Tumgik
ainunnajib08 · 1 year
Text
Metode Baca Al Qur'an Yanbu'a
Tumblr media
Metode yanbu’a adalah suatu metode baca tulis dan menghafal Al-Qur’an, untuk membacanya santri tidak boleh mengeja, membaca langsung dengan cepat, tepat, lancar dan tidak putus-putus disesuaikan dengan kaidah makharijul huruf. Timbulnya “Yanbu’a” adalah usulan dan dorongan Alumni Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an, supaya mereka selalu ada hubungan dengan pondok disamping usulan dari masyarakat luas juga dari lembaga pendidikan Ma’arif serta Muslimat terutama dari cabang kudus dan Jepara. Penyusuan Metode Yanbu’a diprakarsai oleh tiga tokoh pengasuh Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an putra KH. Arwani Amin Al-Kudsy (Alm) yang bernama: KH. M. Ulin Nuha Arwani, KH. Ulil Albab Arwani dan KH. Manshur Maskan (Alm) dan tokoh lain diantaranya: KH. Sya’roni Ahmadi (Kudus), dan KH. Amin Sholeh (Jepara), Ma’muzMuzayyin (Kajen Pati), KH. Sirojuddin (Kudus) dan KH. Busyro (Kudus) beliau adalah Mutakhorrijin Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an yang tergabung dalam majelis “Nuzulis Sakinah” Kudus. Cara pembelajaran Yanbu’a yaitu (1) Musyafahah yaitu guru membaca terlebih dahulu kemudian santri menirukan. Dengan cara ini guru dapat menerapkan membaca huruf dengan benar melalui lidahnya. Sedangkan santri akan dapat melihat dan menyaksikan langsung praktek keluarnya huruf dari lidah guru yang ditirukannya. (2) Ardhul Qira’ah yaitu santri membaca di depan guru sedangkan guru menyimak dengan baik. Sering juga cara ini disebut dengan sorogan. Dengan cara ini akan memudahkan guru untuk mengetahui dan membenarkan bacaan santri yang keliru. (3) Pengulangan yaitu guru mengulang-ilang bacaan, sedangkan santri menirukannya kata per kata atau kalimat per kalimat, juga secara berulang-ulang hingga terampil dan benar. Dari berbagai sistem penyampaian materi belajar Al-Qur’an yang ada saat ini, semuanya mengedepankan penyampaian materi belajar yang memudahkan siswa dalam menerima pesan pembelajaran, khususnya pembelajaran Al-Qur’an. Akan tetapi kebanyakan lembaga pendidikan Al-Qur’an yang ada tidak meninggalkan teori musyafahah sebagai sistem paling bagus dalam mencapai hasil yang maksimal. Hal ini tidak lepas dari penyampaian materi yang begitu simple yakni siswa menirukan secara langsung apa-apa yang dibaca oleh guru secara perlahan melalui lidahnya, kemudian guru juga dapat mengoreksi secara langsung baik makharijul huru, tajwid atau lainya, sehingga siswa dapat secara benar membaca Al-Qur’an.
1 note · View note