Tumgik
#komposer musik klasik indonesia
filosofilagucom · 4 years
Text
4684 Daftar komposer musik klasik yang ada di dunia
4684 Daftar komposer musik klasik yang ada di dunia -
Komposer musik kelas dunia 
Ini adalah daftar komposer dengan nama , diurutkan menurut alfabet berdasarkan nama keluarga, lalu dengan nama lain. Daftar komposer YANG FILOSOFILAGU.COM tulis sama sekali tidak lengkap. Hal ini tidak dibatasi oleh klasifikasi seperti genre atau periode waktu; Namun, ini hanya mencakup komposer musik yang memiliki ketenaran, notability atau kepentingan penting yang…
View On WordPress
0 notes
filosofilagu · 4 years
Text
4684 Daftar komposer musik klasik yang ada di dunia
4684 Daftar komposer musik klasik yang ada di dunia -
Komposer musik kelas dunia 
Ini adalah daftar komposer dengan nama , diurutkan menurut alfabet berdasarkan nama keluarga, lalu dengan nama lain. Daftar komposer YANG FILOSOFILAGU.COM tulis sama sekali tidak lengkap. Hal ini tidak dibatasi oleh klasifikasi seperti genre atau periode waktu; Namun, ini hanya mencakup komposer musik yang memiliki ketenaran, notability atau kepentingan penting yang…
View On WordPress
0 notes
wandaserawai · 2 years
Text
Tumblr media
Album studio Indonesia tahun 1976 yang dirilis oleh  Guruh Sukarnoputra  bekerja sama dengan  grup musik  Gipsy beranggotakan  Keenan Nasution,  Chrisye,  Roni Harahap, dan  Oding Nasution bernama "Guruh Gipsy" tema "Kesepakatan Dalam Kepekatan". Memadukan instrumen modern dengan gaya musik tradisional Jawa dan Bali, kini album ini dianggap sebagai salah satu album penting. Mereka sangat akrab dengan musik Bali, bahkan pada awal tahun 1970an, mereka pernah tampil manggung di Bank Indonesia dengan menampilkan musik barat yang dipadukan dengan musik Bali, berkolaborasi dengan kelompok gamelan yang dipimpin oleh Wayan Suparta Wijaya. Upaya kolaboratif yang disebut Guruh Gipsy dibuat dengan semangat yang kuat, mungkin karena Guruh ingin berkesperiman menggabungkan musik etnis Bali yang berdasarkan skala pentatonis dan musik barat yang didasarkan pada skala diatonis. Upaya ini membutuhkan waktu selama kurang lebih enam belas bulan dari awal mereka berlatih. Waktu yang digunakan oleh Guruh untuk berbagai kegiatan rekaman tersebut sangatlah padat. Mulai dari pembiayaan proyek, penjadwalan dengan studio, yang waktu itu hanya memiliki sistem rekaman 16 track, yaitu studio Tri Angkasa, dan menyusun musik bersama Keenan Nasution (drum), Odink Nasution (gitar), Abadi Soesman (keyboard), Roni Harahap (piano), dan Chrisye (vokal). Rekaman memakan waktu kurang lebih selama 52 hari. Harry Roesli dan berbagai nama lainnya pernah melakukan hal yang sama. Bahkan pada tahun itu baru saja dirilis album eksperimen "Bali Agung" yang menggabungkan musik rock dan musik tradisional Bali oleh pemusik eksperimentalis Jerman, Eberhard Schoener. Membaurkan gamelan dan musik tradisional, sebetulnya bukan sesuatu yang baru. Komposer Jean Claude Debussy pun telah melakukan hal tersebut dalam format klasik. Juga ada pemusik asal Kanada Collin McPhee yang sejak era 1930an telah membuat komposisi yang bertumpu pada seperangkat gamelan bertajuk Tabuh-tabuhan (1934). Bahkan, Jim Morrison dengan "The Doors", juga pernah melakukan hal serupa. Pada pada album "L A Woman The Doors (1971)" termasuk pula album solo Ray Manzarek bertajuk "The Golden Scarab" hingga "Bali Agung Eberhard Schoener (1976)".
0 notes
heydivai · 3 years
Text
Jurnal Tantangan 30 Hari Film Indonesia - Hari Keduabelas
12 Maret 2021
Kembali lagi dalam jurnal menulis saya, hari ini tema kita adalah "Film Masa Kecil Favorit."
Sebagai orang yang lahir tahun 1990 dan mengalami pergantian abad 20 menjadi abad 21, ada masanya stasiun teve TPI -Televisi Pendidikan Indonesia- menayangkan film-film Indonesia klasik, seperti Inem Pelayan Seksi dari sutradara Nya' Abbas Akub, Ratu Amplop dari Benyamin Sueb, atau drama yang sedih semisal Ayah tiriku, Ibu tirimu yang dibintangi Dina Mariana sampai Anak-anak Tak Beribu yang dibintangi Lukman Sardi semasa kecil bersama saudaranya Santi Sardi dan Ajeng Triani Sardi.
Saya rindu film-film klasik yang saya tonton ketika masih kecil ini. Berhubung tidak bisa ditemukan di platform OTT, saya mengganti jawaban saya untuk tema ini. Saya pilih Petualangan Sherina, yang juga fenomenal, dirilis ketika saya masih kelas empat SD. Sewaktu kecil, saya tidak punya kesempatan nonton film ini langsung di bioskop. Saya menonton kira-kira setahun kemudian, saat filmnya diputar di stasiun teve.
Saya sudah ratusan kali menonton film ini, setiap kali filmnya ditayangkan ulang di TV saya pasti nonton. Hari ini saya punya alasan untuk kembali nonton film ini. Hore! 😁
Apa yang saya suka dari Petualangan Sherina? Pertama, ide cerita yang segar. Di tengah gempuran film asing yang membanjiri bioskop, Petualangan Sherina hadir menggebrak. Film drama petualangan yang dibintangi anak-anak, musikal pula. Memang, pada tahun itu juga ada film Indonesia lain yang dirilis tetapi segmentasenya terbatas, seperti Pasir Berbisik, Tragedi, atau Bintang Jatuh. Petualangan Sherina sukses mencetak angka penonton yang fantastis, dan lebih dari itu membuat insan perfilman Indonesia kembali optimis akan masa depan film di negeri ini. Premis dan plot cerita Petualangan Sherina sendiri pun sudah asik. Seorang anak perempuan yang lincah dan periang terpaksa pindah dari Jakarta ke Bandung, dan pada hari pertama sekolah sudah memercik api permusuhan dengan anak bandel di kelas, tapi justru dengan si anak bandel ini lah dia mengalami petualangan paling menegangkan karena diculik oleh orang jahat yang menginginkan tanah seorang juragan kaya. Ceritanya memang sedikit menyorot kecurangan bisnis, tetapi tidak neko-neko dan masih ramah ditonton anak-anak. Apalagi adegan penculikannya sengaja dibuat lucu.
Dari wawancara yang pernah saya baca, awalnya sebelum dirilis dengan judul Petualangan Sherina, film ini akan diberi judul "Petualangan Vera dan Elmo." Kemudian diganti menjadi Petualangan Vera. Namun kala itu karir Sherina benar-benar meroket, kaset lagu-lagunya laku keras, dan namanya dikenal oleh banyak orang, sehingga diputuskan bahwa film ini akan memakai namanya sendiri, sehingga jadilah Petualangan Sherina.
Hal kedua yang saya suka dari film ini tentu saja adalah lagu-lagunya. Tidak hanya liriknya yang sederhana tapi mengena, tetapi juga penempatannya yang sangat pas dan tidak mengganggu alur cerita. Ingat, ini film musikal. Lagu-lagunya sebagian besar dibawakan sambil menari. Jika penempatannya salah, kemunculan lagu bisa jadi membuat penonton tidak sabar. Kenikmatan menyimak film juga terdistraksi. Tapi film Petualangan Sherina tidak demikian. Mulai dari lagu Menikmati Hari yang tampil di awal, lagu bernada sendu Lihat Lebih Dekat yang dibawakan Sherina duet dengan Uci Nurul, lagu Jagoan, Anak Mami, lagu Kertaradjasa dari Djaduk Ferianto, dan ditutup dengan lagu Persahabatan, semuanya saling mengisi adegan. Waktu masih anak-anak, saya hanya menikmati lagunya. Setelah dewasa dan menonton ulang, saya merasa lirik lagunya penuh nasihat yang bijak. Coba perhatikan,
"Setiap manusia di dunia pasti punya kesalahan, tapi hanya yang pemberani yang sanggup mengakui.
Setiap manusia di dunia pasti pernah sakit hati, hanya yang berjiwa kesatria yang mau memaafkan."
Siapa sangka petuah seperti ini disisipkan pada film musikal anak-anak? Secara tak langsung anak-anak ditanamkan sifat rendah hati dan pemaaf, tapi alih-alih didoktrin dengan cara menggurui yang membosankan, pesan ini disampaikan dalam lagu penutup yang manis.
Saya dan penikmat Petualangan Sherina lainnya benar-benar berhutang pada almarhum Elfa Secioria Hasbullah, komposer yang menciptakan simfoni-simfoni di film ini. 😊
Film Petualangan Sherina bisa dibilang film kesayangan banyak orang. Dampaknya ke saya cukup besar. Yang sama-sama kelahiran tahun 1990 seperti saya mungkin juga mengalami obsesi terhadap jajanan Tini Wini Biti, yang dulu menggandeng Sherina sebagai ikon mereka. Atau kecanduan makan permen coklat Smarties yang ditampung di wadah kotak kemudian dimakan pelan-pelan supaya mirip adegan di film. Waktu kelas tiga SMP, sekolah saya mengadakan piknik ke Jakarta dan Bandung, salah satunya mengunjungi Observatorium Boscha di Lembang. Saya sumringah sekali waktu itu, berkali-kali saya menggumamkan "Canopus, Capella, Vega..." selama berkeliling observatorium dan melihat teropong yang juga muncul di film Petualangan Sherina.
Petualangan Sherina bagi saya bukan cuma film. Ia adalah kotak berisi harta karun. Dan seperti halnya harta karun, dia amat berharga.
Tabik!
Salam,
Divai.
Tumblr media
1 note · View note
kadaryanto97 · 4 years
Photo
Tumblr media
Merenungkan Gema Perjumpaan Musikal Indonesia-Belanda Penulis: Bart Barendregt dan Els Bogaerts (ed) Penerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia ISBN: 978-979-461-635-2 Dimensi: 16 x 24 cm Jenis Cover: Softcover Jenis Kertas: BookPaper Jumlah Halaman: xvi + 403 hlm Tahun Terbit: 2016 Original Harga Rp100.000 diskon 20% Rp80.000 Sinopsis Dari waktu ke waktu, hingga kini, komposer, pelaku pergelaran, dan sarjana musik saling mengilhami. Kehadiran orang Belanda di Hindia Belanda dan Indonesia serta keberadaan komunitas diaspora yang besar di negeri Belanda telah memberi kontribusi terhadap pertukaran timbal-balik dalam bidang musik: dari kelompok musik tiup militer, musik klasik dan liturgi sampai musik jazz, Indo rock, dan musik dunia sebagai yang lebih baru. Meskipun demikian, interaksi musikal seperti itu sering dibentuk oleh kekuatan kekuasaan yang tidak seimbang, apalagi dengan motif-motif yang sangat beragam pada awalnya. Merenungkan Gema menyajikan eksplorasi musikologis, historis, dan antropologis dalam perjumpaan musikal yang telah dibentuk dalam masa lalu dan masa sekarang. Hasilnya adalah warisan musik yang hingga kini dapat didengarkan. Kontributor adalah: Bart Barendregt, Els Bogaerts, Liesbeth Ouwehand, Gerard A. Persoon, Sumarsam, Miriam Brenner, R. Franki S. Notosudirdjo, Henk Mak van Dijk, Madelon Djajadiningrat, Clara Brinkgreve, Wim van Zanten, Matthew Cohen, Lutgard Mutsaers, Rein Spoorman, Annika Ockhorst, dan Fridus Steijlen. #musikalindonesia #musikalisasipuisi #musikalisasipuisiindonesia #musikalisasi #musikalisasisastra #musikalisasipusi #musikalisasipuisibaper #musikalive #musikaliska #musikalisasiindonesia #musikalisasipuisicinta #musikalisasinusantara #musikalisaipuisi #musikalisasipuisirp2020 #musikalipuisi #musikalitasindo #musikalisch #musikalisk #cinematic #cinematicvideo #cinematicindonesia #cinematicphotography #footagevideo #indonesiafootage #footageindonesia #videocinematic #videopuisi #cinematographers #videofootage #cinematicmusic https://www.instagram.com/p/CB02Zm7J18z/?igshid=hnvoh23t4vbq
0 notes
bukuoriginal-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
📚❤ #ReviewBuku dari @bacaanchan - Prelude karya Sam Umar (Teen Noura, 2014) . Bicara tentang musik klasik, ada satu nama yang benar-benar tidak bisa diabaikan. Dialah Johann Sebastian Bach, komposer kenamaan Zaman Barok asal Jerman yang telah menghasilkan lebih dari 1000 karya musik, dan ide-idenya tentang musik terus menginspirasi komposer zaman sekarang. . Prelude karya Sam Umar ini mengangkat tema Festival Bach, sebuah festival musik tahunan di Leipzig untuk mengenang sang komposer kenamaan tersebut. . Bercerita tentang Tina, mahasiswi Indonesia yang kuliah musik di Leipzig, Jerman. Mendekati event Festival Bach, pemain cello muda ini memutuskan untuk ambil bagian dalam festival bergengsi itu dengan mengikuti audisi. Karena ini adalah Festival Bach, karya yang dimainkan tentu adalah karya Bach. Karya Bach yang Tina mainkan untuk audisi adalah Prelude dari Cello Suite No.1. Tak disangka, ternyata karya ini menyimpan rahasia tentang masa lalu Tina dan orang-orang terdekatnya. . Dibalut dengan latar Festival Bach, novel ini memberi pengetahuan tidak hanya tentang musik klasik, tapi tentunya tentang kisah hidup Bach juga. Penjabaran latar dan sejarahnya juga cukup detil, jadi bisa membayangkan dengan jelas. Ini adalah salah satu novel musikal paling berbobot yang pernah kubaca. . Alurnya menurutku mudah ditebak. Penjabarannya juga, walaupun detil dan jelas, tapi penyampaiannya seperti buku pelajaran. Tidak terlalu asyik, cenderung membosankan. . Syukurlah novel ini diakhiri dengan ending yang realistis. Riset penulis yang begitu mumpuni untuk menghadirkan kisah ini juga patut diacungi jempol. Applause! :) https://www.instagram.com/p/B4Bi0raAAN6/?igshid=1i6yizq0c9uwd
0 notes
sammymamoto · 5 years
Photo
Tumblr media
Untuk pertama kalinya dalam sejarah musik Indonesia di adakan pagelaran Musik klasik akbar, sebanyak 60 orang pemain musik dan 100 orang penyanyi dari Jakarta Simfonia Orchestra (JSO) dan Jakarta Oratorio Society (JOS) @jakartasimfoniaorchestra mengadakan pagelaran musik klasik di Lapangan terbuka Monas, Jakarta Pusat Minggu, 8 September 2019 bertajuk konser Jakarta Bersorak!! Sebelum musik-musik klasik karya komposer dunia dimainkan, lagu-lagu nasional lebih dulu berkumandang di Monas, sebagai pembuka konser musik klasik terbuka pertama di Indonesia. Lagu 'Bangun Pemuda-pemudi' hingga 'Indonesia Raya' Adapun repertoar yang dikumandangkan, di antaranya karya Wolfgang Amadeus Mozart, Franz von Suppé, Gioachino Antonio Rossini, dipimpin oleh dua conduktor wanita muda Eunice dan Rebecca. @gnotecinue @rebeccatongconductor Sementara repetoar lain karya Waltz Johann StraussII the Blue Danube dan Voice of Spring membuat penonton semakin berdecak kagum. Karya agung Ludwig van Beethoven. Beethoven meliputi Simfoni Nomor 9, bagian 4, Ode to Joy dengan koor Jakarta Oratorio Sociiety dipimpin langsung pendiri JSO, Pdt.Stephen Tong. Radetzky March dari Johaan Strauss I sanggup membuat penonton bertepuk tangan bersamaan dengan iringan instrumental yang ceria sekaligus menutupi pagelaran akbar ini. #KonserAkbarMonas #bersatudalammusik #jakartasimfoniaorkestra #musikbaginkri #johannstrauus #mozart #ludwigvanbeethoven https://www.instagram.com/p/B2NGumGlwCB/?igshid=c10ha3le2tq4
0 notes
ejharawk · 6 years
Text
Selamat jalan sang bahaduri
Tumblr media
Jakarta, Senin (5/2/2018), tepat pukul 10.00, saya terbangun dari tidur. Di luar sedang hujan rintik-rintik. Saya lalu melongok ponsel. Ada beberapa pesan masuk. Salah satunya bertuliskan, “Jha, Mas Yockie meninggal dunia.” Sontak saya kaget. Bengong untuk sesaat. 
Walaupun tahu beliau sedang sakit dan terus mendapat perawatan intensif, saya tetap saja berusaha meyakinkan diri bahwa kabar tadi benar adanya. Langsung saya buka linimasa Twitter. Ternyata betul. Adib Hidayat --yang ikut terlibat dalam pagelaran musik untuk membantu biaya pengobatan Mas Yock-- mengabarkan duka yang sama melalui akunnya. Innalillahi wainnailaihi rojiun.
Yockie meninggal pada umur 63 tahun di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, sekitar pukul 07.23 WIB. Jenazahnya dimakamkan di TPU Karet Bivak blok AA 2 bld 45.
Sebagai pengganti obituarium untuk Mas Yock, saya menerbitkan tulisan panjang ini. Sebelumnya sudah termuat di Beritagar.id (Jumat, 17 Maret 2017). Hanya saja versi yang terbit itu sudah melalui proses penyuntingan. Versi yang di blog ini lebih utuh. Kalau dalam film istilahnya uncut version.
Kala itu saya bersama Bismo Agung --yang hasil fotonya saya jadikan headline tulisan ini-- menemui Mas Yock dalam dua kesempatan.
Perjalanan karier dan sumbangsihnya terhadap industri musik pop di Tanah Air tiada terkira. "Layak jadi figur,” ujar redaktur pelaksana di kantor ketika saya mengusulkan nama Mas Yock untuk bahan tulisan.
Arsitek lazim dikenal sebagai sosok yang merancang bangunan menggunakan sketsa, gambar, teks, dan komunikasi lisan. Jika konteksnya musik, Yockie Suryo Prayogo patut diperhitungkan sebagai salah satu arsitek paling berharga yang dimiliki negeri ini.
Ia meletakkan konstruksi lagu menggunakan notasi-notasi dan harmoni indah melalui instrumen piano, organ, dan keyboard yang jadi andalannya.
Sejak kecil anak ketiga dari delapan bersaudara pasangan Soesanto-Suryati ini telah mengenal musik klasik melalui guru piano yang saban petang datang memberikan les privat.
Musik klasik yang jadi pondasi bermusik --plus pergumulannya dengan genre musik lain-- membuat aransemen garapan Yockie kaya dengan penjelajahan akor dan warna. Semua berkat pergaulannya dengan berbagai kalangan yang merentang dari Balikpapan, Jakarta, Bandung, dan Malang.
Menelisik petualangan musikalnya sejak akhir 60-an hingga medio 70-an, Yock-- panggilan akrabnya-- bukan hanya menemplok di God Bless, kelompok Safira, Fancy Jr., BigMan Robinson, Zonk, Giant Step, Double Zero, Contrapunk, Jaguar, hingga The Mercy’s pernah pula diperkuatnya.
Statusnya mulai dari salah satu penggagas, pengisi kekosongan, hingga sekadar membantu pada saat sesi rekaman. Kelar mendapat honor setelah menyelesaikan kontrak, ia cabut lagi.
“Waktu itu julukan saya cabo alias perek band saking seringnya keluar masuk band. Ha-ha-ha,” kenang Yockie kepada kami (2/2/2017).
Berpindah ke dasawarsa 80-an dan 90-an, wilayah kerja kreatif ayah Nara, Ade, Reza, dan Sarah ini semakin tidak terbendung.
Jika sebelumnya hanya mengakrabi rock, Yockie tak segan menjamah bidang dan genre lain. Selain pop, Yockie pernah berkecimpung menggarap musik dangdut untuk album Mana Tahan (Purnama Record - 1980) milik kelompok komedi Warkop Prambors yang kemudian bertransformasi jadi Warkop DKI.
Tidak hanya piawai memencet keyboard, tugas sebagai penulis lagu, komposer, penata musik, hingga produser juga dilakoninya. Dan itu bukan untuk keperluan album rekaman semata, tapi juga melingkupi bidang lain seperti yang pernah dilakukannya saat mendapat kepercayaan sutradara Garin Nugroho menjadi pengarah musik untuk pementasan teater musikal “Diana”  (7-8 Juli 2010).
Debby Nasution, keyboardis  yang pernah singgah sebentar memperkuat formasi God Bless, menyebut Yockie sebagai pemilik berjuta gagasan dan ide.
Latar belakang mengapa Yockie suka gonta-ganti band karena sifatnya yang pembosan. Ia selalu ingin mencari tantangan baru dan tidak mau berkubang terlalu lama di zona nyaman. Hingga sekarang ia mengaku masih seperti itu.
“Alasan lain yang bikin saya bosan karena tuntutan kreatifitas. Orang kalau terlalu sering membahas hal yang sama, lama-kelamaan jadi bosan. Sudah enggak enak. Padahal unsur-unsur mengejutkan itu yang menciptakan dinamika,” kilahnya.
Setiap menempuh perjalanan musikal, Yockie tidak sekadar bergulat dengan segala problem berkeseniannya, tapi juga mengamati, mempelajari, kemudian memetik banyak hikmah.
Dialektika itu yang membuat setiap komposisi ciptaannya merembes masuk ke hati setiap pendengarnya, tidak sekadar numpang lewat di kuping dan terlupakan begitu saja.
Jika lagu ibarat bangunan, maka Yockie sebagai arsitek berhasil merancang sebuah bangunan yang berkualitas dan tahan lama.
Penabalan sebagai arsitek musik datang dari mendiang pengamat musik Denny Sakrie. Dan itu bukan satu-satunya julukan yang dialamatkan kepada pria kelahiran Demak, Jawa Tengah, 14 September 1954.
Wartawan musik Denny MR menganggap Yockie sebagai musikus genius sebab dari pemikirannya muncul begitu banyak karya berkualitas yang menjadi sumber telaah hingga sekarang.
Hal senada disampaikan Triawan Munaf (58). Saat saya temui dalam acara syukuran film Wiro Sableng 212 di JS Luwansa Hotel, Jakarta Selatan (9/2/2017), mantan keyboardis Giant Step yang kini menjadi Kepala Badan Ekonomi Kreatif menyebut diri sebagai pengagum Yockie.
“Mas Yockie selalu menghasilkan terobosan penting dalam berkarya. Mulai dari God Bless, Badai Pasti Berlalu, dan Musik Saya Adalah Saya. Sebagai sesama keyboardis, saya ini enggak ada apa-apanya. Dia luar biasa,” puji Triawan.
Ayah penyanyi Sherina Munaf itu menambahkan bahwa Yockie juga seorang pemikir, kritis, dan sensitif terhadap isu sosial, politik, kemanusiaan.
“Dia selalu ingin mengikuti kondisi aktual, tidak mau terjebak pada masa lalu. Karena itu kita semua butuh sosok seperti Mas Yockie untuk memberikan masukan kepada generasi muda,” pungkas Triawan.
Banyaknya julukan dan pengakuan terhadap Yockie berbanding lurus dengan versi penulisan nama pertamanya, terutama di berbagai media dan juga sampul album. Pada fase awal kariernya sempat muncul sebagai Yongkie, Yocky, Jocky, dan Jockie yang merupakan versi paling lazim ditemukan.
Selain Musik Saya Adalah Saya (Musica Studio’s - 1979) yang menempati urutan ke-13 dari “150 Album Indonesia Terbaik” versi majalah Rolling Stone Indonesia (edisi Desember 2003), bukti kegeniusan Yockie juga bisa disimak dalam soundtrack film Badai Pasti Berlalu (Irama Mas - 1977) yang jadi pemuncak lis.
Yockie bersama Eros Djarot dan Chrisye menjadi produser dengan pembagian tugas spesifik; Eros mengurusi departemen lirik,  Chrisye sebagai penyanyi, sementara Yockie membuat aransemen.
Dalam buku “Pop Kosong Berbunyi Nyaring: 13 Hal Yang Tidak Perlu Diketahui Tentang Rock” terbitan Elevation Books, penulis Taufiq Rahman menyebut album tersebut adalah mahakarya yang layak untuk terus dibahas dari sudut pandang manapun.
Saat mendapat kepercayaan Prambors Rasisonia menata musik album kompilasi Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR) 1977 dan 1978, Yockie lagi-lagi membuktikan kematangannya bermain-main di wilayah musik pop, bukan sekadar rock yang selama ini digelutinya bersama God Bless dan segudang band lain.
Deretan pengakuan bertambah panjang karena lis “150 Lagu Indonesia Terbaik” memuat beberapa lagu yang melibatkan Yockie, antara lain  “Badai Pasti Berlalu” (Berlian Hutauruk - posisi 3), “Kehidupan” (God Bless - 8), “Lilin-Lilin Kecil” (Chrisye - 13), hingga “Kesaksian” (Kantata Takwa - 82).
Tumblr media
Langit kecokelatan dan udara dingin terasa betul menusuk tulang saat menapak di kompleks The Breeze, Bumi Serpong Damai City, Tangerang Selatan (2/2/2017). Aspal yang masih basah menandakan tempat ini baru saja terguyur hujan.
Yockie ditemani sang istri, Tiwi Puspitasari, muncul mengenakan jaket bertudung (hoodie) warna hitam dengan celana denim, sepasang sepatu, dan frame kacamata berwarna senada. Resleting perak yang menutupi jaket dibiarkan terbuka sehingga menyembulkan kaos abu-abu dari badannya.
Awalnya Yockie memilih untuk melakukan sesi wawancara di salah satu gerai kopi waralaba. Musabab tidak menyediakan ruangan untuk memenuhi keinginan Yock merokok, kami beringsut menuju sebuah cafe yang letaknya hanya sekira 10 meter dari tempat semula.
Bagian belakang cafe itu semi outdoor. “Nah tempat ini pas,” ujar Yockie sembari duduk di salah satu sofa. Dikeluarkannya sebungkus rokok filter dari kantong, mengambil sebatang, dan menghisapnya dalam-dalam.
Pengunjung cafe tampak sibuk masing-masing. Tidak ada yang menyadari bahwa sosok dengan tinggi badan mencapai 184 sentimeter di tengah-tengah mereka adalah musikus penghasil banyak magnum opus dalam industri musik pop tanah air.
“Tidak ada masalah bagi saya apakah masih dikenali orang banyak atau tidak. Biasa saja,” tegasnya.
Kumis dan jenggot yang menghiasi area bibirnya dibiarkan menyambung sehingga tampak membentuk huruf “O”.
Rambutnya tak gondrong lagi dengan kondisi mulai menipis membuat dahi dan tulang pipi yang dihiasi jambang tampak menonjol. Persis sebuah tebing nan kukuh.
Kekukuhan itu terus dipertahankannya dalam bersikap terutama menyangkut karya-karya kreatif sebagai musikus. Tak peduli jika kemudian album-albumnya kurang laku karena enggan berkompromi dengan tren yang sedang berlaku di industri.
Perihal keras kepalanya Yockie sebenarnya tidak datang ujug-ujug. Sejak remaja ia sudah mbalelo. Lingkungan keluarga yang masih feodal coba ia terabas sesuai jiwa mudanya yang anti kemapanan.
“Zaman dulu itu ajaran yang saya terima tidak boleh petentengan di depan orang yang usianya lebih tua. Bahkan untuk bertanya pun terbatasi. Bagaimana mau tahu kalau tidak boleh bertanya? Paradigma seperti itu yang saya coba lawan, salah satunya dengan musik,” kisah Yockie.
Sikap Yockie itu sebenarnya merupakan imbas dari berkembangnya popularitas generasi bunga alias flower generation pada era 60-an hingga 70-an di Benua Amerika dan Eropa yang mendengungkan protes melalui musik.
Yockie muda yang tergila-gila dengan musik rock setelah mendengarkan lagu “Kelelawar” milik Koes Plus juga menggunakan medium serupa sebagai bentuk perlawanan.
Sejak mengakrabi musik, sekolahnya mulai tidak keruan. Beruntung ijazah SMA berhasil dikantonginya.
Meskipun berhasil membuktikan diri lulus SMA, keputusan untuk mendalami musik tetap mendapat tentangan dari ayahnya yang kala itu berpangkat Brigjen Polisi.
Stigma yang berkembang kala itu memang menempatkan musikus dalam kasta rendah karena pendapatannya serba tak pasti. Menjadi pemusik berarti masa depan suram.
“Mau jadi apa kamu nanti? Pengamen? Gembel?,” tutur Yockie meniru hardikan ayahnya. Tanpa ambil pusing ia tetap saja kukuh melanjutkan petualangan di ranah musik dengan segala risikonya.
Beberapa bukti lain untuk menunjukkan betapa kukuh Yockie terhadap profesinya adalah sikap tidak pandang bulu jika sudah menyangkut Hak Kekayaan Intelektual (HKI), terutama menyangkut penyalahgunaan terhadap karya-karya yang telah dihasilkannya.
Hanung Bramantyo pernah kena tegur karena menggunakan lagu “Kesaksian” milik Kantata Takwa untuk film Sang Pencerah (2010) tanpa seizinnya.
Penyelenggara konser Kantata Barock yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, setahun berselang merasakan hal serupa. Kali ini bahkan sampai ke meja hijau.
Bersama ahli waris W.S Rendra, Yockie menyampaikan nota penolakan terhadap konser yang diadakan PT Airo Swadaya Stupa.
Ia juga menaikkan surat resmi tentang adanya penyimpangan hak cipta akan karya-karya Kantata Takwa, Kantata Samsara, dan Kantata Revolvere mengacu pada UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Masih pada tahun yang sama, giliran PT Arasy Cinta Sakti dan produser Didi Bofa menerima “surat cinta” Yockie. Pasalnya rilis ulang album Badai Pasti Berlalu dalam format cakram padat alias CD dilakukan secara ilegal. Alhasil album tersebut langsung ditarik dari pasaran.
Yockie kembali memerkarakan penyelenggara dan pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan konser “Kidung Abadi Chrisye” di Jakarta Convention Center, Senayan (5 April 2012).
Rekan-rekannya di God Bless juga tidak luput dari tuntutan hukum karena melakukan pelanggaran soal performing rights.
Yockie menilai banyak lagu-lagu ciptaannya semisal “Menjilat Matahari”, Cendawan Kuning”, atau “Kehidupan” yang dibawakan kelompok tersebut dalam berbagai konser berbayar tanpa izin.
Jika dari segala aksi itu kemudian memicu anggapan bahwa muaranya  untuk mengejar uang, Yockie menolak dengan sangat tegas. “Saya tidak pernah menjadikan uang sebagai tujuan utama dalam hidup, terlebih dalam berkarya. Itu prinsip saya sejak dulu.”
Lagi pula sebelum membawa segala permasalahan tersebut ke meja hijau, Yockie terlebih dahulu selalu melakukan langkah persuasif secara kekeluargaan. Jika sudah berkali-kali tak mendapat respons, baru kemudian ia melayangkan somasi ke pengadilan.
Jika ingin mendiskusikan soal norma --sosial maupun hukum positif-- dengan Yockie, siapa pun harus bersiap mendengarkan pemaparannya yang berapi-api. Ia seolah mampu meluangkan waktu membicarakan topik ini semalam suntuk.
Bahkan sebagian besar isi statusnya di Facebook banyak membahas perkara yang satu ini. Sungguhpun ia mengaku menuliskan apa saja yang terlintas di kepalanya seketika itu juga saat menatap layar gawai maupun komputer di rumahnya.
“Dari apa yang telah saya alami selama berkiprah di industri musik dan kehidupan sosial, ternyata ada satu variabel lain yang harus kita kuasai. Pelajaran itu saya dapatkan selama bergaul dengan Kantata Takwa. Melalui Mas Rendra saya mempelajari berbagai disiplin ilmu. Saya juga banyak bertemu tokoh ahli hukum, politik, dan lain-lain,” ujarnya.
Variabel yang dimaksudkan Yockie adalah benturan antara norma sosial yang berlaku di masyarakat dengan hukum positif.
Dicontohkannya saat menuntut rekan-rekannya di God Bless tadi. Secara legalitas hukum apa yang dilakukannya benar karena perihal hak cipta termaktub dalam undang-undang.
Alih-alih mendapat dukungan, langkahnya tadi justru memunculkan tudingan miring karena dianggap tidak sesuai dengan budaya kepantasan dan kepatutan yang masuk wilayah norma sosial. Apakah Yockie bergeming?
“Walaupun langkah tadi membuat saya diberengsek-berengsekin, saya tetap memperjuangkan hak saya yang dijamin oleh hukum, tidak peduli dengan tekanan lingkungan. Sekalian juga saya ingin memberikan contoh kepada musisi lain. Biarlah saya jadi martir. Dan cukup saya saja yang mengalami,” tegasnya.
Tumblr media
Selain keteguhan hati tentang pelaksanaan norma, menarik juga mengetahui bagaimana Yockie memposisikan diri dengan kondisi musik sekarang.
Pasalnya Yockie mau tak mau harus menghadapi perubahan pola industri musik yang ditopang kemajuan pesat di bidang teknologi rekaman.
Hal itu tentu berbeda jauh dibandingkan dasawarsa 80-an dan 90-an saat dirinya sibuk bersolo karier juga tergabung dengan Kantata Takwa, Swami, serta Suket.
Untuk menguliti pandangannya tentang hal tersebut, sekalian untuk sesi pemotretan, kami harus mengatur janji pertemuan selanjutnya. Tempat yang disepakati adalah kediamannya yang terletak di bilangan Rawa Buntu, Serpong, Tangsel.
Laiknya pertemuan pertama, beberapa kali kami urung menemuinya sesuai jadwal yang telah disepakati.
“Mas Yockie hari ini sedang tidak enak badan. Maaf,” demikian balasan pesan dari sang istri, Tiwi Puspitasari, saat kami menanyai alasan dari pembatalan tersebut.
Ketika menyambangi rumahnya yang tenang dan teduh karena terletak agak jauh dari jalan raya serta dipenuhi pepohonan rindang, Yockie mengaku bahwa kondisi tubuhnya memang belum stabil betul.
“Beberapa bulan lalu saya sempat muntah darah. Hampir satu liter,” katanya lirih. Dari hasil pemeriksaan menyeluruh, kondisi jantung, paru-paru, dan hati milik Yockie dalam kondisi baik-baik saja. Hanya ususnya yang agak bermasalah.
Yockie kali ini tampil lebih santai mengenakan kaos lengan panjang berwarna cokelat cerah dan celana puntung.
Sambil menyalami dan mempersilakan kami duduk di sofa berwarna putih yang terletak di ruang tengah, Yockie kembali menyalakan sebatang rokok. Di tangannya telah siap sticky buddy, sejenis rol pembersih menggunakan plastik perekat untuk mengangkat kotoran seperti abu rokok.
Tampak piano bermerek Meer di sudut ruangan. Di atasnya diletakkan beberapa trofi penghargaan, salah satunya Lifetime Achievement Award yang diberikan Anugerah Musik Indonesia pada 2012.
Pada dinding ruangan yang berkelir putih gading, mejeng beberapa plakat penghargaan, poster konser rock opera, lukisan, dan karikatur bergambar dirinya saat terpilih sebagai salah satu dari  “25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa” versi majalah Rolling Stone Indonesia.
Saat berdiri dan berjalan untuk melakukan sesi foto, Yockie tampak menggontai.  “Ini efek dari kebanyakan mengonsumsi alkohol di masa muda. Sekarang baru saya merasakan dampaknya.”
Alkohol memang jadi teman akrab Yockie setelah berhasil lepas total dari jeratan narkotika pada 1975 setelah hampir lima tahun menjadi pecandu. Awalnya sekadar pelarian. Perlahan tapi pasti, intensitasnya meningkat. Ia berubah dari junkie menjadi alkoholik.
“Dulu saya bisa menghabiskan sebotol cognac (sejenis brendi) dalam sehari. Terkadang malah dua botol,” akunya. Kebiasaan mengonsumsi alkohol baru dihentikannya setelah muntah darah.
Walaupun tampak susah payah berjalan, jemarinya tetap saja rancak menjelajahi setiap bilah-bilah papan nada piano untuk memainkan beberapa komposisi ciptaannya secara medley, salah satunya “Angin Malam” yang terdapat dalam album Badai Pasti Berlalu.
Ternyata Yockie bukan hanya genius, tapi juga menghipnotis. Tubuh seolah merasakan desiran angin malam saat mendengarkannya bermain. Tak banyak musisi yang bisa menghasilkan interaksi rasa seperti demikian.
Tanpa bermaksud jemawa, Yockie menilai sejak dimulainya era digital hingga sekarang belum lahir lagi album musik Indonesia yang pantas disebut sebagai produk budaya.
Penyebabnya karena kebanyakan hanya sekadar memainkan musik tekstual menggunakan nada do-re-mi-fa-so-la-si-do zonder mengolah rasa berdasarkan aspek sosiologis dan antropologis melalui pergaulan lingkungan sekitar.
Alhasil musik yang dihasilkan tidak mempunyai ruh. Berbeda dengan musik zaman dahulu semisal Koes Plus atau God Bless yang hingga sekarang masih tetap diapresiasi.
Beberapa band sekarang yang menurutnya berhasil memenuhi kriteria tadi adalah Barasuara dan Efek Rumah Kaca.
Sebelum menyudahi pertemuan, Yockie membocorkan bahwa kini sedang merancang sebuah konser lagi setelah tahun lalu mengadakan pementasan “LCLR Plus Yockie Suryo Prayogo” dan “Badai Pasti Berlalu Plus Yockie Suryo Prayogo” di Bandung, Surabaya, Malang, dan Yogyakarta. Terbersit juga harapannya untuk menggelar lagi konser “Musik Saya Adalah Saya” yang terakhir kali diselenggarakan pada 1979 di Balai Sidang Senayan, Jakarta.
Ia juga sedang berusaha menjalin kesepakatan kembali di Musica Studio’s agar menerbitkan kembali album-album solo lamanya yang pernah diedarkan label tersebut.
Perihal kapan ingin merilis album baru lagi setelah menelurkan Perjalanan Waktu (Bravo Musik - 2015), Yockie yang kini sedang membaca buku karya Soetanto Soepiadhy bertajuk “Meredesain Konstitusi” dan “Demokrasi Kita” dari Mohammad Hatta belum bisa memberi kepastian.
Metode rekaman secara digital sekarang bagi Yockie belum bisa memenuhi parameternya tentang kualitas audio mumpuni. "Karena semua instrumen yang terekam sifatnya hanya data input. Ada studio digital yang bagus, tapi ongkosnya mahal. Saya kesulitan mengakses itu," tutupnya.
Tumblr media
0 notes
azkafeba-blog · 7 years
Text
"Ngak Ngik Ngok"
Saking krusialnya informasi ini, saya akan tulis malam ini sepenuhnya, untuk pertama kali, menggunakan telepon genggam saya. Ejawantah gerak cepat ini terbentuk atas terbenturnya ekspektasi dan realita yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Archipelago Fest, mewujudkan saya untuk bisa ada bersama orang-orang yang peduli dan bersedia membicarakan musik (dan seluruh printilan yang berkesinambungan) dengan luar biasa: utuh, dalam, dan historis.
Tumblr media
Terima kasih saya ucapkan kepada segenap pihak yang membantu terselenggaranya acara tersebut, saya sudah memimpikan diskusi semacam ini sejak lama. Wawasan yang saya dapat akan saya tulis di bawah ini secara bentuk daftar.
Berikut pancingan mantap yang saya bawa pulang:
1. Sebuah ke-nirleka-an adalah tidak apa-apa, tapi akan menjadi sebuah kecelakaan jika tanpa bahasa.
2. Berkisar pada awal abad ke-15, Afonso de Albuquerque, salah seorang legenda raja kelana planet bumi zaman analog, menenggelamkan bukti penting bahwa manusia Jawa sudah paham kiat-kiat berjelajah di samudera luas pada saat itu. Kepiawaian manusia Jawa bahkan dianggap sama (atau kemungkinan lebih) dengan tingkatan astronomi dan kelautan Albuquerque. Sayang, bersama dengan karamnya Frol de la Mar, peta yang dibuat oleh manusia dari Jawa itu hilang jejak.
3. Jaladwara, pancuran air (biasa terletak di candi), menurut saya adalah salah satu nama yang bagus untuk sebuah nama label yang ingin kental akan ke-nusantara-an.
4. Sebuah perwakilan dari label indie generasi ‘kids jaman now’, menyatakan bahwa spirit of collectiveness itu adalah suatu yang wajib dalam kedinamisan sosial ‘ben-ben’an masa kini.
5. Sebaliknya, salah satu senior muda yang merupakan penggawa band yang berprinsip untuk sekalanya menyuguhkan music and live instrument quality, mengafirmasi bahwa “connecting the dots” akan se-begitu indahnya di akhir serangkaian pencapaian yang telah dilalui.
6. Terkadang jemput bola dalam debut karir di industri musik adalah hal yang mesti dilakukan. Menginisiasi tur ke beberapa kota secara mandiri untuk karya-karya yang telah dihasilkan merupakan sebuah investasi jangka panjang.
Tumblr media
7. Pada saat membicarakan konsensus perihal definisi eksistensi ‘pop indonesia’ yang hakiki, kaki seorang Mondo dan Ade dengan tepat bersamaan menyilang dalam duduk kursi sofa yang kontras warna. Kemesraan itu masih dilanjut dengan gestur tangan, mimik muka, hingga gerakan tangan yang juga sama disepersekian detik kemudian. Apakah ini tentang alam bawah sadar atau kelam yang sukar pudar, tampaknya masih misteri.
8. Duo maestro yang meletupkan energi Genk Pegangsaan pada era 70-an, seakan mendongeng kepada seluruh kawula audiens yang hadir tentang Indonesia dulu dan saat ini.
Merupakan anak dari presiden Indonesia pertama, khazanah budaya nusantara-nya seakan turunan para dewa, begitu sakral dan tak terbendung. Beliau menceritakan bahwa instrumen endemik yang sangat murni dari Indonesia ialah Gamelan. Paduan dari tetabuhan (dasaran membran layaknya kendang dan dasaran kuningan layaknya kenong), ialah warisan musik nenek moyang yang teramat kaya. Juga menanggapi isu tentang ayahnya yang melarang musik aliran rock untuk masuk bebas ke budaya ‘bayi NKRI’ pada saat itu, opini jujurnya terhadap rezim Orde Baru yang merusak identitas budaya bangsa digebu dan dipatri dalam setiap benak audiens. Revolusi budaya nusantara yang dimulai oleh Bung Karno seakan hancur dengan rezim tiran yang dengan lugas diekspresikannya di panggung diskusi pada petang hari itu, “Menurut saya Orde Baru itu illegal.”
Salah satu maestro lainnya ialah seorang komposer yang berjasa dalam melahirkan mahakarya album terbaik Indonesia sepanjang masa, “Badai Pasti Berlalu”. Menurutnya universalitas budaya merupakan nihil, karena sejatinya memang semua adalah sebuah perkembangan, tidak ada yang benar-benar ‘baru’. Doremifasolasido musik klasik yang ekslusif yang dikombinasi dengan era kapitalis revolusi industri merupakan asal muasal sebuah musik pop di planet ini.
9. Jika anda merasa ada masalah dengan Indonesia, maka sudah jelas masalah tersebut ada pada anda sendiri. Wow.
Tumblr media
10. Akan terjadi sebuah trade-off dalam kebijakan pada kualitas honor dan kuantitas manggung. Bila anda memiliki tendensi untuk memilih sibuk manggung, dengan sendirinya supply akan berlebihan dan kerinduan untuk jumpa akan semakin menipis. Sebaliknya, jika anda merupakan seorang dengan pilihan untuk mengantongi jebret duit dalam sekali manggung misalkan, anda harus cerdik dalam tarik ulur kerinduan pendengar yang kemudian akan meningkatkan demand para hipster tersebut.
11. Dalam skena musik independen yang serunya kurang ajar ini, sayangnya masih ada pihak yang memiliki beberapa stigma yang tidak diperkenankan dalam hati maupun raga. Perempuan merupakan bahasan yang jarang dibicarakan dalam bebasnya harmoni musik yang bergema. Dalam salah satu panel diskusi dengan tiga narasumber, fakta di lapangan gamblang dibeberkan dan banyak diantaranya diakui sangat pahit. Padahal kemudahan dalam menghargai sesama manusia adalah hal yang gampang. Kesal: selalu bersuaralah demi menembus budaya buruk ini.
12. Demi riset yang berjenjang dan kaya, mengagumi yang dikagumi oleh yang anda kagumi merupakan terobosan besar dalam belajar. Hal ini tentu melebarkan jendela wawasan secara singkat dengan paparan ilmu yang masif!
13. Online dan offline adalah perilaku sosial yang pada dasarnya berencana untuk mewujudkan ‘pengalaman’ dan ‘keikutsertaan’ yang tak terlupakan dan cocok. Tren yang ada harus dibahasakan dengan sedemikian rupa agar pesan tersampaikan secara sesuai dan memberi inspirasi yang abadi.
14. Endorsement dinilai masih menjadi tulang punggung monetisasi dalam bermain di media sosial. Namun secara tidak langsung, kemudahan berkolaborasi tentu akan sangat mengkatalisir proses kreatif antar pihak.
Tumblr media
15. Pada era fisik yang berjaya pada waktu itu, model bisnis konsinyasi dan beli putus merupakan sebuah kontrak yang pasti akan dialami oleh pada ben yang mempromosikan diri mereka kepada distributor arus utama yang condong kepada kemapanan dan kuasa akan pasar. Konsyinyasi idealnya berupa sebuah ben titip barang, pasang harga neto, lalu setelahnya akan diutak-utik oleh pihak kedua, dari segi harga akhir dengan keuntungan, promosi, dan sebagainya. Jika tidak ludes terjual, pihak kedua hanya akan bertanggung jawab untuk mengembalikan barang yang dimaksud. Berbeda dengan beli putus, sistemnya berupa penjualan barang oleh pihak ben untuk dibeli dan dijual dengan harga konsensus.
16. Beda dengan zaman now, rilisan fisik merupakan gimmick yang akan dikategorikan sebagai merchandise dan bukan lagi sebagai pemasukan utama. Digitalisasi memang memendam dilema, antara inovasi dan kuldesak.
17. Penuh percaya diri sebagai salah satu label independen yang turut meruntuhkan batas gerilya skena yang seru ini, ternyata dibutuhkan perjuangan kreatif yang mbeling nan ‘kancil’. Dihisap tapi dimusuhi, korporasi rokok merupakan bebuyutan skena ini sejak dahulu kala. Sebuah skena dengan target pasar yang begitu sempurna nan menggiurkan membuat korporasi tersebut baik selama ini. Inilah satu cerita tentang blunder yang sedemikian rupa direncanakan sebelumnya kepada salah satu korporasi itu: album “Mesin Waktu: Teman-Teman Menyanyikan Lagu Naif”. Biaya yang sangat besar dalam situasi dan kondisi saat itu, memaksa label yang menjadi pionir skena ini untuk menjalin kontrak dengan korporasi rokok. Singkat cerita kontrak disetujui pihak korporasi dengan syarat logo mereka terpampang di depan cover album nantinya. Lalu beriringan tawa keras para pundi-pundi kreatif karena mereka mencetak logo tersebut pada sleeve yang merupakan sampul plastik rilisan fisik seperti biasanya. Voila, kasat mata logo akan terpampang di depan secara nyata. Project ini dianggap sukses besar karena sampah di depan seluruh toko fisik penuh dengan sampul plastik tersebut.
Tumblr media
Sekilas studi tur saya kali ini. Lebih lanjutnya sila menunggu unggahan pihak yang mendokumentasikan acara ini secara legal. Selamat belajar apa saja!
0 notes
ghostzali2011 · 7 years
Link
SPORTOURISM-Setelah sukses di Bali International Piano Competition 2017 di Legian, kini Kemenpar berencana mengulang cerita sukses. Kali ini, lokasinya di crossborder Batam, Kepri. Tittle-nya, Batam International Open Piano Competition 2017, yang akan digulirkan 21-22 Oktober 2017.
Persisnya di Swissbel Harbour Bay, Batam. “Kamis 11 Oktober pendaftaran sudah kami tutup, lebih dari separoh peserta adalah pianis dari mancanegara, Singapore, Malaysia, Vietnam dan China,” kata Ketua Panpel Eleonora Aprilita.
Mereka harus menghafal partitur yang panjang, sekitar 1-3 bulan. Mereka sudah menyiapkan diri untuk ke Indonesia. Dan itu akan menjadi poin positif, karena mereka akan mempersiapkan diri dengan optimal.
Di Kota Batam, event kompetisi piano ini baru kali pertama. Karena itu, pesertanya pun masih saling melihat kemampuan masing-masing. Sedangkan dari Indonesia, peserta yang ikut berpartisipasi antara lain, Jakarta, Tangerang, Bandung , Medan, Pontianak, Pekanbaru, Batam, Palembang, Tanjung Pinang.
Peserta yang telah masuk adalah 85 orang, secara tidak terduga peserta yang berpartisipasi pada kompetisi ini di dominasi oleh peserta dari luar Indonesia sebanyak 52 persen.
Ini adalah kompetisi International kali pertama yang di adakan di Indonesia dan diikuti oleh peserta yang 50 persen lebih peserta nya dari luar Indonesia. “Peserta yang ikut dari luar negeri pun cukup bergengsi, karena beberapa peserta dari Singapore saat ini berasal Konservatory Musik ternama di Singapore seperti Nanyang Academy of Fine Arts dan lainnya,” katanya.
Sekolah-sekolah musik di Vietnam juga tidak ketinggalan mengirim muridnya untuk berkompetisi di Batam seperti Music school Vietnam Ted Saigon.
Singapore mendominasi peserta hal ini karena Batam tidak terlalu jauh dari Singapore hanya 45 menit dengan ferry.
Peserta dari mancanegara sudah akan datang pada Jumat, 20 Oktober untuk melakukan daftar Ulang. Seperti biasanya peserta tidak datang sendiri, melainkan dengan para suporternya antara lain orangtua, kakek nenek, guru atau keluarga untuk memberi dukungan.
Mereka tidak hanya datang berkompetisi di Batam, tetapi sekaligus berlibur menikmati Batam dan kulinernya. Dan untuk peserta dari Singapore mendapatkan tiket Ferry Promo (PP) kerjasama dengan Swiss Bel Hotel , sebesar 32 dolar Sin.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Nusantara Kemenpar Esthy Reko Astuty menjelaskan musik adalah cultural activities yang bersifat universal. Terlebih musik klasik, yang sudah eksis di Eropa berabad-abad silam, dan sudah menjadi gaya hidup kelas atas. “Karena itu musik bisa menjadi alat promosi yang efektif,” kata Esthy.
Musik klasik juga bisa menjadi alat komunikasi non verbal, yang mengkoneksi banyak budaya di dunia. Dengan partitur yang sama, dengan alat yang sama, dengan komposer yang sama, semua bangsa bisa merasakan sensasi yang sama. “Yang beda adalah suasana dan atmosfernya, main di Eropa, Asia dan Indonesia,” ujar Esthy.
Berpiano di Indonesia, bisa sekaligus menikmati alam dan budaya yang khas. Sambil berwisata, melihat pantai, gunung, bawah laut dan kuliner Batam yang enak-enak. “Biasanya, kompetisi piano itu supporternya adalah keluarga dekat, dan kompetisi ini bisa jadi alasan untuk berlibur keluarga,” ujar dia.
Menpar Arief Yahya selalu berasumsi bahwa wisman yang masuk ke Indonesia itu lengkap. Semua level ekonomi digarap secara simultan. Ada event untuk level tertentu, seperti Golf, yachting, diving, dan piano ini. Ada juga crossborder yang disajikan atraksi musik pop seperti Slank, Wali, di Atambua maupun di wilayah perbatasan yang lain.
“Jadi jangan disikotomi kelas atas dan bawah, semua digarap berdasarkan target market. Saya paham, revenue itu dihitung dengan ARPU, average revenue per user, itu beda-beda. Belum tentu yang spendingnya kecil itu, menghasilkan profit margin yang kecil juga, kalau jumlahnya banyak, ujungnya juga menghasilkan benefit yang besar,” ujar Menpar Arief.
Piano itu seperti kalau di telecommunication adalah pelanggan premium, biasanya corporate. Jumlahnya kecil, tapi spendingnya besar. Beda dengan pelanggan umum, yang belanjanya kecil, tapi jumlahnya besar. “Dua-duanya digarap secara bersama-sama,” ujar Arief Yahya. (*)
via SPORTOURISM.ID
0 notes
rangga0411 · 7 years
Link
via Berita Hari Ini http://ift.tt/2vYH48M
Halo kengkawan! Kalo ngomongin tentang festival terbaik di Indonesia, kamu bangga gak sih jadi orang Indonesia? Dengan keindahan alam yang luas dan warisan budaya yang dimiliki banyak orang yang justru terkagum-kagum pada Tanah Air kita ini. Gak cuma itu, bahkan tradisi, budaya, hingga masakan dari Indonesia begitu beragam namun tetap menjadikan kuta satu. Indonesia juga memegang sejumlah festival tradisi, budaya, seni, musik, film dan lainnya. Apa saja ya? Langsung simak aja yuk
1. Sanur Village Festival
Sumber: balifreeinformation.blogspot.co.id
Sanur Village Festival atau Festival Desa Sanur didirikan pertama kali pada tahun 2005. Di tahun 2013, Sanur Village Festival ini memiliki tema judul ‘The New Spirit of Heritage’. Menjelajahi jiwa seni Bali dan budaya, festival ini memiliki beraneka ragam program yang mencakup makanan, baik tradisional atau modern, pentas panggung, olahraga, demonstrasi memasak dan pameran, serta kegiatan-kegiatan lingkungan.
2. Java Soulnation Festival
Sumber: bandungsearch.com
Java Soulnation Festival ini didedikasikan untuk genre musik soul, hip-hop, R&B dan rap. Java Soulnation Festival adalah sebuah acara populer yang menyajikan konser musik paling menarik dari Indonesia dan luar negeri dengan tujuan untuk meningkatkan industri pariwisata dan musik Indonesia juga mendorong kerjasama lintas-budaya. Karena memiliki tujuan yang positif, festival ini pun diakui hingga dapat memenangkan penghargaan JJK untuk Festival Musik Terbaik pada tahun 2012.
 3. Balinese Film Festival
Sumber: Okezone.com
Didirikan pada tahun 2007 sebagai sebuah organisasi amal nirlaba dan non-pemerintah, Balinale Film Festival menjadi acara yang diakui dunia karena menyediakan platform bagi para pembuat film Indonesia untuk menjangkau khalayak global, mengembangkan hubungan antara praktisi, organisasi dan penonton.
Tidak hanya pemutaran film-film Indonesia dan internasional, festival ini juga memfasilitasi seminar, lokakarya gratis, dan memiliki penghargaan Oscar, Emmy, BAFTA dan Cannes untuk pemenang pembuat film yang terlibat dalam program ini.
4. Simfoni Untuk Bangsa
Sumber: liputan6.com
Simfoni Untuk Bangsa merupakan acara tahunan yang disajikan secara epik dan penuh inspirasi. Simfoni untuk Bangsa bertujuan untuk mengeksplorasi tentang kebanggaan nasionalisme melalui musik. Dimeriahkan oleh  para musisi seperti Farman Purnama, Christine Tambunan, Edith Widayani dan penyanyi Madrigal Batavia, sementara komposisi mencakup karya Beethoven dan komposer Indonesia. Perpaduan lagu klasik, lagu-lagu nasional dan lagu-lagu rakyat menjadikan Simfoni untuk Bangsa dapat mempengaruhu wawasan musik Indonesia.
5. Ubud Writers & Readers Festival
Sumber: wideworldseeker.wordpress.com
Ubud Writers & Readers Festival mengumpulkan yang terbaik dari Indonesia, Asia Tenggara untuk peluncuran buku, pemutaran film, workshop dan kegiatan budaya lainnya. Festival ini menjelajahi semua genre buku dari perjalanan, puisi, komedi dan novel grafis. Bagi kamu penggemar sastra, wajib banget dateng ke festival ini.
قالب وردپرس
0 notes
filosofilagucom · 4 years
Text
10 komposer musik klasik paling terkenal di dunia
10 komposer musik klasik paling terkenal di dunia -
10 komposer musik Klasik Paling Terkenal di dunia
Komposer musik Klasik
10 komposer musik Klasik Paling Terkenal di dunia
Musik klasik mungkin tidak menikmati popularitas seperti dulu pada zaman keemasannya dari abad 17 sampai awal abad ke-20. Tapi terus terkesan dan menginspirasi, terutama karya komponis terbesar sepanjang masa. Beberapa dari mereka mungkin telah hidup ratusan tahun yang lalu…
View On WordPress
0 notes
filosofilagu · 4 years
Text
10 komposer musik klasik paling terkenal di dunia
10 komposer musik klasik paling terkenal di dunia -
10 komposer musik Klasik Paling Terkenal di dunia
Komposer musik Klasik
10 komposer musik Klasik Paling Terkenal di dunia
Musik klasik mungkin tidak menikmati popularitas seperti dulu pada zaman keemasannya dari abad 17 sampai awal abad ke-20. Tapi terus terkesan dan menginspirasi, terutama karya komponis terbesar sepanjang masa. Beberapa dari mereka mungkin telah hidup ratusan tahun yang lalu…
View On WordPress
0 notes
seputarbisnis · 7 years
Text
Melbourne Symphony Orchestra Catat Rekor Tampil di Indonesia
Yogyakarta (SIB)- Melbourne Symphony Orchestra (MSO) telah menorehkan sejarah dengan menampilkan konser di Candi Prambanan, Jawa Tengah. MSO mengklaim sebagai orkestra barat pertama yang bermain di pelataran candi yang menjadi salah satu ikon pariwisata Indonesia di pulau Jawa tersebut. Candi yang masuk dalam daftar warisan dunia oleh UNESCO ini berada di antara kawasan Klaten dan Sleman, sekitar 17 kilometer dari Kota Yogyakarta. Sebanyak 29 musisi klasik yang tergabung bersama MSO dan 20 mahasiswa musik asal Yogyakarta bermain bersama dalam 'Konser Persahabatan Yogyakarta - Victoria', Jumat (4/8). Johannes Fritzch, konduktor MSO mengatakan nama konser tersebut pas dengan proses kolaborasi yang dilakukan. "Saya merasa ini proyek yang luar biasa menunjukkan bagaimana kedua negara bertemu dan membuat musik serta budaya bersama, saling mengenal satu sama lain, saling memahami dan bersenang-senang bersama," kata Johannes seperti disiarkan BBCRadioAustralia.Com. Johannes, yang baru pertama kali berkunjung ke Yogyakarta mengatakan sangat terkesan dengan kebudayaan Indonesia. "Makanannya fantastis dan orang-orang yang kita temui sangat baik dan sangat mendukung, kita merasa diurus dengan baik." Dalam konser tersebut, Johannes mengatakan kolaborasi kedua negara memainkan campuran antara musik Indonesia dengan musik klasik Eropa, termasuk satu komposisi hasil karya komposer Australia, Peter Sculthorpe. "Ia adalah komposer terkenal dan penting bagi Australia, yang banyak menggunakan musik dan irama Aborigin pada komposisinya," kata Johannes. "Kemudian pemain terompet dari MSO memainkan Trumpet Concerto dari komposer Haydn bersama dengan orkestra alat musik gesek. Serta bersama-sama dengan mahasiswa dari Yogyakarta, kita menampilkan Symphony No.2 dari Beethoven." Mereka juga memainkan dua komposisi karya musisi Indonesia, Budhi Ngurah, yang terkenal sebagai komposer lewat karyanya Suita Roro Jonggrang. John Arcuro, pemain perkusi di MSO juga baru pertama kali ke Yogyakarta. Ia terlibat dengan pelatihan bersama para mahasiswa musik Yogyakarta sebelum konser. "Saya merasa mereka sangat penasaran, banyak mengajukan pertanyaan yang bagus-bagus. Saya merasa mereka belajar sesuatu dan kami dari MSO belajar hal baru juga," ujar John. John menggelar dua hari untuk memberikan tutorial dan satu hari sesi pelatihan perkusi. "Pada dasarnya, saya menunjukkan teknik dan cara bermain sejumlah instrumen musik dan musisi muda Indonesia bertanya banyak hal pada kami," ujar John. "Kita banyak bermain musik bersama, bagaimana kita melakukan pemanasan sebelum tampil, dan mencari tahu mengapa mereka tampil bersama orkestra." John berharap jika proyek kolaborasi ini akan terus berjalan di masa depan, terutama setelah ada penandatanganan kerja sama antara MSO dengan Daerah Khusus Yogyakarta. "Saya rasa manfaatnya bisa terasa jika sudah dilakukan secara rutin," kata John yang sudah tampil dengan banyak musisi ternama, termasuk penyanyi Amerika Serikat di tahun 1960-an Frank Sinatra. "Dan saya berharap bisa juga saatnya musisi muda Indonesia untuk datang ke Melbourne dan mendapatkan pengalaman bermain dengan orkestra yang lebih besar." Konser persahabatan ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan 'letter of intent' antara Premier, atau menteri utama negara bagian, Victoria, yakni Daniel Andrews dan Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X, September 2015. Keduanya berharap dapat meningkatkan hubungan, khususnya di bidang seni dan pendidikan. Menteri Utama Daniel Andrews saat itu mengatakan kerjasama ini menjadi bentuk nyata komitmen negara bagian Victoria untuk menjalin hubungan budaya, sosial dan ekonomi dengan Indonesia, khususnya dengan Yogyakarta. "Kita mengakui pentingnya Indonesia di panggung dunia dan mengakui juga hubungan yang kuat antara Victoria dan Indonesia, yang akan terus berkembang di masa depan," kata Premier Andrews di tahun 2015. (T/r10/q) http://dlvr.it/PctpBB
0 notes
faridawardhani · 7 years
Text
All about my self
Oh hi! Its been a very long time since I wrote something in this tumblr. So sorry, but today I will tell a little secret about my self.
Ida orangnya kayak gimana, sih? Whoever read this post, you’re a lucky one! Cause I didn’t tell this to everyone. Just a lucky one haha! :)
1. Secara garis besar, Ida itu introvert. Banget.
Ida suka sendiri (bukan berarti ga bersosialisasi ya!), think about all things mulai dari hal penting sampai hal yang sama sekali ga penting. Seperti sebelum matikan lampu, ngeliat saklar dan bilang wait wait, kenapa namanya harus saklar? sak lar? sa klar? kenapa ga sakla aja atau saklu atau nama lain gitu. Kenapa harus saklar? Siapa yang ngasih nama? this is just one of very-unimportan-things-in-my-life. Ya ga?
Tapi entahlah tetep aja kepikiran. Endingnya ga nemu jawaban juga sih, tapi yaudahlah. Mungkin banyak waktu yang Ida habiskan untuk unimportant things tersebut. Gimana ngilanginnya coba?
Salah satu sahabat bilang, “udah kuliah filsafat cocok lo!” daaaan yes he’s true. I think if I were philosophy-student it would be so much fun, I’ll meet a lot of people like me, a weirdo (ah, maybe you think that I’m weird, but yes I am and I’m proud of that because.. yaa why be a normal one? haha a weirdo getting weird-er)
Karena introvert ini, Ida lebih suka minum segelas kopi hangat (Ida minum segelas kopi nggak pelan-pelan kayak orang. Tapi minum selagi hangat. Apalah artinya minum kopi berjam-jam, tuh kopi udah dingin dan ga enak menurut Ida, sih) sambil selimutan pas hujan di kamar sambil denger lagu slow. Dan kalau ada ide muncul, suka banget sama nulis. Apapun itu, mulai dari apa yang Ida pikirin, soal cinta-cintaan, soal kehidupan, agama dan sebagainya (sayangnya ini tercecer entah dimana).
Lebih suka chat daripada ketemu langsung sama orang baru yang belum tau klik-atau-nggaknya. Ida bisa jadi ekstrovert dan menyenangkan di orang-orang tertentu, terdekat. Bagi kamu yang belum kenal Ida, mungkin keliatannya Ida diem banget, tapi kalau udah kenal dan dekat, ga bisa diem. Ngecipris. (untuk jadi dekat ini relatif ya, bisa aja udah sekamar/sebangku di kelas sampe 2 tahun ga bisa deket, tapi ketemu orang sekali langsung deket)
Sekilas itu sih ke introvert-an Ida. Kalau kalian mau kenal lebih jauh, kita harus ketemu (berharaplah bisa klik, karena klik nggaknya ini sangat random, first impression matter, but don’t be afraid. I don’t judge people too much haha)
Yaa tapi enggak semua introvert weird sih, harusnya. Mereka nyaman dengan hidup mereka seperti itu, pemalu, menyendiri, lebih suka nulis, takut ketemu orang bahkan sekedar angkat telepon and that’s normal. 
2. Agak terburu-buru, presisi waktu sangat penting
Ida bisa on time? bisa banget. Tapi Ida orangnya menyesuaikan sih, kalau orang tersebut hampir dapat dipastikan ngaret, Ida udah spare time sesuai rata-rata waktu dia ngaret. Maksudnya?
Misalnya janjian sama si A jam 10. A ini biasa ngaret 30-45 menit, maka Ida spare time sesuai waktu rata-rata dia ngaret tersebut. Ida 10.30 dateng, supaya sampe tempat tersebut bareng sama A.
Presisi waktu sangat penting, diperhitungkan until minute. Ya tapi nggak selalu presisi banget, pernah telat juga kalau ada force majeure kayak macet yang tiba-tiba dll.
Ida suka sesuatu hal selesai dengan cepat, baru santai dengan tenang. Jujur, Ida ngga suka dengan procrastinator yang parah dan deadline ngebut. Too tired, tapi kadang harus begitu karena adaptasi dengan orang lain (masih bisa). Misalnya ya, kalau Ida baca buku/novel relatif cepat, kalau nyetir ngebut (tapi masih tertib lalin kok!). Kalau ngerjain tugas, kalau bisa dikerjain, Ida kerjain. Cuma kadang stuck dan bingung jadinya ditunda deh.
3. Perfeksionis
You know about perfectionist right? apa-apa harus rapi, almost perfect. Apalagi di dokumen/tulisan formal, typo-typo matter! Jadinya di kantor diperbantukan untuk scanning typo dari laporan yang 100an halaman. 
Kamar juga diusahakan rapi ketika ditinggalkan. Karena kalau udah balik ke kamar capek-capek dan berantakan rasanya pusing. 
4. Menulis lebih membahagiakan daripada ngomong
Kalau ini masih karena efek introvert. Kadang kalau perasaan sudah tidak dapat diluapkan dengan kata-kata, I’ll just write it down, entah di laptop, hp, notes, buku, kertas dan bahkan tisu! Menulis lebih membahagiakan karena... introvert seperti Ida agak takut bertemu orang apalagi orang baru yang belum dikenal.
5. Musik slow, indie, classic
Ya, jujur aja Ida gatau lagu-lagu pop luar negeri yang lagi trend apa aja. Bukan karena musiknya ga bagus, tapi ida lebih suka musik/lagu-lagu tertentu seperti musik slow yang tenang, musik indie (cuma tau dari youtube, thanks youtube for providing such a great music!) dan musik klasik (banyak yang nggak suka, katanya bikin ngantuk, tapi Ida suka dengerin musik klasik apalagi komposer-komposer terdahulu yang amazing sekali mereka! kagum banget!)
6. Memperhatikan orang-orang
Kalau lagi diam tidak memikirkan apapun, Ida memperhatikan orang-orang dan memikirkannya. (Masih efek introvert ya...). Misalnya di dunia teknologi ini orang-orang ber gadget semua. Main hp, buka laptop, tablet dan sebagainya. Ida suka mikir, mereka lagi ngapain? buka medsos? ada apa di medsos? atau lagi baca berita? ada berita apa? lagi main game? seseru apa gamenya?
Selain itu, sering banget mikir what makes them happy in this life. I mean, apakah semua orang bahagia dalam hidupnya? Kalau kalian yang baca, gimana? lagi happy? kenapa? apa yang bikin happy?
Beberapa jawaban yang Ida pikirkan sih seperti; spending time with people they love (lover, family, friends, relatives etc), eat a tasty food, playing a game, travelling to new places, taking a good photo in a good places (nature/cafe/good background to gain their popularity in socmed, maybe), writing, painting, listening to favourite music, have a good sleep, watching good movies, read a good books, cooking, playing music, buy new stuff, ETC. Kalau ada hal lain, contact me ya. I need to know what makes people happy. Thanks!
7. Punya penyakit kambuhan 
Ida selalu prepare obat kemana-mana. Pasti bawa pouch obat, termasuk tisu basah dan tisu kering. Penyakit kambuhan Ida adalah maag yang bisa terjadi karena telat makan, pola makan ga teratur, salah makan dan stress. Biasanya minum polysilane cair, atau omeprazole, tapi pernah bawa ranitidin juga. Kalau udah maag, Ida kesakitan ga bisa jalan. Butuh waktu tenang kurang lebih 1 jam sampai benar-benar sembuh sejak menenggak obat.
Selain itu masuk angin dan pusing-pusing, Ini entah kenapa! Kayaknya gampang banget ga enak badan, kecapean, kurang tidur atau waktu tidur ga teratur. Obatnya adalah tolak angin. Ya, cespleng banget jamu ini. Tapi kalau pusing atau sakit kepala parah, biasanya minum bodrex extra atau pain killer lainnya (analsik hehe, pernah juga minum obat penenang, diazepam).
Ida juga punya penyakit (penyakit bukan ya), hb rendah atau anemia mungkin namanya. Tapi sebenernya Ida suka donor darah, walaupun pernah pingsan setelah donor. Rasanya pas mau pingsan itu ga enak banget, pusing, keringet dingin, lemas, sakit sebadan sampe ga bisa gerakin badan, tapi ternyata kalau orang pingsan itu masih bisa denger ya. Kirain bakal skip kayak tidur hehe (loh jadi curhat?). Okay back to topic, obatnya cuma sangobion yang males ga diminum rutin,
8. Katanya pinter bahasa inggris but actually I’m not
Nah ini dia, banyak banget orang ngejudge kalau Ida pinter bahasa inggrisnya. padahal toefl kemarena pas lulus aja pas. Mungkin karena ida cadel (oh ya, Ida belum cerita kalau Ida cadel gabisa bilang R) dan kalau ngomong b.inggris pronunciation nya kedengeran bagus karena R nya di bahasa inggris kan samar-samar ga kayak di bahasa indonesia. Hiks, siapapun ajarin Ida dong terutama writing&listening huhu.
9. Penyuka boneka
My closest friends know about this thing! Ida suka banget sama boneka, apalagi boneka yang besar, fluffy, lucu, mukanya bagus, halus/lembut atau unik bentuknya. Ida punya boneka kesayangan yang masih nemenin tidur dari SMP (kayaknya udah 10 tahun) namanya martyl, dia boneka sapi yang beli di Palembang, impor dari Singapore (sejarah singkatnya gini). Dia udah dibawa ke Surabaya pas kuliah, sampe sekarang kerja di Jakarta juga masih dibawa-bawa hehe. Tapi Ida juga suka boneka-boneka lainnya. Jadi, kalau mau ngasih Ida hadiah, antara ngasih barang yang Ida butuhkan, atau ngasih boneka bagus, Ida terima kok! hehe (siapa juga yang mau ngasih ya.. tapi mungkin barangkali kalian yang baca ini).
10. Crying a lot
Ida itu cengeng banget, banget dan banget. Mungkin hati Ida lembut (ah masa? haha ini alesan aja kok). Jadi, kalau Ida inget hal yang sedih, Ida bisa nangis under 2 minutes. Pernah kok temen iseng nyuruh acting nangis dan bisa hahaha (harusnya Ida jadi aktris aja ya!). 
Jadi Ida bisa nangis kalau inget Ibu (dan keluarga), inget Bip (nanti ceritanya ya), inget dosa-dosa sampai kematian dsb.
Bahkan ya, kalau nonton video romantis aja bisa terharu sampe nangis. Liat video hewan disiksa juga nangis, liat kehidupan orang-orang yang kurang beruntung juga nangis. Pokoknya Ida itu gampang banget nangis. Tapi gampang juga recovernya, so don’t be panic if I’m crying in front of you. 
(dan nangis kalau marah, Ida kalau marah banget diem dan nangis!)
Oh my God udah 10 hal ya! masih ada sekitar 10 hal lagi, tapi part II ya. Karena kepanjangan, dan mungkin kalian udah bosen bacanya hehe. Gak penting sih kenal Ida lebih jauh kalau kalian ga mau temenan atau sahabatan sama ida. But, whoever read this post until the end, Thank you so much! I really appreciate your time for reading this unimportant thing.
Tunggu tulisan tentang ‘all about my self part II’ dan ‘Bip’ (utang cerita soalnya tadi) ya guys. Love you <3 
0 notes
ambarawanihonkurabu · 7 years
Photo
Tumblr media
REDSHiFT Akan Tampil di Ajang Re:Animation 10 di Tokyo, Jepang
Tahun ini, REDSHiFT berkesempatan melakukan stage performance di negeri bunga sakura, Jepang, melalui event Re:animation 10 yang akan dilangsungkan di Tokyo, Odaiba, Toritsu Shiokaze Park tanggal 1 dan 2 Juli mendatang. REDSHiFT yang beranggotakan 5 orang dengan keahlian di masing-masing bidangnya berkesempatan menjadi headliner di hari pertama acara tersebut. Beberapa performer lain juga akan memeriahkan event ke-10 Re:animation tersebut, seperti D-YAMA, owner dari club Mogra, Yurika Endou, seiyuu dan juga DJ dan Taku Inoue, pencipta lagu Hotel Moonside.
Photo Source: http://ift.tt/2mYOV5B
Memulai karirnya sebagai produser lagu menggunakan Vocaloid di tahun 2010, REDSHiFT kini menjadi salah satu pusat perhatian pecinta Vocaloid dan pop culture Jepang di Indonesia. Kreasi lagu orisinal REDSHiFT di antaranya, “4U“, berhasil menembus 25.000 play di SoundCloud. Selain lagu orisinal, remix dan aransmen lagu dari judul-judul lawas yang ditangani REDSHiFT mendapat banyak perhatian dari dalam maupun luar negeri, seperti aransemen lagu “Sebuah Kisah Klasik” oleh Sheila On 7 yang menembus 281.000 play. Tidak berhenti sampai Vocaloid saja, sekarang REDSHiFT mulai merambah ke utaite dan UTAU.
Anikura/AniClu (アニクラ) sendiri adalah singkatan dari istilah Anime Song dan Club yang menunjukkan sebuah club event di mana lagu-lagu yang dimainkan oleh DJ merupakan theme song dari anime ataupun lagu-lagu yang bersangkutan dengan J-pop culture lainnya seperti Vocaloid, tokusatsu, game dan lain-lain. Seiring dengan bertambahnya komposer musik yang membuat remix dari anisong di awal tahun 2010, AniClu menjadi gaya dan tren baru bagi pecinta musik maupun anime di Jepang untuk menikmati hobinya.
Re:animation menjadi salah satu organizer AniClu terbesar di Jepang. Konsep mereka yang melakukan AniClu di lapangan terbuka kota-kota pusat Jepang, menarik lebih dari 3000 pengunjung tiap pelaksanaannya. Selain tempat, yang menjadi keunikan Re:animation adalah metode pelaksanaannya. Re:animation menggunakan crowd funding untuk mengumpulkan dana pelaksanaan, hingga pengunjung tidak dipungut biaya untuk menikmati acara namun pecinta dan pendukung Re:animation yang menyumbangkan dana akan mendapat imbalan atau hadiah lebih dari Re:animation.
REDSHiFT at OTAGROOVE track 2 photo by: Poto-Pot
Pertemuan pertama Re:animation dan REDSHiFT di Countdown Asia Festival di Jakarta beberapa tahun lalu, menjadi langkah awal dari setiap kolaborasi mereka, seperti album “Re:BOOTS-Legendary Animesong Remixes-” yang rilis bulan Juli tahun lalu. Event ini sedang membuka crowd funding dengan target 12.000.000 yen. Ada beberapa paket untuk para donatur dari paket A hingga T. Yang unik lagi, dari paket-paket tersebut donatur bisa mendapatkan gelar “Proud Organizer” di paket T dengan membayar 689.000 yen. Adapun paket-paket lain yang akan donatur dapatkan seperti VIP longue entry, merchandise, dll.
Untuk info lebih lanjut mengenai event Re:animation 10, kalian bisa klik ke link berikut: http://ift.tt/2mD8CPJ
The post REDSHiFT Akan Tampil di Ajang Re:Animation 10 di Tokyo, Jepang appeared first on Japanese Station.
0 notes