Tumgik
alfxrmdhn · 2 days
Text
Apa kabar?
Pertanyaan singkat kepada perasaan yang pernah singgah di hati tapi dengan mudahnya melepas ia pergi.
Maka itulah iman. Baru kemarin bulan Ramadhan merasakan nikmat beribadah, perubahan diri ke arah yang lebih baik, dan berusaha konsisten terhadap semua amal ibadah, namun sekarang pertanyaan itu muncul atau bahkan tidak sama sekali?
Banyak bersantai. 2 kata yang mendeskripsikan diri ini setelah berlalu-nya olimpiade orang-orang bertakwa itu. Teringat perkataan Ustadz Ahmad Kamal hafizhahullah di kajian malam terakhir bulan Ramadhan, “sungguh ketenangan akan didapatkan ketika berletih-letih dalam beribadah, termasuk membaca dan mendengarkan kalam-Nya dan ini adalah dzikir terbaik.”
Oang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Ra'd: 28)
Ada kutipan yang mengatakan, “jika rasa cinta pada Allah itu lemah di hati, maka anggota badan pun tak semangat untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah”.
Ada lagi pepatah arab mengatakan, “siapa yang mencintai sesuatu maka ia akan banyak menyebutnya”.
Korelasinya, dimulai dari hati. Jika hati tidak terpaut ke Allah maka lisan sebagai anggota tubuh yang paling ringan untuk digerakkan akan menjadi berat apalagi anggota tubuh yang lain. Bahkan bisa aja pertanyaan “apa kabar?” tak terucap menanyakan iman dalam hati karena memang tidak cinta kepada-Nya.
Sederhananya, jika kita menanyakan kabar orang tua pastilah tenang saat mendengar kabar mereka baik-baik saja. Begitu pula dengan keimanan. Pastilah kita tenang jika keimanan masih terjaga apapun ujiannya dan dalam waktu apapun pun. Lalu jika kita tidak menanyakan kabar kepada keimanan kita apakah kita sudah bisa tenang atau memang sudah tidak cinta?
Jika semangat beribadahnya hanya di bulan Ramadhan, berarti cinta kepada Allah cuma 1 bulan. Perlunya cuma sebulan aja, saat ada keperluan, dan di waktu-waktu tertentu saja. Seperti tabiat kebanyakan manusia. Kemuliaan Allah tak akan berkurang jika kita seperti itu, tapi yang rugi tak lain hanyalah diri sendiri. Kita yang butuh Allah, kita butuh ketenangan sepanjang waktu bukan insidental. Apakah kita berpura-pura bisa tenang dan tentram selain di bulan Ramadhan?
Lagi-lagi analoginya, jika kita cinta ke orang tua, pasangan, anak, siapa pun itu, pasti sering menanyakan kabar karena itu indikator dari kepedulian dan tidak melupakan mereka. Jika kita peduli dengan akhirat kita, maka pasti pertanyaan itu muncul sebagai bentuk muhasabah diri, setelah itu berusaha agar menjemput kembali iman yang tertinggal di bulan Ramadhan kemarin lalu bersemangat lagi.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik” (QS. Al-Hasyr: 18-19).
0 notes
alfxrmdhn · 5 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Bismillah.
Selain kajian kitab, Tabligh Akbar semacam extra booster untuk jiwa-jiwa agar terus berlomba-lomba. Apa lagi dengan tema-tema muhasabah atau tazkiyatun nufus.
Menyadarkan diri agar jangan terus tenggelam dalam kelalaian dan keburukan
Memberikan semangat agar lebih dekat sedekat-dekatnya kepada-Nya
Merefleksikan betapa luas Rahmat dan Ampunan-Nya
Memperpendek angan-angan dan senantiasa mengingat Allah.
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadid: 16).
0 notes
alfxrmdhn · 7 months
Text
Sebuah Kontemplasi Diri.
Dorongan untuk berbuat sesuatu bisa didapatkan dari mana saja, bisa faktor eksternal atau internal. Faktor eksternal seperti lingkungan keluarga, buku, tokoh panutan, atau circle pertemanan. Tapi faktor internal dalam diri berperan banyak untuk melakukan perubahan-perubahan dan perjuangan-perjuangan. Faktor luar ibarat letupan kecil diawal, lalu tekad atau keinginan yang kuatlah yang menjadikannya terus hidup. Sebagai contoh sederhana, sewaktu kecil orang tua kita mungkin sering membangunkan shalat subuh atau menyuruh agar shalat wajib jangan sampai ditinggalkan. Tujuannya apa? ya agar terbiasa dan kebaikan itu terus hidup.
Lantas, kenapa sekarang sebaliknya?
Tidak hanya sholat saja yang terlalaikan karena dunia, tapi luput dari kebaikan-kebaikan yang lain. Padahal Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi” (HR. Tirmizi).
Itulah prolog yang sempurna untuk mewujudkan asa menjadi pribadi yang lebih baik itu. “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45).
Pernah dapat nasehat ini, “hadirkan hati didalam shalat, rendahkan diri di hadapan Allah, jadikan shalat saat itu seakan-akan menjadi shalat terakhir kita di dunia”.
Setelah dipikir-pikir, tempat untuk memperbaiki hati yang terbaik itu dalam shalat. Yang nantinya berimplikasi kepada perubahan hidup. Pantas saja Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal, sejukkanlah (istirahatkanlah) kami dengan shalat” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Sebagai epilog dan sebagai kontemplasi diri sendiri, Rasulullah adalah orang yang paling baik hatinya, paling mengerti hakikat hidup, dan dijamin surga oleh Rabbul 'Alamin. Tapi Rasulullah dalam kisah yang masyhur, shalat sampai kaki beliau bengkak bahkan berkata, “apakah tidak boleh jika aku termasuk hamba yang bersyukur”
Makin dewasa dan makin berkembangnya zaman kayaknya makin butuh doa agar menjadi insan yang terjaga shalatnya. Menjadikan shalat sebagai penyejuk hati dan bentuk manifestasi rasa syukur. Tidak menganggapnya ibarat sudah tunai atau belum atau bahkan sebuah keterpaksaan, akan tetapi melalui shalat semoga Allah memperbaiki segala hal pada diri kita yang belum baik menjadi baik, yang sulit menjadi mudah.
—“Allah tidak menyia-nyiakan iman (shalat) kamu..” (QS. Al-Baqarah: 143)
—“Dan sebutlah nama Rabbmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati” (QS. Al-Muzammil: 8)
0 notes
alfxrmdhn · 7 months
Text
Tumblr media
Mengimani semua takdir itu adalah salah satu pokok-pokok aqidah ahlussunnah. Takdir yang baik, takdir yang buruk ataupun takdir yang manis maupun pahit. Pastinya dalam musibah / takdir yang buruk juga ada hikmahnya. Karena bisa jadi hikmahnya tidak kita ketahui saat itu juga, bisa 1 tahun, 2 tahun atau hingga 10 tahun di masa yang akan datang. Allah yang Maha Mengetahui, sedangkan kita tidak mengetahui apa-apa. Semuanya terjadi atas ketetapan Allah.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, “Hendaklah engkau tahu bahwa sesuatu yang ditakdirkan akan menimpamu, tidak mungkin luput darimu. Dan segala sesuatu yang ditakdirkan luput darimu, pasti tidak akan menimpamu” [HR. Ahmad]
—Faedah kajian Ushulus Sunnah Lil Humaidi Rahimahullah oleh Ustadz Abdurrahman Ad-Dify Hafizhahullah.
0 notes
alfxrmdhn · 8 months
Text
Jangan pernah berhenti melangitkan pinta kepada-Nya.
Salah satu bentuk kemuliaan dan kesempurnaan islam, seorang hamba diwajibkan untuk selalu bermunajat kepada Dzat yang menciptakannya. Doa termasuk ibadah bahkan yang paling mendasar dalam ibadah, oleh sebab itu pastinya tidak boleh dipersembah kepada selain-Nya. Doa merupakan salah satu ibadah yang paling banyak yang bisa kita lakukan dalam sehari semalam. Mulai bangun tidur hingga hendak tidur lagi, doa-doa pada dzikir pagi dan petang hari, keistimewaan doa keluar rumah, masuk dan keluar masjid, atau bahkan saat ibadah shalat.
Shalat secara bahasa berarti ad-du’aa’ bi khair, doa kebaikan. Diawalnya saja sudah dimulai dengan doa, seperti salah satu doa iftitah “Allahumma baa’id baynii wa bayna.... dan seterusnya” yang berisikan agar dijauhkan dan dibersihkan dari kesalahan-kesalahan. Lalu berlanjut ke permintaan yang minimal 17x kita minta sehari semalam. “Ihdinash-shiraathal mustaqim”, tunjukilah kami jalan yang lurus. Terus saat ruku' dan sujud pun berdoa, “Subhaanakallahumma rabbana wa bihamdika, allahummaghfirlii” yang artinya: Maha suci Engkau Ya Allah, Rabb kami dengan memuji-Mu. Ya Allah, ampunilah aku. Lanjut lagi poin-poin permintaan yang terkumpul padanya kebaikan di dunia dan akhirat, yaitu doa diantara 2 sujud.
Tidak sampai disana, salah satu sunnah yang mungkin banyak dilupakan ialah doa yang dipanjatkan sebelum salam padahal ini termasuk waktu yang mustajab dalam berdoa. Sebagaimana wasiat doa yang diajarkan Nabi kepada Mu’adz,
اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Ya Allah, tolonglah aku agar selalu mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu.” (HR. Abu Daud dan Ahmad, shahih). Dan banyak versi doa sebelum salam yang lain.
Salah satu poin dari doa diatas adalah agar kita selalu ingat kepada-Nya. Dengan kita berdoa, maka saat itulah kita ingat Allah. Tuhan yang selalu mendengar segala keluh kesah, senantiasa mengabulkan segala permintaan dan harapan. Jangan tunggu sampai kesulitan dan musibah datang, barulah kita meluapkan segalanya. Rasulullah bersabda, “Ingatlah Allah di waktu senang pasti Allah akan mengingatmu di waktu sempit.” (HR. Tirmidzi dalam Shahihul Jaami').
Jangan pernah berhenti melangitkan pinta kepada-Nya. Saat lapang maupun sempit, pagi maupun sore, kapan pun dan di mana pun. Karena lagi-lagi, ada waktu-waktu dan tempat-tempat semacam 'booster' agar doa kita mustajab. Semisal diantara adzan dan iqomah, di sepertiga malam, bahkan saat hujan turun membasahi bumi.
Tidak akan merugi orang-orang yang berdoa. Meminta sepenuh hati agar asa menjadi nyata. Karena apa? karena berdoa salah satu ibadah yang 'effortless', ibarat cuma bermodal hati yang tunduk dan lisan lirih merangkai kata per kata. Dan, Allah tidak akan mengingkari janji-Nya. “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (QS. Ghafir: 60).
Cukuplah kisah Nabi Zakariya 'alaihissalam menjadi motivasi agar terus menerus berdoa sembari terus bersabar sampai Allah Al-Mujiib memperlihatkan kuasa-Nya. Di usia tua beliau, dikaruniai anak bernama Yahya 'alaihissalam. Yang secara logis tidak mungkin bisa terjadi, akan terjadi jika Allah berkehendak. Sebagaimana tertuang kisah tersebut dalam QS. Maryam: 4-9.
“dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku” (QS. Maryam: 4). Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam juga mengabarkan dalam haditsnya, doa seorang muslim dikabulkan dalam tiga cara: (1) dikabulkan, (2) ditunda dan diselamatkan dari bala sesuai dengan yang semisal atau (3) disimpan untuk hari kiamat, jadi pahala untuknya.
Tugas kita hanya menghambakan diri dengan memanjatkan doa, pun halnya dengan penerimaan sepenuh hati dan menyerahkan segala urusan hanya kepada-Nya. Semoga Allah menjadikan kita hamba-Nya yang terus berpinta, bersabar, dan ikhlas terhadap jawaban yang Dia beri pada doa-doa yang kita langitkan. Allaahumma aamiin.
1 note · View note
alfxrmdhn · 9 months
Text
salah satu hikmah disunnahkannya berpuasa pada hari asyura adalah sebagai bentuk pemuliaan atas keagungan pertolongan Allah kepada Nabi Musa 'alaihissalam dan pengikutnya. diantara ayat-ayat yang menceritakan itu tertuang pada QS. Asy-Syu'ara: 61-67.
Tumblr media
tatkala pengikut-pengikut beliau pesimis, Nabi Musa mengajarkan optimisme selagi Allah bersama kita. yakin Allah akan ngasih pertolongan, dimana Nabi Musa saja tidak terpikirkan seperti apa bentuk pertolongan pada situasi genting atau kebuntuan itu. mudah bagi Allah memberi pertolongan bagi hamba-hamba Nya. lautan saja dapat terbelah untuk menyelamatkan dan menunjukkan jalan pertolongan bagi hamba-Nya. yang penting yakin bahwa selagi menempuh jalan-jalan keimanan, kita dapat selalu berpikir positif bahwa Allah akan selalu menolong.
nas'alullah as-salamah wal 'afiyah.
0 notes
alfxrmdhn · 9 months
Text
salah satu dari nama dan sifat Allah yang sangat indah adalah, Allah Maha Mensyukuri (Asy-Syakur). Asy-Syakur bermakna kesempurnaan Allah dalam membalas amal shalih yang dikerjakan seorang hamba. Bagaimana tidak, 1 kebaikan saja yg dikerjakan Allah balas dengan 10 kebaikan. Belum lagi amalan-amalan lainnya yg Allah dan Rasul-Nya sebutkan yang bahkan Allah balas ratusan, ribuan hingga jutaan kali lipat. Sholat berjama'ah bersama imam, sholat di masjid-masjid yg memiliki keutamaan, puasa yang pahalanya langsung dinilai oleh Allah.
atau hadits tentang bersedekah, “Tidaklah seseorang bersedekah dengan sebutir kurma dari hasil kerjanya yang halal melainkan Allah akan mengambil sedekah tersebut dengan tangan kanan-Nya lalu Allah membesarkannya sebagaimana ia membesarkan anak kuda atau anak unta betinanya hingga sampai semisal gunung atau lebih besar dari itu. (HR. Muslim, no. 1014)”
atau masyaallah melalui niat baik saja akan tetapi belum sempat terlaksana, Allah hitung pula sebagai kebaikan.
dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hadits yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya Tabaraka wa Ta’ala. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa yang berniat melakukan kebaikan lalu tidak mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna, dan jika dia berniat mengerjakan kebaikan lalu mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus lipat hingga perlipatan yang banyak. Jika dia berniat melakukan keburukan lalu tidak jadi mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna, dan jika dia berniat melakukan keburukan lalu mengerjakannya, maka Allah menulis itu sebagai satu keburukan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
0 notes
alfxrmdhn · 10 months
Text
Kenangan dan Rencana.
2 hal yang dapat beririsan, terutama saat kehilangan orang yang dicintai. Beberapa hari kedepan sepertinya sudah 2 tahun papa rahimahullah tidak membersamai. Qadarullah wa maa syaa-a fa'al. Allah telah mentakdirkan segalanya dan apa yang dikehendaki-Nya pasti dilakukan-Nya. Ibarat listrik padam di malam hari, setelah mendengar kabar tuntasnya usia dan rezeki beliau di dunia. Sebagai muslim, setiap musibah harus segera menghidupkan lentera ditengah gelap. Itulah yang dapat diperbuat saat itu. Seperti halnya saat gelap, pastinya tidak boleh meratapi dan berteriak-teriak. Lenteranya adalah husnuzan kepada Rabb Semesta Alam. Terlebih wafat di hari Jumat dengan kondisi yang baik-baik, diselenggarakan hak-hak terakhir beliau dengan baik pula, dan dimudahkan segala kesulitan atas pertolongan-Nya.
Kembali keawal tadi, kenangan dan rencana. Seperti diagram venn himpunan yang saling beririsan antara kenangan dan rencana adalah seputar waktu. Allah dan Rasul-Nya sudah menyampaikan dan membuktikan besarnya perkara waktu. QS. Al-Ashr, QS. Al-Lail, QS. Al-Fajr, QS. Adh-Dhuha, QS. Al-Falaq, diantara surat yang artinya menyangkut waktu-waktu, atau banyak ayat dan hadits Rasulullah lainnya.
Yang menjadi masalah adalah kita terlalu beranggapan waktu kita masih banyak. Baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang-orang disekitar kita. Sehingga kita berencana nanti dan nanti. Lupa bahwasannya Allah Maha Berkehendak yang dalam sekejap saja bisa memberi atau mencabut sesuatu dengan mudahnya. Bahagia atau sedih, baik atau buruk, setelahnya akan jadi kenangan. Rencana untuk berbuat lebih baik juga jadi kenangan dan andai-andai. Bahkan dijelaskan banyak ayat dalam Alquran, ada orang-orang di hari kiamat nanti minta dikembalikan ke dunia. Untuk apa? ya untuk memperbaiki. Ada yang berencana memperbaiki sholat, bersedekah, dan amal kebaikan lainnya. “.....Ya Rabb kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan melakukan amal saleh berbeda dengan yang telah kami kerjakan” (QS. Fathir: 37).
Hidup cuma sekali maka manfaatkanlah. Karena waktu kita sebentar, terlebih waktu kedua orang tua. Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab: “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari,” Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung. Allah berfirman: “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.” (QS. Al Mukminun: 112-114).
Jangan sampai hal-hal yang tidak maksimal itu menjadi kenangan dan penyesalan. Jika sudah direncanakan, maka bersegeralah karena jangan sampai rencana menjadi angan-angan. Khususnya waktu bersama kedua orang tua, jika ada waktu manfaatkanlah. Apapun kondisi dan watak orang tua, mereka tetaplah ayah dan ibu yang telah memberi segalanya untuk anaknya. Membesarkan, merawat tatkala sakit, memberi makan, memberi pendidikan, pakaian, dan tempat yang disebut rumah. Semua itu dilakukan agar anaknya dapat menjadi penyambung amal shalih, dan inilah salah satu kemuliaan islam. Hubungan antara anak dan orang tua tidak berakhir di dunia saja, bahkan dapat terhubung setelahnya melalui jembatan doa dan amal shalih.
Jika masih berada diantara kita, jangan nunggu pencapaian besar dulu untuk dipersembahkan kepada mereka. Mulailah dengan hal-hal kecil. Mengunjungi mereka tiap pekan atau tiap bulan, atau jika tidak sepertinya menelfon dan vidcall juga sudah membuat mereka bahagia. Jika boleh menyebutkan hal-hal yang sangat diinginkan, diantaranya adalah saling mencoba makanan dan minuman favorit saat ini yang papa belum pernah mencobanya. Melihatkan sepatu baru, keliling kota dengan motor lebih sering dan lama lagi, sholat tarawih berjamaah lagi di rumah seperti halnya tahun 2020 saat situasi covid, merayakan dilantik atas pekerjaan baru dan ngajak jalan-jalan ke solok menikmati danau-danau. Atau ingin melihat reaksi beliau saat mengetahui si bungsu sudah besar dan diterima di perguruan tinggi negeri yang sama dengan kakak dan abangnya. Alhamdulillah adek kuliah di padang kok pa, tetap ada yang jagain mama 24/7. Atau hadiah yang indah dari kakak yang sudah menanti kelahiran anak pertama. Ya pa, cucu pertama papa dan mama. Tapi inilah hidup, hanya ada 2 sifat umum dalam menyikapinya yaitu jika diberi nikmat maka bersyukur dan jika diberi musibah maka bersabar. Tentunya dibarengi dengan selalu berhusnuzan terhadap segmen takdir-Nya yang penuh hikmah.
Selain beririsan dengan waktu, kenangan dan rencana berhubungan dengan doa. Melalui doa, kenangan dan kebaikan orang tua semoga Allah balas dengan kebaikan seluas-luasnya. Melalui doa dan juga rencana-rencana amal shalih lainnya yang sesuai sunnah, semoga Allah mudahkan dan menjadi keran-keran baru untuk mengaliri pahala bagi beliau rahimahullah. Semoga kita dapat menjadi anak yang baik bagi mereka atau berusaha jadi anak yang baik dan menghargai kebersamaan selagi mereka masih ada.
Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma menasehati, "Jika anda berada di sore hari, jangan menunggu waktu pagi dan jika anda berada di pagi hari, jangan menunggu waktu sore." (HR. Al Bukhari).
0 notes
alfxrmdhn · 1 year
Text
bicara tentang hidup.
ini tentang permulaan hingga bagaimana akhirnya. tentang suatu keadaan yang dimulai dalam keadaan lemah hingga ditutup juga dalam keadaan yang tak ada daya. diawali titik nol, Qadha' itu satu per satu akan menghampiri dan menjadi Qadar hingga kitapun akan sering berucap qadarullah. rezeki, ajal, amal, bahagia atau sengsara yang semunya terhimpun dalam takdir yang pahit atau manis.
singkatnya, Rasululllah dalam hadits riwayat tirmidzi berkata, pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah mengering. “dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Insan: 30).
kembali lagi ke 4 hal di awal yaitu rezeki, ajal, amal, bahagia atau sengsara. hidup tentang mengupayakan ikhtiar sebaik-baiknya dan menerima takdir-Nya. uniknya, 4 hal ini berkaitan dengan ataraxia. ketenangan jiwa. bicara tentang hidup semakin dewasa semakin menyadari bahwa yang kita cari adalah ketenangan jiwa.
menjemput rezeki dengan cara yang baik dan selalu bersyukur agar lebih tenang dan selamat. yakin sebagaimana ajal akan datang meski didalam bangunan kokoh begitu pula rezeki. tawadhu', apapun di dunia tidak akan dibawa saat ajal menjemput selain kain putih dan amal shalih. berupaya beramal hingga sampai datang yang diyakini (ajal) dan datangnya kabar dari malaikat bahwa Allah juga senang berjumpa dengannya. menggoreskan amal-amal baik agar menjadi teman nanti di kegelapan kubur. tidak ada lagi harapan selain kebahagiaan dan ketenangan saat ini hingga kelak nanti.
bicara tentang hidup adalah bagaimana kita hidup dengan sebenar-benarnya hidup. lets live our lives to the fullest. meski berat dan terjun ke titik nadir, tetap hiduplah. bukankah dengan mengingat Allah hati menjadi tenang? dan Allah telah berjanji dalam kalam-Nya, “dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
at the end, never measure our lives using someone else's ruler. and no matter the speed, the direction is all that matters. tidak apa-apa terlambat asalkan tetap di haluan yang Allah perintahkan. tidak apa-apa jika tidak punya ini dan itu asalkan bisa terus dekat dengan-Nya. tidak apa-apa meninggalkan sesuatu demi mendapatkan sesuatu yang jauh lebih bernilai. tidak apa-apa melepas sesuatu jika itu sudah membuncah. banyak hal di dunia ini melalaikan. maka pilihlah jalan yang dengannya hati menjadi tenang. hidup biasa-biasa saja adalah suatu yang normal. tidak salah jika tidak terlalu berambisi pada apapun dan tidak berekspektasi tinggi pada gemerlap dunia. ya supaya bahagia dan lebih menenangkan jiwa. itu saja.
jika terdengar naif maka carilah ketenangan versi masing-masing yang kelak tak mendatangkan penyesalan saat berdiri dihadapan Allah. mencari jalan pintas ketenangan dengan mendatangi dukun, memakai jimat agar lebih selamat dan hati tenang, meminta-minta di kuburan tokoh ini dan itu, mencari kesenangan di night club, tidak tenang karena kesepian lalu mencari celah zina, gelisah atas pencapaian orang-orang sudah punya mobil dan rumah lalu memaksakan hutang riba atau cara buruk lainnya, sudah punya segalanya tapi masih gelisah atau bahkan butuh narkoba dulu supaya dapat ketenangan. hidup tak serumit dan semahal itu. you can listen to nature when you want to and went out for a jog or 'gowes' early in the morning. it will also bring happiness. atau dengan menghabiskan waktu luang dengan membaca buku, berjalan-jalan keluar sebentar sembari membeli kopi susu favorit, dan pastinya melihat birunya langit sejauh mata memandang.
sesuatu yang jika belum saatnya kita miliki jangan tergesa-gesa dimiliki. sabar nanti ada saatnya, bi'idznillah. diantara perlombaan yang ada dalam alquran yaitu berlomba-lomba dalam kebaikan, fastabiqul khairat (QS. Al-Baqarah: 148), bersegera mengingat Allah (QS. Al-Jumu'ah: 9), dan bersegera menuju ampunan Allah (QS. Ali-Imran: 133). tidak apa-apa kalau belum meraih pencapaian-pencapaian yang menjadi stigma kesuksesan orang-orang pada umumnya misal sudah mapan, liburan tiap bulan, mewahnya pernikahan, atau besarnya pendapatan. whatever happens in this life, it's okay. nanti Allah akan memperlihatkan jalan yang membuat hati berdecak kagum karena sempurnanya timing yang Allah berikan. asli, usaha + doa + tawakal + qana'ah + kesederhanaan adalah rumus yang menghasilkan kelapangan dan ketenangan hati.
“janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali-Imran: 133).
0 notes
alfxrmdhn · 1 year
Text
Cita-Cita.
Setiap manusia pasti berjalan di muka bumi dengan memiliki cita-cita. Saat masa anak-anak dahulu, kita mempunyai cita-cita masing-masing. Pilot, tentara, polisi, dokter, pengusaha, guru, bahkan astronot sekalipun. Ya maklumlah ya, karena saat itu adalah masa dimana imajinasi terhampar luas seperti sedang berlari-lari di prairi. Seiring berjalannya waktu tiap individu menjadi mukallaf, semakin mengerti hidup ini harus sesuai taraf. Ditambah lagi harapan dengan kenyataan yang sering kali terdapat ikhtilaf. Yang dulunya bercita-cita harus jadi pengusaha yang punya banyak kedai, lalu setelah ditampar kehidupan persepsi pun berubah menjadi "yang penting hari ini selesai".
Jika tujuan menggapai cita-cita adalah agar mendapatkan kenikmatan, maka sungguh beruntung penduduk surga yang mendapatkan kenikmatan yang tak kunjung usai.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah berfirman: Aku sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang sholeh surga yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik dalam hati manusia.” Bacalah firman Allah Ta’ala, “Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As Sajdah: 17) (HR. Bukhari no. 3244 dan Muslim no. 2824).
Kenikmatan surga saja sudah tak bisa dibayangkan keindahan dan kenikmatannya, lalu bagaimana dengan kenikmatan tambahannya? Emangnya ada? Ada, dan Inilah kenikmatan terbesar bagi Penghuni Surga. Ikhlas menyembah-Nya semata agar dapat melihat Wajah Allah Yang Maha Mulia. Kenikmatan surga saja sudah sangat indah sampai-sampai mengira tidak ada kenikmatan yang lebih besar lagi. Tapi itulah kenikmatan terbesar yakni melihat Wajah Allah, Rabbul 'Alamin.
Dari Shuhaib, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Jika penghuni surga telah masuk surga, Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman: “Apakah kalian (wahai penghuni surga) menginginkan sesuatu (kenikmatan) yang Aku akan tambahkan kepada kamu?”.
Maka mereka menjawab: “Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari (azab) neraka?
Maka (pada waktu itu) Allah Membuka hijab (yang menutupi wajah-Nya Yang Maha Mulia), dan penghuni surga tidak pernah diberi suatu (kenikmatan) yang lebih mereka sukai daripada melihat (wajah) Allah ‘Azza wa Jalla”.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (melihat wajah Allah Ta’ala).” (QS. Yunus: 26)” (HR. Muslim No. 181)
Maka sudah sepantasnya sebagai muslim bercita-cita agar melihat Wajah Rabb nya kelak sebagaimana hadits, "Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian dengan mata kalian sendiri" (HR. Bukhari No. 485).
"Sesungguhnya kalian akan memandang Rabb kalian sebagaimana kalian memandang bulan ini. Kalian tidak berdesakan ketika memandang Allah. Jika kalian mampu, untuk tidak melewatkan shalat sebelum terbitnya matahari dan shalat sebelum tenggelamnya matahari (shalat Ashar dan Subuh), lakukanlah!” Kemudian Rasulullah membaca ayat, “Dan bertasbihlah dengan memuji Rabb-mu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya.” (QS. Thaha: 130) (HR. Bukhari, no. 554 dan Muslim, no. 633).
Sungguh, cita-cita masuk surga cuma sebatas keinginan tapi upaya mengingat-Nya banyak kealpaan. Jangan sampai diri ini mukalaf yang acapkali khilaf tapi tidak pernah insaf. Kenikmatan terbesar itu hanya diraih oleh penghuni surga. "Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki dan pada sisi Kami ada tambahannya". (QS. Qaf: 35).
Jika mengartikan cita-cita menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Cita-cita adalah keinginan yang selalu ada dalam pikiran
Mencita-citakan adalah menjadikan sebagai tujuan (akhir).
Ada juga kalimat yang mengatakan, bercita-citalah setinggi langit. Maka cita-cita ingin melihat wajah Allah juga akan selalu ada dalam pikiran, niat, dan perbuatan seperti langit yang menaungi. Semoga kedua kaki ini dapat menapakkannya di Surga sebagai langkah terakhir. Aamiin.
“Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (surga), mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang” (QS. Al-Muthaffifin: 22-23).
Ibnul Qoyyim rahimahullah beliau berpendapat bahwa ayat ini khusus mengenai pandangan penghuni surga melihat wajah Allah. Karena pada ayat sebelumnya Allah menyebutkan orang-orang kafir yang terhalangi dari melihat wajah Allah maka sebaliknya para penghuni surga mendapatkan kemuliaan dengan memandang wajah Allah. (Ighootsatul Lahfaan hal. 32)
Di atas dipan-dipan, dengan mata sendiri, dan tak ada penghalang yang menutupi. Sesungguhnya Allah Maha indah dan tentunya pada hari itu...
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ، إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
”Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.” (QS. Al-Qiyamah: 22-23).
Referensi:
Kajian Mandzuumah Laamiyyah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (Ahad, 1 Januari 2023 oleh Ustadz Abdurrahman Addify hafizhahullah), rumaysho.com, muslim.or.id, bekalislam.firanda.com.
0 notes
alfxrmdhn · 1 year
Text
Allah kadang cuma tegur kita dengan skala yg kecil lalu pada saat itu ingat nggak kita sama Tuhan Yang Maha Kuasa itu? kalau ingat bertahannya berapa lama? atau kembali lupa setelah musibah atau teguran itu terlewati? kembali lalai lagi, foya-foya lagi, ibadah nanti dan lain kali. gimana kalau Allah tiba-tiba negur kita langsung dengan skala yg besar? semisal saat kita sedang berkhayal ini dan itu, ternyata umur kita habis dan hari esok yang diimpikan sudah tak ada lagi.
- Renungan malam setelah Isya' 24/11/22
0 notes
alfxrmdhn · 2 years
Text
Doa kita kebanyakan hanya sebatas minta ditambahnya harta, minta sehat, minta panjang umur, minta keselamatan di dunia. Padahal ada hal hal yang lebih besar daripada itu semua. Yaitu :
1. Minta dimatikan dalam keadaan iman dan islam
2. Dicukupkan nafas sampai waktunya
3. Dijauhkan dari api neraka
4. Dimasukan ke dalam surga
5. Diberkahkan hartanya meski dapatnya sedikit
6. Dijauhkan dari fitnah dunia dan akhirat
7. Dijadikan agar tidak cinta dunia
8. Dimudahkan untuk melakukan ketaatan
9. Dimudahkan untuk meninggalkan kemaksiatan
10. Dihindarkan dari musibah dalam perkara agama
11. Dan sebagainya..
Itulah yang sejatinya lebih penting. Tapi kebanyakan doa kita hanya sebatas perkara duniawi, yang fana dan tak ada habisnya.
Satu hal yang harus kita ingat selalu, bahwa kita lebih butuh kepada surganya Allah, dibandingkan kenikmatan sesaat di dunia.
t.me/abdurrahmaanzahier
0 notes
alfxrmdhn · 2 years
Text
🍃
Tumblr media
Jangan sampai bosan untuk bersabar. Bila Dia berkehendak, segala asamu akan terwujud dalam sekejap. Derai air mata harapanmu dan hembusan setiap dukamu tak pernah luput dari pengetahuan-Nya.
Tiada sesuatupun yang melemahkan-Nya untuk memperbaiki keadaanmu, juga dirimu.
Dialah Rabb yang mencintai orang-orang yang memohon kepada-Nya dengan penuh kesungguhan. Bukankah Dia yang berfirman, “Sungguh, pada hari ini Aku memberi balasan kepada mereka, karena kesabaran mereka”
#repost
https://t.me/syababsalafy
0 notes
alfxrmdhn · 2 years
Text
Fix it.
Kata 'memperbaiki' sepertinya saling berkaitan dengan 3 aspek waktu. Masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. Definisi dari KBBI saja berarti membetulkan kesalahan, menjadikan lebih baik, dan sebagainya.
Waktu-waktu yang telah berlalu yang didalamnya melekat begitu banyak dosa-dosa. Yang disadari maupun yang tidak disadari. Yang berasal dari lisan, hati, pikiran, maupun tindakan. Yang merugikan orang lain maupun diri sendiri. Dosa besar maupun dosa kecil.
Detik ke detik, hari berganti hari yang alhamdulillah dengan izin Allah, masih dapat hidup agar memperbaiki hubungan dengan Allah, Rabbul 'Alamin.
Disinilah kata memperbaiki itu bermakna. Fix it. Atas segala kesalahan, dosa, dan hubungan buruk dengan Allah di masa lalu, semoga sekarang dapat diperbaiki pun semoga di hari-hari berikutnya.
“Aku tak lagi menginginkan sesuatu selain dari memperbaiki hubunganku dengan Allah. Jika tak ku perbaiki, kapan lagi? Nyatanya aku yang tak bisa menjamin jika masih bisa menghembuskan nafas esok hari” —shaqrulhawa
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِى دِينِىَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِى وَأَصْلِحْ لِى دُنْيَاىَ الَّتِى فِيهَا مَعَاشِى وَأَصْلِحْ لِى آخِرَتِى الَّتِى فِيهَا مَعَادِى وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِى فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِى مِنْ كُلِّ شَرٍّ
“Ya Allah perbaikilah agamaku sebagai benteng (ishmah) urusanku. Perbaikilah duniaku yang menjadi tempat kehidupanku. Ya Allah, apabila aku hidup, jadikanlah sisa-sisa kehidupanku ini menjadi kebaikan seluruhnya. Apabila aku meninggal, jadikanlah jasadku, ruhku beristirahat dari keburukan dan dosa yang selama ini aku lakukan.” (HR. Muslim).
Berkat rahmat dan kasih sayang-Nya, semoga Allah selalu memberikan kemampuan untuk selalu memperbaiki diri ini hingga akhir hayat. Allahumma aamiin.
0 notes
alfxrmdhn · 2 years
Text
—still fixing myself day by day.
0 notes
alfxrmdhn · 2 years
Text
Untukmu yang merasa begitu banyak hal di dunia ini yang tak kunjung usai.
Begitulah. Pada intinya begitulah. Rutinitas yang berulang dalam hidup ini seakan-akan tidak ada habisnya. Hari ke hari untuk memenuhi ekspektasi diri dan orang-orang diluar sana agar dipandang sukses. Terlebih lagi agar menjadi tolok ukur kebahagiaan hidup. "Masyaallah si A udah enak hidupnya" atau "Masyaallah si B udah sukses sekarang". Senang bukan jika ungkapan itu disematkan pada diri? secara fitrah, pasti iya. Tetapi dalam prosesnya, tidak gampang. Sulit untuk bertahan menghadapi rutinitas dunia yang begitu melelahkan. Jatuh bangun, isak tangis, terus menyemangati diri disaat tidak ada support system selain Allah Rabbul 'Alamin.
Begitu melelahkan memang menjalankan rutinitas sehari-hari dan seperti tak kunjung usai, tak ada habisnya. Ya memang, dunia ini jika dikejar tak ada habisnya. Jika sesuatu sudah digapai, ingin utk menggapai hal lainnya. Dorongan ini ditambah oleh nafsu agar tidak mau ketinggalan dengan orang lain. Orang lain sudah menggapai itu, kita juga harus menggapainya. Orang-orang sudah lulus kuliah, kita juga harus lulus tepat waktu. Orang-orang sudah mapan, kita juga harus secepatnya mapan. Punya ini, punya itu, pokoknya harus juga punya. Pada akhirnya, untuk ikut serta dalam perlombaan dunia agar paling dulu sampai di puncak tertinggi, sering menerobos petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Terus ibadah dilakukan seadanya, seingatnya, se-sempatnya dan secepatnya. Astaghfirullah.
Pantas begitu melelahkan. Tak ada kesabaran dan keberkahan dalam menjalani detik tiap detiknya. Hanya diniatkan untuk dunia saja. Bersabarlah. Tak akan usai ekspektasi dan dorongan orang lain terhadap kita. Hanya kita yang bisa memberi standar atau tolok ukur untuk kebahagiaan diri kita sendiri. Pastinya dengan rujukan agama yang sempurna ini, yang telah mengatur hari ke hari setiap muslim. Mulai dari bangun pagi hingga hendak tidur kembali pada malam harinya.
Lantas, jika tidak dengan menghiasi hari-hari kita dengan menjalankan agama yang haq ini lalu dengan apa lagi? sungguh tak sebanding jika kita bandingkan waktu rutinitas harian dengan beribadah dalam satu harinya. Bahkan bisa jadi 2/3 dari waktu yang Allah beri tiap harinya sudah berisi rutinitas bekerja + tidur. Apakah 1/3 bagian lagi maksimal untuk beribadah? Bahkan herannya, ada yang berkata dunia dan akhirat harus seimbang. Sungguh perkataan yang naif sekali.
Jika tidak karena agama yang mulia ini, sungguh rutinitas yang berulang di dunia ini sudah lama ditinggalkan. Karena bekerja, mencari nafkah, menuntut ilmu, menjadi peran suami/istri, puasa ramadhan + puasa syawal, mendidik anak agar menjadi anak yang shalih/shalihah, dzikir pagi petang, shalat isya dan subuh berjamaah di masjid, hingga berwudhu sebelum tidur pun memiliki keutamaannya masing-masing yang luar biasa dalam islam, yang menjadikan tiap detiknya pahala sebab diniatkan lillahi ta'ala.
Semoga itu semua ibarat sabana di gurun pasir. Menjadi energi dan kesejukan untuk terus bertahan menjalani rutinitas duniawi serta tidak menjadikan seperti perbekalan yang dikumpulkan di kantong yang bolong. Mengumpulkan raihan dunia ini ibarat dengan kantong bolong karena tidak akan terbawa mati. Sedangkan sebaik-baik bekal adalah takwa. Dengan bekal tersebut kita akan terus berjalan di dunia ini sampai batas usia yang Allah berikan.
Rutinitas duniawi akan usai tapi hasilnya tetap tinggal di dunia. Rutinitas yang juga utk akhirat, juga akan usai tapi amal shalihnya dibawa untuk kehidupan selanjutnya bahkan pahalanya masih bisa berlanjut meski badan tak lagi di dunia.
Terakhir, kata pertama dari judul tulisan ini bukan untuk anda atau siapapun yang membaca ini. 'Untukmu' itu melainkan untuk diri sendiri yang saat ini begitu lalai. Mungkin dengan ini bisa menyadarkan diri kembali. Jika ada yang sama berada pada situasi ini sekarang, mari sama-sama mengingatkan dan berdoa agar kita selalu dinaungi taufik dan hidayah oleh Allah. Allahumma aamiin.
1 note · View note
alfxrmdhn · 2 years
Text
Salah satu terms and conditions berinteraksi dengan manusia adalah harus siap untuk dikecewakan. Siapapun. Orang tua, saudara, anak, istri, suami, sahabat, apapun sebutannya asalkan mereka manusia, harus siap jika nanti dikecewakan. Ntah itu janji yang tidak ditepati, tidak dapat dimintai pertolongan, tidak ada waktu luang untuk kita, perkataan tidak sesuai tindakan, ucapan yang melukai hati, atau sekadar tidak membalas chat.
Ibnu Hazm Rahimahulla berkata dalam Al-Akhlaq Wa As-Siyar “maka yang anda siapkan ketika hendak bergaul dengan manusia adalah siap kecewa bukan bahagia.”
Expect for the best, prepare for the worst, and don't get hyped up too much. Kemampuan manusia terbatas, waktu yg dimiliki dalam sehari semalam juga terbatas. Inilah manusia yang tak luput dari salah dan lupa yang akan membuat kekecawaan. Bisa kini ataupun nanti.
0 notes