Tumgik
ranah-upaya · 5 months
Text
Kecocokan Jiwa
Fitrah manusia adalah selalu mencari sesuatu yang cocok dengan jiwanya. Mencari tempat yang tepat, suasana yang damai serta keadaan yang tentram. Yang mana hal itu mampu membuat jiwanya bertumbuh. Sebagian orang mengatakan bahwa kita sebagai manusia sejatinya sedang dan selalu merawat jiwa. Karena apa yang nampak pada jasad adalah pantulan dari dalam jiwa. Semakin ia terpelihara dengan baik, maka ia akan semakin sehat dan memberikan energi yang positif kepada lingkungannya.
Hidup dengan dinamikanya membawa kita pada suatu fase untuk hidup bersama dengan jiwa yang lain. Entah hidup bermasyarakat ataupun berkeluarga. Suatu saat saya berdiskusi dengan kakak tentang bagaimana kita bisa menemukan jiwa yang cocok untuk kita. Karena dari setiap orang pastinya lahir dan tumbuh dari latar belakang dan pembentukan yang berbeda. Bagaimana bisa jiwa yang berbeda itu bersatu?
Kemudian kakak menganalogikan dengan keadaan orangtua. Bagaimana beliau berdua bisa mengarungi kehidupan bersama, mencapai suatu sakinah yang membuat anak-anak dan keluarganya merasakan sebuah kasih sayang. Ternyata hal itu berawal dari sebuah kecocokan jiwa.
17 notes · View notes
ranah-upaya · 5 months
Text
Orang yang mencari sesuatu karena Allah, pasti dimudahkan.
- Najmuddin Al Ayubi
37 notes · View notes
ranah-upaya · 5 months
Text
Tapi Diterima
Terima kasih yaAllah.
Ada yang mau menerimaku, dengan kondisi apapun diriku. Saat semua orang memandang fisik dan paras indah. Kau pertemukanku dengan orang yang tak memandang itu. Saat orang memandang dengan kapasitas dunia, kau pertemukanku dengan orang yang tak meminta itu. Aku bersyukur. Bisa diterima apa adanya aku.
Terima Kasih yaAllah.
Entah apa yang kurasakan hari ini memang tak pernah kuminta. Tapi, Kau turunkan rasa tenang dalam hati. Aku sama sekali tak takut dalam keimananku. Aku tak takut kehilangan, juga tak serakah bahwa ia benar milikku. Semua, tetaplah kukembalikan kepada-Mu. Sesuailah dengan petunjuk-Mu.
Terima Kasih yaAllah.
Aku merasa diterima, aku merasa dicintai, merasa dilindungi, merasa dibimbing. Hanya Engkau yang memberikan ketenangan itu. Terima kasih. Bimbinglah dan tuntunlah aku ke jalan yang penuh keridhoan yaAllah.
2 notes · View notes
ranah-upaya · 5 months
Note
Aku minder pada crush-mu. Dia sempurna dan namanya ada dalam setiap do'amu.
Aah, tidak selalu. Siapapun itu, pemberani adalah pemenangnya. Walau kusebut dalam doa, tapi belum tentu tertulis di Lauhul Mahfudz.
0 notes
ranah-upaya · 5 months
Note
Ga aktif di sini ya?
Halo, aku aktif disini. Jarang buka timeline, tapi aku sering baca kok. Hai, salam kenal Anon.
0 notes
ranah-upaya · 8 months
Text
Hari-hari ini krusial, aku berharap kalau orang orang itu ada untukku. Tapi, apa yang bisa diharapkan dari seorang manusia? Ya, tidak ada yang bisa mengerti mengapa.
Aku putus asa. 🙏🏼
3 notes · View notes
ranah-upaya · 9 months
Text
Krisisnya Nalar Kritis
Pergolakan dalam hal kurikulum pendidikan di negeri kita, menjadi hal lazim bagi seluruh lintas generasi. Bukan hanya bagi pendidik dan peserta didik, tetapi keresahan dan permasalahan ini juga sangat mendominasi para orang tua, yang sangat berharap akan keberhasilan anaknya di masa depan. Terhitung, hampir 11 kali mengalami pergantian kurikulum pendidikan sejak tahun 1947 hingga kini. Adapun kurikulum yang sedang diterapkan saat ini adalah Kurikulum Merdeka Belajar yang diusung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makariem.
Tumblr media
Banyak kritik dan saran, kesan dan pesan terkait kebijakan mendikbud ini. Belum lagi, permasalahan yang menjamur di setiap lini lapisan masyarakat. Kompleksitas permasalahan ini tidak merata, saling tumpang tindih, ketimpangan. Belum selesai memahami, memaknai, mengimplementasi, dan mengaplikasikan kurikulum pendidikan yang diusung sebelumnya, lalu dipaksa untuk menerima dengan legowo kebijakan selanjutnya. Baiklah, mungkin terbilang mudah bagi sekolah yang notabene sesuai dengan kualifikasi yang diperkirakan Mas Menteri; fasilitas tercukupi, SDM yang memadai, lingkungan yang mendukung, para orang tua yang mampu dan suportif dan masih banyak lainnya. Lalu, bagaimana dengan kami yang harus beradaptasi dengan hal tidak serupa? Tentu jomplang, berat sebelah dan tidak seimbang.
Hadirnya teknologi, memang tidak bisa terus disalahkan. Teknologi memang hadir untuk memudahkan segala pekerjaan manusia. Mereka menciptakan, mereka yang mengatur, mereka yang memfungsikan. Hadirnya teknologi, memang sudah tidak asing seharusnya. Apalagi semenjak pandemi merebak, teknologi dan kecerdasan buatan sudah menjadi sahabat. Sayangnya, tidak semua memahami dan kemudian memfungsikan dengan bijak. Misal, hadirnya Chat GPT sebagai alat untuk mempermudah diskusi dan menuangkan ide untuk ranah kehidupan. Faktanya, kita semua sudah terlalu percaya bahwa AI (Artificial Intelligent) bisa menggantikan tugas guru di sekolah. Anak-anak sudah tidak perlu membaca dan sibuk mencari referensi sumber, sibuk mendengarkan penjelasan guru yang membosankan, tidak menarik. Belum lagi harus berhadapan dengan karakter dan pribadi guru pengajar yang menakutkan, menyeramkan, pemarah, suka mem-bully para siswa yang tidak mengerjakan tugas atau melanggar. Ini bukan hanya sekali dua kali saja. Sejujurnya, para siswa tidak pernah berfikir dan merindukan gurunya saat mengajar di sekolah. Mereka hanya ingin bertemu sahabatnya di sekolah, karena juga malas dan tidak betah di rumah.
Problematika seperti ini, memang tidak pernah disadari oleh individu pendidik sendiri. Padahal, komponen utama dalam kegiatan mendidik itu sendiri adalah kesamaan resonansi antara pendidik dan peserta didik. Tetapi, pada realitanya. Pendidik hanya berfokus pada tujuan utama dirinya sendiri; hanya mengajar dan menyampaikan ilmu di buku. Urusan pembentukan karakter, kematangan mental, nalar yang kritis untuk bisa menghadapi permasalahan yang lebih kompleks, menjadi nomor sekian. Ya, pada akhirnya mengajar yang juga sebagai kegiatan mulia seorang guru, dimonetisasi dan hanya dijadikan ladang penghidupan bukan menjadi ladang amal.
Nalar kritis yang selalu digaungkan sebagai harapan pelajar pancasila itu, hanya berwujud sebagai jawaban hitam putih saat ujian. Walau tugas-tugas dalam lembar kerja siswa tertanda sebagai soal HOTS. Apakah kualitas nalar berfikir kritis juga serupa? Rasanya tidak. Mengapa? Karena penyampaian materi di kelas, jarang bahkan tidak pernah sama sekali mengajak para siswa berfikir kritis, menggunakan kemampuan berfikir yang luar biasa, memfungsikan logika yang sudah Allah karuniai pada setiap hamba. Ketakutan para siswa dengan jawaban yang salah, sangat mempengaruhi kemampuan berfikir mereka yang bebas. Mereka memikirkan jawaban yang umum, jawaban yang tertulis di bukunya, dan juga jawaban tepat pada pilihan ganda.
Belum lama ini, Maudy Ayunda sempat ditanya oleh konten kreator, tentang kebijakannya bila dinobatkan sebagai menteri pendidikan. Maudy menjawab, bahwa ia akan menghapuskan asesmen pilihan ganda, dan menggantinya dengan soal esai berbasis critical thinking, ia juga menyampaikan bahwa ingin mengajak anak bangsa untuk punya hobi belajar dan mencintai ilmu seperti dirinya. Lalu, apa kabar hari ini? Bila memang hal itu terjadi setelah kebijakan Mas Menteri yang telah lama menghapuskan UN, meniadakan skripsi bagi mahasiswa dengan mengganti tugas yang sepadan, kemudian disusul dengan kebijakan-kebijakan yang hampir serupa di masa yang akan datang. Bagaimana dengan kondisi lapangan hari ini yang masih sangat lemah dalam hal bernalar kritis? Semoga pendidikan anak bangsa, kebijakan pemerintah dan urusan mengenai masa depan sebuah peradaban semakin membaik dan juga bermanfaat untuk agama, nusa dan bangsa.
11 notes · View notes
ranah-upaya · 9 months
Text
Mustahil
Aku sedang menyukai beberapa orang lain, mungkin untuk mengalihkan perasaanku saja. Tapi, aku tahu pasti itu tidaklah sempurna.
Setidaknya, agar aku sedikit waras. Itu saja.
1 note · View note
ranah-upaya · 9 months
Text
Lagi-Lagi
Ternyata, sudah 2 tahun aku menyimpan rasa. Memendam. Iya, sudah lama sekali. Ah, 2 tahun itu masih sebentar. Belum puluhan tahun lamanya.
Entah, saat aku berusaha menyibukkan. Berkenalan dengan orang-orang baru, mencari alasan agar tak mengingatnya. Tapi, tetap saja. Aku masih kembali pada alasan kenapa aku menyukainya. Padahal, alasan mengapa aku menyukainya dan sangat kagum dengannya. Sangat sederhana. Bahkan, ya sepele sekali. Entah, aku masih tidak tahu, mengapa masih mengingatnya.
Bahkan, aku memberanikan diri menyatakan. Agar ia tahu, aku ada di dunia ini. Agar ia tahu, apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, terserah. Entah, ia menganggap atau tidak.
Banyak hal, hari ini yang ingin kukatakan kepadamu, Tuan. Banyak hal yang kurindukan. Tapi, sepertinya pupus. Aku percaya diri bahwa memang sudah tak ada lagi harap. Kau sedang memperjuangkan pilihanmu, dan biarlah kita tetap menjadi cerita.
Aku tidak akan pernah bosan untuk menceritakan, walau untuk diriku sendiri tentang dirimu. Aku, merindukanmu. 😔🙏🏼
Selasa, 22 Agustus 2023
4 notes · View notes
ranah-upaya · 11 months
Text
Iya, memang ada. Putus asa karena cintanya ditolak manusia. Bodoh kan?
3 notes · View notes
ranah-upaya · 11 months
Text
Patah hati, ke sekian kalinya. Sedangkan aku tahu aku yang salah, aku yang bodoh. Bisakah aku lebih menyadari dan lebih memaknai hidup. Agar lebih bermutu, agar lebih berkesan, agar lebih berarti? Aku ragu. Aku sedih.
2 notes · View notes
ranah-upaya · 11 months
Text
Lelah, berharap pada manusia. Patah, ya tapi aku yang salah. Terlalu mengharap, ketidakpastian. Aku tahu, bila memilih orang lain, aku tahu bila tak menerimaku. Perih, mendengar penolakan-penolakan ya. Seperti tak ingin menganggap bahwa kisah cinta orang itu selalu menyenangkan.
Aku tidak tahu, kenapa masih bertahan mengharap. Padahal terang-terangan. Tidak direspon, tidak dijawab, hanya dianggap seorang teman, atau sahabat. Lalu, aku masih tetap mengharap, bodoh sekali. Bodoh.
Rasanya, seperti tak punya harapan hidup, harapan kembali. Tapi, coba berfikir waras. Kita hidup tak melulu itu soal ujian. Aku bertanya-tanya. Kenapa penolakan itu aku mendengarnya? Aku mengetahuinya? Kenapa harus tak nafsu makan, saat memang sebenarnya sudah tahu kalau tidak ada harap. Lelah, capek. Capek berharap pada manusia. Aku sudah belajar berdamai, mencari alasan untuk berjuang untuk hidup yang lebih baik, berjuang, memaknai arti hidup. Tapi, tetap. Kenapa masih teringat bekas bekas ingatan. Lekat.
Muak, tidak ingin mendengar. Tidak ingin bertemu.
Tidak ingin berkomunikasi, padahal kami berdiskusi untuk makna hidup. Tapi kenapa harus sakit hati, masih terus sakit, nyelekit. Bila diceritakan tentang kisah cintanya dengan pilihannya.
Kenapa sampai seperti ini gilanya? Kenapa sampai seperti ini mengharapkannya. Aku sudah sadar, aku sudah bangun dari mimpi bertemu dengan pangeran itu. Tapi masih ingin terbuai. Lelah. Sebenarnya aku muak, aku bohongi hati, aku bohongi orang sekitarku. Aku berusaha untuk damai. Untuk bisa lebih tegar, walau sebenarnya memang bukan aku yang dipilih. Memang aku yang ditolak. Apakah aku masih tetap akan gila. Masih tetap tak sadar, tak berkaca. Capek.
Setiap kali aku pulang, kembali, aku selalu menangis seperti ini. Sadar, gila, lalu melakukan hal aneh, melakukan hal tak wajar, menyakitkan, dan aku mengakui itu salah. Sudahlah, rasanya tak penting dijadikan alasan untuk berhenti. Alasan untuk tak mau belajar. Aku lelah berharap. Aku kurang belajar. Aku merasa sangat kurang. Aku perih, aku sedih, aku putus asa dari rahmat-Mu. Aku jadi ingin pulang kepada-Mu. Lelah.
Dalam Bus Restu, menuju Surabaya, 7 Juli 2023
3 notes · View notes
ranah-upaya · 11 months
Text
Aforisme Hidup
Terkadang aku berfikir tentang kesaksian orang yang menjalankan suatu kehidupan. Aku kerap berfikir. Sebenarnya, apa makna dari hidup itu sendiri. Untuk apa kita hidup?
Tumblr media
Dengan apa kita bisa bertahan hidup? Jawaban itu, kiranya kita bisa menyimpulkan. Bahwa hidup sendiri adalah tentang maknanya hidup orang lain untuk kita. Karena hidup, tentu bukan untuk hidup kita sendiri.
Lalu, aku menafsirkan tentang kehidupan orang, yang kita sangka bahwa hidup kita lebih beruntung darinya. Apa sebab ketidakberuntungannya ia hari ini? Apakah tentang sebab akibat yang menjadikan dirinya tak beruntung? Sehingga susah payah harus menanggung kehidupannya? Apakah lantas karena ia tak sesibuk kita dan berjuang penuh dengan doa-doa yang khusyuk? Juga bukan tentang itu.
Mungkin hidup bukan tentang perolehan keuntungan untuk kembali menyambung hidup kita hari ini. Tentang kesyukuran dan usaha, orang bisa memaknai bahwa hidup bukan tentang keegoisan memaknai hadirnya orang lain untuk kita.
Untuk apa, bila kita tidak tahu dan tak sadar tentang hadirnya kita untuk orang lain. Juga tentang kita kepada Sang Pencipta.
Hidup, tidaklah mati.
Mati, tidaklah hidup.
Taman Sritanjung, 2 Juli 2023
6 notes · View notes
ranah-upaya · 1 year
Text
Doa terbaik untukmu adalah doa terbaik yang kamu berikan untuk saudaramu, tanpa ia tahu. Latihlah untuk mendoakan orang lain dulu sebelum dirimu. Doa itu layaknya cermin, ia memantul dan memberikan apa yang kamu tampilkan. Saling mendoakan, ya.
@jndmmsyhd
710 notes · View notes
ranah-upaya · 1 year
Text
Tidak Ada Kata Selamat Tinggal! Selamat Berkelana Lagi Kelas Sembilan!
"Datang akan pergi, terbit kan tenggelam, pasang akan surut, bertemu akan berpisah."
Tumblr media
Tepat hari ini, adalah hari pelepasan kelas sembilan di Madrasah. Hari yang ditunggu-tunggu oleh kelas sembilan setelah tiga tahun lamanya belajar dan siap menaiki jenjang pendidikan setelahnya. Perasaan bangga, haru, sedih tapi juga bahagia. Ada pepatah yang mengatakan, perpisahan hanya bagi mereka yang bertemu dengan mata. Bagi yang mencintai, menyayangi, mengasihi, dengan jiwa. Mereka tidak akan berpisah.
- Kelas Sembilan.
Ada kesan tersendiri bagiku sebagai guru baru di Madrasah. Mereka yang memberikan kesan pertama, saat baru terjun dalam dunia pendidikan setelah aku mengenyam sekian tahun lamanya di pesantren sebelumnya.
Kukira, mengajar di luar pesantren itu buruk, menyebalkan, juga dengan rumor yang beredar bahwa generasi saat ini makin parah. Putus asa kadang, dengan cita-cita mencerdaskan generasi bangsa. Bukan begitu, jangankan mendidik. Urusan administrasi kelengkapan perangkat mengajar saja sudah muak, tidak pernah ada selesainya. Bagaimana lantas kita fokus untuk hadir bersama anak-anak?
- Kelas Sembilan.
Aku terkejut, saat awal aku masuk di Madrasah. Saat itu, aku diberi amanat sekolah untuk menggantikan seorang guru untuk mengajar. Yang kita tahu, guru baru itu mendapatkan tugas untuk mengajar peserta didik baru. Ternyata, tidak diduga akan mengajar seluruh kelas delapan (saat itu). Dengan pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan Al Quran Hadits. Belum lagi, harus daring. Ya, masih teringat jelas, memori 2021. Pandemi. Syok berat, karena merasa kewalahan. Dengan segitu banyak kelas, belum lagi aku masih menerapkan metode pembelajaran dan pengajaran seperti layaknya aku mengajar di pesantren. Ya, jadi guru itu harus siap menjadi teladan. Innama bu'itstu Li utammima makaarimal akhlak!
- Kelas Sembilan.
Belum lagi, aku mendapat amanat sebagai pengganti wali kelas sementara. Saat itu, selama tiga bulan aku membantu dan memposisikan diri. Awal mulanya bertemu, menemani mereka saat perlombaan, mengunjungi kelas mereka di sela-sela waktu luang. Jujur, perasaan saat itu bingung. Karena banyak hal baru, yang harus siap dipelajari. Belum lagi, harus beradaptasi mengajar anak laki-laki, kalian tahu aku tidak pernah mengajar selain anak perempuan saat di pesantren. Jujur, ya bahagia dan bingung luar biasa.
- Kelas Sembilan.
Aku masih semangat, selalu semangat. Awal kesan menjadi guru, aku siap tersenyum dan mengajar di kelas. Memberikan energi positif yang baru bagi anak-anak yang kuajar. Guru, haruslah selalu menjadi teladan. Aku selalu mengoreksi secara mandiri, tugas anak-anak. Tidak pernah lupa menyelipkan kata-kata motivasi. Sengaja menuliskan, ya karena akan memberikan dampak luar biasa. Walau saat itu pandemi. Kita tidak bisa bertemu tatap muka. Kuharap, koreksi, motivasi, dan respon kita saat itu menjadikan diri kita selalu ada bagi mereka.
- Kelas Sembilan
Mereka sudah naik kelas. Aku tetap mengajar mereka. Walau tak se-membara api seperti dahulu. Aku hadir di antara mereka. Berbagai kesibukan-kesibukan melanda, tugas-tugas luar tanggung jawab kelas, dan belum lagi aku diberi amanat untuk menjadi wali kelas peserta didik baru. Hal yang mengesankan lagi, aku mendapatkan tugas kembali menjadi pembimbing Outing Class, ya karena aku mengajar seluruh kelas sembilan. Bahagia tidak terkira. Walau begitu, yang mengesankan bukan perjalanannya. Tapi, pengalaman pertama di awal perjalanan di Madrasah.
- Kelas Sembilan
Selamat menempuh perjalanan hebat selanjutnya. Perjalanan yang lebih menantang, petualangan kehidupan yang lebih menanjak, harus terus diterjang. Tidak sampai disini, anak-anak. Doa paling terbaik, semoga bisa terdengar di ujung Arsyil Karim.
Terima kasih, kesan pertama dan terkenang pada kalian yang pertama menjabat tangan di Madrasah, yang pertama menyambut dan menerima kehadiran sebagai pengajar diantara kalian. Semoga sukses dan selalu menjadi terbaik seperti harapan para orang tua kalian.
Ballroom Hotel Aston Banyuwangi, 29 Mei 2023
11 notes · View notes
ranah-upaya · 1 year
Text
Kontroversi Perihal “Good Looking” di Ranah Masyarakat
Kita tidak asing dengan kriteria yang menyebutkan suatu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap calon karyawan atau pegawai. “Minimal good looking atau berpenampilan menarik.” Alih-alih, pada akhirnya orang yang tidak mencukupi kriteria itu menjadi putus asa dan mengeluh, sering kali kita temui di media sosial, tentang keluhan bahwa menyesali karena dirinya tidak mempunyai kelebihan itu. Padahal, sebenarnya perlu atau tidak kriteria ini harus dimiliki
Bukan hanya dalam ranah pekerjaan, hal ini sering kali kita temui di setiap lini kehidupan kita. Baik mereka yang memiliki penampilan yang menarik, baik itu paras wajah, kondisi fisik, gestur tubuh sangat mempengaruhi. Mereka yang memilikinya, acap kali dipandang lebih baik nasibnya, bisa dipertaruhkan, dan kehidupannya lebih menjamin, lebih didahulukan dan diutamakan. “Sekarang apa-apa mandang fisik, ya? Apalah daya wajahku pas-pasan begini?” Sering mendengar, atau bahkan kita adalah pelakunya.
Tumblr media
Padahal, menjadi good looking bukan hanya tentang paras wajah, keindahan bentuk fisik dan cerahnya warna kulit. Jangan menyerah dulu ya, Kawan!
Begini. Secara psikologi, menurut narasi yang dikutip dari jurnal Evolutionary Psychology, dikatakan bahwa ”Basically seeing something beautiful can make us happy and fresh again. This is because activities that seem to have no benefit, can improve memory and motivate yourself.” Atau pada dasarnya melihat sesuatu yang indah bisa membuat kita bahagia dan segar kembali. Ini karena aktivitas yang sepertinya tidak ada manfaatnya, dapat meningkatkan daya ingat dan memotivasi diri sendiri.” Saat seseorang melihat pemandangan atau sesuatu yang indah untuk dipandang, maka akan menambah efek bahwa seseorang bisa menyegarkan fikirannya kembali, menjernihkan fikirannya yang keruh, -walau di waktu yang singkat. Itulah sebab, mengapa mempunyai kriteria good looking sangat dibutuhkan dalam dunia pekerjaan, karena bisa meminimalisir sesaknya fikiran dan suasana dunia pekerjaan saat itu.
Lalu, bagaimana nasib kita yang ditakdirkan tidak memiliki paras indah? Kita hanya menonton saja?
Tidak. Kita tidak patut untuk berkecil hati. Juga tidak pula putus asa atas takdir yang menjadi anugerah luar biasa. Walau good looking menjadi sebuah tuntutan, tidak berarti kita menjadi insecure dan putus asa. Good looking bukan hanya ditinjau dari indahnya wajah, kebagusan fisik, baju yang mahal, dan dandanan yang melirik mata. Salah satu bentuk manifestasi dari good looking sesungguhnya adalah good value dari seseorang tersebut. Adanya pilihan good looking sebenarnya adala suatu opsi yang ditawarkan untuk menilai seberapa sehatnya fisik seseorang. Karena dipastikan bahwa, orang yang berpenampilan baik, ia memiliki kondisi fisik yang baik, kemampuan berfikir dan nalar yang baik, akhlak dan adab yang baik. Walau, dari semua itu tidak bisa kita dapatkan saat pertama kali bertemu. Tetapi, seseorang berhak untuk punya penilaian di awal perjumpaan. Indah tutur kata, fikiran yang rasional, akhlak yang mulia memang tidak ditentukan dari penampilan. Ada banyak orang yang tampil dengan jas parlente tetapi akhlaknya di bawah rata-rata. Maka, perlu mengubah standar. Good looking bukanlah menjadi titik penting dalam penilaian seseorang. Good value lebih bisa diterima di masyarakat, di semua kalangan.
Berpenampilan menarik tidak hanya bisa dinilai dari paras wajah. Sesungguhnya keindahan terletak dari keserasian. Kesesuaian kita dalam berpakaian, dengan tempat dimana kita ada, dengan siapa yang kita temui, dengan topik apa yang akan dibahas. Seharusnya, kita bisa lebih dewasa dan mengerti tentang hal itu, dan mulai membiasakannya. Saat kita bisa  mulai membedakan dan menyesuaikan, siapapun dan dimanapun kita berada akan lebih bisa menerima dan menghargai keberadaan kita. Karena, ada banyak orang yang berpenampilan menarik, tampan dan cantik, tetapi acap kali tidak dihargai karena tidak mempunyai karakter yang baik, keserasiannya dengan pakaian yang ia kenakan.
Kalau seseorang kehilangan uang, sebenarnya ia tidak kehilangan apapun. Karena uang bisa didapatkan dengan mudah, hari ini. Kalau seseorang kehilangan kesehatan, ia bisa saja kehilangan sesuatu yang penting dalam hidup. Tapi, jika seseorang kehilangan karakter dalam dirinya. Ia kehilangan segalanya.  
3 notes · View notes
ranah-upaya · 1 year
Text
14 Reason why you should love and married a woman who read books
1. She's intelligent.
The more books she reads, the more she knows about the world. Plus, she gives her mind a good workout on a daily basis which helps keep her sharp. Constant reading is also known to improve vocabulary and writing skills.
2. She's curious.
She is curious about the world and the people and things in it. Women who read will usually have a collection of books on different topics and are eager to learn new things.
3. She serves as a great trivia partner.
As she collects books, she will also collect facts, many of them completely random. A lady full of information is a great trivia partner.
4. She's low-maintenance.
She is used to snuggling up in bed with a cup of tea and a good book, so she knows how to just chill out and relax.
5. She's an expert conversationalist.
While many women who read are considered reserved, this doesnt mean that they dont have great conversations. Since she knows so much from reading books and magazines, she will probably have plenty of topics to talk about and can find ways to relate to what you are saying. And as she is used to keeping quiet and taking in information, she will probably be a great listener too.
6. She's more intimate.
Reading in itself is an intimate act. A woman who reads books knows how to give her full attention to whats in front of her and push away all of the distractions. This skill can carry over to your more intimate moments where she is bound to give you all of her attention and love.
7. She has a great imagination.
It takes a lot of imagination to make a story come alive. As she reads, she is constantly imagining characters, colors, and scenarios. A woman with a strong imagination tends to be a lot more fun and good at coming up with ideas for dates.
8. She's well-spoken.
Since reading improves vocabulary and helps readers understand the flow of sentences better, reading ladies will be well spoken. She will surely impress your parents and your friends with how intelligent she sounds in everyday conversation.
9. She's incredibly ambitious.
It takes a bit of ambition to pick up a book and follow through with reading it. She pushes herself to keep reading even when the book gets difficult or has over 200 pages. She wants to learn and grow, usually in more than one aspect of her life.
10. She's okay with being alone.
She loves being alone with a good book and doesnt like to be bothered once she is in the reading zone. A woman that can be alone makes a great partner because she wont be clingy or become co-dependent on you.
11. She's a critical thinker.
Its shown that people who read have stronger analytical skills. So, she will be a great person to talk to about tough decisions and life plans.
12. She can be entertained easily.
It wont take much to entertain her. Women who read can easily spend hours just sitting under a tree with a good book. You wont have to take her on expensive dates and luxury trips in order to impress her.
13. She's an amazing listener.
She is used to focusing on her stories, which doesnt require any talking at all. This will make her a good listener since she takes in information and processes it without responding while she reads her books.
14. She will inspire you to read.
If you arent a reader, you will probably be inspired to pick up a book if you are dating her. She will look so happy and inspired while reading that it will make you want to do the same.
Thanks for reading
Hassan Sas Bangura Blog
67 notes · View notes