Tumgik
#RKM1Edisi12
rambaimanis · 4 years
Text
PERJALANAN HIDUP SAYA DI SALMAN MEDIA
.
(Bagian 6 dari 6)
.
Sebelum saya membuka rekening BRI pada pertengahan Ramadhan 1438, saya menyimpan uang beasiswa yang saya dapatkan dari Yayasan Pembina Masjid (YPM) Salman ITB di rekening tabungan emas Pegadaian saya, karena saat itu saya sudah mendapatkan biaya hidup bulanan yang cukup dari orangtua. Ketika saya pulang ke kampung halaman (Rantauprapat, Sumatera Utara), saya disuruh oleh ayah saya untuk membuka rekening di BRI, agar saya mendapatkan langsung uang pensiunan Taspen mendiang ibu saya yang meninggal tahun 1435/2014 lalu, setelah sebelumnya uang tersebut dipegang oleh ayah saya. Maka, tanggal 19 Ramadhan 1438/14 Juni 2017, saya membuka rekening di salah satu cabang BRI di Rantauprapat. Sejak saat itu, hingga tulisan ini ditulis, saya selalu mendapatkan uang pensiunan dari Taspen setiap bulan, juga THR dan uang pensiunan ke-13.
.
Setelah saya membuka rekening BRI pertengahan Ramadhan tahun itu, saya mulai terpikir untuk menggunakan uang pensiunan dari Taspen bersamaan dengan uang beasiswa dari Salman, sebagai biaya hidup bulanan, sehingga saya tidak memerlukan lagi uang bulanan dari orangtua. Selama saya mendapatkan beasiswa dari Salman, saya selalu menerapkannya. Alhamdulillah.
.
Setelah Ramadhan 1438 berakhir tanggal 24 Juni 2017, selesailah tugas para relawan khusus Ramadhan di Salman Media. Maka kami berlima (saya, Fahmi, Syayyid, Muti'ah, dan Vyanti) kembali bertugas sebagai reporter dan desainer di Salman Media. Sebelum saya mulai mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik ITB 2017 tanggal 23 Syawwal 1438/17 Juli 2017, Teh Fathia telah memberi kami tugas-tugas peliputan dan desain dalam rangka menyambut dan merayakan Idul Adha, yang kala itu akan tiba sebentar lagi. Maka saya pun mengerjakan tugas-tugas itu, bahkan ketika saya sedang menjalani KKN di Kuningan, Jawa Barat, saya tetap mengerjakan dan mengirimkan tugas tersebut di situs web Kabar Salman ITB.
.
Setelah tiga pekan saya menjalani KKN di Kab. Kuningan, tepatnya di Desa Cipakem, Kec. Maleber, pada tanggal 13 Dzulqa'dah 1438/6 Agustus 2017, saya kembali ke Bandung bersama para peserta lainnya dan panitia KKN. Setelah saya tiba di Bandung, saya kembali melanjutkan tugas-tugas yang masih tersisa, karena agenda-agenda terkait Idul Adha di Masjid Salman ITB akan diadakan sebentar lagi. Puncak dari itu semua adalah agenda Bandung Adha Festival, yang diselenggarakan pada hari tasyriq kedua (3 September 2017). Namun, saat Idul Adha dan hari-hari tasyriq tahun itu, saya tidak meliput agenda-agenda Idul Adha di Salman, karena saya sedang berkunjung ke rumah-rumah kerabat saya di Jabodetabek dalam rangka menjalin silaturahim. Pada malam hari tasyriq ketiga, saya akhirnya tiba di Bandung lagi, dan pada hari tasyriq ketiga, saya kembali ke kampus ITB untuk menjalani perkuliahan pekan ketiga di semester ketujuh.
.
Pada tanggal 15 Dzulhijjah 1438/6 September 2017, pendaftaran beasiswa magang di Salman Media dibuka. Dan pada tanggal 25 Dzulhijjah 1438/16 September 2017 sore, saya mengikuti kajian Sunnah untuk pertama kalinya, bersama Ustadz Abu Haidar as-Sundawi حفظه الله di Masjid Besar Cipaganti, Kota Bandung, setelah saya mendapatkan infonya dari salah satu teman seangkatan saya yang sudah lebih dahulu mendapatkan hidayah Sunnah. Sejak saat itu, dengan hidayah dari Allah Ta'ala, saya memutuskan untuk berhijrah ke manhaj salaf, dan meninggalkan paham khawarij yang saya anut dan praktikkan secara diam-diam sebelumnya. Namun saya tidak mengundurkan diri dari Salman Media, sampai periode beasiswa Salman berakhir pada akhir tahun 2017. Karena itu, sampai bulan Rabiul Akhir 1439/Desember 2017, saya masih meliput kegiatan-kegiatan YPM Salman ITB, juga menulis berita tentang Salman dan artikel dari materi kajian non-Sunnah di Masjid Salman ITB. Namun, pada semester kedua saya di Salman Media, berita dan artikel yang saya tulis di situs web Kabar Salman ITB lebih sedikit jumlahnya dari tulisan-tulisan saya di situs tersebut pada semester pertama.
.
Setelah beswan magang diterima di Salman Media kala itu, pada tanggal 17 Muharram 1439/7 Oktober 2017, kami berlima, koordinator Salman Media (Teh Fathia), dan Teh Ana dari Rumah Amal Salman bertemu dengan mereka di Gedung Sayap Selatan (GSS) Salman ITB. Mereka dibagi menjadi beberapa kelompok, dan setiap orang dari kami berlima ditugaskan untuk membimbing satu kelompok dari mereka selama masa magang mereka. Maka saya memerintahkan mereka yang ada di kelompok bimbingan saya untuk menulis artikel tentang mengenal manhaj salaf. Karena saat itu belum ada dari mereka yang mengenal manhaj salaf, saya membimbing mereka untuk menjadikan beberapa situs web ahlussunnah yang sudah saya kenal saat itu (muslim.or.id, rumaysho.com, dll.) sebagai referensi mereka dalam menulis artikel tersebut. Situs-situs tersebut sudah saya kenal sejak saya masih SMP, karena ketika saya masih SMP, saya sudah mengenal internet, dan saat itu, tetangga saya sudah mendakwahkan Sunnah kepada saya. Saat itu, saya menerima dakwah beliau, meskipun beliau hanya mengajarkan saya sebagian fiqh ibadah yang sesuai Sunnah, dan tidak mengajarkan saya aqidah dan manhaj salaf.
.
Setelah artikel tersebut ditulis dan diterbitkan di situs web Kabar Salman ITB, terjadi kehebohan karena sebagian pembacanya protes akan isinya. Maka artikel tersebut dihapus dari situs web Kabar Salman. Dan para beswan magang masih terus bekerja di Salman Media selama beberapa waktu, sebelum periode beasiswa aktivis Salman berakhir pada akhir 2017. Demikian juga kami berlima, kami masih tetap menulis berita tentang kegiatan-kegiatan YPM Salman ITB dan artikel dari materi kajian-kajian di Masjid Salman, serta mengelola media sosial YPM Salman, sampai periode beasiswa kami berakhir pada akhir 2017, meskipun produktivitas kami pada semester kedua kami di Salman Media menurun, tidak seperti pada semester pertama. Pada semester kedua kami di Salman Media, kami sebagai bagian dari Biro Humas YPM Salman ITB juga sempat diminta untuk menjaga front office (kantor informasi dan penerimaan tamu) di kompleks Masjid Salman secara bergiliran dan berkala, selama beberapa waktu.
.
Pada awal Rabiul Akhir 1439/akhir Desember 2017, pendaftaran beasiswa aktivis Salman (BAS) periode 2018 dibuka. Saya mendaftarkan diri untuk mendapatkannya, namun saya tidak diterima sebagai beswan. Maka, sejak saat itu, saya tidak mendapat beasiswa lagi dari YPM Salman ITB, sehingga untuk menutupi kekurangan uang bulanan saya di Bandung, saya menggunakan uang dari orangtua saya bersamaan dengan uang pensiunan Taspen yang masih saya dapatkan setiap bulan hingga tulisan ini saya tulis. Meskipun demikian, saya mendapat nikmat yang jauh lebih berharga daripada uang beasiswa tersebut, yaitu mulai dipahamkannya saya akan aqidah dan manhaj salaf oleh Allah Ta'ala saat itu. Boleh jadi itu adalah hikmah dari tidak diterimanya saya sebagai beswan BAS periode 2018. Jika saja saya diterima saat itu, bisa jadi Allah Ta'ala tidak memahamkannya kepada saya saat itu, melainkan beberapa waktu setelahnya.
.
Awalnya, dalam beberapa bulan pertama setelah saya mengikuti kajian Sunnah pertama kali, saya masih mengikuti kajian Sunnah sepekan sekali, yaitu kajian fiqh dari kitab syarh (penjelasan) Bulughul Maram bersama Ustadz Abu Haidar as-Sundawi, di Masjid Besar Cipaganti, yang lokasinya dekat dari kosan saya dan kampus ITB, sehingga saya bisa pergi ke sana hanya dengan berjalan kaki. Ketika itu, saya masih mendengarkan kajian dari orang-orang non-Sunnah, karena sebagai beswan Salman Media, saya diharuskan mengikuti mabit bulanan di Masjid Salman ITB, yang isinya adalah kajian malam dan pagi, shalat malam berjamaah, dan sarapan pagi bersama, dan karena saya saat itu belum memahami pentingnya menuntut ilmu syar'i hanya dari para ustadz dan ulama yang bermanhaj salaf. Namun, seiring berjalannya waktu, saya mulai mengikuti kajian Sunnah lebih sering, dan saya mulai memahami pentingnya memilih guru dan sumber yang terpercaya dalam menuntut ilmu agama. Sejak saat itu saya mulai mengikuti kajian rutin aqidah ahlussunnah, dan kajian-kajian Sunnah yang saya ikuti pun tidak lagi terbatas hanya di tempat-tempat yang dekat dari kosan saya dan kampus ITB saja. Sebab itu, kendaraan menjadi mutlak diperlukan. Maka, sebelum saya memiliki motor, saya sering menaiki ojek daring atau angkutan umum lainnya jika saya ingin mengikuti kajian Sunnah di tempat-tempat yang cukup jauh dari kosan saya, hingga akhirnya di grup Line salafiyyun di ITB (Thullabul 'Ilmi ITB) ada yang menawarkan motor bekasnya untuk dijual.
.
Setelah saya melihat penawaran tersebut, saya memeriksa tabungan emas saya di Pegadaian, yang uangnya berasal dari beasiswa Salman Media yang dikumpulkan selama semester pertama saya mendapatkannya, dan alhamdulillah, tabungan saya cukup untuk membeli motor tersebut. Maka pada tanggal 18 Rajab 1439/4 April 2018, saya beli motor tersebut darinya dengan harga 4,2 juta rupiah, lengkap dengan STNK, BPKB, helm, dan jas hujan. Sejak saat itu, transportasi saya menuju tempat-tempat kajian Sunnah, baik kajian rutin, kajian tematik, maupun daurah, menjadi lebih mudah, sebab saya tidak perlu memesan ojek daring atau menaiki angkutan umum lagi. Alhamdulillah.
.
Pada akhir 2019 lalu, Ustadz Andy Latief حفظه الله mengusulkan untuk membuat situs web panduanmuslim.com, dan mengajak para pemuda yang mengikuti majelis ilmu rutin beliau untuk menjadi penulisnya. Terinspirasi dari pengalaman saya sebagai penulis artikel kajian non-Sunnah di situs web Kabar Salman ITB 2017 lalu, saya mengajukan diri kepada beliau untuk menjadi salah satu penulis di situs web Panduan Muslim. Alhamdulillah, sampai tulisan ini saya tulis, dua artikel ilmiah yang saya tulis di situs tersebut sudah terbit, setelah ditinjau oleh Ustadz Andy. Semoga tulisan kami di situs tersebut bermanfaat. Amin.
.
Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Banten
Ramadhan 1438 - Ramadhan 1441
Juni 2017 - April 2020
0 notes