Tumgik
putridz · 9 hours
Text
"Hidup itu tidak boleh sederhana. Hidup itu harus hebat, luas, kuat, besar dan bermanfaat. Yang sederhana adalah sikapnya."
Semoga suatu saat aku bisa lebih percaya diri supaya bisa menjadi seseorang yang bermanfaat untuk orang banyak.
230 notes · View notes
putridz · 25 days
Text
Sepantasnya tujuan seseorang menikah
Ibnu Utsaimin rahimahullaah, berkata : "Hanyalah sepantasnya tujuan seseorang menikah adalah :
1. Menjalankan perintah Nabi (Wahai sekalian pemuda, siapa di antara kalian, yang telah mempunyai kemampuan, maka hendaklah ia menikah)
2. Memperbanyak generasi Ummat (Sebab banyaknya generasi ummat, diantara perkara yang dicintai oleh Nabi, sebab banyaknya keturunan ummat adalah sebab kekuatan dan keperkasaan ummat—kemudian beliau membawakan surah Al-A'raf : 86 dan surah Al-Isra' : 6)
3. Menjaga kemaluannya dan kemaluan pasangannya, menundukkan pandangannya dan pandangan pasangannya. Kemudian, setelah itu, memenuhi syahwatnya. "
((Syarhul Mumthi))
Dan beberapa kajian ringkas dari para ulama juga menerangkan tujuan pernikahan :
Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri : Jadikan tujuan pernikahan untuk mendapatkan kebahagiaan dan hidup abadi di kampung akhirat, ya, menikah untuk hidup abadi di Surga.
Ustadz Nouman Ali Khan : Hal yang paling utama dari segala hal dalam tujuan pernikahan, Allaah berfirman : Dia menjadikan kalian sepasang suami istri untuk tujuan mendapatkan ketenangan, tujuan berumah tangga itu bukan cinta, cinta itu datang dari Allaah, Tujuan kalian berumah tangga adalah kalian mendaaptkan ketenangan dan rasa damai. (QS.Ar -Rum ayat 21)
Ustadz Khalid Basalamah : Menikah harus niatnya karena ibadah, karena kalau niatnya selain ibadah, tidak ada pahalanya, rugi saja. Orang menikah itu bisa perhari ada pahalanya, asal niatnya karena 'ini perintah Allaah'.
Semoga Allaah beri kemudahan kepada siapapun yang ingin menikah, agar memperbaiki niat dan tujuan menikah tersebut, yakni ingin menyempurnakan separuh agama, yang semata-mata karena ingin beribadah kepada Allaah Azza wa Jalla, dan terangkumlah kebaikan-kebaikan lainnya, seperti mendapat ketenangan, dan kebahagiaan hingga ke surga-Nya Allaah. Aamiin Allaahumma Aamiin..
361 notes · View notes
putridz · 1 month
Text
Tumblr media
0 notes
putridz · 3 months
Text
Komitmen Hingga Akhir..
Dikala teman-temanku menikah muda. aku yang saat itu masih berjibaku dengan banyak hal. Saat itu aku berusia 26 tahun. aku bertanya kepada Bapak, "Pak, kalau tahun ini aku belum bertemu jodohnya bagaimana?"
Bapak menjawab, "ya nggak apa-apa. kamu tetap anak Bapak. mau bagaimana pun, takdir Allaah tidak bisa dipaksa. yang terpenting tetap jaga diri."
jadi kala aku menemukan tulisan teman-teman yang sedang khawatir menunggu jodohnya, atau mendengar pertanyaan "kapan menikah?".
maka nasihatku, ya nggak apa-apa, hidupmu tetap akan terus berjalan sekalipun saat ini kamu belum menikah. peranmu tak akan menjadi kecil meski kamu belum juga menikah. dan jangan pernah merasa kerdil dengan apapun bila saat ini kau belum juga menikah sementara teman-temanmu sudah jauh lebih dulu menikah dan memiliki buah hati.
Selesaikan apa-apa yang memang harus diselesaikan selama masa proses itu. Perbaiki apa-apa yang memang bisa diperbaiki meski itu dengan langkah kecil sekalipun.
Barangkali ada sesuatu yang ditunda dan diganti dengan sesuatu yang lebih baik lagi. Dan hal-hal baik tetap akan datang meski kamu belum menemukan seseorang yang menjadi pasangan hidupmu. yang terpenting bukan seberapa cepat kamu menikah, namun seberapa kuat komitmenmu untuk terus menjaga diri dengan baik sampai nanti tiba waktunya kau menikah.
Jangan malu jika dalam masa penantian mu saat ini masih memperbaiki diri, memantaskan diri, dan menjaga diri dengan sebaik-baik penjagaan meski aku tahu itu tidak mudah diera gempuran tawaran dunia saat ini.
Jangan malu bila nanti kamu bertemu seseorang diusia yang lebih matang. Sebab seseorang yang menjaga dirinya dengan baik adalah salah satu ikhtiar untuk mendapatkan jodoh yang setara. Setara dalam hal apa? Setara dalam hal apapun.
Dan menjaga diri adalah salah satu upaya mu untuk taat pada perintahNya. Semua ada waktunya masing-masing. Maka besarkanlah selalu harapmu kepadaNya.
Allaah tahu sangat tahu berapa banyak airmata yang kamu sembunyikan, doa-doa yang telah kau pintakan, dan lamanya sujud yang telah kau upayakan. Allaah tahu itu. Maka jangan pernah kau mengecilkan harapanmu kepada Allaah. Jangan pernah pula mengkerdilkan dirimu sendiri atas penilaian orang lain kepadamu.
237 notes · View notes
putridz · 4 months
Text
Mana yang lebih baik??
Tulisan ini muncul kembali, sebagai kegusaran tentang membandingkan satu sama lain mana yang lebih baik.
Disatu sisi seorang ibu rumah tangga menulis bahwa tempat terbaik seorang wanita adalah rumahnya. Rumah tempat dimana seharusnya seorang perempuan terjaga, dan menjaga dirinya dengan baik tanpa harus berlelah-lelah mencari sesuatu yang bukan menjadi fitrahnya untuk mencari nafkah.
Disisi yang lain ada seorang ibu yang juga harus bekerja diluar rumah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dari pagi hingga malam berjibaku dengan urusan pekerjaan yang harus ia selesaikan sebagai seorang karyawan.
Jadi mana yang lebih baik??
Kurasa impian semua wanita adalah tetap berada dirumahnya. Mendapat perlindungan dengan nyaman dari suaminya, tercukupi semua kebutuhannya baik dari sisi fisik maupun mentalnya. Terjaga dengan baik dan bahagia layaknya seorang ratu yang memang sudah sepatutnya berada di singgasananya.
Kurasa impian seorang wanita dan jika mau bertanya pada hati kecilnya adalah berdiam diri berada dirumahnya. Sebab sekuat-kuatnya seorang wanita, fitrah mereka tetaplah dirumahnya. Karena hal itu lebih terjaga kehormatannya, lebih mulia kedudukannya.
Namun sekali lagi, setiap wanita memiliki takdir yang tak pernah sama bagi satu sama lain. Jalan yang berbeda, keputusan yang berbeda, rasa sakit yang berbeda, penderitaan yang tak pernah sama. Maka tak adil rasanya bila memandang kecil peran mereka yang berupaya dirumahnya.
Begitupun sebaliknya, mereka yang dirumahnya juga telah banyak merelakan yang mungkin menjadi ambisi dan impiannya. Maka keduanya tak ada yang boleh membandingkan. Sebab keduanya tak pernah sama, dan tak ada yang tahu mana yang lebih baik diantara keduanya.
Bukan soal wanita itu taat tidak taat sama agama. Tapi memang kan tidak semua kondisi wanita sama. Tidak semua wanita dalam kondisi ideal dan berkecukupan serta terpenuhi kebutuhannya.
Jika dalam hidup kita, telah berada dirumah dengan baik, terjaga serta terpenuhi semuanya. Maka perbanyaklah rasa syukur sebab tak semua wanita berada dalam kondisi demikian. Mendoakan terbaik untuk mereka yang sedang dalam kondisi yang sedang tidak seberuntung kita pada hari ini. Semoga Allaah tolong dan kuatkan.
Jika dalam hidup kita, masih berupaya bekerja sebab ada tanggungan yang harus kita cukupi. Maka perbanyaklah doa meminta pertolongan Allaah agar ditolong dalam setiap keadaan sesulit apapun. Dan mendoakan terbaik juga kepada mereka yang tetap berada dirumahnya meski mungkin kita tak pernah tahu kesulitan dibalik ketaatan mereka untuk berkhidmat dirumah.
Jangan bermudah-mudahan menuduh seseorang tak taat ya hanya karena ia bekerja. Jangan pula bermudah-mudahan menuduh orang yang dirumah hanya menjadi beban untuk suaminya. Keduanya memiliki ujian dan kesulitannya yang berbeda. Keduanya memiliki kebahagiaan dan cara berbahagia yang tak pernah sama.
Kamu, seorang wanita yang memiliki sejuta impian. Jalani saja peranmu dengan sebaik-baik taqwa. Sebab yang membedakan satu sama lainnya adalah ketaqwaan dan rasa takutnya kepada Allaah.
Jangan berkecil hati bila saat ini mungkin peranmu masih kecil, masih sering diabaikan, masih sering tidak dianggap. Jangan berkecil hati bila mungkin pada hari ini kamu belum jua menikah, jangan berkecil hati bila mungkin hari ini kamu belum jua sampai pada impianmu. Karena memang semua orang sedang berjalan pada jalan takdirnya masing-masing. Dan mereka akan sampai jika memang sudah waktunya untuk sampai.
هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ.
if something is destined for you, never in million years it will be for somebody else.
Dan memang benar dunia ini konsepnya memang begitu. Sesuatu yang memang takdirmu akan mengikutimu sekeras apapun kamu melepasnya. Begitu sebaliknya, jika memang bukan takdirmu tidak akan menjadi milikmu sekeras apapun kamu berupaya mendapatkannya. Semoga Allah beri keberkahan yang lebih meluas dan dilipat gandakan berkali-kali untuk kita semua..
56 notes · View notes
putridz · 4 months
Text
"Manhaj"
Menyayangkan sikap sebagian orang, ketika perkara yang diperselisihkan (mukhtalaf fiih) oleh para Ulama, lalu mereka mewajibkan siapapun untuk mengikuti pendapat ulama yang diikutinya, sehingga siapapun yang menyelisihinya dianggap telah menentang syariat, Allahul musta'an. Dan ini kebanyakan dilakukan oleh sebagian yang baru hijrah.
Manhaj yang saya ikuti adalah: Jika saya menisbatkan sesuatu pada "Islam" atau "Syariat Islam" dan yang semisalnya, maka itu adalah perkara-perkara yang mujma' 'alaih (perkara yang jelas, dan tidak diperselisihkan oleh para Ulama mu'tabar), bahwa ia adalah Syariat Islam. Misal, saya katakan: Islam mengharamkan zina, Islam mengharamkan judi, Islam mengharamkan riba, Islam mewajibkan shalat fardhu, dan seterusnya. Dikarenakan hal ini bukan perkara yang diperselisihkan, tapi sesuatu yang sudah qath'i (pasti).
Sedangkan pada perkara yang mukhtalaf fiih, tidak saya sandarkan langsung pada Islam, tapi pada mazhab, atau imam, atau syaikh yang berpendapat demikian. Misal: Qunut subuh terus menerus itu sunnah menurut mazhab Syafi'i, atau qunut subuh terus menerus itu tidak disyariatkan menurut Imam Ahmad. Tidak saya katakan: Islam menyatakan qunut shubuh terus menerus itu sunnah, atau tidak saya katakan: Islam menyatakan qunut subuh itu bid'ah.
Atau hukum foto makhluk bernyawa itu sama dengan hukum menggambar makhluk bernyawa menurut sebagian ulama, sehingga foto makhluk bernyawa diharamkan oleh Ulama yang berpendapat demikian. Sedangkan sebagian ulama tidak sampai mengharamkan secara mutlak, karena menurut sebagian ulama ini, foto tidak termasuk kepada hukum menggambar secara hakiki. Tidak saya katakan: foto itu haram menurut Islam. Karena jika sudah dinisbatkan langsung kepada Islam ataupun syariat Islam, maka sudah disandarkan kepada Allah Ta'ala sebagai Pemilik syariat. Dan ini bukan perkara yang ringan disisi Allah.
Tidak kita katakan: Islam mewajibkan muslimah memakai cadar/niqab. Tapi kita katakan misalnya: Mazhab Syafi'i (dalam salah satu pendapatnya) menyatakan muslimah wajib memakai cadar. Karena mazhab Syafi'i berpendapat bahwa wajah muslimah termasuk aurat. Tidak kita katakan: Islam mengharamkan ikut pemilu demokrasi, tapi kita katakan: Menurut Syaikh fulan, haram ikut pemilu demokrasi. Tidak kita katakan: Islam melarang berbilangnya pemimpin bagi umat Islam, tapi kita katakan: Pasca terpisahnya kaum muslimin dalam beberapa negara yang berbeda, sebagian ulama mengharamkan hal ini dan mewajibkan seluruh umat Islam dipimpin oleh satu pemimpin saja. Demikian seterusnya untuk perkara-perkara ikhtilaf.
Hal ini, sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Wahbah Az-Zuhaili dalam Al-Fiqh Al-Islami, adalah manhajnya para Sahabat radhiyallahu 'anhum ajma'in. Mereka tidak menisbatkan hasil ijtihad mereka pada Islam, tapi pada diri mereka sendiri. Sehingga berlaku kaidah, "Pendapatku benar, tapi ada kemungkinan keliru. Pendapat selainku keliru, tapi ada kemungkinan benar."
Allah Subhanahu wata’ala telah melarang menghalalkan dan mengharamkan sesuatu tanpa dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah serta mengabarkan bahwa menghalalkan dan mengharamkan sesuatu tanpa dalil adalah kedustaan atas nama Allah Subhanahu wata’ala. Sebagaimana Allah Subhanahu wata’ala mengabarkan pula bahwa barang siapa yang mewajibkan sesuatu tanpa dalil atau mengharamkan sesuatu tanpa dalil maka telah menjadikan dirinya sebagai sekutu bagi Allah Subhanahu wata’ala dalam perkara yang merupakan kekhususan Allah Subhanahu wata’ala, yaitu penetapan syariat.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَٰذَا حَلَالٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ
"Janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta, ‘ini halal dan  ini haram’, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.” (QS. an-Nahl: 116)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: مَا يَنْبَغِي لِلْفَقِيهِ أَنْ يَحْمِلَ النَّاسَ عَلَى مَذْهَبِهِ، وَلَا يُشَدِّدَ عَلَيْهِمْ قَالَ: لَا تُقَلِّدْ دِينَك الرِّجَالَ، فَإِنَّهُمْ لَنْ يَسْلَمُوا مِنْ أَنْ يَغْلَطُوا. فَإِذَا كَانَ هَذَا قَوْلَهُمْ فِي الْأُصُولِ الْعِلْمِيَّةِ وَفُرُوعِ الدِّينِ لَا يَسْتَجِيزُونَ إلْزَامَ النَّاسِ بِمَذَاهِبِهِمْ مَعَ اسْت��دْلَالِهِمْ عَلَيْهَا بِالْأَدِلَّةِ الشَّرْعِيَّةِ، فَكَيْفَ بِإِلْزَامِ النَّاسِ وَإِكْرَاهِهِمْ عَلَى أَقْوَالٍ لَا تُوجَدُ فِي كِتَابِ اللَّهِ، وَلَا فِي حَدِيثٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَا تُؤْثَرُ عَنْ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ، وَلَا عَنْ أَحَدٍ مِنْ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ.
“Al-Imam Ahmad berkata: “Tidak seyogyanya bagi seorang ahli fikih untuk mendorong manusia mengikuti madzhabnya dan bersikap keras atasnya.” Beliau berkata: “Janganlah kamu bertaklid dalam agamamu kepada individu tokoh, karena mereka tidaklah selamat dari berbuat salah.” Maka jika ini adalah pendapat mereka (para imam, pen) di dalam pokok-pokok keilmuan dan cabang-cabang agama, bahwa mereka tidak memperbolehkan mengilzam (yakni: memaksa, pen) manusia untuk mengikuti mazhab-mazhab mereka, padahal mereka berdalil untuk pendapat mazhab tersebut dengan dalil-dalil syar’i, maka bagaimana bisa diperbolehkan meng-ilzam dan memaksa manusia dengan pendapat yang tidak didapatkan dalam al-Kitab ataupun as-Sunnah ataupun atsar para sahabat, tabi’in ataupun para imam kaum muslimin.” (Al-Fatawa al-Kubra: 6/340).
Maka janganlah mengilzam (memaksa) siapapun untuk mengikuti pendapat Ulama yang kita ikuti, jika itu bukan perkara yang qath'i (ketetapan hukum yang sudah pasti, yang langsung ditetapkan Allah Azza wa Jalla maupun oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam). Jika itu masih dalam perkara zhanni (dugaan) atau yang masih diperselisihkan para Ulama, cukup ikuti pendapat Ulama yang kita yakini pendapatnya mendekati kebenaran. Tanpa mengilzam orang lain agar ikut pendapat ulama yang kita ikuti. Disinilah pentingnya menahan diri dan bersikap dewasa dalam beragama, agar selamat. Mari biasakan untuk bersikap jujur dalam perkara ini, bersikap jujur mengatakan suatu hal mujma 'alaih atau mukhtalaf fiih.
Dan ini saya tujukkan sebagai pengingat bagi saya pribadi yang paling utama, semoga bermanfaat bagi saudara-saudara saya yang lain.
Wallahu waliyyut taufiq.
183 notes · View notes
putridz · 4 months
Note
Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh
Mas, kalau berkenan, bolehkah berbagi cerita mengenai pengalaman awal mas ketika memutuskan untuk berpegang pada satu manhaj tertentu dan hal-hal apa saja yg mendukung mas dalam memegang prinsip tersebut? Terima kasih Mas
Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh.
Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh, 
Saya termasuk yang sering mendapatkan pertanyaan serupa. Biasanya saya lebih memilih untuk mengajak dialog terlebih dulu, 
Untuk apa? 
Untuk menyamakan pandangan satu sama lain terlebih dulu, “Apasih manhaj itu?” 
Karena ternyata, kebanyakan dari kita berbeda dalam memaknai arti manhaj itu sendiri, kebanyakan menyamakan antara manhaj dengan mazhab, padahal ini sangat berbeda dalam memaknainya. Untuk pertanyaan kali ini, karena pertanyaannya tidak disampaikan secara langsung, tetapi melalui ‘question box’ seperti ini, maka saya sendiri yang akan menyampaikan, manhaj itu apa. 
Saya melihat ada perbedaan standar penggunaan istilah “manhaj”, antara yang satu, dengan yang lain. Maka disinilah pentingnya kita untuk terus belajar membedakan mana ushul dan mana furu', mana manhaj dan mana fiqih ijtihadiyyah.
Istilah “manhaj” ini digunakan oleh para Ulama abad ini, untuk membedakan antara jalan (metodologi) ahlussunnah dalam menjalankan agama dengan yang bukan ahlussunnah. Dimana makna manhaj secara ringkasnya adalah cara beragama/jalan beragama mengikuti Al-Qur’an, As-Sunnah dan ijma (kesepakatan) para Ulama Salaf (Ulama yang mengikuti para Salaf). 
Kemudian, para Salaf itu siapa? Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam, para sahabat, dan generasi awal yang mengikutinya adalah para Salaf Umat ini (lihat surat Al-Taubah ayat 100). Mengikuti mereka dalam menjalankan agama adalah satu-satunya jalan (manhaj) keselamatan yang Allah ridhai. Tidak ada jalan (manhaj) lain yang boleh diikuti oleh kaum muslimin, selain manhaj ini. Jika ada yang mengikuti jalan lain atau konsep-konsep lainnya, maka bukanlah termasuk ahlussunnah, yaitu jalan (manhaj) yang sesat. 
Sedangkan mazhab adalah pandangan atau pendapat imam (para Ulama) tentang hukum yang berlaku dalam agama. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa ada mazhabnya Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Imam Malik, dan Mazhab Imam Hanafi, tidak menutup kemungkinan ada mazhab lain juga, karena perkara mazhab ini lapang. Namun ke 4 mazhab ini yang paling diakui oleh kaum Muslimin.
Para Ulama tersebut bukan membuat manhaj baru, bukan. Tetapi mereka berijtihad, untuk menyimpulkan suatu hukum/perkara dalam agama, yang tidak dibahas secara jelas dalam Al-Qur’an maupun hadits, namun tetap berlandaskan dalil/nash. Makna ijtihad itu sendiri adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh dari seorang ahli ilmu untuk menyimpulkan suatu hukum/perkara dalam agama, dan ini biasanya pada perkara fiqih, 
Perbedaan dalam fiqih menghasilkan Mazhab. Oleh karena itu harus berlapang dada dalam menyikapinya. Karena mayoritas isinya adalah ijtihad para ulama mazhab yang diakui keilmuannya dalam memahami nash dan menyikapi permasalahan yang timbul.
Permasalahan fiqih itu contohnya apa? 
Salah satu contohnya, anda mau sedekap di dada atau di perut saat shalat? Maka bagi para Ulama yang berijtihad, mereka akan mendatangkan hujjah (landasan pendapat yang diambil dari nash/dalil), dan bagi yang awam (tidak memiliki ilmu untuk bisa berijtihad), cukup mengikuti salah satu pendapat Ulama yang diyakini mendekati kebenaran, namun jangan sampai mengingkari dengan keras mereka yang berbeda, selama hujjahnya sama kuatnya.
Permasalahan fiqih ini sangat banyak, termasuk diantaranya yang masih menimbulkan perdebatan adalah hukum qunut subuh yang dilakukan secara terus menerus, kemudian dzikir berjamaah, kemudian apakah merapatkan shaf itu harus menempelkan mata kaki antar jamaah sampai akhir shalat, dst. Para Ulama mazhab saling menghormati dalam perkara ini, tidak memaksakan kehendak/pendapatnya, seharusnya kitapun demikian. Inilah yang dimaksud dengan perkara yang diperselisihkan (mukhtalaf fiih) oleh para Ulama. Bila perbedaan ini tidak disikapi dengan ilmu dan hikmah, niscaya terjadi “keributan”,yang tidak seharusnya terjadi. 
Jangan sampai bermudah-mudahan menganggap berbeda manhaj dalam perkara fiqih/amaliah yang perselisihannya masih teranggap (mu’tabar), karena konsekuensi dari kalimat “berbeda manhaj” adalah sangat berat, karena menganggap sesat, kecuali ada bukti jelas bahwa ia telah menyimpang. Lain hal jika salah satunya mengikuti paham yang syadz (tidak mu’tabar), maka ini bukan perselisihan yang teranggap, ia tertolak. 
Katakan "beda afiliasi" atau "beda madrasah pemikiran" atau semisalnya, pada kalangan yang berbeda pendapat dan pandangan pada sebagian persoalan agama, i'tiqadi maupun 'amali, yang mana tidak sampai keluar dari lingkaran ahlussunnah.
Jangan katakan "beda manhaj", kecuali pada kelompok yang disepakati kesesatannya oleh para ulama.
Karena istilah "manhaj" pada konteks ini, adalah diin itu sendiri, sunnah yang Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat beliau berdiri di atasnya.
Bahasan yang lebih lengkapnya dalam menyikapi hal ini, silakan lihat disini: 
https://gsatriaandika.tumblr.com/post/189625119041/manhaj
“Hal-hal apa saja yang mendukung mas dalam memegang prinsip memegang pada satu manhaj tertentu tersebut?” 
Mudah-mudahan pemaparan saya diatas sudah cukup jelas, semoga cukup menjawab pertanyaan dalam tanda kutip ini. 
Karena kita kaum Muslimin sudah seharusnya atau wajib mengikuti manhaj yang saya sudah jelaskan diatas, tidak ada manhaj lain yang boleh kita ikuti dalam menjalankan agama, selain manhajnya para Salaf jika ingin termasuk kepada golongan orang-orang yang selamat. 
https://gsatriaandika.tumblr.com/post/662076510742724608/pentingnya-manhaj\
Wallahu Waliyyut Taufiq.
136 notes · View notes
putridz · 4 months
Text
I Don't Think I Can Survive a Day Without Prayers to Allah Almighty.
It's all about Faith.
Iman itu bukanlah ketika engkau berdoa kemudian doamu dikabulkan lalu engkau beriman, itu adalah iman "bersyarat".  
Akan tetapi iman adalah ketika engkau senantiasa berdoa, engkau senantiasa berusaha menjaga hak-hak Allah, kemudian jalan hidupmu terasa jauh dari harapan, tak seindah jalan yang lain. ketika engkau senantiasa berdoa di banyak sujudmu, kemudian duri-duri kehidupan melukai dirimu..  
Namun itu semua tidak mengubah diri untuk senantiasa menjaga hak-hak Allah, dan engkau berkata:  
"Ya Allah betapa lembutnya diri-Mu atas diriku, kebaikan apa kiranya yang engkau simpan untukku? Jadikanlah aku bagian dari orang² yang aslama wajhahu. Yang menyerahkan wajahnya, eksistensinya, seluruh jiwa dan raganya, hidup dan matinya adalah untuk Engkau Yaa Rabb-ku"
Kemudian engkau tak sedikitpun merasa lelah dalam berdoa dengan iman yang semakin mendewasa dalam taat, tak peduli dunia dan seisinya yang sedemikian menggoda untuk "meninggalkan" Rabb-mu. 
Maka jika ada ajakan ataupun bisikan untuk mendobrak dimensi iman kita, hati-hati. Catatan sejarah sosok-sosok yang diabadikan dalam Al-Qur'an mestinya menjadi cermin bagi kita, seberapa pantasnya kita untuk dikatakan sebagai orang yang beriman.  
Apakah mereka yang berkata:  
"Jika aku tidak mengambil jalan ini (riba) untuk memenuhi kebutuhanku, darimana lagi dan bagaimana aku bisa survive?"  
"Jika aku tidak membuka jilbabku, tidak ada yang mau memperkerjakanku. Dari mana aku bisa menghidupi anak-anakku?"  
"Jika aku tidak pacaran sebelum nikah, bagaimana bisa aku bertemu dengan jodohku?"  
"Jika aku tetap beriman dengan Islam, nyatanya aku miskin. Sementara ketika aku pindah keyakinan, nafkahku ada orang yang menjamin."
Tidak. Namun yang kita dapati salah satunya: Allah Ta'ala jadikan contoh untuk dapat kita ambil ibrahnya dari nabi Yusuf 'alaihi sallam. Dalam surah Yusuf ayat 33, beliau lebih memilih berdoa supaya diletakkan dalam kondisi yang sulit secara duniawi saja, tetapi selamat agamanya. Ketika beliau dihadapkan dengan "ujian" dan "fitnah" berupa godaan yang dapat merusak imannya:
قَالَ رَبِّ ٱلسِّجْنُ أَحَبُّ إِلَىَّ مِمَّا يَدْعُونَنِىٓ إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّى كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُن مِّنَ ٱلْجَٰهِلِينَ
Yusuf berkata: "Yaa Rabb-ku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh".
Nas'alullah as-salamah wal 'afiyah
235 notes · View notes
putridz · 5 months
Text
Tumblr media
Aamiin✨
2 notes · View notes
putridz · 5 months
Text
Ibn al-Jawzi رحمه الله said:
"I think part of the test is when a believer supplicates and receives no response, and he repeats the dua for a long time and sees no sign of a response. He should realise that this is a test and needs patience."
[Sayd ul-Khatir, 59]
78 notes · View notes
putridz · 6 months
Text
Tumblr media
yang selalu disemogakan, biidznillah
0 notes
putridz · 6 months
Text
Tumblr media
semoga dijauhkan dari terlena, tetap fokus pada tujuan
0 notes
putridz · 7 months
Text
Tumblr media
kadang kerasa banget kalo sedang terlalu jauh dari Allah. hati ga tenang, dan sebagainya. ternyata hadits nya ada. jadi peioritaskan Allah dulu, Allah terus pokoknya.
0 notes
putridz · 7 months
Text
entah beribu kali kegiatan menunggu itu dilakukan selama umur hidup kita sebagai manusia sampai dengan hari ini. mulai dari menunggu angkutan umum, menunggu pesanan, menunggu kepastian, danjuga banyak jenis menunggu lainnya. sampai dengan menunggu yang paling penting dalam hidup, apakah menunggu jodoh atau malah menunggu panggilan pulang oleh Sang Pencipta kita.
Tumblr media
padahal yang paling butuh persiapan itu bekal untuk pulang meninggalkan dunia fana ini, tapi rasanya yang paling berat dan paling mengambil porsi untuk dipikirkan malah menunggu jodoh. terlebih lagi jika dialami oleh seorang perempuan yang usia nya dibilang tidak muda lagi oleh orang-orang pada umumnya. meskipun kita semua tau tidak ada cepat atau lambat, melainkan semua tepat pada waktunya.
kadang jalan yang saat ini dilalui terasa semu. berharap jalan yang ditempuh saat ini menghantarkan ke jalan keluar terbaik. namun tidak jarang ragu dan takut menyusupi di tengah riuh yang tak luput menghiasi setiap waktu.
entah ujung mana yang akan digapai. entah apa, siapa atau bagaimana yang menanti di penghujung sana. berharap menjauh namun tidak ada juga kepastian itu.
terimakasih Ya Allah setidaknya hingga hari ini masih diberikan hidayah untuk tetap mensyukuri nikmat yang Engkau limpahkan dan meyakini semua janji Mu itu pasti.
0 notes
putridz · 7 months
Text
“Menjadi baik adalah tugas kita, mencari jodoh yang baik adalah upaya kita.“
semoga Allah selalu beri hidayah untuk terus memperbaiki diri, bukan untuk jodoh yang baik saja, tapi untuk bekal di kehidupan kekal
Melewatkan orang baik..
Tidak ada yang akan kusesali nantinya melewatkanmu ataupun menunggumu. Diantara keduanya ada konsekuensi yang akan memintaku saat aku memilih. Namun satu hal yang aku syukuri, setidaknya aku pernah diperjuangkan dengan sebagaimana mestinya. Meski pada akhirnya masing-masing dari kita memilih diam dan pergi untuk saling menjauh.
Tidak semua perjumpaan akan berujung pada kesepakatan. Tidak semua yang bertemu akan selalu bersama. Demikian, bukan?
Melewatkan orang baik itu nyata adanya. Edisi nemenin ibu jalan-jalan pagi. Pagi ini bertemu dengan salah satu teman pengajian ibu.
Ibu Y: ".... mba dandelion (nama disamarkan) qadarullaah nggak bisa lanjut proses kemarin, Bu."
Keluarga kami cukup dekat sehingga ibu Y seringkali bercerita banyak hal dengan ibuku.
Ibu Y: "Saya sedikit kepikiran, Bu. mba Dandelion setelah proses ta'aruf dengan Ikhwan tersebut, akhir-akhir ini lebih sering menangis, lebih menutup diri dari biasanya. Tapi setiap kali ditanya, jawabannya selalu diam dan memilih menghindar. Barangkali mba Nisa bisa ajak mba Dandelion ngobrol-ngobrol ya. Dari kemarin pengen ngobrol sama Nisa katanya. Tapi takut ganggu mba Nisa."
aku: "nggeh, Bu. Nanti saya coba chat mba Dandelion lebih dulu. Bertanya kabar, semoga bisa sedikit terbuka dengan saya."
Ibu Y: "ikhwan ini datang kerumah menegaskan bahwa tidak bisa melanjutkan proses ta'aruf. Mas F (inisial Ikhwan yg sedang proses) datang dengan kakaknya untuk menegaskan.
Awalnya mba Dandelion mengabarkan kalau akan ada seorang laki-laki yang Alhamdulillaah sudah ngaji dan Insya Allaah baik pemahaman agamanya. Suami saya menyambut dengan senang perihal kabar baik itu. Dan atas izin Allaah keduanya bertemu dan memutuskan untuk proses ta'aruf. keduanya ini saling tertarik dan merasa cocok satu sama lain. Delapan kali datang kerumah dan saling terlibat pembicaraan bersama.
Mas F bilang kalau belum bisa datang bersama bapak ibunya untuk meminta mba Dandelion dikarenakan ibunya sedang dalam kondisi sakit.
Kamipun paham kondisi mas F, dan kami mencoba memberikan garis ketegasan untuk anak perempuan kami satu-satunya ini. Bapaknya (suami saya) tidak ingin putri kesayangannya ini tidak ada kejelasan status. Bapaknya meminta agar ada kejelasan bagaimana kelanjutan dari proses ta'aruf ini. Akhirnya mas F mengatakan akan segera mengkhitbah mba Dandelion dengan cincin pemberian dari Ibunya.
Ketika waktu yang sudah dijanjikan akan datang untuk mengkhitbah, qadarullaah Ibu mas F Allaah panggil lebih dulu (meninggal dunia). Sehingga ini butuh waktu tiga minggu untuk melanjutkan kembali. Dalam waktu tiga minggu, mas F mengabarkan bahwa setelah ibunya meninggal dunia. Ayahnya jatuh sakit. Satu minggu setelah mendapat kabar sakitnya, kami mendapat kabar bahwa ayah mas F tersebut meninggal dunia.
Setelah dua minggu sepeninggal ayahnya, mas F tersebut datang kembali kerumah dengan saudaranya untuk menegaskan kembali bahwa ia akan tetap maju untuk meminang mba Dandelion. Namun butuh waktu untuk membicarakan hal tersebut dengan keluarga besar seperti saudara dari Ayah dan Ibunya sebagai perwakilan yang dituakan. Kamipun menyepakati, karena kami mencoba memahami tentang ujian demi ujian yang mas F lalui.
Dua Minggu berlalu, mas F ini mengabarkan via chat. Yang intinya masih butuh waktu untuk meyakinkan keluarga besarnya untuk melangkahi kakak perempuannya yang belum menikah dan belum memiliki calon. Kata keluarga besarnya, kasihan jika dalam suasana duka seperti ini, kakak perempuannya harus ditinggal apalagi dilangkahi oleh adik laki-lakinya untuk menikah.
Dalam adat jawa, tabu jika ada seorang adik melangkahi kakaknya untuk lebih dulu menikah. Apalagi jika itu adalah adik laki-laki melangkahi kakak perempuannya. Meski mas F ini sudah paham tidak ada demikian dalam agama, namun keluarga besarnya masih kekeh memegang adat demikian.
Sampai satu titik, mba Dandelion meminta kejelasan bagaimana ujung dari proses ini. Akhirnya mas F datang dengan saudaranya lagi untuk menjelaskan situasi yang sedang terjadi. Bahwasanya ia meminta diberi waktu untuk mencarikan calon untuk kakak perempuannya ini sampai akhir tahun ini agar bisa menikah. Harapannya agar ada yang menjaga kakak perempuannya. Setelah kakak perempuannya mendapat jodoh barulah ia bisa dengan lapang menikah.
Mendengar hal itu mba Dandelion memberikan tanggapannya, bahwasanya ia tidak bisa lagi memberikan waktu.
"Lebih baik dicukupkan sampai disini saja. Tidak usah melanjutkan. Saya tidak ingin terus-terusan dalam kondisi status berproses dengan seorang Ikhwan yang belum terlihat kejelasannya untuk sebuah komitmen. kita cukupkan sampai disini saja, jika memang berjodoh maka kita akan bertemu lagi dengan cara baik dan waktu yang terbaik menurut Allaah. Saya tidak ingin menunggu sesuatu yang semu. Saya tidak ingin membatasi diri saya dengan menunggu seseorang yang belum tentu akan menjadi jodoh saya. Saya tidak mau membuka pintu-pintu syaithan dengan mengatasnamakan ta'aruf. Ta'aruf kita sudah berjalan kurang lebih 7 bulan dengan delapan kali pertemuan ini. Saya tidak ingin menutup banyak kemungkinan yang akan terjadi nantinya. Iya, kalau sampai akhir tahun kakak perempuan mas bertemu dengan jodohnya. Kalau masih belum menemukan, bgaimana dengan saya? apakah masih harus menunggu lagi? Saya tidak ingin demikian, ini akan membuka pintu fitnah untuk kita dan keluarga masing-masing. Saya mohon maaf selama proses kata-kata dan sikap saya menyakiti hati mas dan keluarga mas. Semoga setelah ini Allaah beri kita kelapangan hati dan ganti yang lebih baik lagi." Jawaban mba Dandelion saat itu didepan kami semua.
Jelas Bu, saya menangis saat itu juga. Saya kaget anak perempuan saya langsung memutuskan demikian. Suami saya mencoba memahami kondisi anak perempuannya. Dan memutuskan untuk tidak melanjutkan proses ta'aruf ini dengan berat hati.
"semoga kita masih tetap menjadi saudara muslim yang baik ya mas, entah nanti kalian berjodoh atau tidak. Semoga ini adalah keputusan yang terbaik untuk kalian berdua." Ucap Bapaknya mba Dandelion.
"baik, pak. Ngapunten sanget jika saya membuat mba Dandelion dan keluarga kecewa atas sikap saya. Saya bisa memahami keputusan MB Dandelion. Insya Allaah, jika nantinya kakak perempuan saya sudah menemukan jodohnya tahun ini. Dan mba Dandelion masih belum menikah atau masih belum proses ta'aruf dengan siapa-siapa. Semoga masih diizinkan untuk menyambung silaturahmi nantinya ya. Saya meminta maaf untuk segala ucap, tindakan dan hal-hal lain yang kurang berkenan. Semoga Allaah berikan yang terbaik setelah ini." Jawaban mas F saat itu.
Dia Ikhwan yang baik, saya bisa melihat sikap dan kesungguhannya dalam mengupayakan, bu. Selama proses, saya dan suami menyelidiki latar belakang dan keseharian mas F. Bertanya beberapa hal pada tetangganya, dan suami saya juga pernah bertemu dengan mas F dalam barisan sholat subuh berjamaah. Masya Allaah, sekali memang.
Saat mas F berpamitan dan merangkul suami saya, saya melihat mas F menangis dan mengucapkan salam dengan suara yang gemetar. Sementara mba Dandelion langsung masuk kamarnya dan terdengar suara tangisannya.
Saya menangis, suami saya terlihat begitu sedih. Beberapa kali gagal ta'aruf baru kali ini mba Dandelion saya mendengar suara tangisannya. Kami mencoba lapang untuk terus menguatkan satu sama lain. Untuk tetap berbaik sangka kepada Allaah. Tahun ini mba Dandelion berumur 36 tahun, Bu. Hati saya ikut remuk setiap kali harus melihat kegagalan demi kegagalan proses ta'aruf mba Dandelion." Ungkap ibu Y dengan suaranya yang lirih dan menangis.
aku dan ibu hanya bisa saling menatap dan membisu. Ibu menangis seraya memeluk ibu Y untuk menguatkan.
~*
Barangkali kita pernah..
Merasa begitu beruntung ketika diingini oleh seseorang yang begitu baik, didoakan dalam banyak kebaikan, diberi hadiah tanpa melewati batas syariat, saling tak bersua namun saling mengupayakan.
Barangkali kita pernah..
Menjadi begitu istimewa ketika diperjuangkan, begitu bahagia saat kita mengetahui kita adalah seseorang yang diperjuangkan diantara orang-orang baik yang mengupayakannya.
Barangkali kita pernah..
Menjadi satu diantara pilihannya, menjadi tujuan perjalanannya. Meski pada akhirnya ketetapan Allah yang menjadi pemenangnya..
Barangkali kita pernah..
Melepas seseorang yang baik itu, menabahkan diri atas keputusan yang kita pilih. Sebab memaksa berjalan pada tujuan yang sama tidak menemukan titik temunya.
Barangkali kita pernah..
Dibuat takjub atas perjalanan yang Allaah kehendaki. Sesuatu yang kita tangisi dengan begitu, justru memberi lebih banyak arti atas serangkaian hidup yang kita jalani.
Barangkali benar, tidak semua kebaikan-kebaikan itu bertemu dan cocok. Cinta tahu kemana harus pulang, jodoh tahu kemana harus memupuk keshalihan. Menjadi baik adalah tugas kita, mencari jodoh yang baik adalah upaya kita. Pada akhirnya kita akan paham bahwa kita adalah ujian bagi satu sama lain.
*saya sudah izin kepada ibu Y dan mba Dandelion untuk menuliskan kisah ini dimedia sosial saya. Semoga Allaah tolong dan memberikan kelapangan serta ganti yang lebih baik.
342 notes · View notes
putridz · 7 months
Text
Allah Maha Tahu. Memposting hal lain belum tentu menunjukkan kita tidak turut membela saudara kita di Palestina.
semoga Allah selalu tolong kita untuk terus mendoakan, membantu jika mampu dan Allah selalu tolong mereka untuk terus kuat, ikhlas dan diberikan pahala berlipat serta syuhada bagi yang gugur. Aamiin yaa Rabbal alaamiin
Dunia berduka atas Palestina, kamu kok malah posting keseharian duniawimu?
Dalam sebuah buku diceritakan bahwa Hasan Al-Banna pernah melarang istrinya membuat roti untuk perayaan lebaran, sebab waktu itu umat Islam baru saja kehilangan para pemuda yang syahid di Palestina.
Salah satu kisah yang amat melekat di pikiranku, tentang hati yang dimiliki Hasan Al-Banna.
Media sosial yang ramai dengan duka dan rasa sesak ini mungkin membuat kita jadi sungkan, meski begitu...
Menurutku, nggak apa-apa kalau kita mau posting hal lain juga..
Nggak apa-apa kalau kita mau posting barang jualan kita karena kita juga lagi berjuang di jalan kita.
Nggak apa-apa kalau kita mau posting review makanan atau pakaian karena misal itu memang pekerjaan kita dan ada rezeki orang lain yang mengalir melalui review kita.
Nggak apa-apa kalau kita mau posting hal lain yang juga bermanfaat seperti sharing ilmu, cerita inspirasi, dan lainnya.
Allah Maha Tahu tentang keberpihakan kita, rasa empati kita, isi doa-doa kita untuk Palestina, donasi kita, atau apapun hal yang kita lakukan untuk Palestina, sesederhana terus merepost apa yang terjadi di Palestina agar beritanya tak tenggelam.
Menambahkan catatan dari tokoh muslimah yang datang ke Indonesia pada 2018 lalu bahwa kelak warga Ghaza akan menuntut orang Islam di dunia pada hari kiamat atas apa yg terjadi!
Menunjukkan keberpihakan kita, semoga menjadi catatan baik yang bisa kita bawa kelak ke hadapan-Nya.
Di kereta menuju Bandung dari Surabaya, 7 Nov 2023
62 notes · View notes
putridz · 7 months
Text
Dunia ini terlalu sementara untuk ditinggali selamanya. Ruh kita ini, punya kampung akhirat tempat kembali.
Maka aku ingin ujung dari perjalanan ini adalah Syurga. Kalau suatu hari nanti aku akhirnya memutuskan untuk memilihmu menjadi teman perjalananku, itu artinya aku percaya kamu bisa membawaku kepada jalan-jalan kebaikan, yang Syurga adalah tujunya.
Bandung, November 2023
131 notes · View notes