Dinilai Shohih oleh al-Albaani dalam Shohih At-Targhib wa At-Tarhiib.)
Di antara Metode dan Kiat terbesar bagi Kita agar Dapat Memanfa'atkan Waktu Dengan Baik adalah dengan Meninggalkan Segala Aktivitas Yang Sia-sia. Diriwayatkan dari dari Abu Huroiroh -Rodhiyalloohu ‘anhu-, dari Nabi ﷺ, Beliau Bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ.
“Di Antara Kebaikan Islam Seseorang Adalah Dia Meninggalkan Hal-hal Yang Tidak Bermanfa'at.” (HR. Tirmidzi no. 2317; Ibnu Majah no. 3976. Dinilai Shohih oleh Syaikh al-Albaani.)
Betapa sering Kita melewatkan Waktu hanya untuk aktivitas yang Sia-sia. Di antaranya dengan menghabiskan Waktu Malam hanya untuk “Ngobrol” yang tidak ada manfaatnya. Sehingga akibatnya, Kita tidur Larut Malam sehingga terlambat bangun Subuh.
Padahal, perlu diketahui bahwa Menghabiskan Malam Dengan Begadang Tanpa Ada Urgensi dan Kepentingan yang memang Bermanfa'at (baik manfaat Duniawi maupun manfaat untuk Agama) itu Termasuk Perbuatan Yang Dibenci oleh Nabi ﷺ. Diriwayatkan dari Abu Barzah -Rodhiyalloohu ‘anhu-, Beliau Berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا.
“Sungguh Rosuululloohi ﷺ Membenci Tidur Sebelum Sholat ‘Isya Dan Ngobrol-ngobrol Setelahnya.” (HR. Bukhori no. 568)
Dan karena bangun kesiangan, Kita pun akhirnya Terlewat dari mendapatkan Keberkahan Waktu Subuh. Dari Sahabat Shokhr Al-Ghomidiy -Rodhiyalloohu 'anhu-, Nabi ﷺ Bersabda,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا
“Yaa Allooh, Berkahilah Ummatku Di Waktu Paginya.” (HR. Abu Dawud no. 2606; At-Tirmidzi no. 1212; Ibnu Majah no. 2236; dan Dinilai Shohih oleh al-Albaani)
Ketahuilah bahwa 2 Hal di Atas adalah Nikmat yang patut Disyukuri tatkala terkumpul di dalam Diri Seorang Muslim. Karena tatkala Seorang itu bersyukur, maka Alloohu تعالى akan tambah Nikmat tersebut.
Alloohu تعالى Berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ.
“Dan (ingatlah juga), Tatkala Robbmu Mengatakan; “Sungguh Jika Kamu Bersyukur, Pasti Aku Akan Tambah (Nikmat) Kepadamu, Tapi Jika Kamu Mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya Adzab-Ku Sangat Pedih” (QS. Ibrohim: 7).
Kita Berdo'a kepada Alloohu, Agar Kita Dimudahkan Untuk Memanfa'atkan Setiap Waktu Luang dan Kesehatan Kita Untuk Aktivitas Ibadah Kepada Alloohu Agar Dapat Meraih Derajat Ketakwaan.
والله تعالى أعلم بالصواب، وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، والحمد لله رب العالمين.
Semoga Bermanfaat. Mohon Ta’awunnya untuk Menyebarkan Dakwah Tauhid Dan Sunnah Ini. Semoga Menjadi Sebab Hidayah Bagi Orang Lain Dan Sebagai Pemberat Timbangan Kebaikan Kita Di Hari Kiamat Kelak, In Syaa Alloohu تعالى.
1 note · View note
Text
بِسْـــــم اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Faedah Hadits Hari ini:
عَنِ الْمِقْدَامِ -رَضِي اللَّهم عَنْه-، عَنْ النبي-صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ: 'مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ'." رواه البخاري.
Dari al-Miqdam -rodhiyalloohu ‘anhu-, Dari Nabi Muhammad ﷺ Bersabda: “Tidaklah Seorang (Hamba) Memakan Makanan Yang Lebih Baik Dari Hasil Usaha Tangannya (Sendiri), dyan Sungguh Nabiyulloohu Dawud ‘alaihissalam Makan Dari Hasil Usaha Tangannya (Sendiri)”1.
KEUTAMAAN MENCARI NAFKAH YANG HALAL
Hadits Yang Agung Ini Menunjukkan Keutamaan Bekerja Mencari Nafkah Yang Halal dan Berusaha Memenuhi Kebutuhan Diri dan Keluarga Dengan Usaha Sendiri. Bahkan ini Termasuk Sifat-sifat yang Dimiliki oleh Para Nabi ‘alaihimussalam dan Orang-Orang yang sholih. Dalam Hadits Lain Nabi Muhammad ﷺ Bersabda: 'Nabi Zakariya ‘alaihissalam Adalah Seorang Tukang Kayu”2.
Dalam Biografi Imam Besar Ahlus Sunnah dari Generasi Tabi’ut tabi’in, Imam Abdullooh bin Al-Mubarok. Dikatakan Kepadanya: "Engkau Mengekspor Barang-barang Dagangan Dari Negeri Khurosan ke Tanah Haroom/Mekkah (Untuk Dijual), Bagaimana Ini?”. Maka Abdullooh bin Al-Mubarak Menjawab: “Sesungguhnya Aku Melakukan (Semua) ityu Hanya Untuk Menjaga Mukaku (Dari Kehinaan Meminta-minta), Memuliakan Kehormatanku (Agar Tidak Menjadi Beban bagi Orang Lain), dan Menggunakannya Untuk Membantuku Dalam Keta'atan Kepada Alloohu تعالى" Lalu Al-Fudhoil bin ‘Iyadh Berkata: “Wahai Abdullooh bin Al-Mubarok, Alangkah Mulianya Tujuanmu Itu Jika Semuanya Benar-benar Terbukti”.3.
Beberapa Faidah Penting Dari Hadits Diatas:
1. Termasuk Sifat Mulia Yang Dimiliki oleh Para Nabi ‘alaihimussalam dan orangy-orang Yang Sholih adalah Mencari Nafkah Yang Halal Dengan Usaha Mereka Sendiri, dan Ini Tidak Melalaikan Mereka dari Amal Sholih Lainnya, seperti Berdakwah Dijalan Alloohu تعالى dan Menuntut Ilmu Agama.
2. Usaha Yang Halal Dalam Mencari Rezeki Tidak Bertentangan Dengan Sifat Zuhud, Selama usaha tersebut Tidak Melalaikannya dari Mengingat Alloohu تعالى. Alloohu تعالى Berfirman Memuji Hamba-hamba-Nya Yang Sholih:
"رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ"
“Laki-laki Yang Tidak Dilalaikan Oleh Perniagaan Dan Tidak (pula) Oleh Jual Beli Dari Mengingat Alloohu تعالى, Mendirikan Sholat, Dan Menunaikan Zakat. Mereka Takut Pada Hari (Pembalasan) Yang (Pada Sa'at Itu) Hati Dan Penglihatan Menjadi Goncang” (QS. an-Nuur:37).
Imam Ibnu Katsir -rohimahullooh- Berkata: “Mereka adalah Orang-Orang Yang Tidak Disibukkan/Dilalaikan oleh Harta Benda dan Perhiasan Dunia, serta Kesenangan Berjual-beli (berbisnis) dan Meraih Keuntungan (besar) Dari Mengingat (Beribadah) kepada Robb Mereka (Alloohu تعالى) Yang Maha Menciptakan dan Melimpahkan Rezeki kepada Mereka, dan Mereka adalah Orang-Orang Yang Mengetahui (Meyakini) bahwa (Balasan Kebaikan) Disisi Alloohu تعالى adalah Lebih Baik dan Lebih Utama Daripada Harta Benda Yang Ada Ditangan Mereka, karena Apa Yang Ada Ditangan Mereka Akan Habis/Musnah sedangkan Balasan Disisi Alloohu تعالى adalah Kekal Abadi”4.
3. Bekerja Dengan Usaha Yang Halal, Meskipun Dipandang Hina oleh Manusia, Lebih Baik dan Mulia Daripada Meminta-minta dan Menjadi Beban bagi Orang Lain 5. Rosuululloohu ﷺ Bersabda: 'Sungguh Jika Salah Seorang Dari Kalian Mengambil Tali, Lalu Pergi Ke Gunung (Untuk Mencari Kayu Bakar), Kemudian Dia Pulang Dengan Memikul Seikat Kayu Bakar Dipunggungnya Lalu Dijual, Sehingga Dengan Itu Alloohu تعالى Menjaga Wajahnya (Kehormatannya), Maka Ini Lebih Baik Daripada Dia Meminta-minta Kepada Manusia, Diberi Atau Ditolak' ”6.
4. Mulianya Sifat ‘Iffah (Selalu Menjaga Kehormatan Diri Dengan Tidak Meminta-minta) serta Tercelanya Sifat Meminta-minta dan Menjadi Beban bagi Orang Lain. Inilah Sifat Mulia Yang Ada Pada Para Shohabat Nabi Muhammad ﷺ, Sebagaimana Firman Alloohu تعالى:
"لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِي��ِ اللَّهِ لا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الأرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا"
“(Berinfaklah) Kepada Orang-Orang Fakir Yang Terikat (Oleh Jihad) Dijalan Alloohu تعالى. Mereka Tidak Dapat (Berusaha) Di Bumi. Orang Yang Tidak Tahu (Keadaan Mereka) Menyangka Mereka Orang Kaya Karena Mereka Memelihara Diri Dari Meminta-minta. Kamu (Muhammad ﷺ) Mengenal Mereka Dengan Melihat Sifat-sifatnya, Mereka Tidak Meminta Kepada Manusia Secara Mendesak” (QS. al-Baqoroh: 273).
5. Keutamaan Berdagang (Berniaga) Yang Halal, dan Inilah Pekerjaan Yang Disukai dan Dianjurkan oleh Nabi Muhammad ﷺ dan Para Shohabat -rodhiyalloohu ’anhum-, Sebagaimana yang Disebutkan dalam Hadits Yang Shohih 7. Adapun Hadits “Sembilan Persepuluh (90 %) Rezeki Adalah Dari Perniagaan”, maka Ini Adalah Hadits Yang Lemah, Sebagaimana yang Dijelaskan oleh Syaikh al-Albaani 8.
_____________
Catatan Kaki:
1. HSR al-Bukhori (no. 1966).
2. HSR Muslim (no. 2379).
3. Kitab “Tahdzibul Kamal” (16/20) dan “Siyaru A’laamin Nubala’” (8/387).
4. Kitab “Tafsir Ibnu Katsir” (3/390).
5. Lihat kitab “Bahjatun Naazhiriin” (1/598).
6 HSR al-Bukhori (no. 1402) dan (no. 1410).
7 HR ath-Thobroniy dalam “Al-Mu’jamul Kabiir” (23/300, no. 674) dan Dinyatakan Jayyid (baik/shohih) oleh syaikh al-Albaani dalam “Silsilatul Ahaaditsish Shohiihah” (no. 2929).
8. Dalam “Silsilatul Ahaaditsidh Dho’iifah” (no. 3402).
والله تعالى أعلم بالصواب،
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
Semoga Bermanfa'at. Mohon Ta’awunnya untuk Menyebarkan Dakwah Tauhid Dan Sunnah Ini. Semoga Menjadi Sebab Hidayah bagi Orang Lain Dan Sebagai Pemberat Timbangan Kebaikan Kita Di Hari Kiamat Kelak, In Syaa Alloohu تعالى.
Tumblr media
1 note · View note