Tumgik
red1703 · 12 days
Text
Makhluk kecil, kembalilah. Dari tiada ke tiada. Berbahagialah dalam ketiadaanmu ~ Gie.
0 notes
red1703 · 1 month
Text
Backsound untuk membaca ini adalah "A Moment Apart - ODESZA" Hidup kebelakang adalah hidup yang tidak lama. Karna aku masih ingin menjadi kecil. Selamanya di dalam panggkuan kakek dan nenek. Aku ingin memegang tangan mereka sejauh mungkin. Selang beberapa saat disinilah aku. Menjadi garda terdepan dari orang-orang yang ramai di dalam lingkaranku. Siapa yang akan melihatku serupa kakek dan nenek melihatku kala itu?
...
Here I go. Dalam langkah-langkah terakhir yang barangkali mati, sisa-sisa tenaga ini dikerahkan hanya untuk one last final lap on this race. Aku tidak sama dengan 2-3 tahun lalu. Sekarang hidup terasa jauh lebih cepat. Atau karna 3-4 tahun terakhir aku sudah menghabiskan hidup dengan kapasitas penuh, sehingga lebih sering masuk bengkel. Aku sebenarnya tidak peduli.
...
But, it will never stopping me for being great.
...
Tidak terasa saat ini adalah H-2 menuju idulfitri yang ke-6 jika aku hidup dalam 2 hari kedepan sejak pertama kali kedai berdiri. Idulfitri yang sekarang adalah lorong panjang tempat aku memanjangkan kaki, sebelum berlari tanpa henti. Jauh dan tak berbendung. Aku akan siap. Hidupku adalah untuk sampai kepada apa yang aku mau. Tak ada cerita diluar itu. Tak ada ragu di dalam hati, sedikitpun. Pekat serupa kopi yang kubuat. Aku akan melampauinya. Ini adalah tugas pembuktian diri bagi manusia yang berfikir. Barang siapa yang gagal untuk memahami, kehilangan hak untuk bicara dan mengkritik. Kau akan lihat kalau aku akan melakukan hal-hal yang selama ini belum pernah aku sentuh. Ruang-ruang di dalam hidup yang belum pernah aku sisir. Satu tahun terakhir sebelum semua menjadi tenang, sisa-sisa energi terakhir akan aku kerahkan hanya untuk berlari sekencang-kencangnya. Percayalah, maksudku berarti itu akan sekencang-kencangnya.
...
Bila kembali mengingat kebelakang, sekarang aku sudah tahu kenapa aku dihidupkan Tuhan. Semoga langkah-langkah yang diambil setelah ini adalah langkah yang telah direstui oleh Tuhan. Selamanya di dalam kemenangan yang tiada henti. ... Bismillah.
1 note · View note
red1703 · 2 months
Text
Tumblr media
Keresahan yang tak berujung. Aku lempar disini lebih baik ketimbang kepada manusia yang salah. Karna yang mendengar lebih baik hanyalah diri sendiri.
2 notes · View notes
red1703 · 3 months
Text
Rabu, 31 Januari 2024
Akhirnya kita disini, penghujung Januari yang kau bilang-bilang lama itu. Berakhir setelah ada di kepala kita setiap hari dari pekan menuju pekan, setiap minggu tiada henti. Kita selalu berada di Januari. Selalu.
Wahai Januari, pada hari ini kamu akan berakhir. Rasakan itu.
Pukul 10 pagi sekarang. Meski Januari membuat semuanya berjalan dengan slow motion, tapi angin bertiup kencang sejak tadi malam. Membuat daun-daun itu terbang. Siuhhhh, kata anginnya.
Aku telah menghabiskan gelas kopi pertama macam biasa. Kemudian sesaat tulisan ini dibikin, matahari muncul perlahan. Namun, tidak panas sedikitpun. Pohon-pohon di depan yang tempo hari kubeli, daunnya berguguran. Macam di Eropa, sejuk dan indah. Namun, bagaimana rasanya di Eropa yaa?? Cuma Tuhan dan orang-orang yang tahu, aku belum.
Sudah banyak yang aku rubah di Sumatra Barat. Aku senang untuk mengetahui ini, bahwa selama 5 tahun terakhir adalah proses untuk menormalkan hidup. Melayakkan kaki untuk bisa berdiri meski belum sepenuhnya lurus. Kadang tersandar, kadang tersungkur. Tapi tidak boleh terjatuh.
Kata mereka, barangkali kita tidak akan pernah menyentuh kata cukup. Namun itu bagi orang-orang. Tidak bagiku. Cukup adalah sepenuhnya ada, dan sedikit lagi kita akan sampai.
Mungkin aku prediksi bahwasanya, untuk membuat semua gagasan ini menjadi layak untuk disajikan, akan memakan waktu kurang lebih setengah dekade kedepan. Baru setelah itu kita hmm akan berdiri tanpa tersandar sedikitpun. Amiiin.
Pagi ini aku akan meminum obat. Yang mana obat-obat itu adalah perwakilan dari semua langkah yang aku ambil dengan berani pada tahun-tahun sebelumnya. Ada harga yang harus dibayar demi kemenangan yang fana ini.
Secangkir selanjutnya akan aku buat dalam segera. Hikmat di dalam dunia sendiri, yang jauh sekali dari New York itu.
1 note · View note
red1703 · 2 years
Text
Pukul 00.40 Hari ini ditutup dengan semua balik ke rumah masing-masing. Saya tidak ikut bersama mereka, mereka juga tidak ikut bersama saya. Saya meneguk bir sendirian di halaman yang luas. Wild Horses terdengar, menemani malam dengan sangat pelan. Momen serupa ini, barangkali tidak begitu berlebihan untuk sekedar beristirahat sebentar. Menyandarkan badan dan meluruskan kaki. Tak ada yang ditunggu dan tidak ada yang menunggu. ... Besok kita akan kembali kepada apa yang kita ulang-ulang. Maka dari itu untuk sekarang ini biarkan saya untuk tidak ikut serta di dalam semua bentuk pengejaran. Biarkan saya menutup pagar dan menikmati semua pencapaian yang sedikit ini. Maaf untuk semua sorak yang tidak terbalas, panggilan yang tidak pernah terjawab, dan mimpi-mimpi yang belum pernah terpegang. Tak ada kesenangan dalam hari-hari yang sekarang, kecuali dengan rasa syukur. Lagu-lagu terus berganti setiap kurang dari 10 menit. Hidup terasa berjalan begitu cepat. Secepat yang saya bayangkan. Tak ada siapapun kecuali ribuan batu yang menghampar di depan hidung saya. Tempat dimana saya memijak, yang bilamana saya berdiri, dia tidak meribut, dia tidak menggunjing. Hhjkv Selamat malam wahai dunia! Saya telah berada di tempat yang tepat. Saya belum ingin terlalu senang, tapi mari kita berdamai dan bersulang!
1 note · View note
red1703 · 2 years
Text
NOW 2022
Hari ini, adalah lima tahun sejak menulis tentang kedai kopi pertama yang harus tutup pada waktu itu. Hari ini, saya telah bersama kedai kopi yang saya dirikan sendiri pada tahun 2018. Saya beri nama KOPIGO, yang berarti sangat sederhana, Kopi Igo. Saya hilangkan satu huruf "I" nya untuk penyampaian yang lebih sederhana. Hari ini, saya duduk di kedai kopi saya itu sambil mendengar lagu-lagu. Sebuah mimpi yang saya bayangkan hadir di dalam hidup kala itu. Hari ini, saya meminum geisha. Oleh-oleh dari teman lama. Memakai sepatu New Balance dengan hoodie hitam. Saya suka kaget bila sekarang telah memperkerjakan 26 orang karyawan dan memiliki 3 cabang. Tidak, seharusnya kaget adalah bahasa untuk memperlunak bahasa kita di dalam dunia ini. Selama 5 tahun ini, saya telah kehilangan banyak orang. Tapi kemudian saya juga menemukan banyak hal-hal baru di dalam hidup. Saya bersyukur untuk semua yang bersama saya pada hari ini. Perjalanan masih sangat panjang. Saya akan berjalan menuju kepada hal-hal yang belum pernah saya melangkah. Seperti yang sudah saya lakukan 5 tahun kebelakang. Tulisan ini dibuat agar diingat.
1 note · View note
red1703 · 2 years
Text
KEDAI KOPI PERTAMA PADA TAHUN 2016
TULISAN INI DIBUAT PADA TAHUN 2017 TERSIMPAN DI DALAM DRAFT SAMPAI HARI INI TAHUN 2022. Tujuh Bulan Untuk tujuh bulan yang berarti dan penuh pelajaran. Membesarkan sebuah kedai kopi kecil dan kemudian gagal. Namun ini adalah pengalaman yang tidak akan sebanding dengan berapapun. Ini adalah tujuh bulan terbaik selama aku hidup sampai pada umur 25 sekarang. Dan ini adalah tujuh bulan terbaik sebagai barista sejak 3 tahun kebelakang. Tulisan ini aku dedikasikan untuk semua orang-orang yang terlibat selama kedai ini berproses. Dan untuk semua gagasan soal sejarah perang, masa ke-khalifahan Islam, politik, cinta, persahabatan, perjuangan, tan malaka, keringat, pasca panen kopi, humor tentang kesombongan para Q grader amatir, penghianatan dan semua huru-hara manusia, yang telah menjadi bagian dari perbincangan hangat pada kopi-kopi yang kita teguk. Sesederhana pakaian yang aku pakai, kawan-kawanku adalah mereka yang selalu bersamaku. Dan aku selalu bersama mereka. Mereka adalah orang-orang hebat yang menggugah nilai hidup ini dengan cara yang sangat sederhana namun memukau. Sesederhana cangkir yang kau pegang, didalamnya adalah kopi terbaik yang selalu aku persembahkan untuk obrolan setiap malam. Sederhana tapi terus memukau. Aku telah berhenti mengukur nilai secangkir kopi pada gelasnya. Sampai pada titik ini aku melihat bahwa nilai kebaikan dari semua kopi tidak akan selalu berbanding lurus dengan kemewahan gelas yang dia pakai. Begitupun aku, begitu pun kawan-kawanku. Kita serasa telah melewati fase-fase dimana ukuran gelas dan warnanya adalah hal yang penting. … Ini adalah hari terakhirku berada disini. Kedai kopi yang aku perjuangkan dengan keyakinan. Kulihat wajah kawan-kawan saat kukabari hal ini, sebagian terdiam untuk beberapa saat seolah bertanya kepada diri sendiri, mau bagaimana setelah ini? Sebuah keluarga telah tercipta dalam 7 bulan terakhir. Dan untuk 3 bulan kebelakang, hubungan ini semakin erat. Dan pada titik dimana dia sebelum mencapai puncak terbaik dalam sebuah huhungan pertemanan, kedai kopi ini mesti tutup. Entah bagaimana rasanya. Semua bercampur baur. Sungguh ada yang hilang. … Pada malam ketika aku menutupnya, aku perhatikan untuk beberapa detik melihat kepada tempat dimana selama ini aku taruh harapanku ketika kehilanganmu, ketika dunia terasa meninggalkanku, ketika ketika ketika semua hal terjadi di dunia ini. Maka disinilah tempat dimana aku merasa serupa di rumah. Aku senang. Tapi sekarang aku sedih. Aku tidak terlalu khawatir dengan kehilangan kedai kopi ini. Tapi aku rupanya agak khawatir kehilangan momen bersama kawan-kawan. Inilah rupanya harga yang mesti aku bayarkan demi sebuah tiket ijazah strata 1 yang sudah 5 tahun menungguku untuk menjemputnya. Ya, sekarang sudah waktunya aku memperjuangkan hidup dengan caraku sepenuhnya Sekarang pukul setengah sebelas pagi. Hujan lebat sedari tadi. Dan sisa-sisa tadi malam masih menghantuiku. Juga aku teringat setiap sore yang aku suka waktu duduk di kedai kopi tersebut. Ada banyak kedai kopi disini, tapi cuma satu kedai kopi yang menawarkan suasana sore terbaik, yaitu kedai kopiku. Aku teringat ketika aku selesai membikin kopi kemudian duduk sendirian menatap jalan di depanku, yang disirami oleh cahaya matahari pukul 5 sore. Hangat dan tidak terlalu ramai, dekat dari jantung kota kecil yang penuh sejarah ini. Tentram dan damai sekali. Kadang angin sore menghembus wajahku. Dan aku adalah tipikal orang yang selalu tahu bagaimana cara untuk menikmati soreku sendirian. Di depanku berjejer pohon-pohon tua gereja yang teduh. Aku senang jika berada disana waktu itu. Sedikit-sedikit aku mengingatmu, sedikit-sedikit aku termenung. Atau memikirkan hal-hal yang menarik lainnya, sebelum keresahan merusaknya. Itu adalah salah satu kenangan sore yang paling bagus yang aku pernah punya. Terimakasih Tuhan. Aku kira tanpa kehilangan, kita akan memaknai hidup dengan kehampaan barangkali. Tidak akan pernah mengerti nilai dari apa-apa yang mereka punya. Perkara kopi tadi, dibalik mesin-mesin kelas tinggi dan cangkir yang bewarna-warni itu, serta tempat duduk yang bagus, kadang kita lupa. Kita lupa bahwa ini semua rupanya bukan tentang kopi dan tempat duduk yang cantik saja. Tetapi tentang siapa yang duduk dibalik kopi tersebut. Tentang cerita apa yang dia tawarkan dibalik kopi tersebut. Dan bersama siapa dia duduk. Ini adalah tentang momen yang kita habiskan dengan kopi yang kita punya. Bukan tentang kopi yang kita habiskan demi melewatkan momen yang kita punya. Terimakasih untuk hidup yang telah diberi Tuhan kepadaku dan kepada orang-orang yang membuat kopi dengan perasaan. Juga semua orang yang meneguk kopi dengan hikmat, sendiri atau bersama. Sampai jumpa.
1 note · View note