Tumgik
#seksualitas
datiakid · 2 years
Text
Tanda Orgasme Wanita, Bisa Diketahui Lewat 6 Hal Penting Ini
Tanda Orgasme Wanita, Bisa Diketahui Lewat 6 Hal Penting Ini
Lumayan banyak pria yang masih belum ketahui tanda orgasme wanita. Bahkan,  ada beberapa wanita yang belum menyadarinya. Meskipun sebenarnya, orgasme sebagai satu di antaranya maksud saat lakukan hubungan intim, dan jadi kunci interaksi yang seirama dalam pernikahan. Orgasme sebagai situasi saat satu orang gapai titik pucuk atau klimaks dalam kegiatan seksual. Tanda orgasme wanita sulit untuk…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
datiak · 2 years
Text
Tanda Orgasme Wanita, Bisa Diketahui Lewat 6 Hal Penting Ini
Tanda Orgasme Wanita, Bisa Diketahui Lewat 6 Hal Penting Ini
Lumayan banyak pria yang masih belum ketahui tanda orgasme wanita. Bahkan,  ada beberapa wanita yang belum menyadarinya. Meskipun sebenarnya, orgasme sebagai satu di antaranya maksud saat lakukan hubungan intim, dan jadi kunci interaksi yang seirama dalam pernikahan. Orgasme sebagai situasi saat satu orang gapai titik pucuk atau klimaks dalam kegiatan seksual. Tanda orgasme wanita sulit untuk…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
increms · 3 months
Photo
Tumblr media
Kandungan Gizi Pada Kurma untuk Kesehatan
0 notes
mayweblue · 1 year
Text
Tumblr media
aku rasa, tabunya pembahasan seks pada perempuan itu dampak dari asumsi kalau perempuan nggak bisa menikmati seks.
jaman sekolah, kalau ada anak cewek yang nyambung diajakin ngobrol soal selangkangan, pasti dia akan jadi korban slut-shaming. entah langsung atau nggak langsung. seolah kalau kita paham bagaimana cara organ intim kita sendiri bekerja artinya kita sudah pernah bersenggama seenggaknya bersama tiga laki-laki. menurutku, itu sebuah stereotip amburadul yang harusnya dibuang di tempat sampah.
aku pernah diajak bicara soal aborsi, jaman SMA dulu, sama seorang anak laki-laki. aku jawab pengetahuan yang aku baca di internet dan pengalamanku ikut PMR. kalian tahu gimana reaksi dia mendengar jawaban-jawabanku?
"kamu pasti udah nggak perawan, ya?"
bayangkan betapa nggak nyambungnya kalimat itu setelah aku baru saja menjelaskan gerakan pro-choice di amerika sana. aku cuma bisa menanggapi sambil bengong sebelum memutuskan buat menggebuk bagian belakang kepalanya lalu pergi. malas berdiskusi lagi.
aku bukannya marah karena dia mengira aku udah nggak perawan. persetan sama isi celanaku, nggak peduli mereka bepikir apa soal yang ada di sana. yang aku nggak menyangka adalah, betapa dia dengan mudahnya berasumsi kalau aku harus sudah mengalami sendiri supaya mengerti. dan aku selamanya nggak akan lupa sama reaksi meledek dia ketika menuduh aku nggak perawan itu. kalau nggak ingat ibuku bisa nangis kalau aku dikeluarkan, aku yakin dia sudah aku ludahi.
kemudian, aku menyadari kalau nggak hanya aku saja yang mengalami ini. aku mungkin masih bisa bersikap wajar karena aku tahu penilaianku sendiri atas tubuhku, di mana saat itu aku sudah punya cukup pemahaman tentang konstruksi sosial akan tubuh perempuan dan aku memilih nggak menyepakatinya. tapi, aku nggak yakin teman-teman perempuanku bisa memiliki pemahaman yang sama soal diri mereka sendiri.
tiap kali perempuan bicara terbuka soal tubuh ataupun hasrat seksual mereka, mereka akan selalu dapat reaksi-reaksi template. ungkapan-ungkapan yang maknanya merendahkan, kata-kata yang meledek mereka, dan lain-lain yang mungkin nggak pernah laki-laki dapatkan untuk seumur hidupnya. dan yang paling brengsek adalah, sebagian dari kita masih mewajarkan itu semua. seolah ruang seksualitas hanya boleh dimasuki oleh laki-laki dan kita cuma salah satu objek di dalamnya.
seksualitas seringkali cuma dipandang dari sudut pandang laki-laki. kimmel (2005) bilang kalau, pembagian peran seksual tersebut merupakan bentuk kontruksi sosial akan seksualitas itu sendiri. jadi, ketika kita bicara soal seksualitas, yang dibahas bukan lagi soal naluri atau hasrat, melainkan juga ada campur tangan proses sosial, yang kemudian disepakati oleh masyarakat secara kolektif.
marching (2011) mengungkapkan kritiknya terhadap kesucian perempuan di mana perempuan dituntut ideal dengan mempertahankan kesuciannya dan tidak menunjukkan hasrat seksualnya. hal inilah yang lantas menyudutkan tubuh perempuan, merepresi ekspresi perempuan soal seksualitas, dan pada akhirnya membuat kita perempuan nggak punya keberanian untuk menyuarakannya.
aku tadinya mau menjelaskan pengaruh ibuisme orde baru sama ini semua tapi aku nggak mau tulisan ini malah berubah jadi analisis akademis. jadi, biar kita diskusi santai aja sambil minum teh, dengan membicarakan ketidakadilan masyarakat dalam memandang tubuh perempuan, bahkan pasca rezim berganti.
pemahaman konyol soal perempuan harus memendam hasrat seksual mereka ini mengular ke banyak sekali aspek yang pada akhirnya merugikan perempuan sendiri. penilaian baik atau tidaknya perempuan yang hanya dilihat dari presensi keutuhan selaput dara, membuat perempuan turut serta memandang rendah tubuhnya. belum lagi laki-laki yang ikutan punya pendapat kalau perempuan yang sudah berhubungan seks pra-perkawinan adalah perempuan murahan atau bekas pakai. hal ini menjadi pengetahuan kolektif yang seolah kita setujui begitu saja—yang mana ini nggak adil.
salah satu efek yang menurutku menyakitkan adalah ketika perempuan korban kekerasan seksual tetap takut menghadapi penilaian masyarakat. dalam pengalamanku sebagai pendamping, aku pernah menemani korban kekerasan seksual di mana awalnya dia memberikan consent. tapi kemudian selanjutnya korban mengalami ancaman, tekanan, dan paksaan untuk melakukan hal-hal yang tidak dia setujui. korban takut mengaku kepada orang tuanya karena dia takut disalahkan. ketika dalam pandangan idealku, rasa takut untuk mengaku kalau kamu adalah korban semestinya sejak awal nggak pernah ada.
aku akan mengatakan kalimat yang mungkin kontroversial bagi sebagian orang: perempuan tetap bisa menikmati seks dan menjadi korban kekerasan seksual.
kemarin, waktu mendapat pertanyaan di cc yang menanyakan pendapatku tentang seks bebas, aku beberapa kali merenungi jawabanku sendiri. di platform aku menulis bebas seperti sekarang, aku sering kali menulis cerita yang menggali seksualitas, kehamilan di luar perkawinan, dan topik-topik yang mungkin enggan kamu bicarakan di dunia nyata. sekalipun aku bisa berdalih kalau apa yang aku tulis ini hanya fiksi dan pembacaku harus punya batasan mereka sendiri, aku tetap nggak bisa melepaskan beban moralku atas itu. terlebih ketika aku sangat paham kalau banyak dari pembacaku adalah perempuan.
dalam jawaban itu, sedikit banyak aku menyinggung soal konsekuensi. yang lupa aku pertegas adalah, konsekuensi itu juga menyangkut penilaian kita, perempuan, atas perubahan pada tubuh kita sendiri. sylvia plath pernah menuliskan dalam jurnalnya,
Tumblr media
"just because you're never worried about having babies!"
aku mengatakan ini karena aku yakin, cuma perempuan yang bisa memahaminya. perubahan signifikan tubuh setelah berhubungan seks, presepsi kita terhadap tubuh kita sendiri, dan sebagainya. belum lagi risiko kehamilan. aku mengerti kenapa kita takut membicarakannya bahkan kepada orang terdekat kita sekalipun.
sebab entah dari mana mulanya, tubuh perempuan seolah bukan milik diri mereka sendiri.
sekali lagi, tulisan ini bukan artikel akademis. sekalipun aku mengutip beberapa pendapat, tujuan diciptakannya tulisan ini bukan untuk itu. aku hanya berharap, tulisan ini bisa sampai kepada pembacaku, bagi mereka yang sering membaca tulisan-tulisanku yang mungkin berbau seks. aku ingin aku tidak sekadar memberikan esensi hiburan saja, tapi juga memberikan sedikit soal pemikiranku, tentang bagaimana aku memandang tubuhku sebagai perempuan dan caraku melihat seksualitas.
ini bukan propaganda untuk melakukan seks di luar perkawinan. tentu saja nggak. aku ingin lewat tulisan ini, kamu tahu kalau tubuhmu adalah milikmu. sekalipun kamu takut membicarakannya, sekalipun kamu cuma bersembunyi di balik fanfic-fanfic saru ketika mengeksplornya, tubuhmu adalah milikmu. dia satu-satunya yang kamu miliki, oleh karena itu kamu harus mencintainya. bagaimanapun masyarakat memandangnya.
karena tubuhmu adalah milikmu, pula, kamu harus menjaganya dan memastikannya selalu aman, apapun keputusanmu. dengan atau tanpa selaput dara.
dan seks juga, semestinya memang bebas. kamu tidak boleh melakukannya dalam paksaan untuk situasi apapun. bagi kamu yang mengalami masalah kekerasan seksual, tolong segera cari pertolongan. kamu berharga. kamu dan tubuhmu berharga.
karena kamu adalah perempuan.
daftar pustaka:
irawati, diah. (2016). politik seksualitas dan pengabaian negara terhadap kekerasan seksual di indonesia. jurnal perempuan, vol. 21, no. 2: 70-84.
kimmel, m, s. (2005). gender of desire: essays on male sexuality. SUNY press.
marching, soe tjen. (2011). perkosaan dan harga "kesucian" perempuan. jurnal perempuan. ed. 71: 69-80.
70 notes · View notes
produsenbajumuslim · 9 months
Text
Memupuk Potensi: Membangun Didikan yang Baik Bagi Anak Remaja
Masa remaja adalah periode penting dalam perkembangan seseorang, di mana anak-anak memasuki tahap transisi menuju kedewasaan. Dalam menjalani fase ini, didikan yang baik memainkan peran krusial dalam membentuk karakter, nilai-nilai, dan keterampilan anak remaja. Berikut adalah beberapa prinsip penting untuk membangun didikan yang baik bagi anak remaja:
1. Komunikasi Terbuka
Didikan yang baik dimulai dengan komunikasi terbuka antara orang tua dan anak remaja. Buat lingkungan di mana mereka merasa nyaman untuk berbicara tentang perasaan, harapan, dan tantangan yang mereka hadapi. Mendengarkan dengan penuh perhatian adalah kunci untuk memahami dunia mereka.
2. Pemberian Contoh yang Baik
Orang tua dan tokoh penting lainnya dalam kehidupan remaja harus memberikan contoh perilaku yang positif dan etis. Tindakan dan nilai-nilai yang ditunjukkan oleh orang dewasa akan membentuk pola pikir anak remaja tentang bagaimana mereka seharusnya bertindak dan bersikap.
Tumblr media
3. Menghargai Perbedaan
Didikan yang baik mencakup menghormati perbedaan individual dan keunikan setiap anak remaja. Mendorong mereka untuk menjalani minat dan passion mereka, bahkan jika itu berbeda dari yang diharapkan, adalah cara untuk mendukung pengembangan diri mereka.
4. Mengembangkan Kemandirian
Bantu anak remaja mengembangkan kemandirian dengan memberi mereka tanggung jawab dan kesempatan untuk mengambil keputusan. Ini membantu mereka belajar menghadapi konsekuensi dari pilihan mereka sendiri dan membangun rasa tanggung jawab.
5. Pemahaman Emosi
Didikan yang baik mencakup mengajarkan anak remaja tentang pemahaman dan pengelolaan emosi mereka. Mereka perlu tahu cara mengatasi stres, kecemasan, dan tekanan dengan cara yang sehat.
6. Pendidikan Moral dan Etika
Didikan yang baik juga memasukkan pengajaran nilai-nilai moral dan etika yang kuat. Anak remaja perlu mengembangkan rasa keadilan, empati, dan integritas dalam interaksi mereka dengan orang lain.
7. Pendidikan Seksualitas yang Sehat
Masa remaja adalah waktu di mana pertanyaan tentang seksualitas muncul. Didikan yang baik mencakup memberikan informasi yang akurat dan penting tentang kesehatan reproduksi, seksualitas yang aman, dan hubungan antarpribadi.
8. Pengembangan Keterampilan Hidup
Anak remaja perlu diajarkan keterampilan hidup praktis, seperti mengelola uang, memasak, merawat diri, dan berkomunikasi secara efektif. Ini membantu mereka menjadi lebih siap menghadapi tantangan dunia nyata.
9. Mendorong Keterlibatan Sosial
Ajak anak remaja untuk terlibat dalam kegiatan sosial atau relawan. Ini membantu mereka merasakan rasa kepuasan dalam membantu orang lain dan mengembangkan rasa perspektif yang lebih luas.
10. Mengajarkan Kritis Berpikir
Didikan yang baik melibatkan pengembangan keterampilan berpikir kritis dan analitis. Ajarkan mereka untuk bertanya, mengkaji informasi, dan merumuskan pendapat berdasarkan pemikiran yang mendalam.
Didikan yang baik bagi anak remaja adalah investasi dalam masa depan mereka. Melalui komunikasi terbuka, pengembangan nilai-nilai positif, dan pembelajaran keterampilan yang relevan, kita membantu mereka tumbuh menjadi individu yang mandiri, berempati, dan siap menghadapi dunia. Pendidikan yang seimbang antara aspek moral, emosional, sosial, dan kognitif adalah fondasi yang kokoh untuk membantu anak remaja mengatasi tantangan, meraih kesuksesan, dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
7 notes · View notes
parasitlajang · 1 year
Text
Dari mana asal muasal Misogini?
Belakangan ini, berita pelecehan dan kekerasan seksual selalu menjadi headline, di beranda temlen akun twitter saya. Ada saja berita pemerkosaan yang menimpa perempuan dan anak-anak. Membuat miris, sekaligus menyulut emosi. Bapak kandung melecehkan anak kandungnya sendiri, laki-laki dewasa yang memperkosa anak balita, penyandang disabilitas yang diperkosa laki-laki biadab yang kebetulan melihat korban sedang sendirian di dalam rumah, dan baru-baru ini,seorang remaja perempuan berusia belasan tahun,diperkosa oleh tiga orang tetangganya sendiri ketika hendak pergi tarawih. Benar-benar biadab!
Betapa menyedihkan menjadi perempuan. Hampir tidak ada ruang aman di sudut manapun di dunia ini untuk kami. Setiap hari, perempuan terus dibayang-bayangi ketakutan. Berita pelecehan dan kekerasan seksual, seolah jadi makanan rutin yang dikomsumsi tiap hari. Dan tentu saja, dengan budaya victim blaming dan rape culture yang dianut oleh masyarakat patriarkal ini; " Jika kamu diperkosa, itu bukan salah laki-laki. Tapi kamu sebagai perempuan, yang tak bisa menjaga diri. "
Bukan hal baru, jika dalam kasus kekerasan seksual, korbanlah yang selalu disalahkan alih-alih mendukung korban dan mengutuk pelakunya. Coba, berapa banyak orang yang peduli pada mental dan trauma korban kekerasan seksual? Nggak banyak. Barangkali hanya tiga puluh persen, dan sisanya adalah orang-orang yang hanya sibuk mencari tahu, pakaian apa yang dikenakan korban ketika terjadi pemerkosaan. Jika kebetulan korban berpakaian minim, dan sedang di luar rumah, di diskotik, sedang mabuk, atau sedang di pinggir jalan pun, masyarakat kita yg patriarkis ini akan berkomentar seksis sambil nyinyir, " Ya pantas lah, diperkosa. Lah pakaiannya aja begitu, mana sedang mabuk. Duh, perempuan nggak bener ternyata. Lah, udah tahu sendirian,kok ya mau diajak minum sama banyak laki-laki. " Atau jika kebetulan yang melakukan pelecehan adalah partnernya, mereka juga bakal nyelutuk kira-kira begini, " Sama pacar sendiri, mau sama mau kok ya ngaku diperkosa. Aneh bener, kemarin-kemarin emang pas ngewe emang ngerasain apa? dasar lonte! " Dan tentu saja komentar-komentar bodoh bernada misoginis begini sering saya temui di kolom komentar sosial media. Ini hanya salah satu contoh sikap/tindakan yang menormalisasi kekerasan seksual. Nah, pemakluman kekerasan seksual inilah yang disebut rape culture atau budaya pemerkosaan. Banyak hal yang menjadi penyebab kenapa masyarakat lebih suka menghakimi korban daripada menuntut pelaku untuk mengakui atau membuktikan kalau dirinya tak bersalah. Pertama, ketimpangan relasi alias laki-laki yang dianggap subjek dan perempuan itu objek. Secara sederhana, berangkat dari ketimpangan relasi inilah yang menempatkan perempuan sebagai kelas dua; dari objektifikasi tubuh perempuan beserta stigmasisasi dan pelabelan terhadap nilai nilai ketubuhan dan seksualitas perempuan itu sendiri. Pemikiran bahwa perempuan itu objek akhirnya menciptakan ideologi relasi kuasa. Sebuah kultur yang melanggengkan stigmasisasi bahwa perempuan itu makhluk lemah dan harus di bawah kuasa laki-laki. Kultur ini masuk sebagai kesadaran baru konstruksi sosial yang menempatkan laki-laki dengan citra maskulin, dan perempuan dengan citra feminin. Laki-laki diberi hak sebagai pengambil keputusan dan memimpin. Sementara perempuan diposisikan dan ditempatkan di ranah domestik; mengasuh anak, mengurus rumah tangga, dan melayani suami. Ketimpangan relasi yang memposisikan perempuan sebagai kelas dua ini, tak lain tak bukan adalah buah tangan dari ideologi patriarki.
Patriarki ini pula yang menciptakan mitos-mitos tentang tubuh perempuan. Sudah seberapa sering kita mendengar analogi tubuh perempuan yang disamakan dengan permen, ikan asin, jambret, rampok, bahkan duit 1M. :D
Analogi-analogi tentang tubuh perempuan ini tentu saja menunjukkan pola pikir masyarakat, bahwa perempuan itu adalah objek. Karena tubuh perempuan hanya dilihat sebagai objek dan seksualitas semata, maka itulah rape culture/pemakluman kekerasan seksual, susah dihilangkan dari pikiran masyarakat. Lalu kenapa budaya rape culture terus dilanggengkan dan dianggap hal yang normal dan wajar? Kenapa masyarakat selalu mengentengkan pelecehan seksual? Kenapa candaan seksis tentang kasus kekerasan seksual seolah jadi budaya dan bahkan perempuan juga tak jarang kerap menyalahkan korban, dengan ikut-ikutan melontarkan komentar-komentar seksis?
Mengutip dari Magdalene. Co, istilah rape culture sendiri lahir pada era 70 an, ketika gelombang feminisme kedua di AS sedang terjadi. Lalu terbitlah buku yang memakai istilah ini pertama kali, dengan judul " Rape: The First Sourcebook for Women; Noreen Connel.
Dalam kasus kekerasan seksual, percaya atau tidak Media juga punya andil besar kenapa budaya pemakluman terhadap kekerasan seksual ini, sulit sekali dihilangkan. Lihat saja, bagaimana cara Media memberitakan kasus pelecehan dan pemerkosaan dengan hanya fokus menyoroti korban. Belum lagi headline yang cenderung merendahkan korban dengan judul-judul yang berbau-bau seksis dan terkesan misoginis. Padahal Media yang seharusnya wadah besar dan peran ganda dalam memberikan informasi dan ikut membantu mengedukasi masyarakat, malah ikut-ikutan mengafirmasi budaya rape culture ini. Itu sebabnya dari cara Media memberitakan kasus kekerasan seksual, dan apa yang ditangkap oleh masyarakat akhirnya menciptakan sudut pandang bahwa pelecehan seksual adalah sesuatu yang lumrah.
Lalu, bagaimana cara melawan Rape Culture? Pertama, berhenti menyalahkan korban. Apapun pakaian yang ia kenakan, seberapa banyak alkohol yang ia minum, atau di manakah korban ketika pelecehan sedang berlangsung, itu sama sekali bukan bentuk persetujuan untuk dilecehkan. Kedua, jangan melontarkan candaan seksis dan menertawai kasus kekerasan seksual. Ini hanya akan menambah trauma korban dan korban semakin kesulitan dan enggan berbicara tentang pemerkosaan yang sedang dialami. Ketiga, fokus mengedukasi diri sendiri. Semakin kita memahami dan mengenal budaya pemerkosaan, kita akan jauh lebih peka dan punya empati terhadap korban. Dengan mengedukasi diri, kita akan punya pengetahuan yang cukup untuk dibagi ke masyarakat awam tentang bagaimana menentang budaya pemakluman kekerasan seksual agar tidak berlanjut ke generasi berikutnya.
Akhir tulisan ini, mari sama-sama kita renungkan. Apakah dalam diri kita, ada bibit-bibit misogini?
16 notes · View notes
deehwang · 5 months
Text
An extract from Whale by Cheon Myeong-kwan, translated by Chi-Young Kim | The Booker Prizes
Buku yang baru kuselesaikan pembacaannya beberapa hari yang lalu. Menghadapi tiap karakter perempuan dalam buku ini harus siap patah hati berkali-kali; banyak gak adilnya. Setiap karakter perempuannya merefleksikan sikap mereka yang cenderung berani (meski sesekali terasa mengobjektifikasi mereka secara seksual). Misalnya saat narator cerita meminta pembaca mengubah kelamin Geumbok (sejatinya pebisnis cerdik dengan serentet kekasih) di pertengahan cerita, yang memang, benar-benar mengubah dirinya, si Geumbok ini, dari perempuan menjadi kelelaki-lakian. Ada juga narasi soal kesaktian perempuan mata satu pemandu lebah-lebah, yang dijual dulunya oleh sang Ibu sekedar untuk dua kendi madu; perempuan tua pelayan yang dijelaskan dengan wajah yang amat jelek dan 'menunggangi' anak majikannya yang besar kemaluannya; si kembar yang ternyata gonta-ganti identitas karena keperawanan mereka jebol; hingga bagian Chunhui yang tunawicara, masuk penjara, di akhir kisah tidak sama sekali tahu kalau orang yang dicintainya sebetulnya kembali padanya tapi kecelakaan di tengah jalan.
Whale diambil dari pengalaman salah satu tokoh, yakni Geumbok, entah mungkin untuk mengempasis keteguhan mimpinya untuk menjadi besar. Tapi aku amat kecewa dengan akhir kisah Geumbok sendiri. Dan ini memang bukan cuma kisah Geumbok seorang. Ini cerita multigenerasi yang padat dan 'besar'; kemaluan, gajah, paus, gedung bioskop yang muktahir, tubuh dengan tulang yang kokoh, menuju ketakterbatasan setelah mati; dalam era dan pasca perang di Korea, dibalut seksualitas yang liar, seronok, ditempel di sana-sini, namun bukan tanpa sebab, semacam penjelas relasi antara poverty dan bagaimana seks dipandang di kalangan ekonomi ke bawah, sehingga nampaklah adegan-adegan semacam ini hadir seakan tanpa pertimbangan konsekuensi psikis bagi beberapa tokoh sehingga ia terasa jauh dari sorotan. Seks juga dihadirkan untuk menjelaskan hubungan antara kekuasaan dan bagaimana caranya mendapatkan itu semua. Menurutku yang terpenting, bagaimana itu sesungguhnya menempatkan perempuan dalam kerugian yang celakanya sama sekali tak disadari.
Narasi di dalam buku ini menghadirkan hukum-hukum untuk menjelaskan fenomena yang buntu seperti bagaimana penulis menghubungkan peristiwa-peristiwa dalam hukum cinta, hukum gravitasi, hukum obesitas, yang dalam pembacaanku menjadi pelarian yang lucu. Buku ini ditutup dengan epilog yang membuatku merasa bersalah. Gak ada akhir yang bahagia. Chunhui, karakter final dalam buku ini kehilangan nyawa dari bayinya, membuat jutaan batu-bata, menggambarinya dalam kesepian, masih penuh harapan bahkan sampai akhir hayatnya. Ketika imajinasi si gajah sirkus sahabatnya, Jumbo, menjemputnya di waktu ajal, ini percakapan terakhirnya :
What’s going to happen to us? Chunhui asked, scared.
We’re disappearing for good. But don’t be scared. Just like you remembered me, you exist if someone remembers you.
... o, dan dengan lucunya aku juga membayangkan bagaimana bila buku ini, sebagaimana akan menjadi harapanku, difilmkan. Maksudku adegan dukun yang kerasukan dan melafalkan fonetik makian dalam bahasa asing itu--dan celakanya dalam dongeng itu tak ada semua orang yang tahu apa artinya--bakal jadi pembicaraan hangat. Konyol banget.
4/5. Bagaimana pun tetap menawan.
3 notes · View notes
egazulfar · 9 months
Text
Tumblr media
- Judul Tarbiyah Jinsiyah Anak Usia Dini
- Penulis Canun Kamil & Fufu Elmart
- Penerbit Mawadda
- Tahun terbit 2023
- Genre Parenting
- Jumlah halaman 101
- Ulasan/refleksi isi buku
Buku ini bercerita tentang pendidikan seks anak usia dini secara ringkas dan jelas. Kapan memulai pendidikan? Bagaimana menjelaskan? Bagaimana jika? Saat anak bertanya? Berteman dengan buku.
Dipaparkan dengan gaya bicara dan penyampaian penulis yang mudah diserap, tidak njelimet dan tetap fokus pada tujuan. Kasus yang diangkat sebagai topik bahasan di setiao sub bab juga sangat relate dengan kehidupan orang tua berbalita.
Penulis mengulang beberapa konsep yang harus dijadikan pegangan dalam menanamkan pemahaman seks terhadap anak usia dini. Sesegera mungkin, sesuai konteks keingintahuan anak, perlahan dan konsisten, sabar dan komunikatif, penuhi kebutuhan mereka, evaluasi diri sebagai orang tua.
Tidak jelimet karena penulis mengemas buku ini tanpa bahasa yang susah dimengerti seperti dalam jurnal ilmiah. Bisa masuk ke semua jenis kalangan orang tua. Tapi untuk yang terbiasa penasaran dengan kenapanya begini dan begitu, perlu mencari lagi lebih dalam.
Menurut penulis hal pokok dalam pendidikan seks anak usia dini adalah anak tau beda laki dan perempuan, membuat anak paham fungsi dan cara menjaga kemaluan dan aurat, memastikan anak bisa mandiri agar terjaga rasa malu dan terbentuk kebiasaan menjaga aurat dan kemaluan.
Dari sini aku diingetin lagi sih bahwa proses mendidik tu panjang dan saling terkait satu sama lain. Bikin anak bisa makan, mandi, pakai baju, tidur dll sendiri tu bukan cuma buat keren-kerenan. Tapi lebih dari itu. Salah satunya bisa ditarik ke pendidikan seks usia dini ini. Kemaluan dan aurat anak akan lebih terjaga saat kemandirian itu terceklis. Menjaga malu ini adalah salah satu syariat yang menunjukkan kasih sayang Allah.
Beberapa highlight yang dibahas di buku ini juga mengingatkanku pada kasus yang pernah kubaca dan kudengar tentang perilaku anak-anak balita. Jadi alarm tersendiri untuk lebih aware pada aspek ini.
Jadi keingetan kata bu Elly Risman juga di suatu podkes bahwa kita harus menargetkan anak punya seksualitas sehat sedari dini agar anak merasa berharga sebagai hamba Allah.
* Nol sampai lima tahun fokus ke pemahaman tentang diri, gaboleh ada yg nyentuh anak kecuali siapa aja? Ajarkan anak 3 jenis sentuhan : baik (kepala ke atas - lutut ke bawah), membingungkan (bahu ke lutut), ga boleh samsek (kemaluan).
* Dua setengah tahun ga boleh ganti baju depan anak, empat tahun pisah tidur sama ortu (kalau di buku Canun dna Fufu malah setelah sapih wkwk), lima sampai tujuh tahun bedakan kenalan, teman, sahabat mahram.
* Kalau anak udah baligh sekitaran delapan sampai sembilan tahun dipahamkan puber baligh itu apa? Hukum sudah berlaku pada dia, sebutkan ciri seks sekunder.
Sekian #RabuReview darikuuu kali ini 😃
4 notes · View notes
aydhana · 2 years
Text
Fitrah
Fitrah ibarat benih, yang apabila di di rawat dan di didik dengan telaten kelak akan tumbuh paripurna. Menjadi pohon yang baik, yang akarnya menghujam ke tanah dan batangnya menjulang ke langit, serta buahnya banyak sehingga menebar rahmat dan manfaat bagi sekitar.
Prof. Muhammad Yasien dalam bukunya, The Islamic of Human Nature menyebutkan bahwa fitrah adalah sifat dasar spiritual (spiritual nature) manusia.
Jadi manusia dilahirkan membawa sifat-sifat dasarnya dan ini mengarah kepada aspek spiritualnya bukan sekedar insting.
Secara lengkap fitrah adalah innately predisposed to know God (Marifatullah), to do good (Akhlaqul Karimah), dan to accept the true knowledge (Kitabullah).
Jadi fitrah adalah sesuatu yang telah diinstal di dalam diri manusia untuk mengenal Allah, melakukan kebaikan atau akhlaq yang mulia dan kesiapan untuk menerima kebenaran Kitabullah.
Berikut klasifikasi Fitrah Manusia :
1. Fitrah Keimanan
Setiap anak lahir dalam keadaan telah terinstal potensi keimanan. Bahkan setiap kita di alam rahim pernah bersaksi bahwa Allah sebagai Rabb (Qs. Al-A'raf : 172). Tidak ada anak yang tidak cinta Tuhan dan kebenaran kecuali di simpangkan dan di kubur oleh pendidikan yang salah gegabah. Ini meliputi moral, spiritual, keagaaman dsb.
Golden age fitrah ini ada pada usia 0-6 tahun. Fitrah ini berinteraksi dengan life system (kitabullah) sehingga dicapai peran menyempurnakan semua akhlak. Buahnya adalah akhlak terhadap Allah dan melingkupi semua akhlak lainnya.
2. Fitrah Belajar dan Bernalar
Setiap anak adalah pembelajar tangguh dan hebat yang sejati. Tidak ada anak yang tidak suka belajar kecuali fitrahnya telah terkubur atau tersimpangkan.
Golden age pengembangannya di usia 7-10 tahun. Interaksi terbaiknya dengan alam. Pesan yang di capai adalah rahmatan lil alamin. Buahnya adalah akhlak terhadap alam.
3. Fitrah Bakat
Setiap anak adalah unik, mereka masing-masing memiliki sifat atau potensi unik produktif yang merupakan panggilan hidupnya, yang akan membawa nya kepada peran spesifik peradaban.
Golden Age pengembangannya di usia 10-14 tahun. Fitrah ini berinteraksi dengan dengan kehidupan untuk Bashiro wa Nadziro. Buah nya adalah akhlak pada kehidupan manusia.
4. Fitrah Perkembangan
Perkembangan manusia memiliki sunnatullah, ada tahapan, ada masa emas bagi bagi fitrah tertentu. Tidak berlaku makin cepat makin baik.
Secara umum terdiri dari sebelum aqilbaligh, yaitu tahapan usia 0-2 tahun, 2-6 tahun (pra-latih), 7-10 tahun (pre-aqil baligh), 11-14 tahun (pre-aqil baligh II) dan sesudah aqil baligh yaitu >15 tahun (post aqil baligh).
5. Fitrah Seksualitas dan Cinta
Setiap anak dilahirkan dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Bagi manusia jenis kelamin ini akan berkembang menjadi peran seksualitasnya. Bagi anak perempuan akan menjadi peran keperempuanan dan keibuan. Bagi anak laki-laki akan menjadi peran kelaki-lakian dan keayahan.
6. Fitrah Estetika dan Bahasa
Setiap anak memiliki selera keindahan dan menyukai keindahan, termasuk kesenian, keharmonian, kesusastraan dsb. Setiap anak sudah dikaruniai kemampuan berbahasa, kemudia di aktualisasi oleh bahasa ibu oleh kedua orangtuanya.
7. Fitrah Individual dan Sosial
Setiap manusia di lahirkan sebagai individu, sekaligus juga sosial atau membutuhkan sekitarnya. Manusia memerlukan interaksi sosial dengan kehidupan sekitarnya. Sosialitas akan tumbuh baik sejak usia 7 tahun, jika individualitas utuh pada usia 7 tahun ke bawah. Di bawah 7 tahun anak belum punya tanggung jawab moral dan sosial.
8. Fitrah Fisik dan Indera
Setiap anak lahir dengan membawa fisik yang suka bergerak aktif dan pancra indera yang suka berinteraksi dengan bumi dan kehidupan. Setiap anak suka kesehatan dan asupan yang sehat. Bersih dan baik. Setiap indera juga senang menerima input yang membahagiakan dan menenangkan.
—beberapa tahun terakhir mengenali konsep pendidikan berbasis fitrah ini. Karena konsep ini mencuri hati terkait memfokuskan terangnya cahaya utama dalam hal pendidikan Tauhid. Masing-masing fitrah manusia dengan porsi masa terbaiknya memulangkan hakikat penciptaan pada pilar utama nya—beribadah kepada Allah Swt.
|| 5. 6. 2022 ||
24 notes · View notes
Text
Yang perlu di pastikan sblm nikah versiku:
1. Tujuan pernikahan
2. Pola asuh anak
3. Gaji/income berapa, sumbernya dr mana, ngalirnya kemana aja.
4. Pengelolaan keuangan ( siapa yg kerja, yg megang)
5. Tempat tinggal
6. Ada gk tanggungan/janji yg blm di penuhi untuk org tua.
7. Sex life, termasuk penyakit menular seksual, kelainan seksual, kebiasaan hidup dlm hal seksualitas, pro/kon KB sudah pernah hs atau blm (optional).
8. Bagaimana cara dia mengelola emosi, terutama saat marah.
9. Bagaimana sikap dia jika lama tidak diberi keturunan.
10. Bagaimana upaya dan cara dalam menyikapi jika istri dan ibunya terlibat perselisihan.
11. Ada atau tidak hutang atau cicilan yang belum lunas.
8 notes · View notes
xyslsanbla · 2 years
Text
Bullying
bullying adalah suatu tindakan atau prilaku yang di lakukan dengan Cara menyakiti dalam bentuk fisik verbal atau emosional atau psikologis Oleh seseorang atau kelompok yang merasa lebih kuat pada korban yang lebih lemah fisik ataupun mental secara berulang-ulang Tanpa Ada perlawanan dengan Tujuan membuat korban menderita.
Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat Di arahkan berulang Kali terhadap korban tertentu, Mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan. Tindakan penindasan terdiri atas 4 Jenis, yaitu, secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Budaya penindasan dapat berkembang dimana saja Selagi terjadi interaksi antar manusia, dari mulai di sekolah, tempat kerja, rumah tangga dan lingkungan.
Preferably terjadinya bullying adalah Karena pembully ingin Di anggap di kenal berkuasa, Karena ingin mendapat perhatian lebih dari lingkungan dan sekelilingnya, pembully biasanya mempunyai kenangan pahit yang membuat dia suka menindas orang lain, bersalah dari keluarga broken home.
2 notes · View notes
hargo-news · 2 days
Text
Tiga Hal dalam Mengelola Potensi Kekerasan Seksual Menurut Agama
Hargo.co.id, GORONTALO – Terdapat tiga hal yang ditawarkan Agama dalam mengelola potensi untuk melakukan kekerasan seksual yang ada pada diri manusia. Hal tersebut disampaikan Arfan Tilome, selaku perwakilan Satgas PPKS Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGO) pada kegiatan Empower Talks di Kafe Samping Kampus, Jumat (26/4/2024). “Yang pertama adalah menutup aurat, karena seksualitas itu bermula…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
increms · 4 months
Photo
Tumblr media
Kandungan Gizi Pada Kurma untuk Kesehatan
0 notes
negarajiv · 13 days
Text
Tulisan Pertama di 2024
youtube
Hari ini, Rabu 17 April 2024, sudah hampir setengah tahun 2024 berlalu tapi aku belum sempat sama sekali mengunjungi blog kesayanganku ini, apalagi menulis sepatah dua patah kata di dalamnya.
Belakangan ini aku memang mulai malas membuka Tumblr. Platform ini semakin ke sini semakin menjadi surga bagi LGBTQIA+. Bukan hanya narasi kampanye mereka yang begitu masif dan selalu menjadi trending topic, melainkan juga muatan konten-konten mereka yang selalu saja berbau seksualitas.
Hari ini Jakarta menerima curah hujan yang cukup tinggi ⛈️
Sembari bersantai dengan minuman hangat, aku menonton suatu wawancara di YouTube yang menurutku begitu menarik dan jarang-jarang terjadi.
Adalah Pavel Durov, pemilik Telegram, aplikasi pesan dan obrolan yang aku pikir tidak asing lagi bagi semua orang. Durov adalah orang yang misterius. Tidak seperti pimpinan perusahaan teknologi lainnya, Durov tidak suka wara wiri ke sana ke mari di hadapan media. Jadi, wawancara ini merupakan suatu hal yang sangat langka.
Aku sendiri sudah sedari lama kagum dengan sosoknya, yang menurutku menggambarkan pribadi yang teguh dengan prinsip-prinsipnya sendiri dan tidak pernah mau tunduk pada kuasa lain. Durov membangun Telegram hingga saat ini mencapai 900 juta pengguna lebih tanpa perlu melakukan tindakan-tindakan kapitalis yang memandang pengguna tidak lebih dari sekadar produk jualan untuk mencapai keuntungan.
Melalui wawancara tersebut Durov memaparkan berbagai pokok pikirannya terkait komunikasi, kebebasan bicara, dan netralitas platform.
Aku rasa tulisan berkenaan dengan video tersebut ini bisa jadi cukup sekadar sebagai kunjungan pertamaku ke sini di tahun ini.
0 notes
maroon-not-five · 1 month
Text
Hipokrit. Itu saya.
Sempat berkontemplasi agak lama, apakah memang saya tidak se-terbuka itu?
Sebagai muslim yang memiliki perbedaan dalam ranah seksualitas yang tentunya adalah dosa besar di agama saya, saya sendiri nyatanya tidak bisa menerima transgender semudah itu. Pria yang menyatakan dirinya adalah wanita, lalu berperilaku dan bergaya seperti wanita, mungkin tidak jadi soal. Tapi perihal mereka masuk ke toilet dan mushola wanita, itu membuat saya kesal. Saya tidak berhak menilai memang, siapalah saya ini. Saya hanya merasa tidak nyaman ketika suatu waktu ke toilet dan menemukan transgender disana. Saya mengenal orang ini, kami bertegur sapa. Tapi setelah dia pergi, saya mual.
Saya tidak pernah bisa sedekat itu menerima pria, dan ternyata saya tetap melihat teman tersebut sebagai pria meskipun dia sudah melabeli dirinya sebagai wanita. Mungkin karena itu, saya tidak terlalu suka ketika orang memberi tag "queer" pada diri saya. Bagaimana jika, saya hanya menyukai orang yang saya suka tanpa melihat atribut mereka? Terlepas dari selama ini, saya tidak (belum) menyukai pria.
Siang ini saya menempuh 3 jam perjalanan menuju Jakarta menggunakan moda kereta lokal, KRL, dan MRT. Sepanjang jalan, kepala saya riuh dengan kejadian dimana seorang transgender menolak untuk pindah dari gerbong wanita. Kejadian itu ternyata memenuhi pikiran saya.
Manusia memang menarik. Saya sendiri seorang hipokrit, atau boleh juga disebut munafik.
0 notes
borobudurnews · 4 months
Text
Bentuk Pelecehan Seksual dan Tips Cara Menghadapinya
BNews-TIPS- Pelecehan seksual dapat terjadi pada siapa saja, baik pria maupun wanita. Menurut artikel Komnas Perempuan, pelecehan seksual didefinisikan sebagai tindakan yang melibatkan sentuhan fisik atau non-fisik pada organ seksual atau seksualitas korban. Beberapa kasus pelecehan seksual seringkali diabaikan dan dianggap remeh oleh pelakunya. Namun, perilaku ini seharusnya tidak dapat…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes