Tumgik
tisasmuthiah · 3 years
Text
Budak
Tak lagi ada yang menghendaki, mensifati diri sebagai budak dari apapun. Hidup yang bergantung, terikat tanpa tau arti kebebasan, terkunkung dalam dekap aturan. Kasta terendah sebuah peradaban, yang tak kan pernah jadi impian. Sedang kebebasan kian menggema. Bersikap masa bodoh dengan segala titah, karena hidup kita milik kita pula sejatinya. Katanya. Tapi, pernahkah kita membayangkan menjadi budak yang penuh kebebasan? Keterikatan yang memerdekakan. Dua hal yang bertetangan, namun nyata dapat jadi tujuan.
Ialah menjadi 'abdullah (budak/hamba Allah) Predikat tertinggi cita luhur seorang muslim. Menisbatkan diri bahwa kita tak lain memang hanyalah budak, dan Ia-lah Rabb, Sang Penguasa Alam Semesta. Menariknya, menjadi 'abdullah tak membuat kita hina, namun terpandang kualitasnya. Mengakui bahwa diri hanyalah hamba, mengantarkan kita pada ketidakterikatan dengan selain-Nya. Resmi menghambakan diri pada-Nya, berarti hanya Ia tujuan kita, alasan dari setiap amal yang kita upayakan, tak takut apalagi risau karena Dia penjamin hidup mati kita. Tulisan ini intisari kajian ustadz Nouman Ali Khan. Berbahagialah menjadi 'abdullah. Bersungguh-sungguhlah untuk hidup dan mati dengan status sedemikian. Semoga Tuan kita, Allah swt, ridho.
@tisasmuthiah
1 note · View note
tisasmuthiah · 3 years
Text
Memuslimkan keseharian
Setelah menyadari, bahwa setiap waktu yang terlampaui dapatlah menjadi asbab beratnya timbangan kebaikan ataupun sebaliknya di hari penghisaban kelak. Karena semua dipertanggungjawabkan. Tak kan terlewat barang sebiji zarrah.
Lalu meresapi hari-hari yang berlalu, adalah bentuk penghisaban terhadap diri. Boleh jadi, setiap amal yang diperbuat mengiringi mengalirnya waktu-waktu yang ada, hanyalah niatan mengisi rutinitas. Mengisi waktu itu mudah, memuslimkan keseharian itu perlu upaya.
Ya, menghidupi setiap detik waktu yang ada sebagaimana Rasulullah salallahu'alaihi wa sallam melaluinya. Mengisi setiap kesempatan yang dipunya, bukan hanya untuk produktif belaka, tapi mengutamakan keberkahan di setiap momennya.
Menjadi sejatinya muslim, dengan menjalani detik demi detik sebagai muslim. Ada niat yang terjaga, amal yang diilmui, doa yang mengudara senantiasa, dibungkus istighfar sebab kita banyak khilaf mengelilingi, serta kehati-hatian yang menemani. Meski tak sampai ujungnya, setidaknya kita bertahan diatasnya.
Yaa muqollibal quluub, tsabbit qalbi 'alaa diinik...
@tisasmuthiah
0 notes
tisasmuthiah · 3 years
Text
Lucunya manusia, nikmat yang sehari-hari, sedetik-detiknya kita dapat tanpa usaha, justru yang paling sering kita lalaikan. Melihat dengan jelas, mendengar aneka suara, mencium bebauan, menghirup nafas, jantung yang berdetak, dan sebagainya. Kita merasa terlalu berhak dan layak untuk diberi itu semua, hingga tak terasa syukur perlahan sirna, kufur mengendap begitu saja. Na’udzubillah...
@tisasmuthiah
1 note · View note
tisasmuthiah · 3 years
Text
Senja tadi, Allah menyapa melalui hamba shalih yang tak kukenal. Izinkan ku bercerita, untuk diriku di masa depan. 
Petang sekitar pukul 5 sore, aku mampir ke ATM searah jalan pulang. Ada janji yang harus ditunaikan, melalui transaksi di sana. Setelah keperluanku usai, aku kembali ke tempat parkir dan mendapati motorku tertutupi kendaraan lain. Tak hendak ambil pusing, kutunggu saja hingga si empunya usai. Tak berselang lama, pemilik motor keluar, dan pergi. Aku pun bergegas menaiki motor dan tanpa sengaja menjatuhkan kunci motorku. Baru saja akan turun dari motor, sudah ada seorang muslimah yang membungkukkan badannya, mengambilkan kunci itu untukku. I did surprise. Karena, tampak dari semburat garis matanya dia jauuh sangat lebih senior dariku. Aku terkejut karena ke-tersegera-annya menolong tidak kira-kira. Aku terkejut karena ternyata dia wanita paruh baya.
Kebaikannya meluruhkanku. Hal sederhana, tapi kucoba ambil hikmah sebanyak-banyaknya. Iri sekali dengan orang yang tidak berpikir panjang untuk berbuat baik. Aku pernah mendapati komentar dan sikap yang tak mengenakkan sebagai balasan dari perbuatan baik. Jujur, itu membentukku menjadi orang yang berpikir berkali lipat untuk melakukan hal baik. Khawatir disalahartikan, khawatir ditangkap sebaliknya, lalu kembali pupus.
Padahal, nyata saja adanya bahwa niatku beramal shalih rupanya bukan karena-Nya. Nampak sekali aku bahagia berlebihan saat dipuji, diucap terimakasih. Lalu, ku pun terluka berkepanjangan saat dibalas sebaliknya. Bukan. Bukan kebaikannya yang keliru. Niatnya yang diluruskan.
Satu lagi. Entah kenapa, ada bright effect dari wajahnya yang tertutup masker tentunya, saat mata kita bertemu. I can say, she is a great muslimah :”) Karena kebaikan yang dilakukan tak dipikir panjang, sepersekian detik, respon cepat bentukan akhlaqul karimah yang mengakar. Tak kukenal namanya, tak kutahu siapa orangnya, tapi yakin seyakin-yakinnya, Ibu tadi sedang menanam benih kebaikan, yang nantinya akan mengakar tumbuh menjadi tujuh tangkai, dan setiap tangkainya ada seratus kebaikan.  
Ketika kita mendapatkan kebaikan dari orang lain, tanpa sadar kita merasa berhutang budi dan berjanji untuk membalas kebaikan orang tersebut. Lucunya, kita tidak akan bisa membalas kebaikan seseorang, karena kita tidak benar-benar tahu apa yang mereka niatkan saat melakukannya. Terlebih, saat hanya Allah yang mendasari mereka berbuat sedemikian. Maka hanya dari Allah pula balasan yang sedang mereka nantikan.
@tisasmuthiah
0 notes
tisasmuthiah · 3 years
Text
Etalase kehidupan
Berdiri terlalu lama di depan etalase sangat tidak dianjurkan. Memandangi perbedaharaan duniawi yang tersorot lampu kanan kiri, terbingkai kaca etalase yang mengkilap, menambah cantik barang-barang yang sedang mencari tuannya. Mereka seperti menyihir tatapan para pecinta dunia, menggiring hati-hati yang mengutamakan ingin dan bukan butuh, mendahulukan luar dan bukan isi, menjunjung pandangan orang lain dan bukan Rabb-nya. 
Meratapi “nikmat-nikmat” yang bukan milik kita adalah seperti berdiri di depan etalase. Menghantarkan kita pada imaji manakala “nikmat” itu menjadi milik kita, membutakan kita dengan nikmat sejati yang sedang kita punya. Mengubur syukur, mengundang tanya,”Mengapa aku tidak memiliki ini dan itu?”
Ada satu konsep syukur yang awam kita kenal, tapi justru mendekatkan pada level syukur yang tak hingga. “Bersyukur bukan hany saat kita merasa hidup kita lebih beruntung dari orang yang ada di bawah kita, tapi syukur juga ada saat kita melihat orang-orang yang ada di atas kita. Memandang bahwa hidup yang serba bergelimangan juga mengantarkan pada hisab yang tak berkesudahan.”
@tisasmuthiah
0 notes
tisasmuthiah · 3 years
Text
Allah mengeluarkan kita dari kegelapan dan mengantarkan pada cahaya, kita yang dengan sukarela mencari kegelapan dan hidup di dalamnya. 
Allah menyediakan hidayah di banyak tempat, terbuka lebar, kita yang sengaja abai dan tak berkeinginan untuk memikirkannya. 
Rahmat dan ampunan Allah begitu luas, tapi kerap sekali kita mempermainkan dengan berulang-ulang berenang dalam samudera maksiat yang sama.
Semoga, segelap apapun tempat yang kita datangi, selalu Allah tuntun untuk melihat dan kembali pada cahaya.
Semoga, seberaturan apapun urusan dunia yang ada di pikiran kita, selalu Allah lembutkan hati dan pikiran kita untuk memberi porsi terbesar menjadi ulil albab.
Semoga, jatuhnya kita berkali-kali dalam samudera maksiat, selalu Allah ulurkan bala bantuan yang mengantarkan kita kembali ke daratan ilmu dan mengingatkan kita pada-Nya.
Semoga pun, kita tak menyerah untuk bermohon ampunan-Nya, menjadi pendosa yang tak lelah bertaubat, dan terus mencari jalan untuk kembali pada Allah swt.
@tisasmuthiah
0 notes
tisasmuthiah · 3 years
Text
2 Februari 2021. 20 Jumadil Akhir 1442H. H-70 Ramadhan. Menata niat, menyiapkan hati, melatih raga. Tamu yang dirindu kan segera tiba. Ia datang sesuai waktunya, tak pernah tiba-tiba. Sekian banyak pengingat lalu lalang dalam genggaman. Mungkin kita yang terlampaui abai dan merasa waktunya masih panjang. Hingga tak ada hasrat untuk bergegas berbenah, karena terkungkung nafsu,”Nanti dulu, masih lama”. Sedemikian pula miripnya dengan kita menafsirkan jarak kematian, juga negeri yang kekal. 
“Nanti dulu, masih lama.”
@tisasmuthiah​
0 notes
tisasmuthiah · 3 years
Text
Januari usai
Tak terasa bukan? Sudah hari ke-31 tahun 2021. Berat ringan, deras rintik, pasang surut bulan ini, mulai terakumulasi penuh menjadi memori. Januari menemui ujungnya.
Allah bertanya, "Berapa tahunkah lamanya kalian tinggal di bumi?" Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman, "Kalian tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kalian sesungguhnya mengetahui.” Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguh­nya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arasy yang mulia. (Q.S. Al-Mukminun : 112-114)
Kiranya, sangat cukup menjadi pengingat, bahwa seberiringan waktu yang masih berjalan hingga usai ditetapkan-Nya, bersamaan pula dengan pergiliran tanya-jawab dalam memikirkan, untuk apa usiaku ini dimanfaatkan? Bagaimana caramu mensyukuri nikmat dengan segala titipan-Nya? 
Mari sederhanakan dengan memuhasabahi penghujung bulan ini. Apa yang berbeda dari dirimu di awal bulan lalu dengan akhir bulan kini? Tentu dalam kebaikan. Pun terlebih tentang perkara akhirat. Semoga lebih baik.
Kuliti benar-benar waktu yang sudah berlalu dan apa yang kita lakukan semasa itu. Membandingkan dirimu pada detik ini, dengan dirimu di masa lalu sudah lebih dari cukup. Sangat cukup untuk seharusnya membuatmu berpikir, lantas mendorongmu untuk berbenah. Esok, hendak beramal apa?
@tisasmuthiah
0 notes
tisasmuthiah · 3 years
Text
Manusia, terlalu sering menimang-nimang apakah dirinya dicintai orang lain atau tidak. Ada yang mengharap kebaikan untuknya atau tidak. Ada yang menanti-nanti kehadirannya atau tidak. Hingga ia berjuang dengan segala daya untuk disukai setiap pasang mata. Lupa yang keterlaluan, bahwa ada yang cintanya hakiki, yang membalas jauh berlipat-lipat dari yang kita beri. Yang sejatinya pun, tak menanti balas, sebab Dia yang terlampau sering kita abaikan, namun nikmat-Nya tak pernah putus, ampunan-Nya luas, rahmah-Nya tak terkira. Dia-lah Allah سبحانه وتعالى. Rabbmu dan Rabbku.
@tisasmuthiah
0 notes
tisasmuthiah · 3 years
Text
Malam, 25 Januari 2021. Dimampukan Allah swt menyimak video klip kajian ustadz Nouman Ali Khan. Dari sana, Allah mengantarkanku mengenal satu sosok yang menjadi salah satu tanda Kebesaran Kuasa-Nya. Robert Davila.
Beliau sudah viral dari tahun 2014 ternyata. Tak banyak rupanya jejak digital yang ditinggalkan. Tapi dari yang sedikit itu sudah lebih dari cukup menjadi pengingat tentang banyaknya nikmat Allah yang tidak kusyukuri. Tentang, betapa menenangkannya hati yang sinar keimanannya memenuhi relung batinnya, hingga tak ada yang ia rasa selain, syukur...dan syukur.. Keburukan dalam kacamata manusia yang tengah menimpanya, bahkan terasa bak anugerah indah dengan kacamata imannya. 
Bukankah tak ada yang kebetulan di dunai ini? Termasuk berselangnya waktu hampir 7 tahun baru kemudian saya mengetahuinya. Dan saya yakin betul, masih ada banyak pasang mata yang belum “dikenalkan” Allah pada hamba pilihan-Nya yang satu ini. Yang menjadi asbab bertambahnya kuatnya iman saudara muslimnya, yang menjadi jalan penuntun menuju hidayah-Nya.
Allahu Akbar wa Maasyaa Allah... Semoga kita senantiasa dimampukan untuk mensyukuri segala nikmat dan karuniaNya. Terutama iman yang selalu kita mohonkan agar tak lepas dari genggaman, hingga ajal menyapa.
https://youtu.be/Tq0q2h5XRoA 
Selamat berkenalan, semoga bertambah keimanan.
1 note · View note
tisasmuthiah · 3 years
Photo
Tumblr media
Selamat Hari Gizi Nasional ke-61! Anemia masih saja menjadi permasalahan ya. Bahkan program preventif tingkat global pun sudah menyasar hingga 3000HPK (Hari Pertama Kehidupan), yakni sudah dimulai dengan mengintervensi perbaikan kebutuhan gizi pada kelompok remaja. Sebab, remaja putri dapat menjadi pintu gerbang penentu kualitas generasi masa mendatang. Memang, ada banyak faktor yang mempengaruhi kondisi anemia seseorang, namun kekurangan zat besi masih menjadi faktor paling berpengaruh. Pemenuhan asupan zat besi sesuai kebutuhan harian, pun didukung dengan suplementasi pada kondisi tertentu semisal menstruasi, kehamilan, menyusui, ataupun kondisi khusus lainnya, menjadi penting untuk dipahami dan diterapkan. Tentu saja, pemenuhan aspek kesehatan masyarakat akan sulit tercapai jika hanya teman-teman yang berkiprah di bidang kesehatan saja yang berupaya. Dukungan semisal peningkatan kesejahteraan masyarakat, perbaikan penyediaan dan akses bahan makanan yang memadai, pensosialisasian pengetahuan yang massive dan menyeluruh baik di tingkat keluarga maupun masyarakat, dan lain sebagainya, justru berdampak lebih besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Semoga, hari ini menjadi pelecut semangat para nutritionist dalam menghadapi banyaknya permasalahan gizi yang ada. Semoga, masayrakat Indonesia kian dimampukan untuk mengkases, memahami, dan menerapkan pola makan bergizi seimbang, beriringan pula dengan dukungan menyeluruh dari segala bidang 😊
Tumblr media
@tisasmuthiah
0 notes
tisasmuthiah · 3 years
Text
“Aku tidak pernah mengkhawatirkan apakah doaku akan dikabulkan atau tidak, tapi yang lebih aku khawatirkan adalah aku tidak diberi hidayah untuk terus berdoa.” (Umar bin Khattab)
Ketika doa lebih dari sekedar mengeja pinta. Yakni, menjelma menjadi rangkaian kalimat indah sebab sang hamba sadar ia sedang bercengkrama dengan Rabb-Nya. Bersyukurlah. Bertahanlah. Berusahalah menetap dan menjaga bincang hangat itu. Hingga lupa isi yang kau harapkan, karena begitu bersemangatnya dan mensyukurinya engkau pada setiap momen bersama-Nya.
@tisasmuthiah
0 notes
tisasmuthiah · 3 years
Text
Punyakah rahasia antara dirimu dengan Allah? Ya. Hanya engkau dan Rabbmu yang tahu. Tentu, selain aib dan maksiat yang tersembunyi itu.
Adalah amal shalih yang ujiannya sepanjang usia. Sebelum, saat, dan panjang setelahnya amal itu diperbuat.
Sebelum. Kasur yang empuk dan nyaman ditemani gadget yang serbaguna menjangkau dunia, lengkap sudah kiranya jadi penunda beramal shalih. Kiranya mengakhirkan amal dapat meningkatkan kualitas amal itu nantinya. Besok, hari ini istirahat dulu. Besok, jadi baik dulu. Besok, terlalu banyak orang, nanti disangka riya’
Saat. Sedang dalam proses beramal shalih, namun kemudian terbesit bonus-bonus duniawi yang rupanya lebih nyaring bermelodi dalam sanubari. Niat pun berbelok. Lebih sungguh - sungguh, tapi mengapa terasa lebih sia-sia?
Setelahnya. Berhasil sudah menghalau rayu syaitan sebelum dan saat beramal.  Hingga tiba di suatu masa, panjang sudah jaraknya dari amal yang terjaga. Seketika teruji melalui huru - hara obrolan yang mengalirkan ungkitan amal ayng sudah apik tersimpan. Ah~ 
Waktu bergulir seiring berpindahnya kita dari satu amal ke amal berikutnya. Karena amal adalah perbuatan. Semoga pun itu rentetan amal-amal shalih. Sebab, “semua yang tidak untuk Allah akan sia-sia” (Ust. Aan Chandra Thalib).
Maka doa adalah pembungkus terbaik dalam mengawali, melakukan, dan panjang setelah amal itu diperbuat. Memohon agar hanya karena-Nya, agar terjaga niat sedari awal hingga akhir, agar tak hanya lelah namun barokah.
Pun terhadap amal yang kita pupuk dalam diam. Menyisihkan sedikit harta, menguntai doa untuk saudara, sujud dan rukuk dalam sunyi, dan lainnya. Ketersembunyian yang terjaga. Barisan amal yang semoga kian mendekatkan kita hasta demi hasta pada ridho Allah.
“Rabbanaa taqobbal minnaa. Innaka antassamii’ul ‘aliim.”
@tisasmuthiah
0 notes
tisasmuthiah · 3 years
Text
Tidak setiap yang kamu butuhkan Allah langsung berikan, "tapi bukankah Allah mengabulkan doa dan memberi pertolongan ketika aku sedang memerlukannya?".
Kebaikan dan upah atas hasil sabarmu itu tidak selalu dibayar kontan di dunia, jika kamu tidak mendapatkannya sekarang hingga akhir usiamu maka ganjaran dan kebaikan itu akan kamu dapatkan kelak di surga, dengan imbalan yang lebih besar dari mereka yang Allah kabulkan di dunia.
Dunia ini terlalu kecil untuk dijadikan upah, teman.
Ada yang diberikan dan dijawab doanya saat ia butuhkan, ada pula yang Allah berikan namun setengahnya dulu agar sisanya bisa diberikan kelak di surga, dan ada pula yang Allah tahan untuk memberikannya di dunia agar ia mendapat kenikmatan yang maksimal nanti setelah kematiannya.
Doa dan ijabah itu tidak pernah sepele dan kecil dihadapan Allah, itulah mengapa Allah mencintai mereka yang meminta pada-Nya. Tidak peduli selama apa kamu berdoa dan menangis, tetap saja mahal bagi Allah.
Namun, barangkali kamu meminta dengan tidak beradab dan meninggalkan apa kewajibanmu. Jangan hanya meminta hak tapi kewajiban tidak kamu kerjakan, bukankah itu sangat keterlaluan?
Hari ini aku belajar, dari hujan yang turun terus-menerus tanpa putus. Barangkali ada dari hamba-Nya yang membutuhkan waktu terbaik untuk berdoa, atau Allah memberikan kesempatan bagi mereka yang lupa akan berdoa. Bagaimana pun, ada ucapan syukur masih bisa menikmati hujan yang membawa kebaikan.
@jndmmsyhd
699 notes · View notes
tisasmuthiah · 3 years
Text
Kadang menunduk pasrah dan berserah meredakan masalah. Sambil lirih berucap " Ya Allah, apa pun cerita hidup hamba, hamba menerimanya. "
Lalu kita jalani hari demi hari tanpa jauh memandang ke depan, sambil mensyukuri detik demi detik nikmat-nikmat-Nya yang selama ini kita lupakan, atau terlupakan oleh banyak keinginan.
14 notes · View notes
tisasmuthiah · 3 years
Conversation
Seba'da sholat maghrib berjamaah (berdua)
Ibu : Wajahmu kok agak lesu mbak? Capek fisik apa capek pikiran? Dua-duanya?
Anak : Hehe...(senyum simpul)
Ibu : Pengen opo? (sounds like, ibu bisa bantu apa?)
Anak : Pengen didoain Ibu, hehehe
Ibu : Kalau itu ya sudah setiap saat, setiap waktu, komplit doanya
Anak : Alhamdulillah...dah cukup. Langsung enteng bu rasanya :")
0 notes
tisasmuthiah · 3 years
Text
Allah Sebaik-baik Pemberi Takdir
Tumblr media
Senja, tahun 2018. Bersama Lisa dan Lala, teman kampus, chit-chat tentang hidup dan rencana yang akan diikhtiarkan masing-masing. Kebimbangan yang umum di kehidupan pasca kampus kurasa, hendak melanjutkan studi atau berkarir dulu, mengembangkan passion di pelosok negeri atau memaksimalkan bakti pada orangtua, mumpung masih sendiri.
Ada kalanya, akan saling bertanya perihal takdir di depan mata. Sudah benarkah jalan yang sedang kita pilih? Akankah sia-sia usaha yang akan kita coba? Saling memberi pandangan bersama kawan yang dirasa satu perjuangan, kerap kali menjadi alternatif pemantapan hati. Termasuk kami, senja itu. Bersyukur obrolan cukup panjang kala itu berakhir dengan kesimpulan, “mari berikhtiar dengan mengetuk setiap pintu yang ada, lalu bersyukur pada tempat dimana kita berada”. Karena setiap kita, akan berkata “Oh....begini ternyata” pada akhirnya.
Ya, karena sifat takdir yang begitu rahasia, mengondisikan kita untuk berikhtiar yang terbaik dan khusnudzon dengan apa yang Allah pilihkan. Sebab Allah-lah sebaik-baik pemberi takdir :”)
Tumblr media
Menjelang Ashar, Januari 2021. Lala silaturahim ke rumah setelah lama nian tak berjumpa. Kini, sudah resmi bersama pasangan halalnya. Sejenak bertukar kabar, sekalian pula ia sampaikan, akan ikut suaminya pindah ke Jayapura. Ia yang dulu paling bimbang karena ingin merantau jauh, namun orangtua sudah terlalu sepuh. Akhirnya memilih mensyukuri kerjaannya saat itu, sambil sesekali mencoba “mengetuk pintu” yang ada lainnya.
Allah selalu punya maksud dalam setiap rentetan takdir indahnya. Alhamdulillahilladzii bini’matihii tatimmusshaalihaat. Berkawan dengan teman yang tepat adalah satu dari sekian banyak nikmat yang lalai kita syukuri. Tidak perlu banyak memang, cukup tepat. Karena pada dasarnya kita memang akan saling terikat dengan yang seirama. Dan semoga, seirama dalam kebaikan :”)
@tisasmuthiah​
0 notes