Tumgik
ririnkhairin · 6 months
Text
Kalau nanti dilupain gimana?
Selepas ashar seorang kawan mengajak untuk naik ke sebuah pegunungan. Tidak terlalu tinggi memang dan masih bisa dijangkau oleh kendaraan.
Suasana di puncak cukup dingin dan hening.
Terdapat area hijau, yang membuat kami bisa bercengkrama dan membuka bungkusan makanan yang kami pesan sebelum berangkat.
Tak terasa mulai terdengar sayup-sayup kumandang adzan dari kejauhan. Kami pun bergeas untuk menunaikan sholat maghrib dengan perlengkapan seadanya.
Selepas maghrib, disaat langit sudah mulai gelap. Kami duduk termenung, hening dan benar-benar sunyi.
Terdengar lirih dari pemukiman, sepertinya dari speaker mushola. Suara lantunan ayat suci memecah keheningan.
"Kedengeran? " tanya kawanku.
"Iya mas"
"Coba deh bayangin di kuburan nanti kita tuh kaya gini"
"Maksudnya? " tanyaku penasaran
"Iya sepi seperti ini, sepi sekali. Bayangin sangkin sepinya di sini kita engga denger suara orang ngaji"
"Bayangin kalau suara sayup-sayup dari mushola itu, jika diibaratkan di kuburan, itu adalah doa orang-orang yang mendoakan kita"
"Kalau kita ternyata dilupain gimana? Engga ada yang doain?"
Tak terasa air mata mulai menggenang, jatuh dan menetes. Teringat orang-orang yang pernah begitu dekat.
Orang-orang tercinta yang telah berpulang lebih dulu.
Kalau bukan kita yang mendoakan, sehening apa tempat mereka sekarang?
—ibnufir
188 notes · View notes
ririnkhairin · 8 months
Text
Tumblr media
picture by pinterest
Mengapa begitu lama bagimu untuk datang?
Selepas lara, mungkin kita akan disambut suka yang tak terduga. Ingat ya, aku pakai kata mungkin, sebab kamu geraknya terlalu lama.
Aku sudah menyiapkan segala hal di sini, tapi kamu masih saja tersesat lupa aku di arah kiri. Aku sudah memasang pertanda untuk kamu masuk saja, tapi kamu masih berpikir bahwa foto kenangan adalah bentuk tak mampu melepaskan.
Menunggu kita hingga ada di titik frekuensi yang sama, ternyata begitu menyebalkan. Jika aku yang ugal-ugalan, kamu pikir aku cuma penasaran. Jika aku memberi tanda, kamu pikir itu untuk orang lain.
Bisa tidak, kalau tak mampu menelusuri aku hingga muara beri saja alamat. Aku bisa membaca peta dan titik koordinat. Aku benci manusia gerak lambat, biarlah aku saja yang memelukmu lebih dulu hingga kamu sekarat.
Habis, kamu terlalu lama.
—18/09/2023
213 notes · View notes
ririnkhairin · 8 months
Text
Pernah dianggap enggak normal sama temen-temen hanya karna sering melakukan block dan hide. Saat itu bagi aku kewarasan adalah prioritas utamaku. Alasan aku ngeblock dan hide juga jelas.
Setelah baca ini, ternyata itu hal normal. Fitur yang diberikan oleh aplikasi, mari digunakan dengan sebaik mungkin 😆
Normalnya
Kemarin lusa ngobrol sama psikiater, dari kurang lebih 2 jam ngobrol ada banyak sekali yang kubawa pulang dalam pikiran. Mau kutulis di sini, biar nggak lupa. Karena ada beberapa aspek pembahasan yang loncat-loncat, jadi nggak apa-apa kutulis seloncat-loncat itu.
Jadi kemarin diskusi soal cara berpikir yang normal dan tidak normal. Sehingga kita jadi mudah mengidentifikasi diri sendiri dan juga orang disekitar kita, normal apa enggak.
Normalnya, orang kalau mau menikah itu kan pasti mencari yang baik. Nyari yang lebih baik darinya atau minimal setara. Kalau sampai ada yang nyarinya di bawah kualitas dirinya - yang penting mau sama dia. Bahkan mungkin terjebak dalam toxic relationship dengan orang yang buruk banget karakternya tapi tetap dipertahankan. Ini udah nggak normal. Kalau orang normal, pasti akan mencari yang baik, bukan yang buruk. Dan akan langsung nge-cut kalau sudah tahu kondisinya demikian.
Wajar kalau orang tuamu itu pengin kamu dapat pasangan yang baik secara bibit-bebet-bobot. Kamu sudah dihidupi, disekolahkan, banyak hal yang dikorbankan orang tuamu untukmu bisa kayak sekarang. Eh pas mau nikah, seadanya orang yang penting cinta. Wajar sekali kalau nantinya orang tuamu muntab dengan keras kepalanya dirimu. Itu normal. Nggak normal justru kalau orang tua membiarkan diri kita tersesat dalam memilih pasangan hidup, membiarkan kita terjebak dengan orang yang salah, apalagi kalau nanti tahu anaknya KDRT terus sama ortu kalian nggak boleh cerai karena malu-maluin - jaga nama baik keluarga, tidak mau tahu, dan sebagainya. Itu baru nggak normal.
Normalnya, orang kalau sudah tahu bahwa orang yang kita kenal itu karakternya buruk. Meskipun, bukan kita yang mengalami kejadiannya langsung. Alarmnya sudah ON, sudah akan berhati-hati untuk membangun hubungan. Bukan malah mengabaikan data itu dan menganggap selama bukan kita yang mengalami, maka itu semua FINE FINE aja. Tidak terjadi di kita, bukan berarti itu adalah hal baik. Normalnya, kita akan lebih waspada dan itu memang sangat wajar.
Sangat wajar dan normal sekali kalau kita kemudian membangun boundaries dan tidak membangun hubungan dengan orang-orang yang sudah melewati batasan kita. Justru nggak normal dan pasti ada sesuatu, kalau kita tidak bisa memberikan rejection pada orang-orang tersebut. Tidak membangun boundaries, yang terjadi adalah diri sendiri yang kesulitan. Jadi wajar sekali kalau bahkan mungkin kamu memutus hubungan dengan mereka. Jadi, selama ada fitur unfollow - block - hide - report, silakan dipakai.
Sebagian hal itu adalah dari obrolan kemarin. Catatan lainnya banyak, tapi akan jadi catatan penting bagi diri aja.
Oh iya, ke psikolog/psikiater itu tidak hanya kalau kamu sedang sakit secara mental dan emosional. Dan kondisi sehat, coba aja cek-cek aja. Selayaknya medical-check up dalam kondisi sehat.
-kurniawangunadi
451 notes · View notes
ririnkhairin · 9 months
Text
Jauh
Ada masa ketika harapan itu cerah. Aku selalu berpikir untuk menyisakan setidaknya sedikiiit saja ruang harapan itu harus tetap menyala. Keyakinan itu masih ada. "Kan gak ada yang gak mungkin kalau Allaah berkehendak", bisikku pada diri sendiri mengajak berpikir positif. Sejauh apapun. Seenggak mungkin apapun. Kalau nanti Allaah menakdirkan, akan didekatkan.
Ada juga masa aku harus menarik diri untuk mengukur lalu menggulung harapanku sendiri. "Hei sadar!", rasanya terlalu jauuuh. Hati-hati menelan kecewa kalau terlalu berharap. Belajarlah dari yang sudah berlalu.
Ahh!
Aku terlalu menyukaimu. Eh mengagumimu.
1 note · View note
ririnkhairin · 9 months
Text
Kemungkinan
Di antara semua kemungkinan yang ada, aku menghindari kemungkinan kalau sewaktu-waktu kita bertemu tanpa rencana dan tak terduga. Alasannya sederhana, aku cuma gak pengen sejengkal bahkan seinci pun kenangan kemarin menguak lagi.
Di antara semua kemungkinan yang ada, satu kenyataan yang kini bisa ku terima; bahwa aku tak termasuk ke dalam faktor yang menjadi kemungkinan mu.
Di antara semua kemungkinan yang ada, mungkin hari kemarin memang gak layak buat diingat, tapi hari di depan masih layak diperjuangkan!
0 notes
ririnkhairin · 9 months
Text
27 tahun!
Dalam matematika, bilangan positif yang semakin ke kanan akan semakin besar nilai bilangannya. 27 tahun bukan sekedar angka yang bergeser semakin ke kanan, namun juga berisi semakin besar nilai maknanya.
Ketika usia semakin bertambah (((dalam bentuk angka, namun berkurang jatah dalam bentuk kehidupan))), ada yang semakin bisa dimaknai; tentang waktu, perjalanan, pengalaman, kebersamaan, dan lain sebagainya.
Tadinya merenung lagi, "apa yang istimewa dari mengulang hari kelahiran? Kenapa dulu sampai sedih saat gak ada yang ngucapin? Kenapa juga dulu sebegitunya ditunggu?". Bisa jadi ini menandakan pertumbuhan dan perubahan. Ya semoga benar begitu adanya. Bukan lagi sekedar mengurus perasaan sedih namun sudah sampai tahap merenungi "apa aja yang udah dilakukan selama 27 tahun?".
Ohya, tetiba aja ada perasaan malu dan takut kalau ada yang ingetin milad -_- kayak gak pengen diingetin kalau memang semakin menua huhuhu
Selamat memaknai kehidupan 27 tahun! Bismillaah yaaa, Allaah mampukan 💪❤️
0 notes
ririnkhairin · 9 months
Text
Kalau ada yang bertanya tentang hari itu, kini ku sudah bisa bercerita dengan tertawa betapa lucunya aku saat itu. Ya tetap aja, gak bisa dipungkiri, apapun yang aku rasakan hari itu, begitulah perasaan yang ingin aku terima.
Ketika satu persatu masalah yang rasanya dulu berat, sulit, ditangisi sampai kayak bakal banjir, bahkan buat gak selera makan dan ngapain², ternyata akan ada masanya semua yang sudah berlalu itu bisa diterima dengan baik. Ditertawakan saat diingat. Diambil hikmahnya setelah dijalani. Direnungi kembali untuk diambil pelajaran.
Satu hal yang tumbuh menjadi keyakinan ku hari ini, bahwa "kita bukan satu-satunya makhluk di bumi ini yang paling menderita ketika ujian menyapa. Pertolongan Allaah itu dekat jadi jangan ragu buat minta tolong. Kasih sayang Allaah itu luas jadi jangan sungkan minta disayangi sama Allaah. Pasti Allaah temani. Pasti Allaah temani. Pasti Allaah temani."
0 notes
ririnkhairin · 10 months
Text
Dulu rasanya cukup sering mendramatisir segala hal dari banyak sisi; entah itu soal pekerjaan, hubungan dengan banyak orang, kuliah sampai hal kecil dalam urusan hidup. Makin ke sini, semakin berjalan detak detak usia menuju angka tua, jadi semakin "yaudah lah ya".
Kalau gak berhasil hari ini, selain evaluasi diri dengan enggak mau berlarut lama dalam kesedihan, ucapan penghibur diri "yaudah lah ya. Besok dicoba lagi kalau kesempatan itu hadir kembali. Banyak jalan kalau memang sesuatu itu benar ditakdirkan untuk dititipkan menjadi bagian dari hidup kita. Calm. Usahanya gak boleh kendur, doa nya makin kenceng, tawakkalnya mesti utuh."
Kalau perasaan gak karuan dan kesenggol dikit rasanya pengen bacok, selain tarik nafas dalam dalam sembari pejem mata dan keluarkan dengan pelan. Lanjutkan dengan mantra "yaudah lah ya. Namanya manusia punya banyak perbedaan. Gak perlu nuntut orang lain, kendalikan diri sendiri aja dulu ygy. Hidup ini kalau gak ditangisi ya ditertawakan."
Kalau apa lagi ya .-. hmm...
Banyak deh. Aku juga baru sadar ternyata banyak hal yang dulu ya gitu rasanya didramatisir sampai segitunya, jadi makin ngalir dan legowo pas makin nambah usia. Selain karna ngeliat kanan kiri juga depan belakang, kita jadi makin belajar mau ngotot sampai ujung pun kalau hati gak lapang, susah buat nerima, dan males buat ngejalani, ya semua makin dramatis :"
Jadi, bersyukurlah yang sudah bisa melewati fase fase ngotot dan sekarang bisa se-legowo ini. Kita telah banyak dibentuk dari sekian banyak benturan. Mari berpegangan tangan buat ngejalani hari hari di depan! 💪🌵
0 notes
ririnkhairin · 10 months
Text
Doa yang Kuat
Apa kamu pernah melihat secara kasat mata bagaimana doa yang kuat bisa membuat takdir yang terasa angan menjadi kenyataan? Aku pernah. Sampai tak habis pikir, bagaimana sebuah cerita yang tak terhubung bisa terhubung, seperti bagaimana air dan minyak bisa larut, seperti bagaimana es bisa tak mencair di panas terik. Rasanya tidak masuk akal, tapi bisa-bisanya terjadi.
Aku yang jarang berdoa ini tak bisa memungkiri keteguhan doanya. Doa ibunya, doa bapaknya, yang selaras.
"Bagaimana rasanya menjalani doa yang menjadi kenyataan?" tanyaku.
"Bahagia sekali," ujarnya tersipu malu.
763 notes · View notes
ririnkhairin · 2 years
Text
Sedikiiit lagi
Bisa saja, di satu langkah yang harus ditapaki, Allaah ingin memeluk diri, untuk itu bertahan ya.
Pertolongan Allaah itu nyata kok bukan cuma ilusi. Kelezatan buah dari sabar hanya bisa dicicipi setelah melewati semuanya dengan kesabaran yang utuh dan penuh.
Sedikiiit lagi. Allaah tolong. Allaah bantu. Allaah kuatkan.
5 notes · View notes
ririnkhairin · 2 years
Photo
Tempat syutingnya Youns Stay ❤️ aaakkk
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
2022-06-01
Korean old house and garden
‘SSANGSANJE’
Canon EOS R3 + RF50mm f1.2L
1K notes · View notes
ririnkhairin · 2 years
Text
Sialnya...
Kita adalah dua individu yang berbeda, aku pengingat yang handal, sedang kamu pelupa yang ulung.
Aku mengingat segala baik mu, sedang kamu melupakan segala apapun perihal aku.
Saling berseberangan jalan, kau menempuh pelangi barumu, sedang aku masih membawa payung untukmu berteduh.
Katamu hujan itu seperti kita, saling mencintai secara tiba-tiba namun dengan waktu yang hanya sebentar saja.
97 notes · View notes
ririnkhairin · 2 years
Text
Kira-kira Allaah ingin ngasi hikmah apa ya (?)
Terlepas dari yang udah terjadi, tangis yang meledak, sakit yang gak bisa ditahan, dan segalanya seperti dunia runtuh tepat di atas kepala. Ini semua hanyalah sedikiiit (قليلا) dari sekian banyak hamparan nikmat yang sudah dan akan aku cicipi di bumi Allaah. Sedih? Tentu. Di dalam kepala saat itu yang terpikir hanyalah angan-angan beserta rencana yang sudah ku susun dengan baik untuk bisa menikmati hari lebaran nanti. Rasanya indah sekali dalam angan. Rasanya seperti yakin bisa melakukan -tanpa bergantung pada Allaah. Rasanya, memang dasar manusia yaa. Kadang harus diuji terlebih dulu agar bisa menginsyafi :"
Dubraaaakkkkk. Wajah terseret aspal yang lumayan jauh. "Aku jatuh (lagi) dari motor", batinku berbisik. Allaah...
Harusnya memang mengikuti firasat sebagai petunjuk dari Allaah. Ini pula yang aku baca dari buku sebagai pemenuhan salah satu tugas di Kelas Ramadhan Maksimal. Perempuan punya firasat yang tajam. Allaah memberikan petunjuk melalui hati. Firasat itu adanya di hati.
Hari ini langsung pulang aja. Besok aja deh keknya pergi beli Jilbab. Kan masih ada hari besok. Insyaa Allaah masih sempat
Nyatanya, mengikuti petunjuk Allaah melalui firasat tak semulus yang aku baca di buku. Pikiran yang berasal dari logika menentang keras. Aku pun bingung, yang mana dari firasat, yang mana dari logika. "Tinggalkan yang membuat diri ragu" pun tak semudah yang dikira. Seolah ini praktik dari yang aku baca di buku.
***
Ketika pergi, berulangkali kami hampir bertabrakan dengan orang. Gak ngeuh juga kalau itu tanda dari Allaah.
Sampai ketika pulang, terjadilah sesuatu yang tak diduga. Kecelakaan. Hanya aku yang parah kalau mau dibandingin dengan yang lain..
Rasa sakit lukanya gak seberapa, tapi kalau dipikir seluruh angan, ketidakpekaan, bahkan betapa ngeyelnya aku cukup mengerikan :" seolah Allaah pengen bilang, "tadi tuh Aku udah ngasi tanda, kenapa gak ngikutin?"
Jadi inget, pas ngulik insight di buku quranreview beserta masih membaca buku Femininitas, kalau marahnya Allaah juga sebagai bentuk kasih sayang. Karna pada dasarnya sifat Allaah itu Ar-Rahman dan Ar-Rahiim.
Pernah gak ngerasa udah dimarahin trus dipuk-puk gitu?
Nah gitu, serasa Allaah lagi pengen bilang ke aku, "denger hamba-Ku, meski kau anggap ini sebagai musibah, sesungguhnya Aku gak akan pernah ninggalin kamu."
***
Sekitar 2 hari off dari kegiatan dan hiruk pikuk sosmed, betul betul merenungi, "kira-kira Allaah ingin aku mengambil hikmah apa ya atas kejadian ini?". Dibanding aku berteriak dengan bertanya "kenapa harus aku yang menjalani episode kehidupan kayak gini?", baiknya memang aku segera inget kembali kalau semua yang terjadi di bumi ini atas izin Allaah.
Semoga bisa berbaik sangka terus sama Allaah :"
0 notes
ririnkhairin · 2 years
Text
Kalau saja melupakan tanpa ada sisa kenangan menjadi hal yang menenangkan, aku menginginkannya. Kadang aku sendiri kewalahan dengan pikiranku yang terlalu berisik memikirkan yang semestinya sudah tak perlu lagi dipikirkan. Kadang bathin berperang sembari berteriak, "sampai kapan begini heiiii".
Allaah-ku
Aku ingin pikiranku tenang dengan hanya memikirkan-Mu.
0 notes
ririnkhairin · 2 years
Text
Dari aku untuk aku
Dirimu hanya diizinkan mengetahui rangkaian cerita sedih, pilu, beserta deretan perasaan resah dari kisah perjalanannya. Padahal sesungguhnya ia sedang menikmati bahagia dan tawa di tiap jengkal luka yang sedang kau usahakan untuk sembuh.
Percayalah, Rin...
Dia baik-baik saja.
Dia bahagia.
Dia takkan mengais ingatannya tentangmu.
Dia, kini telah memutuskan perjalanannya bukan bersamamu.
Tentu Rin. Kau berhak hidup bahagia, tenang, senang, tanpa perlu memikirkan keadaannya. Keadaanmu saja sudah cukup pelik. Tolong, sadar!
Hari demi hari yang berat ini akan berlalu. Luka demi luka akan sembuh. Lika liku perjalanan ini juga akan bisa dilewati. Sebab Allaah yang mengizinkan semua ini terjadi. Allaah yang telah memilihmu menjalani takdir ini.
Berbahagialah ❤️
0 notes
ririnkhairin · 2 years
Text
Saat berusaha menjadi orang yang dewasa, aku jadi mengerti bahwa penerimaan merupakan bagian dari hal yang harus diperjuangkan setiap hari. Menerima kegagalan, menerima kehilangan, menerima yang terjadi di luar kuasa, dan deretan menerima lainnya.
Apakah mudah?
Tentu tidak. Akal mungkin sering berteriak, "bagaimana bisa menerima padahal nasib beruntung sedang tak berpihak?", "apa cuma diri ini yang harus melalui rentetan kegagalan?, teriakan lainnya yang tak kalah kencangnya.
Namun, ada satu yang aku mengerti baru-baru ini; di hidup ini selain kita mengaktifkan akal, kita juga perlu mengaktifkan hati. Ketenangan dan kesenangan itu letaknya di hati. Lapang dada itu letaknya di hati. Kegelisahan beserta ketakutan juga letaknya di hati. Bukan di akal.
Maka, cara berjuang menerima ialah meminta Allaah untuk menuntun serta membimbing hati agar "mau" menerima. Ridha dengan ketetapan Allaah. Keridhaan yang membawa hati kita tak lelah dengan pertanyaan bahkan menggerutu.
*refleksi setelah naik turun tangga wqqwq
1 note · View note
ririnkhairin · 2 years
Text
Bismillaah, 2022 diperjuangkan dan memperjuangkan dengan cara yang Allaah ridhoi!
*ditemukan dan menemukan
Pada akhirnya kita akan merasa cukup dan berhenti pada dia yang berani dan memperjuangkan kita.
91 notes · View notes